Anda di halaman 1dari 8

MODEL PENINGKATAN QUALITY OF NURSING WORK LIFE

UNTUK MENURUNKAN INTENTION TO QUIT PERAWAT


DI RUMAH SAKIT PREMIER SURABAYA
(Quality of Nursing Work Life Improvement Model to Decrease Nurse Intention to Quit
in Premier Surabaya Hospital)

Jany Prihastuty*, Nyoman Anita Damayanti**, Nursalam***


* Rumah Sakit Premier Surabaya, Jalan Nginden Intan Barat Blok B Surabaya
**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
***Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
E-mail: jani.jp@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Quality of Nursing Work Life (QNWL) adalah hal yang membutuhkan perhatian dengan pendekatan
manajemen sumber daya manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengembangan model untuk meningkatkan
QNWL agar menurunkan niat perawat untuk berhenti dari rumah sakit Premier Surabaya. Metode: Desain yang digunakan
dalam struktur adalah explanative study. Variabel independen adalah faktor internal (faktor individu , faktor konsep
sosial dan lingkungan , faktor operasional , faktor administrasi) dan variabel dependen dari penelitian ini adalah niat
untuk berhenti, untuk variabel moderator adalah QNWL, sedangkan teknik yang digunakan adalah random sampling.
Jumlah sampel adalah 160 perawat, diambil sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Premier Surabaya dari bulan Oktober 2012Juli 2013. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan, QNWL dipengaruhi oleh hubungan antara interprofessional, bagian dari variabel faktor konsep sosial dan
lingkungan, monitoring supervisi bagian dari faktor variabel operasional, pengembangan karir bagian dari variabel faktor
administrasi. Niat untuk berhenti dipengaruhi oleh hubungan antara perawat, antar-departemen dan antar-profesional yang
merupakan bagian dari variabel faktor konsep sosial dan lingkungan serta gaji dan tunjangan bagian dari variabel faktor
administrasi dengan nilai signifikan p = 0,005. Diskusi: Dapat disimpulkan hubungan baik antar-profesional, monitoring
supervisi, dan pengembangan karir yang baik mempengaruhi QNWL.

Kata kunci: QNWL, human resource management (HRM), niat untuk berhenti.

ABSTRACT
Introduction: Quality of Nursing Work Life (QNWL) is a thing that needs attention by human resource management
approach. The purpose of this research was to provide develop model to increase QNWL in order to lower nurses
intention to quit the Premier Hospital Surabaya. Methods: Design used in the structure was explanatory research. The
independent variables was Internal factors (Individual factors, social and environment conceptual factors, operational
factors, administrative factors) where as the dependent variable from this study was intention to quit, and moderator
variables QNWL random sampling technique. Total sample was 160 nurses, taken according to inclusion criteria. The
research was conducted in Premier Hospital Surabaya from October 2012 - July 2013. Data were collected by using
structured questionnaire. Data were then analyzed by using multiple linear regression test with level of significance of
0.05. Result: The results showed, QNWL was influenced by relationships inter-professional part of variabel social
and environment conceptual factors, supervision monitoring part of variabel operational factors, career development
part of variabel administrative factors. Intention to quit influenced by relationships between nurses, inter-departmental
and inter-professional part of variabel social and environment conceptual factors and salaries and benefits part of
variabel administrative factors with significant value p = 0.005. Discussion: It can be concluded good inter-professional
relation, supervision monitoring , and good career development affected QNWL. Good relationships between nurses,
inter-departmental and inter-professional led to lower intention to quit. Low salary and benefits led nurses intention to
quit getting stronger.

