Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF

( DENGUE HAEMORAGIC FEVER )

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit
(terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti;
bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau
buang air besar berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya
adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi
yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar
di negara - negara Tropis dan Subtropis.

Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di


Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD
ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir - akhir ini ada tendensi
agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor
geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi
klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus
Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub

1
tropis.Demam berdarah merupakan masalah utama penyakit menular di belahan dunia.
Selama satu dekade angka kejadian atau incidence rate ( IR ) DBD meningkat di seluruh
belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD tiap tahunnya 2,5 milyar (1/5
penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD.

World Health Organization (WHO), melaporkan sebanyak 2.5 miliar orang


mempunyai resiko terinfeksi dengue, dengan estimasi sebanyak 50 juta kasus infeksi
dengue di seluruh dunia tiap tahun. Dengue ini endemik di lebih dari 100 negara di
Afrika, Amerika, Mediterranean Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.
Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968. Data
Kementrian Kesehatan ( Kemenkes ) RI mencatat jumlah kasus DBD sampai pertengahan
bulan Desember tahun 2014 tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak
71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia.
Jumlah kasus DBD Provinsi Sumatera Barat tercatat sebanyak 2300 kasus pada tahun
2014. Dari data DHF pada 3 bulan terakhir ( September - November 2015 ) di Dinas
Kesehatan Kota Padang adalah sebanyak 298 kasus dan untuk kasus DHF di RSUD Dr.
Rasidin Padang di Ruangan Interne pada 3 bulan terakhir ( September - November 2015 )
adalah sebanyak 96 kasus.
Sesuai ketentuan WHO, wilayah pemukiman masyarakat harus bebas dari kehidupan
nyamuk Aedes Aegypti baik jentik maupun nyamuk dewasa. Penularan penyakit ini
berlangsung sepanjang tahun, namun pada bulan - bulan tertentu jumlah kasus meningkat
sejalan dengan meningkatnya densitas vektor. Peningkatan densitas vektor sangat
dipengaruhi oleh daya dukung lingkungan yang dapat menyediakan tempat berkembang
biak bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk bertelur, ( WHO , 2004 ).
Nyamuk Aedes Aegypti merupakan nyamuk yang sangat domestik. Berkembang biak
terutama pada habitat buatan manusia seperti bak mandi/WC, tempayan, drum, ember
plastik, dan lain - lain. Tempat penampungan air tersebut ada yang terbuat dari semen,
porselin, plastik, besi, dan lain - lain. Namun sampai sekarang belum tersedia obat dan
vaksin pencegah DBD sehingga salah satu cara pemberantasan penyakit ini adalah dengan
memberantas vektornya. Yang lebih efektif adalah dengan memberantas jentik
nyamuknya yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
melaksanakan kegiatan 3 M.

2
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus flavivirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(vektor primer), Aedes albopictus (vektor sekunder), dan Aedes scutellaris (Indonesia
Timur). Vektor primer dan sekunder ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia
kecuali di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut
(Supartha, 2008).
Wabah penyakit demam berdarah yang sering terjadi di berbagai daerah di
Indonesia beberapa tahun yang lalu di Indonesia perlu mendapat perhatian. Begitu pula
vektor Aedes Aegypti yang terdapat baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan
memberi resiko timbulnya wabah penyakit di masa yang akan datang. Untuk mengatasi
masalah penyakit demam berdarah di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan berbagai
upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilnya belum optimal. Kejadian luar biasa (KLB)
masih sering terjadi secara teoritis ada empat cara untuk memutuskan rantai penularan
DBD ialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor) dan
pengendalian vektor. Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
cara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara pembersihan sarang
nyamuk (PSN), ( Maryanti, E : 2005).
Angka Bebas Jentik ( ABJ ) yang rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Perilaku penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak hanya
pada satu tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air memungkinkan nyamuk
Aedes Aegypti memiliki peluang lebih banyak untuk bertelur (Sitorus dan Ambarita,
2004). Menurut Dumai et.al, (2007) faktor pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian,
kondisi TPA dan kebersihan lingkungan berhubungan dengan kejadian DBD, sedangkan
menurut Hasyimi dan Soekino (2004) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan
jentik atau pupa Aedes Aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan
dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau
pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan. Jenis TPA yang ditemukan positif
jentik Aedes Aegypti yang berada di dalam atau di luar rumah ada 3 yaitu drum, bak
mandi, dan ember plastik (Sitorus dan Ambarita, 2004).
Tempat penampungan air yang sangat jarang dibersihkan akan menjadi tempat yang
sangat potensial sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk penular demam berdarah.
Nyamuk demam berdarah berkembang ditempat penampungan air yang tidak kontak

