ABSTRAK
Pendahuluan: Jumlah penduduk Indonesia sensus tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
1,49 % per tahun. Target RPJPMN 2010-2014 sebesar1,14 %, laju pertumbuhan penduduk saat ini 0,53 % masih lebih
tinggi. Pengendalian penduduk diperlukan antara lain dengan pemakaian kontrasepsi pada wanita maupun pria. Keterlibatan
pria dalam KB masih rendah hanya 6,26 %. Tujuan penelitian untuk membuktikan zat aktif daun jambu biji merah dapat
menurunkan kadar FSH dan spermatogenesis pada tikus putih jantan (Rattus norvegikus). Metode: Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen dengan rancangan Post test only control group design. Besar sampel menggunakan rumus Federer
dengan jumlah sampel 30 ekor tikus putih, terbagi tiga kelompok yaitu Kelompok 1 (K1) kelompok kontrol diberikan larutan
CMC 0,5 % 1 ml/ hari, Kelompok Perlakuan 1 (P1) diberikan ekstrak daun jambu biji merah dosis 40 mg/ml/hari dan
kelompok Perlakuan 2 (P2) diberikan ekstrak daun jambu biji merah dosis 80 mg/ml/hari dan diberikan selama 30 hari.
Variabel penelitian jumlah sel spermatogenik ( Spermatogonium, Spermatosit primer dan Spermatid). Data dianalisis
menggunakan uji ANOVA. Hasil: Hasil analisis data dengan uji ANOVA jumlah sel spermatogonium nilai p 0,801 (p <
0,05): tidak ada perbedaan signifikan diantara ketiga kelompok, uji LSD tidak dilakukan. Hasil uji ANOVA untuk jumlah sel
spermatosit primer didapatkan nilai p 0,102 ( p < 0,05 ), berarti tidak ada perbedaan signifikan diantara ketiga kelompok, uji
LSD tidak dilakukan. Hasil uji ANOVA untuk jumlah sel spermatid nilai p 0,001 (p < 0,05) berarti terdapat perbedaan
signifikan diantara ketiga kelompok. Hasil uji LSD kontrol dengan P1 (p 0,036 ): berbeda, Kontrol dengan P2 (p <0,000):
berbeda, P1 dengan P2 (p <0,033) : berbeda. Diskusi: Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun jambu biji
merah tidak menurunkan jumlah sel spermatogonium dan sel spermatosit primer tetapi menurunkan jumlah spermatid pada
tikus putih jantan.
Kata kunci: Ekstrak daun jambu biji merah (Psidium guajava.L, sel spermatogenik (spermatogoniun, spermatosit primer
dan spermatid).
ABSTRACT
Introduction: The census in 2010 showed that the population of Indonesia was as many as 237.6 million with a population
growth rate of 1.49% per year. RPJPMN target in 2010-2014 was 1.14%, so the current population growth rate, which is
0.53%, is still high. It is necessary to control population growth. One method to control population is the use of
contraception by using contraceptive both in males and females. Male involvement in family planning remains low, only
6.26%. The purpose of this study was to proved that the active substance of red guava leaves can reduce spermatogenesis in
male rats (Rattus norvegicus). Methods: This was an experimental study using post-test only control group design. Sample
size from Federer's formula obtained 30 white rats. Samples were divided into three groups: Group 1 (K1), the control
group, was given with 0.5% CMC Na solution of 1 ml/day. Treatment group 1 (P1) was given red guajava leaf extract in a
dose of 40 mg/ml/day, and the treatment group 2 (P2) was given with red guajava leaf extract in a dose of 80 mg/ml/day for
30 days. The variables in this study were spermatogenic cell count. Data were analyzed using ANOVA test. Result: Results
of ANOVA data analysis, number of spermatogonial cells had p value 0.801 (p <0.05), it means there was no significant
difference among the three groups, LSD test was not conducted. ANOVA test results for a number of primary spermatocytes
cells showed p value 0.102 (p< 0.05), there were no significant differences among the three groups, LSD test was not
conducted. ANOVA test results for a number of spermatid cells p value of 0.001 (p <0.05) means that there were significant
differences among the three groups. LSD test results with P1 control (p 0.036): different, with P2 controls (p <0.000):
different, P1 to P2 (p <0.033): different. Discussion: The conclusion of this study was that the administration of guajava
leaf extract does not reduce spermatogonium and spermatosit primer but reduce spermatid count in male rats.