Keywords: QNWL, HRM (Human Resource Management), Intention to quit

PENDAHULUAN kesehatan utama. Dalam lingkup perumah


sakitan, suasana kerja yang tidak kondusif,
Di era globalisasi dan kompetisi antar
lingkungan pekerjaan, beban kerja secara
rumah sakit, peranan SDM sangat besar
langsung dan tidak langsung menghambat
terutama perawat sebagai salah satu tenaga

349
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 349356

proses pelayanan professional bila tidak sehingga dapat merekomendasikan faktor


diangani dengan baik. Kepedulian terhadap yang paling berpengaruh terhadap QNWL
kondisi perawat, menumbuhkan loyalitas untuk dan dapat menekan intention to quit di rumah
melayani lebih baik. Kualitas pelayanan terbaik sakit.
yang diberikan kesempatan berkembang
kurang baik perawat dipengaruhi oleh
BAHAN DAN METODE
Quality of Nursing Work Life (QNWL) yang
merupakan elemen penting dalam pelayanan Rancangan penelitian ini adalah
bidang kesehatan (Brooks dan Clarke, 2010). explanatory dengan teknik random sampling.
Rumah Sakit Premier Surabaya (RSPS) Sampel penelitian perawat di RSPS yang
bagian dari Ramsay Health Care Indonesia memenuhi kriteria inklusi sebanyak 160
(RHCI), bertekad memberikan pelayanan perawat. Variabel independen dalam penelitian
yang terbaik bagi perawat, karyawan dan ini adalah individual factors, social and
pengguna jasa kesehatan. QNWL mempunyai environment conceptual factors, operational
dampak, bila tidak tertangani dengan baik, factors, administrative factors. Variabel
akan mengakibatkan perawat keluar dari dependen adalah intention to quit, variabel
pekerjaan. Beberapa alasan perawat keluar moderator adalah QNWL yang memiliki
dari pekerjaannya karena faktor kualitas empat dimensi; work life- home life balance,
kehidupan kerja perawat, gaji dan keuntungan work design dimensions, work context
kurang baik seperti penghargaan. Perawat di dimensions, work world dimensions. Penelitian
RSPS merasakan gaji kurang mencukupi, 15% dilakukan di Rumah Sakit Premier Surabaya.
perawat menyatakan hal ini dan keuntungan Penelitian dilaksanakan selama 9 bulan, mulai
berupa penghargaan kurang baik, 17% perawat bulan Oktober 2012 sampai Juli 2013. Metode
menyatakan hal ini. Faktor ini mempengaruhi pengambilan data menggunakan kuesioner
rendahnya QNWL, sedangkan QNWL ini yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
mempengaruhi produktivitas dan komitmen Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis
karyawan dalam meningkatkan kemajuan dan dilakukan uji statistik regresi linier
organisasi. Kontribusi terbaik karyawan berganda, kemudian didapat isu strategis dan
dapat diperoleh ketika hubungan antara dilakukan focus group discussion (FGD).
karyawan dengan lingkungan kerjanya juga
baik (Meylina, 2007). Manfaat positif dari
HASIL
QNWL termasuk penurunan ketidakhadiran,
penurunan pergantian tenaga kerja yang keluar Karakteristik perawat di RSPS
dan masuk, serta peningkatan kepuasan kerja. terbanyak berusia 2635 tahun, mayoritas jenis
Kajian masalah dalam penelitian ini mengadopsi kelamin perempuan dan sebagian besar status
beberapa faktor yang mempengaruhi QNWL sudah menikah. Pendidikan terbanyak saat ini
menurut Obrien-Pallas and A. Baumann diploma 3 keperawatan dan posisi terbanyak
(1992) yang kemudian dikembangkan oleh sebagai junior yang belum berpengalaman di
B. Brooks and A. Anderson (2005). Tujuan rumah sakit ataupun klinik dengan masa kerja
penelitian ini menyusun model peningkatan terbanyak di RSPS 15 tahun .
QNWL pada perawat di RSPS. Manfaat Hasil Penelitian tentang social and
penelitian ini secara teoritis dapat memberikan environtment conceptual factors yang
masukan dan informasi bagi perkembangan dirasakan perawat di RSPS yang meliputi
ilmu keperawatan khususnya dan manajemen komunikasi, kepemimpinan, hubungan antar
rumah sakit tentang kualitas kehidupan perawat, hubungan antar bagian, hubungan
kerja perawat, sehingga dapat memberikan antar profesi berjalan baik.
pelayanan yang optimal. Secara praktis dapat Berdasarkan tabel 1. Variabel interprofesi
menjadi masukan bagi organisasi rumah sakit relations berpengaruh positif terhadap QNWL
dalam mengoptimalkan dan mengelola sumber yang berarti semakin baik hubungan antar
daya manusia terutama bidang keperawatan, profesi, QNWL akan meningkat. Pengawasan