3
langsung dengan tanah. Dengan demikian penampungan air merupakan salah satu tempat
yang potensial sebagai sarang nyamuk Aedes Aegypti (Suroso, 2003).
Jumlah kasus demam berdarah di Indonesia tercatat masih tinggi, bahkan paling tinggi
dibanding negara lain di ASEAN. Indonesia pun didapuk menjadi tuan rumah peluncuran
resmi ASEAN Dengue Day pada 15 Juni 2011.

B. TUJUAN UMUM

1.Tujuan Umum

Setelah mengikuti seminar ini, di harapkan mahasiswa dapat memberikan


asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever)

2.Tujuan Khusus

 Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi sistem hematologi


 Mahasiswa dapat menjelaskan definisi penyakit DHF
 Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DHF
 Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF
 Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF
 Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF
 Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF
 Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF
 Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
DHF

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2. Etiologi

Sekurang - kurangnya ada empat tipe antigenik virus dengue yang berbeda. Lagipula, tiga virus
yang dibawa arthopoda (arbo) lain menyebabkan penykit demam serupa atau identik ruam. Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4
ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat
termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 sebagai serotif yang
paling banyak.

3. Patofisiologi

5
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan
bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi


(protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
, menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic ,
renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi
bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

4. Manifestasi Klinis

a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari

b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.

d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.

f. Sakit kepala.

g. Pembengkakan sekitar mata.

h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary
refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

6
5. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki,
hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi
berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang
berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Darah

7
1) Trombosit menurun.

2) HB meningkat lebih 20 %.

3) HT meningkat lebih 20 %.

4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.

5) Protein darah rendah.

6) Ureum PH bisa meningkat.

7) NA dan CL rendah.

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

1) Rontgen thorax : Efusi pleura.

2) Uji test tourniket (+)

8. Penatalaksanaan

a. Tirah baring

b. Pemberian makanan lunak .

c. Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena
yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

d. Pemberian obat-obatan: antibiotic, antipiretik,

e. Anti konvulsi jika terjadi kejang

f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.


8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medis
1. Definisi
a. Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus.
(Soedarmo Sumarno, 2005).
b. Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk
spesies Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).
c. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.
(Hidayat A. Aziz Alimul, 2008).

2. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia,
virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang
termasuk dalam grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di
Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
9
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon,
seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan T H, 2007)

3. Klasifikasi
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin
lembab, gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

4. Manifestasi klinis
a. Demam tinggi selam 5-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
d. Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i. Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, nadi cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

5. Patofisiologi

10
a. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi,
dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan
dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
Patoflow Demam berdarah Dengue DBD atau Patoflow Dengue High Fever DHF

11
1. Diagnostik test
a. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
b. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
c. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
2. Komplikasi
a. Ensefalopati dengue
b. Kelainan ginjal
12
c. Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).
3. Pengobatan dan Pencegahan
a. Pengobatan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada
derajat I hingga derajat IV.
Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari
untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air
buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain
sebagai berikut :
a) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg

2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder


3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.

Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam,
apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi
tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg
BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1
jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80
mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan
dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan
selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan
dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander

13
sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik
lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas

Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam,
apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan
tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander
atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam
diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka
konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler
pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).

b. Pencegahan
1) Ada 3 cara pemberantasan vector
a) Fogging focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan
fogging hanya dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul
memenuhi kriteria
b) Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-
tempat umum.
c) Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:

14
- Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit
ketempat penampungan air bersih.
- Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
- Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang
bekas, lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi
sarang nyamuk Aedes Aegypti.
2) Penyuluhan (Health Education)
Penyuluhan atau Health Education tentang cara pencegahan vektor efektif dapat
dilakukan pada masyarakat di sekolah-sekolah, di posyandu, yaitu di dalam rumah
hendaknya selalu terang, tidak menggantungkan pakaian yang bekas dipakai
terutama di kamar tidur karena nyamuk akan senang hinggap pada pakaian yang
bekas dipakai yang sudah bau keringat. Bak air kamar mandi atau jambangan bunga
yang ada di dalam bunga agar sering dibersihkan dan diganti airnya setiap 2 hari
sekali membenahi atau menata halaman supaya tidak ada tempat yang terisi air,
seperti pecahan botol, tempurung kelapa, kaleng bekas atau benda-benda yang dapat
menampung air. Dedaunan kering yang sudah menumpuk hendaknya disapu bersih.
Selain itu juga air tidak tertampung, mengelola sampah sesuai situasi dan kondisi
setempat, apakah dibakar atau diangkat oleh mobil sampah untuk dibuang ke TPA
sehingga nyamuk tidak berkembang biak. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).