Key words: red guava (Psidium guajava. L) leaf extract, spermatogenic cells
269
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 269- 276
penduduk periode 2000-2010 sekitar 1,45 % keuntungan antara lain toksisitasnya rendah, mudah
per tahun. Penduduk indonesia hasil sensus diperoleh, murah harganya dan kurang menimbulkan
tahun 2010 menjadi 237,6 juta jiwa dengan efek samping (Arsyad, 1986). Tanaman yang
laju pertumbuhan penduduk 1,49 % per tahun. diharapkan dapat menjadi antifertilitas adalah daun
Dibandingkan Rencana Pembangunan Jangka jambu biji merah (Psidium guajava L). Daun jambu
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 biji merah mengandung zat aktif seperti alkaloid,
sebesar 1,14 %, maka laju pertumbuhan flavonoid, tanin, minyak atsiri, avicullarin, oleanolic
penduduk saat ini 0,53 % masih lebih tinggi acid dan beta-sitosterol yang diduga bersifat
(BKKBN, 2014). Jumlah penduduk yang antifertilitas. Alkaloid dapat mempengaruhi sekresi
tinggi tidak diikuti peningkatan kualitas hormon reproduksi yang diperlukan untuk
hidup, terlihat dari belum terpenuhinya hak berlangsungnya proses spermatogenesis, minyak
warga negara seperti kecukupan pangan, atsiri bekerja tidak pada proses spermatogenesis
kualitas pendidikan yang bermutu, lingkungan, tetapi pada transportasi sperma, tanin dapat
dan gaya hidup sehat, serta keamanan fisik menggumpalkan sperma sehingga menurunkan
dan sosial. Diperlukan pengendalian jumlah motilitas dan daya hidup sperma (Wien dan
penduduk. (Shihab, 2005). Laporan hasil Dian, 2007). Alkaloid yang bekerja menekan sekresi
pelayanan kontrasepsi Oktober 2013 jumlah FSH dan LH sehingga akan mengganggu proses
peserta baru menurut jenis kontrasepsi yaitu : spermatogenesis dan akibatnya juga akan
peserta IUD 7,78 %, MOW 1,54 %, Implan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
9,29 %, Suntik 48,78 %, Pil 26,34 % dan spermatozoa (Toelihere dalam Hartini 2011).
MOP 0,26 %, Kondom 6,00 % . Keikutsertaan Menurut Indriani (2006) ekstrak etanol daun
pria dalam program KB masih sangat rendah jambu biji mengandung senyawa tanin dan
yaitu hanya sebesar 6,26 % (BKKBN, 2014). steroid yang tinggi serta sedikit senyawa
Proses spermatogenesis dikendalikan hidrokuinon, flavonoid dan saponin. Variabel
oleh poros hipotalamus hipofisis dan testis. yang di ukur adalah kadar FSH dan jumlah sel
Gonadotropin realeasing hormon (GnRH) spermatogenik (spermatogonium, spermatosit primer
dilepaskan oleh hipotalamus sampai pada dan spermatid)
sasaran hipofise anterior. GnRH merangsang
kelenjar hipofisa mengeluarkan homon BAHAN DAN METODE
gonadotropin FSH dan LH yang akan
Penelitian ini merupakan penelitian
mempengaruhi testis untuk berfungsi. FSH
eksperimen, dengan rancangan penelitian Post
menstimulasi pertumbuhan sel-sel germinatif dari tubulus
test only control group design. Subjek
seminiferus dan mendorong terjadinya proses
penelitian terdiri dari tiga kelompok yang
spematogenesis secara sempurna. LH menstimulasi
dipilih secara acak dan telah diadaptasikan.
aktivitas dan pertumbuhan sel Leydig dalam
Masing-masing kelompok sebanyak 10 ekor
jaringan interstitial untuk menghasilkan hormon
dan dibagi dalam tiga kelompok. Satu kelompok
testosteron. Spermatogenesis dikendalikan oleh
sebagai kontrol hanya mendapatkan CMC Na
interaksi hormon FSH, LH dan testosteron,
0,5 % saja per oral. Sedangkan dua kelompok
gangguan interaksi ini dapat menyebabkan
lainnya mendapat perlakuan 1 dan perlakuan 2
proses spematogenesis terganggu (Speroff L
diberikan suspensi ekstrak daun jambu biji
& Fritz 2005; Ganong. WF 2003). Hilangnya
merah dengan dosis 40 mg/ml/hari dan 80 mg/ml/hari
hormon gonadotropin akan mempunyai
selama 30 hari. Penelitian ini menggunakan tikus putih
dampak pada berhentinya proses spermatogenesis,
jantan (Rattus norvegicus) strain wistar di fakultas
atropi testis dan tenunan testis menjadi lunak
kedokteran hewan Unair, karena secara etik tidak
(Harjopranjoto. S 1995).
