PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah praktek klinik kebidanan II diharapkan mahasiswa mampu
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada ibu dengan
persalinan ketuban pecah dini (KPD) dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
1.2.2 Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data secara komprehensif pada ibu bersalin
normal atau dengan masalah khusus
b. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah pada ibu bersalin normal atau
dengan masalah khusus
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh ibu bersalin normal
atau dengan masalah khusus
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah pada ibu bersalin normal atau dengan masalah khusus
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan
sebelumnya.
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
5.2.2 Bagi Lahan Praktik
5.2.3 Bagi Klien
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Oktarina.2016.hal:2)
Persalinan adalah proses dimana bayi,plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit.
(Damayanti.2014.hal:1)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan tanpa disertai penyulit apapun.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, defomitas
janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan
normal.
(Sarwono. 2014)
2.1.8 Tanda dan Gejala
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat di sertai demam apabila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah di raba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering.
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
6. Usia kehamilan viable (>20 minggu)
7. Bunyi jantung janin biasanya tetap normal dan apabila denyut
jantung janin bertambah cepat adalh suatu indikasi terjadinya
infeksi.
2.1.9 Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban
di vagina. Jika tidak dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan
cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah
menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan
USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu
ibu lebih dari 380C serta air ketuban keruh dan berbau. Leokosit darah >
15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami
infeksi intrauterine. Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Pemeriksaan dalam dilakukan
apabila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).
(Sarwono. 2014)
1) Secara klinik
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit untuk membuat
anamnesis. Pada klien dengan keluarnya air seperti urine dengan
tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai bahwa hal tersebut
mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukannya bisa
dilakukan cara tersebut :
a. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks
kaseosa (lemak putih), rambut lanugo (bulu-bulu halus) dimana
bila telah terinfeksi akan tercium bau.
b. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang
air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang
sudah pecah atau terdapat cairan ketuban pada forniks
posterior.
c. USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion.
d. Terdapat infeksi genetal (sistemik).
e. Gejala chorioamniunitis.
2) Maternal
Demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang
keruh dan berbau, leukosit (peningkatan sel darah putih) meninggi,
leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urine.
3) Fetal
Takikardi kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban
berkurang.
4) Cairan amnion
Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal
fibronectin, glukosa, leokosit esterase (LEA), dan sitokin. Jika
terjadi chorioamnionitis, maka angka mortalitas neonatal 4x lebih
besar, angka distress pernapasan, sepsis neonatal, dan perdarahan
intraventrikular 3x lebih besar.
a. Dilakukan tes valsava, tes nitrazin, dan tes fern
Nilai normal PH cairan vagina adalah 4,5-5,5 dan normal PH
cairan amnion 7,0-7,5
b. Dilakuka uji kertas lakmus/tes nitrazine
Jadi biru (basa) : air ketuban
Jadi merah (asam) : urine
(Asuhan Kebidanan Patologis. 2014)
2.1.10 Penatalaksanaan
a. Puskesmas
- Berikan eritrosin 4x250 mg selama 10 hari.
- Rujuk ke fasilitas yang memadai.
b. Rumah Sakit
Konsevasif
a. Rawat dirumah sakit, beri antibiotik (ampisilin 4x500mg atau
eritromisilin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazole 2x500
mg selama 7 hari)
b. Umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
c. Umur kehamilan 32-37 minggu, belum impart, tidak ada infeksi,
tes busa negative beri deksametason, obsevasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin.
d. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu
e. Umur kehamilan 32-37 minggu , sudah inpartutidak ada infeksi
(tokolitik/salbutamol, deksametason, dan induksi sesudah 24
jam)
f. Umur kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi (antibiotic dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi : suhu, leukosit, tanda
infeksi intrauterine)
g. Umur kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu.
h. Jangan melakukan periksa dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg stiap 6 jam sebanyak 4 kali
(Sarwono. 2014)
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg -50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis
tinggi dan persalinan di akhiri.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea
A. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/
pertanyaan kepada ibu hamil
Nama
Usia
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Telepon dan alamat
2) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat kehamilan saat ini :
Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan oleh ibu.
Lamanya mengalami gangguan tersebut.