4. Prognosis
Bila tidak terjadi renjatan dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi
baik kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan
sembuh kecil dan prognosis menjadi buruk. (Rampengan T.H, 2007).

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.


Asuhan keperawawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui
kerjasama dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan Asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. (kusnanto, 2004).
Tahap–tahap proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Kelima langkah tersebut dapat dijadikan
pedoman dalam mencapai tujuan keperawatan yaitu : meningkatkan, mempertahankan
kesehatan, atau membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada pasien terminal,
15
serta memungkinkan pasien atau keluarga dapat dapat mengatur kesehatan sendiri
menjadi lebih baik. (Tarwoto wartonah, 2006).

1. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang
terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data
secara sistematis; kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, ketiga
mendokumentasikan dalam format yang dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006)
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut
Nursalam 2005 adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang
ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak
bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang
lain.

e. Riwayat imunisasi

16
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu
makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau
banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga

17
i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue,
keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan
tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.

j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri
telan. tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+),
yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2. Diagnosa Keperawatan
18
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien
yang ada ada tanggung jawabnya. (Tarwoto wartonah,2006)
Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan patologis penyakitnya.
c. kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
e. resiko syok berhubungan dengan hipovolemic.
f. intolenransi aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
g. Ansiets b.d perubahan status kesehatan.
h. kurang pengetahuan b.d kurang familier dengan sumber informasi

3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi rasional
keperawatan hasil ( Noc ) ( Nic )
( Nanda )
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment : - Tanda-tanda vital merupakan
berhubungan dengan
proses penyakit. -
keperawatan selama ... x 24 Observasi tanda-tanda vital acuan untuk mengetahui
ditandai dengan jam, pasien akan : tiap 3 jam. keadaan umum pasien.
DS : - Menunjukkan suhu tubuh
 Pasien
mengatakan dalam rentang normal. - Beri kompres hangatpada - Kompres hangat dapat
badannya panas - TTV normal. bagian lipatan tubuh ( Paha mengembalikan suhu normal
dan aksila ). memperlancar sirkulasi.
- Untuk mengetahui adanya
DO :
 Suhu tubuh pasien - Monitor intake dan output ketidakseimbangan cairan
meningkat 38-390C tubuh.
- Berikan obat anti piretik. - Dapat menurunkan demam

Temperature Regulation
- Beri banyak minum ( ± 1-1,5 - Peningkatan suhu tubuh akan
liter/hari) sedikit tapi sering menyebabkan penguapan
tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak.
- Pakaian yang tipis menyerap
keringat dan membantu
mengurangi penguapan tubuh
- Ganti pakaian klien dengan akibat dari peningkatan suhu

19
bahan tipis menyerap dan dapat terjadi kondusi
keringat.

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi rasional


keperawatan hasil ( Noc ) ( Nic )
( Nanda )
Fluid Managemen
2. kekurangan volume
Setelah dilakukan tindakan - Kaji keadaan umum klien - Mengetahui dengan cepat
cairan b.d
keperawatan selama ... x 24 dan tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan
kehilangan volume jam, pasien akan : normalnya.
cairan aktif - Menunjukkan - Kaji input dan output - Mengetahui balance cairan
keseimbangan elektrolit cairan. dan elektrolit dalam
dan asam basa tubuh/homeostatis.
- Menunjukkan - Observasi adanya tanda- - Agar dapat segera dilakukan
keseimbangan cairan tanda syok tindakan jika terjadi syok.
- Turgor kulit baik - Asupan cairan sangat
- Tanda-tanda vital dalam - Anjurkan klien untuk diperlukan untuk menambah
batas normal banyak minum. volume cairan tubuh