350
Model Peningkatan Quality of Nursing Work Life (Jany Prihastuty, dkk)

Tabel 1. Hasil uji regresi linier pengaruh social and environment conceptual factors, operational
factors, administrative factors terhadap QNWL Perawat di RSPS Mei 2013

Variabel social and environment conceptual factor, Hasil


No
operational factors, administrative factors Beta Sig. (p) Keterangan
Social and environment conceptual factor
1 Komunikasi 0.76 .405 Tidak signifikan
2 Kepemimpinan -027 .751 Tidak signifikan
3 Nurse relation .036 .627 Tidak signifikan
4 Interdepartemen relations .111 .132 Tidak signifikan
5 Interprofesi relations 215 .004 Signifikan
Operational factors
1 Staffing .133 .091 Tidak signifikan
2 Schedule .067 .382 Tidak signifikan
3 Kompetisi -.077 .290 Tidak signifikan
4 Pengawasan Supervisor .172 .030 Signifikan
Administrative factors
1 Pengembangan Karir .167 .047 Signifikan
2 Gaji .145 .096 Tidak signifikan

Tabel. 2 Hasil uji regresi linier, pengaruh social and environment conceptual factors, operational
factors, administrative factors terhadap intention to quit

Hasil uji regresi linier


No Variabel
Beta Sig (p) Keterangan
Social and environment conceptual factors
1 Komunikasi -.145 .161 Tidak signifikan
2 Kepemimpinan .026 .788 Tidak signifikan
3 Nurse relation .169 .041 signifikan
4 Interdepartemenrelations -.199 .017 signifikan
5 Interprofesi relations .189 .023 signifikan
Operational factors
6 Staffing .047 .593 Tidak signifikan
7 Schedule .045 .598 Tidak signifikan
8 Kompetisi .075 .380 Tidak signifikan
9 Pengawasan Supervisor .059 .511 Tidak signifikan
Administrative factors
10 Karir .047 .620 Tidak signifikan
11 Gaji -.264 .007 signifikan

Tabel. 3 Hasil uji regresi linier pengaruh dimensi QNWL terhadap Intention to Quit Perawat di RSPS
Mei 2013

Variabel Hasil
No
Quality of Nursing Work Life Beta Sig (p) Keterangan
1 Work life home life balance -.166 .036 Signifikan
2 Work design dimensions -.052 .586 Tidak Signifikan
3 Work context dimensions -.022 .816 Tidak Signifikan
4 Work world dimensions .071 .376 Tidak Signifikan

351
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 349356

supervisor berpengaruh positif terhadap tidak berpengaruh terhadap intention to quit.


