ABSTRAK
Pendahuluan: Quality of Nursing Work Life (QNWL) adalah hal yang membutuhkan perhatian dengan pendekatan
manajemen sumber daya manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengembangan model untuk meningkatkan
QNWL agar menurunkan niat perawat untuk berhenti dari rumah sakit Premier Surabaya. Metode: Desain yang digunakan
dalam struktur adalah explanative study. Variabel independen adalah faktor internal (faktor individu , faktor konsep
sosial dan lingkungan , faktor operasional , faktor administrasi) dan variabel dependen dari penelitian ini adalah niat
untuk berhenti, untuk variabel moderator adalah QNWL, sedangkan teknik yang digunakan adalah random sampling.
Jumlah sampel adalah 160 perawat, diambil sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Premier Surabaya dari bulan Oktober 2012Juli 2013. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan, QNWL dipengaruhi oleh hubungan antara interprofessional, bagian dari variabel faktor konsep sosial dan
lingkungan, monitoring supervisi bagian dari faktor variabel operasional, pengembangan karir bagian dari variabel faktor
administrasi. Niat untuk berhenti dipengaruhi oleh hubungan antara perawat, antar-departemen dan antar-profesional yang
merupakan bagian dari variabel faktor konsep sosial dan lingkungan serta gaji dan tunjangan bagian dari variabel faktor
administrasi dengan nilai signifikan p = 0,005. Diskusi: Dapat disimpulkan hubungan baik antar-profesional, monitoring
supervisi, dan pengembangan karir yang baik mempengaruhi QNWL.
Kata kunci: QNWL, human resource management (HRM), niat untuk berhenti.
ABSTRACT
Introduction: Quality of Nursing Work Life (QNWL) is a thing that needs attention by human resource management
approach. The purpose of this research was to provide develop model to increase QNWL in order to lower nurses
intention to quit the Premier Hospital Surabaya. Methods: Design used in the structure was explanatory research. The
independent variables was Internal factors (Individual factors, social and environment conceptual factors, operational
factors, administrative factors) where as the dependent variable from this study was intention to quit, and moderator
variables QNWL random sampling technique. Total sample was 160 nurses, taken according to inclusion criteria. The
research was conducted in Premier Hospital Surabaya from October 2012 - July 2013. Data were collected by using
structured questionnaire. Data were then analyzed by using multiple linear regression test with level of significance of
0.05. Result: The results showed, QNWL was influenced by relationships inter-professional part of variabel social
and environment conceptual factors, supervision monitoring part of variabel operational factors, career development
part of variabel administrative factors. Intention to quit influenced by relationships between nurses, inter-departmental
and inter-professional part of variabel social and environment conceptual factors and salaries and benefits part of
variabel administrative factors with significant value p = 0.005. Discussion: It can be concluded good inter-professional
relation, supervision monitoring , and good career development affected QNWL. Good relationships between nurses,
inter-departmental and inter-professional led to lower intention to quit. Low salary and benefits led nurses intention to
quit getting stronger.
349
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 349356
350
Model Peningkatan Quality of Nursing Work Life (Jany Prihastuty, dkk)
Tabel 1. Hasil uji regresi linier pengaruh social and environment conceptual factors, operational
factors, administrative factors terhadap QNWL Perawat di RSPS Mei 2013
Tabel. 2 Hasil uji regresi linier, pengaruh social and environment conceptual factors, operational
factors, administrative factors terhadap intention to quit
Tabel. 3 Hasil uji regresi linier pengaruh dimensi QNWL terhadap Intention to Quit Perawat di RSPS
Mei 2013
Variabel Hasil
No
Quality of Nursing Work Life Beta Sig (p) Keterangan
1 Work life home life balance -.166 .036 Signifikan
2 Work design dimensions -.052 .586 Tidak Signifikan
3 Work context dimensions -.022 .816 Tidak Signifikan
4 Work world dimensions .071 .376 Tidak Signifikan
351
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 349356
352
Model Peningkatan Quality of Nursing Work Life (Jany Prihastuty, dkk)
di rumah lebih tinggi dibandingkan perawat tenang tidak emosional dalam menghadapi
yang berusia di atas 35 tahun. Berdasarkan situasi yang menekan sekalipun.