- Kolaborasi dengan
- Pemberian cairan I.V sangat
dokter dalam pemberian
penting bagi klien yang
cairan I.V.
mengalami deficit volume
cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi rasional


keperawatan hasil ( Noc ) ( Nic )
( Nanda )
Nutrition managemen
3. Gangguan pemenuhan
Setelah dilakukan - Kaji keadaan umum klien - Memudahkan untuk intervensi
kebutuhan nutrisi
tindakan keperawatan - Beri makanan sesuai selanjutnya
kurang dari kebutuhan selama ... x 24 jam, pasien kebutuhan tubuh klien. - Merangsang nafsu makan klien
tubuh berhubungan akan : - Anjurkan orang tua klien sehingga klien mau makan.
-
dengan mual, muntah, Menunjukkan kebutuhan untuk memberi makanan- Makanan dalam porsi kecil tapi
tidak ada napsu nutrisi terpenuhi. sedikit tapi sering. sering memudahkan organ
makan. - Memperlihatkan adanya pencernaan dalam
selera makan - Anjurkan orang tua klien metabolisme.
memberi makanan TKTP- Makanan dengan komposisi
dalam bentuk lunak TKTP berfungsi membantu
mempercepat proses
Nutrition Monitoring penyembuhan.

- Timbang berat badan klien


tiap hari. - Berat badan merupakan salah
satu indicator pemenuhan
nutrisi berhasil.
- Monitor mual dan muntah- Untuk mengetahui status nutrisi
pasien pasien.

20
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil ( Noc ) ( Nic )
( Nanda )
Setelah dilakukan Pain management
4. Nyeri berhubungan Mengetahui nyeri yang
dengan patologis tindakan keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri
penyakitnya. selama ... x 24 jam, pasien dialami pasien sehingga
secara kompherensif.
akan : perawat dapat menentukan
- Dapat mengontrol nyeri cara mengatasinya.
- Kaji faktor-faktor yang - Dengan mengetahui faktor-
- Mengetahui tingkat nyeri
mempengaruhi reaksi pasien faktor tersebut maka perawat
- Ekspresi wajah rileks.
terhadap nyeri. dapat melakukan intervensi
yang sesuai dengan masalah
- Berikan posisi yang klien.
- Posisi yang nyaman dan
nyaman dan ciptakan suasana
situasi yang tenang dapat
ruangan yang tenang.
membuat perasaan yang
nyaman pada pasien.
- Dengan suasana
- Berikan suasana gembira gembira pasien dapat
bagi pasien s e d i k i t mengalihkan
perhatiannya terhadap nyeri.
Analgetic administration
- Obat analgesik dapat
- Berikan analgesiksesuai tipe menekan rasa nyeri

dan beratnya nyeri .

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil ( Noc ) ( Nic )
( Nanda )
Syok prevention
5. resiko syok
Setelah -
dilakukan Monitor keadaan umum klien.- Memantau kondisi klien selama
berhubungan tindakan keperawatan masa perawatan terutama saat
dengan selama ... x 24 jam, pasien terjadi perdarahan sehingga
akan : tanda pra syok, syok dapat
hipovolemic.
- TTV dalam batas normal ditangani.
- Natrium serum, kalium
- Observasi tanda-tanda vital - Tanda vital dalam batas normal
serum, kalsium serum, menandakan keadaan umum
magnesium serum dalam klien baik
batas normal. - Monitor input dan output
- Mengetahui balance cairan dan
- Hematokrit dalam batas pasien elektrolit dalam
normal - Keterlibatan keluarga untuk
- Anjurkan pada pasien/ segera melaporkan jika terjadi
keluarga untuk segera perdarahan terhadap pasien
melapor jika ada tanda-tanda sangat membantu tim perawatan
perdarahan. untuk segera melakukan
tindakan yang tepat
Syok managemen
- Cek hemoglobin, hematokrit,
- untuk acuan melakukan tindak
trombosit lanjut terhadap perdarahan.
- Untuk mengetahui adanya
- Monitor gas darah dan asodosis metabolik.
oksigenasi