QNWL yang berarti semakin baik pengawasan Gaji dan keuntungan berpengaruh negatif
yang dilakukan supervisor, QNWL akan terhadap intention to quit, gaji yang dirasakan
meningkat. Pengembangan karir berpengaruh rendah akan memperbesar peluang perawat
positif terhadap QNWL yang berarti semakin untuk keluar.
baik pengelolaan pengembangan karir perawat, QNWL tidak berpengaruh langsung
QNWL akan meningkat. terhadap intention to quit, namun QNWL yang
Tampak pada tabel 2 dari uji regresi terdiri dari empat dimensi, masing-masing
linier berganda, untuk melihat pengaruh akan dilihat pengaruhnya terhadap intention to
social and environment conceptual factors, quit melalui uji regresi linier berganda. Yang
operational factors, administrative factors hasilnya berdasarkan tabel 3 menunjukkan
terhadap intention to quit, didapatkan Work life home life balance berpengaruh negatif
hasil signifikan. Dari variabel social and dan signifikan terhadap intention to quit, yang
environment conceptual factors; komunikasi berarti semakin ada ketidaksesuaian atau
dan kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap ketidakseimbangan antara pekerjaan dengan
intention to quit, hubungan antar perawat, kehidupan di rumah, akan mempengaruhi
berpengaruh positif terhadap intention to peningkatan perawat untuk cenderung keluar
quit, yang berarti semakin baik hubungan dari pekerjaannya. Sedangkan work design
antar perawat kecenderungan untuk keluar dimensions yang mencakup rancangan
lebih sedikit. Hubungan antar departemen pekerjaan tentang komposisi antara job desk
berpengaruh negatif terhadap intention to quit, dan pekerjaan yang dilakukan perawat tidak
artinya hubungan antar departemen yang tidak berpengaruh terhadap intention to quit. Work
baik akan memperbesar peluang perawat untuk context dimensions tentang lingkungan kerja
keluar. Hubungan antar profesi berpengaruh dan dampaknya terhadap pekerjaan perawat
positif terhadap intention to quit artinya, tidak berpengaruh terhadap intention to quit,
semakin baik hubungan antar profesi akan work world dimensions tidak berpengaruh
mengurangi kecenderungan perawat untuk terhadap intention to quit.
keluar. Operational factors tidak berpengaruh Berdasarkan gambar diatas dapat
terhadap intention to quit. Pengembangan karir dijelaskan yang mempengaruhi QNWL
adalah interprofesion relations sebagai
variabel social and environment conceptual
Social and Environment
conceptual factors: factors, pengawasan supervisor sebagai
1. Komunikasi
2. Kepemimpinan variabel operational factors, pengembangan
3. Nurse relations karir sebagai variabel administrative factors.
4. Interdepartemen
relations Intention to quit dipengaruhi oleh nurse
5. Interprofesi relations
QNWL: relations, interdepartemen relations and
1. Work life
Home life
interprofesion relations yang ketiganya variabel
Operational factors:
1. Staffing
balance social and environment conceptual factors,
2. Work design Inten-
2. Schedule
3. Pengawasan
dimensions tion to gaji dan keuntungan merupakan variabel dari
. supervisor 3. Work contxt
dimensions
quit administrative factors, sedangkan dari QNWL
4. Kompetisi
4.Work world adalah work life -home life balance yang ikut
dimensions
Administrative factors: berpengaruh terhadap intention to quit.
1.Pengembangan karir

2.Gaji dan keuntungan


PEMBAHASAN

Gambar 1. Pengaruh social and environment Individual factors perawat di


conceptual factor, operational RSPS. Perawat yang berusia kurang dari
factors, administrative factors 35 tahun memiliki QNWL tinggi. Perawat
terhadap QNWL dan Intention to tersebut mempunyai kemampuan untuk
quit menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan

352
Model Peningkatan Quality of Nursing Work Life (Jany Prihastuty, dkk)

di rumah lebih tinggi dibandingkan perawat tenang tidak emosional dalam menghadapi
yang berusia di atas 35 tahun. Berdasarkan situasi yang menekan sekalipun.
hasil penelitian usia dengan tekanan kerja Perawat yang berpendidikan rendah
dari Hari (2012), didapatkan bahwa usia yang memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih mampu
tinggi dalam arti semakin lama bekerja maka me nyei mba ng k a n p eke r ja a n de nga n
kepuasan kerja semakin tinggi. kehidupan di rumah dibandingkan perawat
Berkaitan antara usia dengan kepuasan yang berpendidikan tinggi. Karena perawat
kerja, akan mengalami peningkatan kepuasan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
kerja pada usia 30-an, lalu menurun pada usia berpengharapan dapat berpenghasilan lebih
40-an dan meningkat lagi pada usia 50-an tinggi di perusahaan/pekerjaan lain Perawat
sampai mereka pensiun. Berhubungan dengan yang berpendidikan tinggi lebih mempunyai
tekanan kerja semakin tinggi usia dalam arti bekal ilmu pengetahuan untuk mampu
lama bekerja, maka tekanan kerja rendah, memberikan asuhan keperawatan secara
sedangkan faktor ini turut mempengaruhi profesional dan dapat menjelaskan setiap
QNWL. unsur asuhan perawatan yang diberikan
Perawat berjenis kelamin perempuan dengan penuh percaya diri. Pendidikan yang
memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih mampu tinggi membantu perawat berpikiran lebih
menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan rasional dan realistis dalam menghadapi suatu
di rumah dibandingkan perawat laki-laki. permasalahan.
Status perkawinan, perawat yang belum Menur ut Herzberg, faktor-faktor
menikah memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih yang dapat meningkatkan kepuasan kerja
mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan antara lain bila seseorang mencapai prestasi
kehidupan di rumah dibandingkan perawat (achievement), pengakuan prestasi (recognition
yang sudah menikah. for accomplishment), hal ini dapat dicapai
Posisi keperawatan, perawat yang melalui tingkat pendidikan yang memadai
mempunyai posisi keperawatan lebih rendah (Nursalam, 2001).
memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih mampu Dilihat dari posisi keperawatan, perawat
menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan yang mempunyai posisi keperawatan lebih
di rumah, dan masih dipengaruhi emosional rendah memiliki QNWL tinggi, tenaga
yang belum stabil serta adanya harapan yang lebih senior cenderung puas dengan
yang tinggi, sehingga dalam menyikapi pekerjaannya karena mereka lebih mampu
permasalahan lebih realistis dan rasional. menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja
Berdasarkan masa kerja, perawat yang berdasarkan pengalamannya. Selain itu
masa kerjanya lebih lama memiliki QNWL dengan memegang posisi atau jabatan yang
tinggi, yaitu lebih mampu menyeimbangkan lebih tinggi, dari aspek emosional lebih stabil,
pekerjaan dengan kehidupan di rumah sehingga dalam menyikapi permasalahan lebih
dibandingkan yang masa kerja lebih pendek. realistis dan rasional.
Perawat yang belum mempunyai pengalaman Social and environment conceptual
bekerja memiliki QNWL tinggi, yaitu lebih factor bentuk hubungan antar profesi dengan
mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan perawat professional masa depan dengan
kehidupan di rumah dibandingkan perawat memberikan pelayanan keperawatan melalui
yang pengalaman kerja lebih banyak. berkomunikasi secara lengkap, adekuat dan
Karyawan baru cenderung datang di tempat cepat, artinya setiap melakukan komunikasi
kerja dengan harapan tinggi. secara lisan maupun tulis dengan teman sejawat
Pela ksa na a n pember ia n asu ha n dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi
keperawatan, pada perawat berpengalaman ketiga unsur diatas dengan didukung fakta
selain melakukan perawatan secara personal, yang memadai (Nursalam, 2001). Komunikasi
juga mendapat tanggung jawab lebih untuk antar perawat dan komunikasi dengan
membantu dan menjadi penanggung jawab departemen ataupun antar profesi menunjang
dalam setiap shift. Dalam hal bersikap lebih keberhasilan pelayanan. Keperawatan sebagai