memberikan perlakuan secara langsung
Penggunaan kontrasepsi asal tanaman
kepada manusia. Uji kelaikan etik (Ethical
perlu diperhatikan sifat merusak atau pengaruhnya
clearance) dilaksanakan sebelum penelitian
terhadap sistim reproduksi baik pada pria maupun
eksperimental laboratoris yang sesungguhnya
wanita. Sebaiknya digunakan tanaman yang
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
sifatnya sementara (reversibel), bila tidak
Airlangga.
digunakan lagi sistem reproduksi kembali
Bahan yang digunakan untuk penelitian
normal sehingga tidak terjadi kemandulan
ini adalah tumbuhan daun jambu biji merah
dan diharapkan dapat menurunkan fertilitas
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat
100 % (Winarno, dalam Susetyarini. Rr. E 2009).
dan Herbal Departemen Pertanian jalan Tentara
Bahan obat-obatan dari tanaman mempunyai
270
Efek Zat Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji Merah (Ervi Husni, dkk)
Pelajar no 3 Bogor Jawa Barat. Kemudian daun halus menjadi serbuk. Tiap 2 kg daun
jambu biji merah dibuat simplisia (serbuk) lalu di jambu biji (basah) dapat menghasilkan
ekstraksi. Dari 2 kg daun jambu biji merah 500 g serbuk. Serbuk daun jambu biji
didapatkan 1300 g serbuk kering daun jambu sebanyak 500 gram dimaserasi dalam
biji. Minuman yang diberikan adalah air pelarut etanol sebanyak 1 liter sehari
PDAM ad libitum dan makanan yang semalam (diulang 3 kali). Filtrat diuapkan
diberikan adalah makanan tikus putih pada dalam rotary evaporator pada suhu 400 C
umumnya. sampai terbentuk ekstrak etanol. Evaporasi
Alat untuk perlakuan yaitu botol kecil, dihentikan jika sudah terbentuk uap lagi.
sonde, gelas ukur, corong gelas kecil. Alat Maserasi diulang hingga filtrat jernih
untuk pengambilan preparat histologi testis seperti etanol. Ekstrak cair yang diperoleh
yaitu alat bedah, cawan petri. Alat untuk lalu dipekatkan dengan rotavapor. Kemudian
menghitung sel spermatogonium, spermatosit dilakukan skrining fitokimia yang bertujuan
primer dan spermatid yaitu mikroskop cahaya, untuk mengetahui golongan senyawa yang
counter pipet, gelas objek cekung dan stop terkandung dalam suatu bahan tanaman..
wacth . Alat untuk ekstraksi yaitu shaker, Suspensi ekstrak daun jambu biji merah
tabung Erlenmeyer, rotary evaporator, dibuat untuk kebutuhan 1 minggu dan
penghitungan menggunakan hemositometer pembuatan dilebihkan untuk mengantisipasi
bila ada suspensi yang tumpah saat
Tahap Persiapan meliputi:
pengambilan. Cara pembuatan suspensi
1. Tikus putih jantan dewasa yang
dosis 40 mg / ml/ hari yaitu : 40 mg 7
memenuhi kriteria baik umur maupun
hari 15 = 4200 mg ( 4,2 g ), kemudian di
berat badan disiapkan sebanyak 30 ekor.
campurkan dengan 105 ml CMC Na 0,5 %.
2. Melakukan adaptasi lingkungan selama 1
Cara penghitungan yang sama juga
minggu untuk penyesuaian terhadap
dilakukan untuk pembuatan suspensi dosis
lingkungan dengan memberi makan dan
80 mg/ ml/hari.
minum tikus seperti biasa.
3. Pengelompokan tikus yaitu satu kelompok Tahap Pelaksanaan:
kontrol dan 2 dua kelompok perlakuan 1. Memberikan perlakuan dengan cara memberikan
yang masing- masing kelompok sebanyak larutan CMC 0,5 % 1 ml/hari pada kelompok
10 ekor. kontrol dan memberikan ekstrak daun jambu biji
4. Tikus ditempatkan dalam kandang yang merah dosis 40 mg/ml/hari pada kelompok
terbuat dari bahan plastik tertutup kawat perlakuan 1 serta 80 mg/ml/hari pada
sebanyak 10 buah dilengkapi tempat kelompok perlakuan 2 setiap hari pada jan
makan dan botol minuman. Kandang 12.00 wib setiap hari selama 30 hari.
berukuran 40 x 50 cm, sekam sebagai alas 2. Setelah hari ke 30 tikus disiapkan untuk
kandang di bersihkan setiap dua hari. pengambilan sampel jumlah sel spermatogenik.