21
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil ( Noc ) ( Nic )
( Nanda )
Activity Therapy
6. Intolenransi aktivitas Setelah dilakukan - Kaji hal-hal yang mampu
- Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan dilakukan klien. ketergantungan klien dalam
sehari-hari
selama ... x 24 jam, pasien memenuhi kebutuhannya.
berhubungan dengan
akan : - Bantu klien memenuhi
- Bantuan sangat diperlukan klien
kelemahan tubuh.
- Dapat berpartisipasi dalam kebutuhan aktivitasnya pada saat kondisinya lemah
aktivitas fisik sesuai dengan tingkat dalam pemenuhan kebutuhan
- Dapat melakukan aktivitas keterbatasan klien sehari-hari tanpa mengalami
sehari-hari ketergantungan pada orang lain.
- TTV normal - Dengan penjelasan, pasien
- Beri penjelasan tentang hal- termotivasi untuk kooperatif
hal yang dapat membantu selama perawatan terutama
dan meningkatkan kekuatan terhadap tindakan yang dapat
fisik klien. meningkatkan kekuatan fisiknya.

- Keluarga merupakan orang


- Libatkan keluarga
dalam terdekat dengan klien
pemenuhan ADL klien - Untuk mencegah terjadinya
- Jelaskan pada keluarga dan keadaan yang lebih parah
klien tentang pentingnya
bedrest ditempat tidur.

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil ( Noc ) ( Nic )
( Nanda )
Setelah dilakukan Anxiety Reduction
7. Ansiets b.d perubahan
tindakan keperawatan - Kaji tingkat kecemasan - Mengetahui kecemasan
status kesehatan.
selama ... x 24 jam, pasien orang tua klien dan
akan : memudahkan menentukan
- Mampu mengidentifikasi intervensi selanjutnya.
dan mengungkapkan - Untuk menambah
gejala cemas - Jelaskan prosedur pengetahuan dan informasi
- TTV normal pengobatan perawatan. kepada klien yang dapat
- Menunjukkan teknik untuk mengurangi kecemasan
mengontrol cemas orang tua.
- Untuk memperoleh
- Beri kesempatan pada orang informasi yang lebih banyak
tua untuk bertanya tentang dan meningkatkan
kondisi pasien. pengetahuan dan mengurangi
stress.
- Memberikan penjelasan
- Beri penjelasan tiap tentang proses penyakit,
prosedur/ tindakan yang menjelaskan tentang
akan dilakukan terhadap kemungkinan pemberian
pasien dan manfaatnya bagi perawatan intensif jika
pasien memang diperlukan oleh
pasien untuk mendapatkan
perawatan yang lebih optimal
- Beri dorongan spiritual. - Memberi ketenangan
kepada klien dengan berserah

22
diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil ( Noc ) ( Nic )
( Nanda )
Setelah dilakukan Teaching: Disease Proses
8. kurang pengetahuan
tindakan keperawatan - Kaji tingkat pengetahuan - Sebagai data fdasar
b.d kurang familier
selama ... x 24 jam, pasien klien/keluarga tentang pemberian informasi
dengan sumber akan : penyakit DHF selanjutnya.
informasi - Pasien dan keluarga - Kaji latar belakang
menyatakan pemahaman pendidikan klien/ keluarga. - Untuk memberikan penjelasan
tentang penyakit , kondisi , sesuai dengan tingkat
prognosisdan program pendidikan klien/ keluarga
pengobatan sehingga dapat dipahami.
- Mampu melaksanakan - Jelaskan tentang proses - agar informasi dapat diterima
yang dijelaskan secara penyakit, diet, perawatan dengan mudah dan tepat
benar dan obat-obatan pada klien sehingga tidak terjadi
dengan bahasa dan kata- kesalahpahaman.
kata yang mudah
dimengerti.

- Jelaskan semua prosedur - Dengan mengetahui


yang akan dilakukan dan prosedur/tindakan yang akan
manfaatnya pada klien. dilakukan dan manfaatnya,
klien akan kooperatif dan
kecemasannya menurun.
- Berikan kesempatan pada - Mengurangi kecemasan dan
klien/ keluarga untuk memotivasi klien untuk
menanyakan hal-hal yang kooperatif.
ingin diketahui sehubungan
dengan penyakit yang
diderita klien.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1.) Identitas Klien
Nama : Nn. Y F
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Tanggal Lahir : 19 juni 1998
Tanggal Masuk : 3 Desember 2015
Tanggal Pengkajian : 4 Desember 2015
Agama : kristen protestan
Statu Perkawinan : belum Menikah
Nomor Medrec : 154739
Alamat : perumahan bungo mas thp III
Dx. Medis : DHF

2.) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. R S
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : kristen protestan
Hubungan dengan Klien : ayah
Alamat : perumahan bungo mas thp III

b. Keperawatan/Kesehatan Riwayat:
1.) Keluhan Utama
Klien mengeluh panas badan, mual

2.) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

24
Klien mengeluh panas badan 4 hari ini secara terus-menerus disertai dengan mual, pusing,
nyeri pada bagian ulu hati.

3.) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)


Menurut penuturan klien, klien belum pernah menderita penyakit seperti saat ini, klien juga
belum pernah dirawat di rumah sakit.