hasil penelitian usia dengan tekanan kerja Perawat yang berpendidikan rendah
dari Hari (2012), didapatkan bahwa usia yang memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih mampu
tinggi dalam arti semakin lama bekerja maka me nyei mba ng k a n p eke r ja a n de nga n
kepuasan kerja semakin tinggi. kehidupan di rumah dibandingkan perawat
Berkaitan antara usia dengan kepuasan yang berpendidikan tinggi. Karena perawat
kerja, akan mengalami peningkatan kepuasan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
kerja pada usia 30-an, lalu menurun pada usia berpengharapan dapat berpenghasilan lebih
40-an dan meningkat lagi pada usia 50-an tinggi di perusahaan/pekerjaan lain Perawat
sampai mereka pensiun. Berhubungan dengan yang berpendidikan tinggi lebih mempunyai
tekanan kerja semakin tinggi usia dalam arti bekal ilmu pengetahuan untuk mampu
lama bekerja, maka tekanan kerja rendah, memberikan asuhan keperawatan secara
sedangkan faktor ini turut mempengaruhi profesional dan dapat menjelaskan setiap
QNWL. unsur asuhan perawatan yang diberikan
Perawat berjenis kelamin perempuan dengan penuh percaya diri. Pendidikan yang
memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih mampu tinggi membantu perawat berpikiran lebih
menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan rasional dan realistis dalam menghadapi suatu
di rumah dibandingkan perawat laki-laki. permasalahan.
Status perkawinan, perawat yang belum Menur ut Herzberg, faktor-faktor
menikah memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih yang dapat meningkatkan kepuasan kerja
mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan antara lain bila seseorang mencapai prestasi
kehidupan di rumah dibandingkan perawat (achievement), pengakuan prestasi (recognition
yang sudah menikah. for accomplishment), hal ini dapat dicapai
Posisi keperawatan, perawat yang melalui tingkat pendidikan yang memadai
mempunyai posisi keperawatan lebih rendah (Nursalam, 2001).
memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih mampu Dilihat dari posisi keperawatan, perawat
menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan yang mempunyai posisi keperawatan lebih
di rumah, dan masih dipengaruhi emosional rendah memiliki QNWL tinggi, tenaga
yang belum stabil serta adanya harapan yang lebih senior cenderung puas dengan
yang tinggi, sehingga dalam menyikapi pekerjaannya karena mereka lebih mampu
permasalahan lebih realistis dan rasional. menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja
Berdasarkan masa kerja, perawat yang berdasarkan pengalamannya. Selain itu
masa kerjanya lebih lama memiliki QNWL dengan memegang posisi atau jabatan yang
tinggi, yaitu lebih mampu menyeimbangkan lebih tinggi, dari aspek emosional lebih stabil,
pekerjaan dengan kehidupan di rumah sehingga dalam menyikapi permasalahan lebih
dibandingkan yang masa kerja lebih pendek. realistis dan rasional.
Perawat yang belum mempunyai pengalaman Social and environment conceptual
bekerja memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih factor bentuk hubungan antar profesi dengan
mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan perawat professional masa depan dengan
kehidupan di rumah dibandingkan perawat memberikan pelayanan keperawatan melalui
yang pengalaman kerja lebih banyak. berkomunikasi secara lengkap, adekuat dan
Karyawan baru cenderung datang di tempat cepat, artinya setiap melakukan komunikasi
kerja dengan harapan tinggi. secara lisan maupun tulis dengan teman sejawat
Pela ksa na a n pember ia n asu ha n dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi
keperawatan, pada perawat berpengalaman ketiga unsur diatas dengan didukung fakta
selain melakukan perawatan secara personal, yang memadai (Nursalam, 2001). Komunikasi
juga mendapat tanggung jawab lebih untuk antar perawat dan komunikasi dengan
membantu dan menjadi penanggung jawab departemen ataupun antar profesi menunjang
dalam setiap shift. Dalam hal bersikap lebih keberhasilan pelayanan. Keperawatan sebagai
353
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 349356
bagian terintegrasi dari upaya pemberian sumber daya manusia. Tenaga perawat yang
jasa kesehatan tidak terlepas dari kerja sama ada disesuaikan dengan jumlah dan komposisi
dengan departemen dan profesi lain. perawat dalam satu shift dengan kesesuaian
Supervisor di RSPS adalah perawat jumlah dan kategori pasien, meliputi rasio
senior atau kepala ruangan yang bertugas perawat dengan pasien.