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat persalinan:
Kenceng-kenceng
Keluar lendir
Kejang
Lemas
Kaki kram
Perut panas
Lelah
Punggung bagian atas pegal
Pusing
3) Riwayat Menstruasi
HPHT (Periode menstruasi terakhir)
Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus
Neagel : tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
4) Riwayat Kehamilan saat ini
Riwayat kehamilan digunakan untuk mendeteksi adanya komplikasi,
ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan yang dialami
wanita sejak HPHT nya.
5) Pola kesehatan ibu yang meliputi :
Pola aktivitas sehari-hari
Pola eliminasi
Pola makan dan minum
6) Riwayat mengikuti Program Keluarga Berencana.
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas
Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
Cara persalinan.
Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
Berat badan lahir.
Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
8) Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Diabetes Mellitus, hipertensi atau hamil kembar
Kelainan bawaan
Kanker
9) Riwayat penyakit ibu
Penyakit yang pernah diderita
DM, HDK, ISK
Jantung
Infeksi Virus Berbahaya
Alergi obat atau makanan tertentu
Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan tersebut
Inkompatibilitas Rhesus
Paparan sinar-X/Rontgen
10) Riwayat Sosial
11) Riwayat Keadaan Psikososial
DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
Lila : >23.5 cm
Berat Badan : Berat badan diperkirakan akan bertambah 12,5 kg sampai
akhir kehamilan. namun untuk ibu hamil trimester I perubahan berat
badan tidak terjadi secara signifikan. Diperkirakan setiap bulan akan
terjadi penambahan berat badan sebesar 1 kg.
Tinggi Badan : >145 cm
2) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Kepala.
Mata
Hidung
Hiegene mulut dan gigi
Karies
Bentuk dan ukuran abdomen
Payudara (pembesaran dan adanya striae)
Parut atau bekas luka operasi
Gerakan janin
Varises atau pelebaran vena
Hernia
Edema
Kebersihan kulit.
Vulva/perineum adakah varises, konndiloma, edema, hemoroid, atau
kelainan lain.
Palpasi
Auskultasi
Distansia Cristarum : 28 – 30 cm
Konjugata Eksterna : 18 – 20 cm
Lingkar Panggul : 80 – 90 cm
3) Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : >12, 5 g/dl
Protein :-
Reduksi :-
Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada linea
nigra,tidak ada striae livide
b. Ano genital
Inspekulo : -
c. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 12, 0 g/dl hbsag : non-reaktif
Golda :A
A : Analisa/Assessment
G..P....Uk...pembukaan
Dx janin : janin tunggal hidup,intra uteri
P : Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan seperti handscoon untuk
melakukan lakmus dan pemeriksaan dalam/VT
Alat-alat sudah siap
3. Memberikan informed concent ibu untuk melakukan pemeriksaan
dalam/VT
Sudah dilakukan
4. Melakukan pemeriksaan lakmus, apabila lakmus merah berubah
warna menjadi lakmus biru berarti ketuban sudah keluar
Sudah dilakukan
5. Apabila terasa mules lakukan pemeriksaan dalam, apabila ibu demam
periksa adanya tanda-tanda infeksi.
Sudah dilakukan
6. Segera lakukan pemasangan infus 20 tetes/menit.
Sudah dilakukan pemasangan infus
7. Segera rujuk pasien dengan infus tetap terpasang.
Pasien sudah dirujuk dengan terpasang infus
8. Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort
Hamil
Dokumentasi sudah dilakukan
2.1.3 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara SOAP
Proses Manajemen
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Kebidanan
SOAP NOTES
Assasment/Diagnosa
Penatalaksanaan :
- Konsul
- Tes Diagnostik/lab
- Rujukan
- Pendidikan/konseling
- Follow Up
BAB 4
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan pada Ny. “A” GIP0000 UK 38 4/7 minggu janin T/H/I
Kala II dengan KPD jam 00.00 WIB di RS Aura Syifa didapatkan hasil pemeriksaan
KU baik, Kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, Suhu 37,3oC, Nadi
80x/menit, pernafasan 20x/menit
Persalinan adalah proses pengeluarn hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Sulistyawati, 2013)
BAB 5
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature.
(Sarwono P. 2014)
1.2 Saran