4.) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


Menurut penuturan klien dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita seperti klien
saat ini, menurut penuturan klien dalam anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit keturunan seperti: DM, asma, dan lain lain. Dan menurut penuturan klien juga
didalam anggota keluarjganya tidak mempunyai penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis,
AIDS dan lain lain.

c. Pemeriksaan Head to toe


1.) Penampilan atau Kesan Umum
Kesadaran compos mentis, badan lemah, dan warna kulit muka kemerah-merahan.

2.) Tanda Tanda Vital (TTV)


Tekanan Darah : 100/80 mmhg, Nadi : 101x /menit,Respirasi : 20x /menit dan Suhu : 40,1oC

3.) Kepala dan Wajah


a. Bagian kepala tidak ada lesi, tidak ada benjolan, warna kulit kepala kecoklatan,
penyebaran rambut merata, rambut mudah dicabut,tidak ada ketombe
b. Wajah
Tidak ada acne, pergerakan wajah normal, warna kulit wajah kemerah-merahan, kedua pipi
simetris
a) Mata
Ketajaman normal, konjung tiva berwarna merah muda, pergerakan pupil simetris,
kedua bola mata simetris, lapang pandang normal, sclera berwarna putih, tidak ada
udim pada kelopak mata, dan tidak ada pendarahan pada konjung tiva
b) Telinga
Pendengaran jelas, daun telinga simetris, dan tidak ada cerumen
c) Hidung
Dapat membedakan bau, tidak epitaksis, pilek, dan lubang hidung simetris.
25
d) Mulut
Berbicara normal, dapat menelan dan menggigit secara normal, bibir kering, tidak ada
lesi pada bibir, dan tidak ada pendarahan pada gusi.

4.) Leher
Pergerakannya bebas, tidak ada lesi, dan tidak ada pembesaran getah bening.
5.) Dada
Mamae simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran pada organ hepar
6.) Paru Paru
Pola pernafasan normal, bunyi pernafasan normal dan sebanyak 20x/menit, dan tidak ada
efusi pleura.
7.) Jantung
Bunyi teratur, S1 = lup, S2=dup
8.) Abdomen
Bentuk datar, suara bising usus 12x/menit, tidak ada lesi, bila ditekan pada bagian perut
sakit (epigastrium sakit tekan)
9.) Ginjal
Pengeluaran urine normal, tidak ada lesi, dan tidak terdapat haematuri
10.) Genetalia
Tidak dilakukan karena tidak ada keluhan
11.) Rektum
Tidak dilakukan karena tidak ada keluhan
12.) Ekskremitas
a. Ekskremitas Atas
Kedua tangan simetris, tidak ada pembengkakan, terpasang infus disebelah kiri,
b. Ekstermitas bawah
Kedua kaki simetris, tidak ada pembengkakan

26
13) punggung
Tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada kelainan bentuk
d. Pola Aktivitas

No. Jenis Aktifitas Di Rumah Di RSUD

1. Nutrisi
1. Makan
a. Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, kue Bubur nasi, lauk pauk, sayur,
kering, buah-buahan buah-buahan
b. Frekuensi 2-3 x/hari 3 x/hari
c. Porsi 1 porsi habis 1 porsi tidak habis
d. Kesulitan - Klien mengeluh mual dan
tidak nafsu makan
2. Minum
a. Jenis Minuman Air putih, susu, minuman Air putih, susu
biasa
b. Frekuensi 8gelas /hari 4-5 gelas/hari
c. Kesulitan - Klien mengeluh mual

