Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan kehamilan secara berkala yang diikuti secara teknis harus
dikuasai oleh setiap pelaksana program KIA di lapangan agar kualitas pelayanan
dapat terjamin. Apabila pada ibu hamil dengan primigravida/ multigravida
umumnya banyak masalah yang berhubungan dengan kehamilannya karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilannya. Oleh karena itu penting bagi
ibu hamil primigravida/ multigravida untuk melakukan kemungkinan faktor
resiko tinggi bisa ditemukan.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature.
(Sarwono P. 2014)
Dengan adanya asuhan persalinan pada Ketuban Pecah Dini dapat
menurunkan angka kematian dan kesakitan. Penatalaksanaan asuhan kebidanan
yang menyeluruh teratur akan meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan yang
bermutu pada ibu bersalin. Untuk itu perlu dilakukan asuhan kebidanan yang
komprehensif pada ibu bersalin khususnya dengan kasus KPD

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah praktek klinik kebidanan II diharapkan mahasiswa mampu
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada ibu dengan
persalinan ketuban pecah dini (KPD) dengan pendekatan manajemen
kebidanan.

1.2.2 Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data secara komprehensif pada ibu bersalin
normal atau dengan masalah khusus
b. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah pada ibu bersalin normal atau
dengan masalah khusus
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh ibu bersalin normal
atau dengan masalah khusus
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah pada ibu bersalin normal atau dengan masalah khusus
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan
sebelumnya.

1.3 Metode Pengumpulan data


Manajemen Kebidanan Komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Wawancara : tanya jawab secara langsung (anamnesa) kepada pasien dan
suami
b. Observasi : melakukan pemeriksaan, baik dengan inspeksi, palpasi, perkusi
maupun auskultasi.
c. Studi dokumentasi : dengan melihat data dan riwayat ibu direkam medik
yaitu buku KIA yang berisi riwayat Neonatal sebelumnya.
d. Studi kepustakaan : menggunakan buku untuk sumber teori. Literatur yang
digunakan oleh penulis adalah dari buku, google book dan makalah.
e. Pemeriksaan : pemeriksaan umum (tanda-tanda vital), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus, pemeriksaan penunjang

1.4 Sistematika Penulisan


Halaman Judul

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
1.2.2 Khusus
1.3 Metode Pengumpulan data
1.4 Sistematika Penulisan

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Pengertian Persalinan
2.1.2 Pengertian Ketuban Pecah Dini
2.1.3 Mekanisme Ketuban Pecah Dini
2.1.4 Etiologi
2.1.5 Patofiologi
2.1.6 Faktor Presdiposisi
2.1.7 Komplikasi
2.1.8 Tanda dan Gejala
2.1.9 Diagnosa
2.1.10 Penatalaksanaan
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep manajemen asuhan varney (konsep saja secara umum 7
langkah varney)
2.2.2 Pendokumentasian secara SOAP
2.2.3 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP
BAB 3. TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subyektif


3.2 Data Obyektif
3.1.1 Pemeriksaan fisik
3.1.2 Pemeriksaan penunjang
3.1.3 Program terapi (bila ada)
3.3 Analisis
3.4 Penatalaksanaan
BAB 4 PEMBAHASAN

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
5.2.2 Bagi Lahan Praktik
5.2.3 Bagi Klien
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Oktarina.2016.hal:2)
Persalinan adalah proses dimana bayi,plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit.
(Damayanti.2014.hal:1)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan tanpa disertai penyulit apapun.