Lingkungan kandang tikus putih dengan Dilakukan setelah perlakuan terhadap hewan
suhu kandang dibiarkan dalam kisaran coba berakhir. Tikus dikorbankan dengan
alamiah (27 27,5oC). Cahaya ruangan 12 menggunakan eter, setelah mati kemudian
jam terang dan 12 jam gelap. Timbangan Testisnya di ambil untuk pembuatan histologi
sartorius untuk menimbang berat badan testis. Epididimis yang diambil adalah bagian
tikus putih. Makan adalah makanan tikus kauda.dan diletakkan di cawan petri yang
biasa (pelet) dan air minun PDAM disuplai berisi larutan saline/PBS 1 ml, kemudian
setiap hari. dipotong-potong halus hingga terbentuk
5. Pembuatan suspensi CMC Na 0,5 %. suspensi.
Ditimbang 0,5 gram serbuk CMC Na 0,5 3. Untuk pemeriksaan sel spermatogeniknya
%, air panas sebanyak 40 ml ditaburkan di organ testis dimasukkan kedalam larutan
mortal, dibiarkan terendam dan mengembang buoin, kemudian dibuat sediaan histologi
beberapa menit. Kemudian ditambahkan dengan pewarnaan hematoksilin eoisin.
air mineral sampai volume 100 ml dan Pengamatan dilakukan dilakukan dengan
dikocok kemudian dipindahkan ke gelas. mikroskop cahaya dengan pembesaran 400
6. Membuat suspensi ekstrak daun jambu biji kali, sampel diambil sebanyak lima
merah. Daun jambu biji diiris-iris lalu lapangan pandang dan diambil rata-rata
dikeringkan, setelah kering lalu ditumbuk jumlah sel permatogenik.
271
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 269- 276
Data yang diperoleh adalah nilai rerata 0,05), berarti tidak ada perbedaan yang
dari jumlah sel spermatogenik meliputi signifikan diantara ketiga kelompok. Nilai
spermatogonium, spermatosit primer dan significant of level nya 0,05, maka disimpulkan
spermatid tiap kelompok. Data hasil penelitian tidak ada perbedaan yang bermakna pada ketiga
disajikan dalam bentuk tabel. Distribusi data kelompok, untuk itu uji LSD (least square
normal atau tidak dilakukan uji Kolmogorov- difference) tidak bisa dilakukan. Jumlah
Smirnov Z dan untuk mengetahui varian homogen atau spermatogonium tikus putih jantan pada ketiga
tidak dilakukan uji homogenitas varian. Hasil uji perlakuan secara statistik dianggap tidak
homogenitas varian apabila varian homogen berbeda signifikan (Tabel 1).
dilanjutkan dengan uji Anova satu arah pada
Jumlah spermatosit primer
taraf signifikansi p< 0,05 dan untuk mengetahui
Jumlah spermatosit primer adalah
bermakna atau tidaknya beda antar pasangan
jumlah yang dihitung dengan menggunakan
perlakuan dilakukan uji LSD (Least
mikroskop Nikon Eclipse Ci dengan pembesaran
Significantly Difference) (BNT = Beda Nyata
400 kali pada preparat histologi testis dari sayatan
Terkecil) (Steel dan Torrie, 1991).
tubulus seminiferus dengan pewarnaan Hematoksilin
Eosin yang dilakukan pada lima lapang
HASIL PENELITIAN
pandang dan dinyatakan dalam bentuk jumlah
Jumlah Sel Spermatogenik sel (sel per lapang pandang).