2. Eliminasi
1. BAB
a. Frekuensi 1-2 x/hari Belum BAB
b. Konsistensi Padat -
c. Kesulitan - -

2. BAK
a. Frekuensi Sering 5-7 x/hari
b. Warna Kuning Kuning
c. Kesulitan - -

3. Istirahat Tidur
1. Siang 15.00 WIB – 17.00 WIB Selama dirumah sakit sering
a. Waktu tidur
b. Kesulitan -

2. Malam
a. Waktu 22.00 WIB-06.00 WIB

b. Kesulitan -

27
4. Personal Hygine
1. Mandi
a. Frekuensi 2x/hari 1x/hari diseka

2. Cuci Rambut
a. Frekuensi 2x/seminggu Belum cuci rambut

3. Gosok Gigi
a Frekuensi 2x/hari 1x/ hari

4. Gunting Kuku
a. Frekuensi 1x/minggu Belum gunting kuku

e. Data Psikologis/Konsep Diri

1) Gambaran Diri

Klien nampak lemas

2) Identitas Diri

Klien berjenis kelamin laki-laki, klien merupakan suami dari Ny. P

3) Peran

Dalam keluarganya klien berperan sebagai anak, dan klien mampu melaksanakan perannya
didalam keluarganya.

4) Ideal Diri

Keinginan klien untuk sembuh dan segera pulang dari rumah sakit sangat tinggi

5) Harga Diri

Klien sangat berharga karena sering diperhatikan oleh semua anggota keluarganya dan tim
medis

f. Data Spiritual

Klien besragama keriten protestan,

g. Data Sosial

Klien mudah diajak komunikasi dengan tim medis dan lingkungan sekitarnya.

h. Data Penunjang

1.) Hasil Laboratorium

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

28
1. Hemoglobin 14,8 gr L/dl 12-18 gr L/dl

2. Leukosit 3.400/mm3 4.000-10.000/mm3

3. Hematokrit/PCV 45% 37%-48%

4. Trombosit 77.000/mm3 150.000-400.000/mm3

2.) Therapy
a. Infus RL 500ml/4 jam
b. parasetamol 3 x 500 mg
c. ranitidin 2 x 1 amp iv
d. ondansentro 3 x 1 amp iv

II. Analisa Data

No. Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1. Ds : Klien mengeluh Masuknya virus dengue kedalam Hypertemi


panas badan tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
Do : aegypti
1. Suhu 37,8oC
2. Nadi 84x /menit Virus berkembang didalam tubuh
3. Respirasi 24x /mnt
4. Klien terlihat gelisah
5. Klien terlihat lemah
6. Bibir kering Suhu tubuh meningkat

2. Ds : Klien mengeluh Respon peningkatan Suhu tubuh Ggn.


tidak nafsu makan Pemenuhan
Do : kebutuhan
1. Klien terlihat lesu dan
Merangsang medullan vomatting nutrisi
lemah
2. Porsi makan tidak habis center
3. Mual
Mual dan muntah

Nafu makan berkurang

3. Ds : Klien mengatakan Virus dengue Resiko syok

29
mual hipovolemik

Do :
Mual
1. Klien terlihat enggan
Permeabilitas dinding
utk banyak minum
pembuluh darah
2. air yg tersedia masih
terlihat banyak

Gangguan keseimbangan cairan &


elektrolit

III Diagnosa Keperawatan

No Daftar diagnosa keperawatan Tanda tangan

1. Hypertermi b.d proses penyakit

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh b.d proses penyakit

3. Resiko syok hipovolemik

IV Rencana Keperawatan

Tanggal/ Diagnosa
No NOC NIC Aktivitas
Perawatan

Hipertermia
1 4 des ‘15 berhubungan dengan
Setelah dilakukan Fever Treatment : - Tanda-tanda vital
proses penyakit. -
tindakan keperawatan Observasi tanda-tanda merupakan acuan
ditandai dengan selama ... x 24 jam, vital tiap 3 jam. untuk mengetahui
DS : pasien akan : keadaan umum
 Pasien mengatakan
badannya panas - Menunjukkan suhu
- Beri kompres pasien.
tubuh dalam rentang hangatpada bagian
normal. lipatan tubuh ( Paha - Kompres hangat
DO :
- TTV normal. dan aksila ). dapat
 Suhu tubuh pasien
meningkat 37,80C mengembalikan
- Monitor intake dan suhu normal
output memperlancar
sirkulasi.