353
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 349356

bagian terintegrasi dari upaya pemberian sumber daya manusia. Tenaga perawat yang
jasa kesehatan tidak terlepas dari kerja sama ada disesuaikan dengan jumlah dan komposisi
dengan departemen dan profesi lain. perawat dalam satu shift dengan kesesuaian
Supervisor di RSPS adalah perawat jumlah dan kategori pasien, meliputi rasio
senior atau kepala ruangan yang bertugas perawat dengan pasien.
secara bergantian menjadi Duty manager Pembenahan terkait dengan rasio
(Manajer yang bertugas). Sebagai seorang kecukupan perawat dibandingkan dengan
supervisor diperlukan figur kepemimpinan jumlah pasien dan pembenahan tersebut
yang baik dan kuat. Teori kepemimpinan bisa diibaratkan sebagai bentuk strategi
sudah dimulai sejak abad 20 dan semakin dalam keselamatan pasien. Shekelle (2013)
berkembang serta perlu memperhatikan unsur menyat akan bahwa rasio kecu k upan
psikologi, ilmu politik dan pengalaman yang perawat memiliki hubungan yang erat
bervariasi akan membuat seseorang makin dengan penurunan kematian di rumah sakit.
menjadi pemimpin yang sukses (Porter, 2003). Kepmenkes nomor 81/Menkes/SK/1/2004
Berfokus pada kepercayaan dan tujuan yang tentang penyusunan perencanaan sumber
lebih spesifik tentang suatu kualitas yang daya manusia kesehatan dapat dijadikan
akan didapat dari individu untuk menjadi rujukan untuk mengevaluasi kecukupan
pemimpin yang lebih baik (Marquis & Huston, tenaga kesehatan untuk peningkatan dan
2006). Kepemimpinan memainkan peranan pemantapan perencanaan, pengadaan tenaga
yang sangat dominan dalam keberhasilan kesehatan, pendayagunaan dan pemberdayaan
orga n isasi d ala m menyelengga ra ka n profesi kesehatan. Perencanaan kebutuhan
berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam sumber daya manusia (SDM) kesehatan perlu
kinerja para pegawainya (Siagian, 2009). disesuaikan dengan kebutuhan operasional
Dilihat dari bagaimana seorang pemimpin dan berorientasi pada jangka panjang. SDM
dapat mempengaruhi bawahannya untuk kesehatan merupakan bagian tidak terpisahkan
bekerjasama menghasilkan pekerjaan yang dari pelayanan kesehatan terutama pelayanan
efektif dan efisien. keperawatan.
Pelatihan tentang kepemimpinan di Ketidaksesuaian antara rasio perawat
RSPS sudah menjadi agenda rutin untuk dengan pasien maupun komposisi perawat
diajarkan pada kalangan manajer. Tetapi untuk dalam setiap tugas jaga akan mempengaruhi
staf di keperawatan belum berjalan terutama kualitas dari pelayanan yang diberikan.
spesifikasi. Dengan adanya penetapan Tanggung jawab perawat senior terhadap
kompetensi termasuk grading pelevelan perawat medior dan junior membuat beban
perawat, diharapkan akan ada kesempatan mental bagi perawat dalam memberikan
untuk mendapatkan pelatihan kepemimpinan asuhan keperawatan dan berdampak pada
untuk membantu kaderisasi perawat untuk keselamatan pasien. Beban kerja adalah
menjadi pemimpin, sehingga nilai-nilai frekuensi rata-rata masing-masing jenis
kepemimpinan dapat juga dipahami oleh staf pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, di
perawat dari awal. Kepemimpinan yang baik mana dalam memperkirakan beban kerja
dapat membantu psikologis perawat dengan dari organisasi dapat dilakukan berdasarkan
baik. Perasaan dilindungi dan mendapat arahan perhitungan atau pengalaman (Peraturan
ataupun pengawasan secara tepat dari seorang Pemerintah RI Nomor 97 tahun 2000). Beban
pemimpin, akan membawa dampak positif. kerja perawat adalah seluruh kegiatan/aktivitas
Perawat merasa diperhatikan dan membantu yang dilakukan oleh seorang perawat selama
menciptakan lingkungan yang kondusif. bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan
Kepemimpinan yang tidak sepenuhnya otoriter (Marquish dan Huston, 2000).
dibangun dengan demokrasi dan kekeluargaan Berdasarkan dua pengertian beban kerja
akan menciptakan kualitas kerja yang baik. perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas
Operational factors mencakup staffing yang dilakukan perawat dengan jenis pekerjaan
didefinisikan dalam penelitian ini adalah dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam

354
Model Peningkatan Quality of Nursing Work Life (Jany Prihastuty, dkk)

satuan waktu tertentu di suatu unit pelayanan terhitung lembur, namun staf perawatan
keperawatan. Beban kerja dibedakan menjadi merasakan kelelahan fisik dan mental.
beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban Administ rative factors meliputi
kerja kuantitatif menunjukkan adanya jumlah penjenjangan karir perawat juga dapat
pekerjaan yang besar yang harus dilakukan dijadikan landasan dalam proses promosi,
misalnya jam kerja yang tinggi, derajat mutasi dan rotasi perawat. Dengan adanya
tanggung jawab yang besar, tekanan kerja kejelasan dalam pengelolaan jenjang karir
sehari-hari dan sebagainya. Beban kerja perawat, maka akan berpengaruh terhadap
kualitatif menyangkut kesulitan tugas yang kepuasan dan kinerja perawat. Dalam hal ini
dihadapi (Putrono, 2002). di RSPS sedang ditata pembuatan grading
Secara kuantitatif perawat di RSPS saat yang mengacu pada sistem pengembangan
ini sudah terpenuhi, tetapi secara kualitatif karir di Ramsay health care Indonesia.
perawat belum terpenuhi. Jumlah perawat Pengembangan karir berpengaruh
junior lebih banyak dibandingkan senior positif terhadap QNWL yang berarti semakin
dan medior. Perawat senior selain sebagai baik pengelolaan pengembangan karir perawat
penanggung jawab tim juga bertanggung maka QNWL akan meningkat. SDM terutama
jawab terhadap perawat baru. Keadaan ini perawat merupakan tulang punggung rumah
menyebabkan bimbingan ataupun pengawasan sakit dalam memberikan pelayanan. Evaluasi
yang diberikan menjadi tidak optimal. Untuk gaji sangat diperlukan, terutama kebijakan
mengatasi hal ini diperlukan pembimbing atau peraturan yang jelas tentang penghargaan
klinik atau Clinical Instructor (CI) untuk untuk masing-masing kategori perawat yang
membantu perawat baru agar siap memberikan berbeda, termasuk area perawat menjalankan
pelayanan. Bimbingan diperlukan agar perawat pekerjaan. Antara ruang rawat inap dan
baru terlepas dari beban unit, sehingga waktu ruang intensive care, tentunya ada perbedaan
dan kualitas pelayanan menjadi lebih baik. penghargaan dari segi tuntutan kompetensi
Schedule didefinisikan jadwal dinas yang harus dimiliki oleh seorang perawat.
yang dibuat untuk mengatur jam kerja perawat, Nilai individu mengenai kerja dan hasil
terbagi dalam 3 shift, termasuk perawat yang dapat digunakan sebagai informasi untuk
bertugas sebagai penanggung jawab tiap memperkirakan faktor yang mempengaruhi
shift. Penjadwalan ini menentukan pola jam kepuasan kerja (Soeroso, 2002). Robins
kerja masuk dan libur mendatang perawat menyatakan bila upah diberikan secara adil
dalam suatu unit. Jadwal dinas dikeperawatan sesuai tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan
terbagi beberapa variasi sesuai kebutuhan individu dan standar pengupahan komunitas,
operasional. Saat ini ada yang menggunakan kemungkinan besar menghasilkan kepuasan
sistem 52, artinya 5 hari kerja 2 hari libur, pada pekerja (Robbins, 2001).
tetapi ada juga yang 6 hari kerja 1 hari libur. Kecenderungan untuk keluar atau
Bagi yang mendapat dinas shift, dampak dari intention to quit adalah suatu Intensi yang
jumlah pasien yang banyak dan komposisi hanya sebatas keinginan atau niat untuk
yang kurang seimbang, mengakibatkan staf meninggalkan organisasi. Ini menyangkut
perawatan yang seharusnya pulang pada sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya,
waktunya, menjadi sering memanjang jam yang didasarkan atas penilaian terhadap
dinasnya, karena harus menyelesaikan aspek pekerjaannya. Keluarnya perawat
pelayanan perawatan, agar aman diserahkan menyebabkan lumpuhnya aktivitas organisasi
untuk diteruskan pada shift berikut, sehingga (Kreisman, 2002). Kesulitan menarik orang
bagi yang dinas sore, seharusnya jam 22.15 baru dengan memiliki kemampuan yang setara
sudah dapat meninggalkan unitnya, baru memerlukan waktu, selama jabatan kosong
selesai sampai jam 22.3023.00. atau belum mendapat karyawan pengganti,
Dari sisi penghargaan, di RSPS staf dapat membuat pemulihan kinerja organisasi
yang bekerja lebih 1 jam dari jam dinas menjadi sulit (Kreisman, 2002).