Hasil perhitungan jumlah rerata spermatosit
Jumlah spermatogonium
primer pada tikus putih jantan didapatkan
Jumlah spermatogonium adalah jumlah
penurunan antara kontrol dengan kelompok P
yang dihitung dengan menggunakan mikroskop
1 dan kelompok P2. Hasil Uji normalitas
Nikon Eclipse Ci dengan pembesaran 400 kali
Kolmogorov-Smirnov pada kelompok kontrol
pada preparat histologi testis dari sayatan
menunjukkan nilai p 0,124, kelompok perlakuan
tubulus seminiferus dengan pewarnaan Hematoksilin
1 nilai p 0,799 dan pada kelompok Perlakuan
Eosin yang dilakukan pada lima lapang
2 nilai p 0,937 (p > 0,05) yang berarti bahwa
pandang dan dinyatakan dalam bentuk jumlah
ketiga data tersebut berdistribusi normal. Kemudian
sel (sel per lapang pandang).
dilanjutkan dengan uji statistik dengan menggunakan
Hasil perhitungan jumlah rerata
uji Anova satu arah, didapatkan nilai p 0,102
spermatogonium pada tikus putih jantan tidak
( p < 0,05). Tidak ada perbedaan yang signifikan
terdapat perbedaan yang bermakna antara
diantara ketiga kelompok. Nilai significant of level nya
kelompok kontrol dengan kelompok P 1 dan
0,05 maka disimpulkan tidak ada perbedaan pada
kelompok P2. Hasil Uji normalitas Kolmogorov-
ketiga kelompok perlakuan, uji LSD ( least square
Smirnov pada kelompok kontrol menunjukkan
difference ) tidak bisa dilakukan. Jumlah spermatosit
nilai p 0,710, kelompok P 1 nilai p 0,989
primer tikus putih jantan pada ketiga perlakuan
dan pada kelompok P 2 nilai p 0,859 ( p >
secara statistik terbukti tidak berbeda
0,05 ), berarti ketiga data berdistribusi normal.
signifikan (Tabel 2).
Dilanjutkan uji statistik dengan menggunakan uji
Anova satu arah, didapatkan nilai p 0,801 (p <
Tabel 1 Rata-rata ( ) dan simpangan baku (SD) jumlah spermatogonium pada tikus putih jantan
Kelompok Replikasi SD
K (kontrol) 10 57,780 5,46 a
P1 (40 mg/ml/hari) 10 58,400 11,64 a
P2 (80 mg/ml/hari) 10 55,580 6,69 a
p: 0.801
Keterangan : superskrip huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Tabel 2 Rata-rata ( ) dan simpangan baku (SD) jumlah spermatosit primer pada tikus putih jantan
Kelompok Replikasi SD
272
Efek Zat Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji Merah (Ervi Husni, dkk)
Tabel 3 Rata-rata ( ) dan simpangan baku (SD) jumlah spermatid pada tikus putih jantan
Kelompok Replikasi SD
a
K (kontrol) 10 149,540 31,46
b
P1 (40 mg/ml/hari) 10 120,830 17,39
c
P2 (80 mg/ml/hari) 10 91,600 35,12
: 0.001
Keterangan : superskrip huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata.
273
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 269- 276
pada kelompok perlakuan 1 dan perlakuan 2 sementara jumlah lapisan sel spermatid berkurang.
terlihat susunan sel longgar tidak beraturan Penurunnya jumlah spermatid dalam penelitian ini di
dan kerapatannya berkurang. duga dipengaruhi oleh kadar hormon
Sel spermatogenik tersusun secara testosteron yang masih rendah padahal
lengkap dengan sel yang berasosiasi secara hormon testosteron sangat diperlukan untuk
berurutan kearah lumen menurut tingkat pendewasaan spermatid. Berkurangnya jumlah
perkembangannya yaitu spermatogonium selapis, lapisan sel spermatozoa pada lumen terjadi
spermatosit primer, spermatid beberapa lapis dan karena jumlah spermatid berkurang dan
lumen berisi spermatozoa (Astuti NY dan ditambah dengan adanya gangguan spermatogenesis
Soeradi O 2002). Sel spermatozoa yang sehingga spermatid terhambat untuk berdiferensiasi
dihasilkan di tubulus seminiferus testis oleh menjadi spermatozoa. Kerusakan di duga karena
sel-sel yang berasal dari germinal epitelium adanya vakuolisasi dan eksfoliasi sehingga metabolisme
disebut spermatogonium yang bersifat sel juga terganggu. Kelainan tersebut merupakan
spermatogenik. indikator adanya gangguan spermatogenesis. Dari satu
Pembentukan sel spermatogonium dalam spermatogonium setelah mengalami fase mitosis dan
tubulus seminiferus berturut-turut dari tepi meiosis akan tebentuk dua spermatosit primer
ke arah lumen adalah yang dimulai dari kemudian menhasilkan empat spermatid dan
spermatogonium yang sudah terbentuk empat spermatozoa (Poernomo BS, Widjiati,
semenjak sebelum pubertas. Spermatogonium akan Mafruchati, M Lugman 2011).