30
- Berikan obat anti - Untuk
piretik. mengetahui
adanya
Temperature ketidakseimbang
Regulation an cairan tubuh.
- Beri banyak minum ( ± - Dapat
1-1,5 liter/hari) sedikit menurunkan
tapi sering demam

- Peningkatan
suhu tubuh akan
menyebabkan
penguapan tubuh
- Ganti pakaian klien meningkat
dengan bahan tipis sehingga perlu
menyerap keringat. diimbangi dengan
asupan cairan
yang banyak.
- Pakaian yang
tipis menyerap
keringat dan
membantu
mengurangi
penguapan tubuh
akibat dari
peningkatan suhu
dan dapat terjadi
kondusi
Nutrition
Gangguan
2. 4 des’ 15 Setelah dilakukan managemen - Memudahkan untuk
pemenuhan
tindakan keperawatan - Kaji keadaan umum intervensi
kebutuhan nutrisi selama ... x 24 jam, klien selanjutnya
kurang dari pasien akan : - Beri makanan- Merangsang nafsu
kebutuhan tubuh - Menunjukkan sesuai kebutuhan makan klien
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi tubuh klien. sehingga klien mau
mual, muntah, tidak terpenuhi. - Anjurkan orang tua makan.
- Memperlihatkan klien untuk memberi- Makanan dalam
ada napsu makan.
adanya selera makan makanan sedikit tapi porsi kecil tapi
sering. sering
memudahkan
- Anjurkan orang tua organ pencernaan
klien memberi dalam
makanan TKTP metabolisme.
dalam bentuk lunak - Makanan dengan
komposisi TKTP
Nutrition berfungsi
Monitoring membantu
mempercepat
- Timbang berat proses
badan klien tiap penyembuhan.
hari.

- Berat badan
- Monitor mual dan merupakan salah
muntah pasien satu indicator
pemenuhan nutrisi

31
berhasil.
- Untuk mengetahui
status nutrisi
pasien.
Syok prevention
resiko syok
3. 4 des ‘15 Setelah -
dilakukan Monitor keadaan
- Memantau kondisi
berhubungan tindakan keperawatan umum klien. klien selama masa
dengan selama ... x 24 jam, perawatan terutama
pasien akan : saat terjadi
hipovolemic.
- TTV dalam batas perdarahan
normal sehingga tanda pra
- Natrium serum, kalium
- Observasi tanda-tanda syok, syok dapat
serum, kalsium serum, vital ditangani.
magnesium serum - Tanda vital dalam
dalam batas normal. batas normal
- Hematokrit dalam- Monitor input dan menandakan
batas normal output pasien keadaan umum klien
baik
- Anjurkan pada pasien/
- Mengetahui balance
keluarga untuk segera cairan dan elektrolit
melapor jika ada dalam
tanda-tanda - Keterlibatan
perdarahan. keluarga untuk
segera melaporkan
Syok managemen jika terjadi
- Cek hemoglobin, perdarahan
hematokrit, trombosit terhadap pasien
sangat membantu
- Monitor gas darah dan tim perawatan untuk
oksigenasi segera melakukan
tindakan yang tepat

- untuk acuan
melakukan tindak
lanjut terhadap
perdarahan.
- Untuk mengetahui
adanya asodosis
metabolik.

V . catatan perkembangan klien

No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

32
33
DAFTAR PUSTAKA

Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC, 1999.


Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Peraw
atan Pasien.
Jakarta, EGC.Est e r Mo ni c a , 1 99 9.
Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue.Jakarta,
EGC.M a n s j o e r A r i f , T r i y a n t i K a s p u j i , S a v i t r i R o k i m i , W a r d h a n i W a h
y u I k a , Setiawulan Wiwiek, 2000.
Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga.Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius. Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005.
EGCM oo rh e ad , S ue P hD , R N dkk . 200 4. Nu r si n g Out co m e C l as si fi ca t i o n (
NOC ) Fourth Edition. United State of America : Mosby Elsevier Moorhead, Sue PhD, RN
dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC)United State of America : Mosby
Elsevier R ez e ki S ri H . H a di n e go ro , S o e ge n g S o e gi j a nt o , 2 00 4 .
Tatalaksana Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue Pada Anak.Jakarta :
FKUI.S u ros a Th om as , A l i Im r an Um a r, 2 004 .
Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue
. Jakarta : FKUI.Sutaryo, 2004.
Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta
:FKUI.S o ed a rm o S u m a rn o P o o rw o, 20 0 4.
Masalah Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.Jakarta : FKUI.Tumbelaka Alan R, 2004.
Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue.Jakarta : FKUI.Tucker SM, dkk,
1998.
Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4 Jakarta,EGC.Wartona Tarwoto, 2006.

34

Anda mungkin juga menyukai