(JNPK-KR, APN & IMD. 2014. hal: 37)

2.1.2 Pengertian Ketuban Pecah Dini


Ketuban Pecah Dini merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu
(persalinan). Persalinan ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh
beberapa factor yaitu kelainan letak janin, kehamilan ganda, kelainan
bawaan dari selaput ketuban, kelainan panggul.
(Sepduwiana, Heny. 2013)
2.1.3 Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan perenggangan berulang, selaput ketuban pecah
karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkanselaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah.
Faktor resiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah:
 Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
 Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan ketubn ada
hubungannya dengan pembesaran uterus , kontraksi rahim, dan gerakan
janin.
(Sarwono. 2014)
2.1.4 Etiologi
Penyebab dari KPD tidak atau belum diketahui secara jelas
sehingga usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha
menekan infeksi. Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insiden
di KPD adalah sebagai berikut :
1. Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal
2. Inkompetensi serviks
3. Infeksi vagina/serviks
4. Kehamilan ganda
5. Polihidramnion
6. Trauma
7. Distensi uteri
8. Stress maternal
9. Stress vetal
10. Infeksi
11. Serviks yang pendek
12. Prosedur medis
(Asuhan Kebidanan Patologis. 2014)
2.1.5 Patofisiologi
1. Korio amnionitis, menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh.
2. Inkompetensia serviks, yakni kanalis servikalis yang selalu terbuka
oleh karena kelainan ada serviks uteri (akibat persalinan atau
tindakan kuret).
3. Kelainan letak, sehingga tidak ada bagian terendah anak yang
menutup Pintu Atas Panggul (PAP), yang dapat mengurangi tekanan
terhadao membrane bagian bawah.
4. Trauma yang menyebabkan tekanan intra uterin (intra amniotic)
mendadak meningkat.
(Pedoman Diagnosis dan Terapi. 2017)
2.1.6 Faktor Predisposisi
1. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
2. Infeksi traktus genital
3. Perdarahan antepartum
4. Merokok
(Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. 2013)

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, defomitas
janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan
normal.
(Sarwono. 2014)
2.1.8 Tanda dan Gejala
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat di sertai demam apabila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah di raba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering.
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
6. Usia kehamilan viable (>20 minggu)
7. Bunyi jantung janin biasanya tetap normal dan apabila denyut
jantung janin bertambah cepat adalh suatu indikasi terjadinya
infeksi.

2.1.9 Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban
di vagina. Jika tidak dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan
cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah
menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan
USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu
ibu lebih dari 380C serta air ketuban keruh dan berbau. Leokosit darah >
15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami
infeksi intrauterine. Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Pemeriksaan dalam dilakukan
apabila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).
(Sarwono. 2014)
1) Secara klinik
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit untuk membuat
anamnesis. Pada klien dengan keluarnya air seperti urine dengan
tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai bahwa hal tersebut
mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukannya bisa
dilakukan cara tersebut :
a. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks
kaseosa (lemak putih), rambut lanugo (bulu-bulu halus) dimana
bila telah terinfeksi akan tercium bau.
b. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang
air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang
sudah pecah atau terdapat cairan ketuban pada forniks
posterior.
c. USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion.
d. Terdapat infeksi genetal (sistemik).
e. Gejala chorioamniunitis.
2) Maternal
Demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang
keruh dan berbau, leukosit (peningkatan sel darah putih) meninggi,
leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urine.
3) Fetal
Takikardi kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban
berkurang.
4) Cairan amnion
Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal
fibronectin, glukosa, leokosit esterase (LEA), dan sitokin. Jika
terjadi chorioamnionitis, maka angka mortalitas neonatal 4x lebih
besar, angka distress pernapasan, sepsis neonatal, dan perdarahan
intraventrikular 3x lebih besar.
a. Dilakukan tes valsava, tes nitrazin, dan tes fern
Nilai normal PH cairan vagina adalah 4,5-5,5 dan normal PH
cairan amnion 7,0-7,5
b. Dilakuka uji kertas lakmus/tes nitrazine
 Jadi biru (basa) : air ketuban
 Jadi merah (asam) : urine
(Asuhan Kebidanan Patologis. 2014)
2.1.10 Penatalaksanaan
a. Puskesmas
- Berikan eritrosin 4x250 mg selama 10 hari.
- Rujuk ke fasilitas yang memadai.
b. Rumah Sakit
Konsevasif
a. Rawat dirumah sakit, beri antibiotik (ampisilin 4x500mg atau
eritromisilin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazole 2x500
mg selama 7 hari)
b. Umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
c. Umur kehamilan 32-37 minggu, belum impart, tidak ada infeksi,
tes busa negative beri deksametason, obsevasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin.
d. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu
e. Umur kehamilan 32-37 minggu , sudah inpartutidak ada infeksi
(tokolitik/salbutamol, deksametason, dan induksi sesudah 24
jam)
f. Umur kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi (antibiotic dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi : suhu, leukosit, tanda
infeksi intrauterine)
g. Umur kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu.
h. Jangan melakukan periksa dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg stiap 6 jam sebanyak 4 kali
(Sarwono. 2014)
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg -50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis
tinggi dan persalinan di akhiri.
 Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea

 Bila skor pelviks > 5, induksi persalinan


(Sarwono. 2014)
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah- langkahnya :
1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian
 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara komperhensif
untuk mengkaji pasien
Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk megkaji pasien. Data
dasar tersebut termasuk riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik dan
panggul serta tinjauan catatan saat ini atau catatan lama dari Rumah
Sakit/RB/Puskesmas. Pengumpulan data ini mencakup Data Subjektif dan
Objektif sebagai Berikut :

A. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/
pertanyaan kepada ibu hamil
 Nama
 Usia
 Agama
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Penghasilan
 Telepon dan alamat
2) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat kehamilan saat ini :
 Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan oleh ibu.
 Lamanya mengalami gangguan tersebut.
 Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat persalinan:
 Kenceng-kenceng
 Keluar lendir
 Kejang
 Lemas
 Kaki kram
 Perut panas
 Lelah
 Punggung bagian atas pegal
 Pusing
3) Riwayat Menstruasi
 HPHT (Periode menstruasi terakhir)
 Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus
Neagel : tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
4) Riwayat Kehamilan saat ini
Riwayat kehamilan digunakan untuk mendeteksi adanya komplikasi,
ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan yang dialami
wanita sejak HPHT nya.
5) Pola kesehatan ibu yang meliputi :
 Pola aktivitas sehari-hari
 Pola eliminasi
 Pola makan dan minum
6) Riwayat mengikuti Program Keluarga Berencana.
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas
 Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
 Cara persalinan.
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
 Berat badan lahir.
 Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
8) Riwayat Penyakit dalam Keluarga
 Diabetes Mellitus, hipertensi atau hamil kembar
 Kelainan bawaan
 Kanker
9) Riwayat penyakit ibu
 Penyakit yang pernah diderita
 DM, HDK, ISK
 Jantung
 Infeksi Virus Berbahaya
 Alergi obat atau makanan tertentu
 Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan tersebut
 Inkompatibilitas Rhesus
 Paparan sinar-X/Rontgen
10) Riwayat Sosial
11) Riwayat Keadaan Psikososial

DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum
 Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
 Lila : >23.5 cm
 Berat Badan : Berat badan diperkirakan akan bertambah 12,5 kg sampai
akhir kehamilan. namun untuk ibu hamil trimester I perubahan berat
badan tidak terjadi secara signifikan. Diperkirakan setiap bulan akan
terjadi penambahan berat badan sebesar 1 kg.
 Tinggi Badan : >145 cm

2) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
 Kepala.
 Mata
 Hidung
 Hiegene mulut dan gigi
 Karies
 Bentuk dan ukuran abdomen
 Payudara (pembesaran dan adanya striae)
 Parut atau bekas luka operasi
 Gerakan janin
 Varises atau pelebaran vena
 Hernia
 Edema
 Kebersihan kulit.
 Vulva/perineum adakah varises, konndiloma, edema, hemoroid, atau
kelainan lain.
Palpasi

- Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV :


Leopold I : menentukan TFU dan bagian janin yang terletak di fundus
uteri (dilakukan sejak TM I).
Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu
(dilakukan mulai akhir TM II)
Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian babwah
uterus (dilakukan mulai akhir TM II)
Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke PAP (dilakukan
bila usia kehamilan >36 minggu)

Auskultasi

- DJJ menggunakan fetoskop atau doppler (jika UK >16 minggu). DJJ


normal 120-160x/menit.
- Pemeriksaan Panggul luar
Distansia Spinarum: 24 – 26 cm

Distansia Cristarum : 28 – 30 cm

Konjugata Eksterna : 18 – 20 cm

Lingkar Panggul : 80 – 90 cm

Distansia tuberum : ±10, 5 cm

3) Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : >12, 5 g/dl

Protein :-

Reduksi :-

 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi data


menentukan diagnosa
GIIP1001 UK 39 3/7 Minggu
 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi masalah-masalah potensial atau
diagnosa lain
Sesak Nafas
 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera/ identifikasi
kebutuhan segera
Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat akibat ketuban pecah
dini bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila masalah potensial terjadi misalnya terjadi
partus lama,his tidak adekuat,tidak ada kemajuan persalinan.
 Langkah ke V (lima): Perencanaan
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
2. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan seperti handscoon untuk
melakukan lakmus dan pemeriksaan dalam/VT
3. Informed concent ibu untuk melakukan pemeriksaan dalam/VT
4. Lakukan pemeriksaan lakmus, apabila lakmus merah berubah warna
menjadi lakmus biru berarti ketuban sudah keluar
5. Apabila terasa mules lakukan pemeriksaan dalam, apabila ibu demam
periksa adanya tanda-tanda infeksi.
6. Segera lakukan pemasangan infus 20 tetes/menit.
7. Segera rujuk pasien dengan infus tetap terpasang.
8. Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort Hamil
 Langkah ke VI (keenam): Implementasi
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
2. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan seperti handscoon untuk melakukan
lakmus dan pemeriksaan dalam/VT
3. Memberikan informed concent ibu untuk melakukan pemeriksaan dalam/VT
4. Melakukan pemeriksaan lakmus, apabila lakmus merah berubah warna
menjadi lakmus biru berarti ketuban sudah keluar
5. Apabila terasa mules lakukan pemeriksaan dalam, apabila ibu demam periksa
adanya tanda-tanda infeksi.
6. Segera lakukan pemasangan infus 20 tetes/menit.
7. Segera rujuk pasien dengan infus tetap terpasang.
8. Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort Hamil

 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi.


1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
2. Alat –alat sudah siap
3. Ibu sudah mengerti dan memahami
4. Pemeriksaan lakmus sudah dilakukan
5. Sudah dilakukan
6. Sudah lakukan pemasangan infus 20 tetes/menit.
7. Sudah dirujuk dengan infus tetap terpasang.
8. catat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort Hamil

2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP


Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP
terdiri dari empat langkah yaitu;
 S : Data Subjektif
Keluhan utama: ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak jam 16.00 WIB
Riwayat penyakit: Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
menurun, menahun dan menular
 O : Data Objektif
 Tanda vital :
- TD : 100/60 mmHg
- N : 81 x/mnt
- S : 36.7o C
- RR : 16-24 x/mnt
 Lila : 31 cm
 Berat Badan : 61,6 kg
 Tinggi Badan : 152 cm
4) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
 Mata : sklera tidak ikhterus,konjungtiva tidak anemis
 Rahang, gigi,gusi : simetris, gigi tidak berlubang,gusi tidak berdarah
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
 Dada :aerola hiperpigmentasi, puting menonjol,kolostrum sudah keluar,
benjolan tidak ada
 Axila: tidak ada pembesaran kelenjar limfe
 Sistem respiratori : tidak batuk, tidak ada tachipneu, tidak ada
bradipneu, tidak ada wheezing
 Sistem kardiovaskuler : tidak nyeri dada,tidak ada murmur,tidak ada
palptasi
 Postur tubuh : tidak kifosis,tidak skoliosis, lordosis.
 Keadaan ektremitas (atas dan bawah) : ektremitas atas (normal,simetris,
tidak oedema) , ektremitas bawah (normal, tidak oedema, tidak ada
varises)
 Pemeriksaan khusus
a. Abdomen :

Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada linea
nigra,tidak ada striae livide

- Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV :


Leopold I : teraba bokong
Leopold II : teraba punggung kiri (puki)
Leopold III : teraba bagian terendah janin kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : divergen
TBJ : 2945 gram

Auskultasi DJJ: 132 x/menit , reguler

His / kontraksi : 3x10’ 30’’

b. Ano genital

Inspeksi: keluar lendir bercampur darah pervaginam

Inspekulo : -

Vaginal toucher : ½ jari , eff: 10 %, ketuban : negatif, presentasi kepala,


denominator : -, hodge :1, kesan panggul normal.

c. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 12, 0 g/dl hbsag : non-reaktif

Protein : negatif pmtct : negatif


Reduksi : negatif

Golda :A

 A : Analisa/Assessment
G..P....Uk...pembukaan
Dx janin : janin tunggal hidup,intra uteri
 P : Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan seperti handscoon untuk
melakukan lakmus dan pemeriksaan dalam/VT
Alat-alat sudah siap
3. Memberikan informed concent ibu untuk melakukan pemeriksaan
dalam/VT
Sudah dilakukan
4. Melakukan pemeriksaan lakmus, apabila lakmus merah berubah
warna menjadi lakmus biru berarti ketuban sudah keluar
Sudah dilakukan
5. Apabila terasa mules lakukan pemeriksaan dalam, apabila ibu demam
periksa adanya tanda-tanda infeksi.
Sudah dilakukan
6. Segera lakukan pemasangan infus 20 tetes/menit.
Sudah dilakukan pemasangan infus
7. Segera rujuk pasien dengan infus tetap terpasang.
Pasien sudah dirujuk dengan terpasang infus
8. Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort
Hamil
Dokumentasi sudah dilakukan
2.1.3 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara SOAP

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Kebidanan

SOAP NOTES

Subjektif dan Objektif

Assasment/Diagnosa

Penatalaksanaan :

- Konsul
- Tes Diagnostik/lab
- Rujukan
- Pendidikan/konseling
- Follow Up

BAB 4
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan pada Ny. “A” GIP0000 UK 38 4/7 minggu janin T/H/I
Kala II dengan KPD jam 00.00 WIB di RS Aura Syifa didapatkan hasil pemeriksaan
KU baik, Kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, Suhu 37,3oC, Nadi
80x/menit, pernafasan 20x/menit

Persalinan adalah proses pengeluarn hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Sulistyawati, 2013)

Ketuban Pecah Dini merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu


(persalinan). Persalinan ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh beberapa factor
yaitu kelainan letak janin, kehamilan ganda, kelainan bawaan dari selaput ketuban,
kelainan panggul.
(Sepduwiana, Heny. 2013)
Masalah potensial yang mungkin terjadi adalah Premature, Karioamnionitis,
Hipoksia dan Afiksia. Oleh karena itu, perlu dilakukan asuhan kebidanan patologis
untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang mungkin bias
terjadi.

BAB 5
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature.
(Sarwono P. 2014)
1.2 Saran

1.2.1 Bagi Penulis


Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari
kasus-kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP dan alur
berpikir Varney serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan
kebidanan yang telah ditetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang
telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif terhadap klien.
1.2.2 Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang diberikan sudah cukup baik dan hendaknya agar dapat
memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan
kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan BBL.

1.2.3 Bagi Klien


Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan
kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman
karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat
hamil dengan melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan.

1.2.4 Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi yang
membutuhkan Asuhan Kebidanan dan acuan pada penanganan kasus PNC.

Anda mungkin juga menyukai