PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian besar
ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada
umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan
masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput
ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu mau pun janinnya
(Manuaba, 2009).
Organisasi KesehatanDunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000
ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003/2004 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup
tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan data Dinas Kesehatan Provinsi
Jateng menyebutkan pada 2008 AKI mencapai 114,42/100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang jumlah kematian ibu maternal di
Kota Semarang pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak
25.739. Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung, penyebab
langsung dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil, bersalin dan nifas atau
kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal yang terjadi akibat-akibat
tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin dan nifas, seperti perdarahan,
tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklamsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi
keguguran. Beberapa komplikasi persalinan salah satunya adalah persalinan lama. Sedangkan
penyebab tidak langsung kematian ibu adalah karena kondisi masyarakat, seperti
pendidilkan, social ekonomi dan budaya (DinkesJateng, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mengerti mengenai asuhan keperawatan pada pasien
post partum spontan dengan ketuban pecah dini.
KPD adalah ketuban yang pecah sebelum awitan persalinan (Morgan, 2009)
2.1.2 Etiologi
Factor resiko
Keluarnya cairan ketuban dari vagina ditandai dengan ciri-ciri air ketuban sebagai berikut :
1. Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
2. Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis
3. Reaksinya agak alkali atau netral, dengan berat jenis 1,008.
4. Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urat, kreatinin, sel-sel
epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam-garam organic.
5. Kadar protein kira-kira 2,6 % g/liter , terutama albumin
(Sondakh, 2013)
Gambaran Klinis
2.1.4 Komplikasi
1. Pada anak
IUFD dan IPFD, asfiksia, dan prematuritas.
2. Pada ibu
Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum atau infeksi nifas.
(Sofian, 2011).
2.1.5 Penatalaksanaan
1. USG; untuk mengurangi dispansi biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban
untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan (Manuaba, ida.
2010)
2. Uji nitrazin; menggunakan kertas lakmus (litmus). Bila menjadi biru (basa) ; air ketuban
Bila menjadi merah (asam) ; air kemih (urin) (Mochtar, rustam. 2011).
3. Pemeriksaan speculum steril;
(1) Kaji nilai bishop serviks (lihat nilai bishop)
0 1 2 3
Dilatasi 0 1-2 3-4 5-6
serviks (cm)
Penipisan 0-30 40-50 60-70 80+
(%)
Stasiun -3 -2 -1 +1 atau +2
Konsistensi Keras Medium lunak
Posisi Posterior Ringan anterior
(2) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi (morgan, 2009)
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan terdahulu:
Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual
Kehamilan ganda, polihidramnion
Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
Selaput amnion yang lemah/tipis.
Posisi fetus tidak normal.
Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek.
Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah hamil
kembar atau turunan kembar
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setelah membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi diharapkan dapat mengaplikasikan sesuai dengan teori yang disusun.
Terminasi:hentikan kehamilan
DAFTAR PUSTAKA