secara bergantian menjadi Duty manager Pembenahan terkait dengan rasio
(Manajer yang bertugas). Sebagai seorang kecukupan perawat dibandingkan dengan
supervisor diperlukan figur kepemimpinan jumlah pasien dan pembenahan tersebut
yang baik dan kuat. Teori kepemimpinan bisa diibaratkan sebagai bentuk strategi
sudah dimulai sejak abad 20 dan semakin dalam keselamatan pasien. Shekelle (2013)
berkembang serta perlu memperhatikan unsur menyat akan bahwa rasio kecu k upan
psikologi, ilmu politik dan pengalaman yang perawat memiliki hubungan yang erat
bervariasi akan membuat seseorang makin dengan penurunan kematian di rumah sakit.
menjadi pemimpin yang sukses (Porter, 2003). Kepmenkes nomor 81/Menkes/SK/1/2004
Berfokus pada kepercayaan dan tujuan yang tentang penyusunan perencanaan sumber
lebih spesifik tentang suatu kualitas yang daya manusia kesehatan dapat dijadikan
akan didapat dari individu untuk menjadi rujukan untuk mengevaluasi kecukupan
pemimpin yang lebih baik (Marquis & Huston, tenaga kesehatan untuk peningkatan dan
2006). Kepemimpinan memainkan peranan pemantapan perencanaan, pengadaan tenaga
yang sangat dominan dalam keberhasilan kesehatan, pendayagunaan dan pemberdayaan
orga n isasi d ala m menyelengga ra ka n profesi kesehatan. Perencanaan kebutuhan
berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam sumber daya manusia (SDM) kesehatan perlu
kinerja para pegawainya (Siagian, 2009). disesuaikan dengan kebutuhan operasional
Dilihat dari bagaimana seorang pemimpin dan berorientasi pada jangka panjang. SDM
dapat mempengaruhi bawahannya untuk kesehatan merupakan bagian tidak terpisahkan
bekerjasama menghasilkan pekerjaan yang dari pelayanan kesehatan terutama pelayanan
efektif dan efisien. keperawatan.
Pelatihan tentang kepemimpinan di Ketidaksesuaian antara rasio perawat
RSPS sudah menjadi agenda rutin untuk dengan pasien maupun komposisi perawat
diajarkan pada kalangan manajer. Tetapi untuk dalam setiap tugas jaga akan mempengaruhi
staf di keperawatan belum berjalan terutama kualitas dari pelayanan yang diberikan.
spesifikasi. Dengan adanya penetapan Tanggung jawab perawat senior terhadap
kompetensi termasuk grading pelevelan perawat medior dan junior membuat beban
perawat, diharapkan akan ada kesempatan mental bagi perawat dalam memberikan
untuk mendapatkan pelatihan kepemimpinan asuhan keperawatan dan berdampak pada
untuk membantu kaderisasi perawat untuk keselamatan pasien. Beban kerja adalah
menjadi pemimpin, sehingga nilai-nilai frekuensi rata-rata masing-masing jenis
kepemimpinan dapat juga dipahami oleh staf pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, di
perawat dari awal. Kepemimpinan yang baik mana dalam memperkirakan beban kerja
dapat membantu psikologis perawat dengan dari organisasi dapat dilakukan berdasarkan
baik. Perasaan dilindungi dan mendapat arahan perhitungan atau pengalaman (Peraturan
ataupun pengawasan secara tepat dari seorang Pemerintah RI Nomor 97 tahun 2000). Beban
pemimpin, akan membawa dampak positif. kerja perawat adalah seluruh kegiatan/aktivitas
Perawat merasa diperhatikan dan membantu yang dilakukan oleh seorang perawat selama
menciptakan lingkungan yang kondusif. bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan
Kepemimpinan yang tidak sepenuhnya otoriter (Marquish dan Huston, 2000).
dibangun dengan demokrasi dan kekeluargaan Berdasarkan dua pengertian beban kerja
akan menciptakan kualitas kerja yang baik. perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas
Operational factors mencakup staffing yang dilakukan perawat dengan jenis pekerjaan
didefinisikan dalam penelitian ini adalah dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam
354
Model Peningkatan Quality of Nursing Work Life (Jany Prihastuty, dkk)
satuan waktu tertentu di suatu unit pelayanan terhitung lembur, namun staf perawatan
keperawatan. Beban kerja dibedakan menjadi merasakan kelelahan fisik dan mental.
beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban Administ rative factors meliputi
kerja kuantitatif menunjukkan adanya jumlah penjenjangan karir perawat juga dapat
pekerjaan yang besar yang harus dilakukan dijadikan landasan dalam proses promosi,
misalnya jam kerja yang tinggi, derajat mutasi dan rotasi perawat. Dengan adanya
tanggung jawab yang besar, tekanan kerja kejelasan dalam pengelolaan jenjang karir
sehari-hari dan sebagainya. Beban kerja perawat, maka akan berpengaruh terhadap
kualitatif menyangkut kesulitan tugas yang kepuasan dan kinerja perawat. Dalam hal ini
dihadapi (Putrono, 2002). di RSPS sedang ditata pembuatan grading
Secara kuantitatif perawat di RSPS saat yang mengacu pada sistem pengembangan
ini sudah terpenuhi, tetapi secara kualitatif karir di Ramsay health care Indonesia.
perawat belum terpenuhi. Jumlah perawat Pengembangan karir berpengaruh
junior lebih banyak dibandingkan senior positif terhadap QNWL yang berarti semakin
dan medior. Perawat senior selain sebagai baik pengelolaan pengembangan karir perawat
penanggung jawab tim juga bertanggung maka QNWL akan meningkat. SDM terutama
jawab terhadap perawat baru. Keadaan ini perawat merupakan tulang punggung rumah
menyebabkan bimbingan ataupun pengawasan sakit dalam memberikan pelayanan. Evaluasi
yang diberikan menjadi tidak optimal. Untuk gaji sangat diperlukan, terutama kebijakan
mengatasi hal ini diperlukan pembimbing atau peraturan yang jelas tentang penghargaan
klinik atau Clinical Instructor (CI) untuk untuk masing-masing kategori perawat yang
membantu perawat baru agar siap memberikan berbeda, termasuk area perawat menjalankan
pelayanan. Bimbingan diperlukan agar perawat pekerjaan. Antara ruang rawat inap dan
baru terlepas dari beban unit, sehingga waktu ruang intensive care, tentunya ada perbedaan
dan kualitas pelayanan menjadi lebih baik. penghargaan dari segi tuntutan kompetensi
Schedule didefinisikan jadwal dinas yang harus dimiliki oleh seorang perawat.
yang dibuat untuk mengatur jam kerja perawat, Nilai individu mengenai kerja dan hasil
terbagi dalam 3 shift, termasuk perawat yang dapat digunakan sebagai informasi untuk
bertugas sebagai penanggung jawab tiap memperkirakan faktor yang mempengaruhi
shift. Penjadwalan ini menentukan pola jam kepuasan kerja (Soeroso, 2002). Robins
kerja masuk dan libur mendatang perawat menyatakan bila upah diberikan secara adil
dalam suatu unit. Jadwal dinas dikeperawatan sesuai tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan
terbagi beberapa variasi sesuai kebutuhan individu dan standar pengupahan komunitas,
operasional. Saat ini ada yang menggunakan kemungkinan besar menghasilkan kepuasan
sistem 52, artinya 5 hari kerja 2 hari libur, pada pekerja (Robbins, 2001).
tetapi ada juga yang 6 hari kerja 1 hari libur. Kecenderungan untuk keluar atau
Bagi yang mendapat dinas shift, dampak dari intention to quit adalah suatu Intensi yang
jumlah pasien yang banyak dan komposisi hanya sebatas keinginan atau niat untuk
yang kurang seimbang, mengakibatkan staf meninggalkan organisasi. Ini menyangkut
perawatan yang seharusnya pulang pada sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya,
waktunya, menjadi sering memanjang jam yang didasarkan atas penilaian terhadap
dinasnya, karena harus menyelesaikan aspek pekerjaannya. Keluarnya perawat
pelayanan perawatan, agar aman diserahkan menyebabkan lumpuhnya aktivitas organisasi
untuk diteruskan pada shift berikut, sehingga (Kreisman, 2002). Kesulitan menarik orang
bagi yang dinas sore, seharusnya jam 22.15 baru dengan memiliki kemampuan yang setara
sudah dapat meninggalkan unitnya, baru memerlukan waktu, selama jabatan kosong
selesai sampai jam 22.3023.00. atau belum mendapat karyawan pengganti,
Dari sisi penghargaan, di RSPS staf dapat membuat pemulihan kinerja organisasi
yang bekerja lebih 1 jam dari jam dinas menjadi sulit (Kreisman, 2002).
355
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 349356
356