355
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 349356

SIMPULAN DAN SARAN KEPUSTAKAAN


Simpulan Brooks, B. A., Anderson, M. A., 2005. Defining
Model QNWL dipengar uhi oleh quality of Nursing Work Life. Nursing
Economics, 23 Nov/ Dec, 319326.
interprofesi relations sebagai variabel
Brooks, B. A., Anderson, B., 2007. Assesing
social and environment conceptual factors,
The Nursing Quality of Work Life.
pengawasan supervisor sebagai variabel
Nursing Administration Quarterly,
operational factors, pengembangan karir 152157.
sebagai variabel administrative factors. Clarke, P. N., Brooks, B., 2010. Quality of
Intention to quit dipengaruhi oleh nurse Nursing Worklife. Nursing Science
relations, interdepartemen relations and Quarterly, 23 (4), 301305.
interprofesi relations yang ketiganya variabel Sumarto, 2002. Meningkatkan Komitmen
social and environment conceptual factors, dan Kepuasan untuk Menyurutkan
gaji dan keuntungan merupakan variabel dari Niat Keluar (online) (http://puslit2.petra.
administrative factors. Dimensi QNWL yang ac.id /ejour nal/index.php/man /ar ticle/
ikut berpengaruh terhadap intention to quit viewFile/17968/17879) diakses tanggal
adalah work life -home life balance. 14 Juni 2013, jam 09.00 WIB).
Saran Meylina, 2007. Studi Deskriptif Kualitas
Manajemen memiliki komitmen dengan Kehidupan Kerja Karyawan PT Hanurda
Bersaudara di Surabaya. Surabaya.
kepala ruangan masing- masing unit perawatan
Surabaya: Ubaya.
dan perawat yang ada di RSPS secara
Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan.
bersama- sama untuk melaksanakan program
Jakarta: Salemba Medika.
peningkatan QNWL secara bertahap dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 97 tahun
membangun lingkungan yang lebih kondusif, 2000 097-00 pdf.
komunikasi lebih terbuka, kepemimpinan yang Putrono, 2002. Beban Kerja, (online), (http://
dapat menjadi panutan, kesesuaian job desk repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3
dengan beban kerja, melakukan penghitungan 3834/4/Chapter%20II.pdf diakses tanggal
beban kerja perawat untuk masing-masing unit 14 Juni 2013, jam 20.00 WIB).
dan menganalisis beban kerja tenaga perawat Robbin Stephen P, 2001. Perilaku Organisasi
yang ada menentukan grading dan kompetensi Kon s e p Kont r ove r si Apl i k a si.
perawat, membuka kesempatan perawat untuk Prenhalindo. Jakarta: Edisi Indonesia.
berkembang, membangun kerja sama yang Shekelle, 2013. Ratio kecukupan perawat\:
baik antar perawat, departemen dan profesi , sebuah Sistematik Review strategi
mengidentifikasi dan mengevaluasi program Keselamatan Pasien, (online), (http://
www.mutupelayanankesehatan.net/index.
pengelolaan SDM, mengevaluasi sistem
php/component/content/article/22/558
penjenjangan karir, menyusun standar baku diakses tanggal 20 juni 2013, jam 13.00
rotasi perawat, agar tenaga perawatan dapat WIB).
efektif dan efisien, dan sesuai keahliannya Siagian, S.P, 2009. Manajemen Sumber
termasuk evaluasi gaji dan keuntungan Daya Manusia. Cetakan ketujuh belas.
perawat, sistem pengangkatan karyawan baru Jakarta.
dan kebijakan perawat yang keluar dari RS. Soeroso, 2002. Penataan Sistem Jenjang
Bagi Perawat tetap memberikan Karir Berdasar Kompetensi Untuk
pelayanan dengan caring dan bangga menjadi Meningkatkan Kepuasan Kerja dan
perawat yang berdedikasi serta mempunyai Kinerja Perawat di umah Sakit Ekplanasi
komitmen bagi kesehatan dan keselamatan Volume 6 Nomor 2 Edisi September
pasien. 2011, (online), (ww w.kopertis6.or.id/
journal/index.php/eks/.../84/73 diakses
tanggal 14 Juni 2013, jam 18.00 WI

356

Anda mungkin juga menyukai