berubah menjadi spermatosit primer, spermatosit Penurunan jumlah spermatosit dan
sekunder dan kemudian berkembang menjadi spermatid. spermatid juga didukung oleh pernyataan
Spermatid akan melewati proses maturasi untuk Everrit and Johnson.M (1990) bahwa sel
berkembang menjadi sel spermatozoa (Poernomo, spermatogenik sangat peka terhadap pengaruh
2011). luar dan cenderung mengalami kerusakan
Menurut Fritz (1978) perkembangan setelah profase meiosis pertama yaitu pada
dan jumlah sel spermatogonia serta sel sertoli saat terjadinya pindah silang antara kromosom yang
lebih dipengaruhi oleh regulasi hormonal. homolog. Pada tahap ini, inti serta sitoplasma
FSH berperan sejak terjadinya proliferasi tumbuh menjadi sel terbesar diantara lapisan
spermatogonia sehingga terbentuknya spermatosit sel spermatogenik, namun jika adanya bahan
primer dan terhadap perkembangan tahap akhir oksidan dalam proses spermatogenesis maka
spermatid menjadi spermatozoa. FSH dan akan berpengaruh terhadap jumlah sel
androgen (testosteron) mempertahankan fungsi spermatogenik.
gametogenik testis. FSH bekerja pada sel Flavonoid yang dihasilkan oleh hampir
sertoli untuk memperlanjar stadium akhir sebagian besar dunia tumbuhan dapat
pematangan (Ganong. WF 2003). Sel menghambat banyak reaksi oksidasi, baik
endotelial dari epididimis membutuhkan enzim maupun non enzim (Robinson, dalam
andogen dalam level tinggi untuk berfungsi Nurliani A, Rusmiati 2005). Kellis dan
secara normal. Meski banyak testosteron yang Vickery (1984) berpendapat bahwa Flavonoid
disekresikan ke dalan tabung tubulus yang disintesis hampir seluruh dunia tumbuhan dapat
seminiferus diubah kedalam bentuk DHT oleh menghambat enzim aromatase. Dengan dihambatnya
enzim 5a-steroidereduktase, beberapa testosteron enzim tersebut yang berfungsi mengkatalis konversi
diubah ke estrogen oleh enzim aromatase. androgen menjadi estrogen, maka jumlah testosteron
Jumlah tertosteron yang cukup banyak (Androgen) akan meningkat (Hartini 2011). Selain itu
dibutuhkan untuk pendewasaan spermatid flavonoid diduga sebagai inhibitor dalam penurunan
(Hafez. 2000). laju reaksi. Ikatan inhibitor dapat merubah
Sel spermatogenik sangat peka terhadap daya katalisator nya, karena adanya perubahan
senyawa toksik pada saat mitosis I, Meiosis I struktur enzim ketika suatu inhibitor maupun
dan spermatogenesis (Arsyad dalam Astuti katalisator berinteraksi dengan enzim tersebut
NY dan Soeradi O 2002). Pada penelitian ini (Boyer dalam Basha H.S , Lalithamma A,
di duga bertambahnya jumlah lapisan Lakshman J 2013). Hal ini dikarenakan
spermatosit primer pada perlakuan mungkin beberapa senyawa bioaktif asal tumbuhan
disebabkan oleh adanya gangguan pada ketika ditambahkan ke dalam sistem reaksi
pembelahan meiosis. Zat aktif daun jambu biji enzimatik dapat berperan sebagai aktifator dan
merah diduga menghambat perubahan spermatosit beberapa justru sebagai inhibitor. Dengan
primer menjadi spermatid sehingga terlihat lebih banyak bertambahnya jumlah reaksi enzimatik di
274
Efek Zat Aktif Ekstrak Daun Jambu Biji Merah (Ervi Husni, dkk)
275
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 269- 276
hormonal pria. Available at: Susetyarini. Rr. E, 2009. Efek senyawa aktif
http://www.kontrasepsihormonalpria.co daun beluntas terhadap kadar testosteron
m/kes. tikuspPutih (Rattus norvegikus) jantan.
Jurnal GAMMA, V(1), pp.2127.
Speroff L & Fritz, M., 2005. Clinical
gynecology endocrinology and
infertility, Philadelphia: Lippincot
William & Wilkins.
276