Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa

risiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Sebagian ibu hamil

akan menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat

memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan,

kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya. Komplikasi yang sering terjadi

adalah perdarahan pasca persalinan, uri tertinggal, partus tak maju/partus lama

serta infeksi.

Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan

yang penting, bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan angka kematian ibu

yang tinggi. Kematian seorang ibu dalam proses reproduksi merupakan tragedi

yang mencemaskan. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak untuk

tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu

bencana bagi keluarganya. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini dapat

dipastikan sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat maupun angkatan kerja.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Menurut data WHO, terdapat 289.000 ibu

1
meninggal saat hamil atau bersalin di seluruh dunia pada tahun 2013 dimana 99%

nya berasal dari negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara

berkembang merupakan tingkat tertinggi dengan 230 kematian ibu per 100.000

kelahiran bayi hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991,

yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014).

Partus lama merupakan indikasi yang paling utama untuk dilakukan

persalinan tindakan, termasuk persalinan sectio caesarea. Hal ini sering disebabkan

oleh disproporsi kepala panggul, kelainan letak dan gangguan kontraksi uterus

(GOI-UNICEF, 2000).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan askeb pada ibu

bersalin dengan pendekatan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus                        

 Mampu melakukan pengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai

sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.

2
 Mengidentifikasi dengan benar terhadap masalah atau diagnosa dan

kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atau data-data yang

telah dikumpulkan.

 Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

 Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

 Merencanakan asuhan yang menyeluruh untuk pasien berdasar masalah

yang ada dan langkah-langkah sebelumnya.

 Melaksanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

perencanaan dan dilaksanakan secara efisien dan aman.

 Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di

dalam masalah dan diagnosa.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Partus Lama

1. Pengertian

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi

dan lebih dari 18 jam pada multi (rustam mochtar, 1998).

Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase

laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa

kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.Partus

lama disebut juga distosia, di definisikan sebagai persalinan abnormal/ sulit

(Sarwono, 2010).

2. Etiologi

Menurut Sarwono (2010) sebab-sebab persalinan lama dapat digolongkan menjadi

3 yaitu:

1) Kelainan Tenaga (Kelainan His)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak

dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. Jenis-

jenis kelainan his yaitu:

4
a. Inersia Uteri

Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih

kuat dan lebih dahulu pada bagian lainnya. Selama ketuban masih utuh

umumnya tidak berbahaya bagi ibu maupun janin kecuali jika

persalinan berlangsung terlalu lama.

b. Incoordinate Uterine Action

Disini sifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga di luar his

dan kontraksinya berlansung seperti biasa karena tidak ada

sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya koordinasi antara bagian

atas, tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak efisien dalam

mengadakan pembukaan. Tonus otot yang menaik menyebabkan nyeri

yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan

hipoksia janin.

2) Kelainan Janin

Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan

dalam letak atau bentuk janin (Janin besar atau ada kelainan konginetal

janin)

3) Kelainan Jalan Lahir

Kelainan dalam bentuk atau ukuran jalan lahir bisa menghalangi kemajuan

persalinan atau menyebabkan kemacetan.

5
3. Tanda dan Gejala

Menurut Rustam Mochtar (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan

juga pada janin.

1. Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan

cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle,

oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.

2. Pada janin :

a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negatif, air

ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

b. Kaput succedaneum yang besar

c. Moulage kepala yang hebat

d. Kematian  Janin Dalam Kandungan (KJDK)

e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)

Menurut Manuaba (2010), gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama

antara lain :

1) Dehidrasi

2) Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen

meteorismus

3) Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri

segmen bawah rahim

6
4) Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau,

cairan ketuban bercampur mekonium

5) Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke

atas, terdapat kaput pada bagian terendah

6) Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian

7) Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri,

kematian karena perdarahan atau infeksi.

4.   Klasikasi Persalinan Lama

a. Fase laten memanjang

Yaitu fase laten yang melampaui 20 jam pada primigravida atau 14 jam

pada multipara

b. Fase aktif memanjang

Yaitu fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada primigravida dan

lebih dari 6 jam pada multigravida. Dan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5

cm per 3 jam.

c. Kala 2 lama

Yaitu kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1

jam pada multipara.

5. Dampak Persalinan Lama

1. Bahaya bagi ibu

Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak.

Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko

7
tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada

insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock.

Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya

bagi ibu.

2. Bahaya bagi janin

Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin

dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :

a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri

b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin

c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit

d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan

terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-

paru serta infeksi sistemik pada janin.

Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama

memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat

yang buruk bagi anak. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama

meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap

perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi

yang dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata mengalami

defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah

persalinan normal.

8
6. Diagnosis

Faktor-faktor penyebab persalinan lama :

a. His tidak efisien / adekuat

b. Faktor janin

c. Faktor jalan lahir

Diagnosis persalinan lama :

Tanda dan gejala Diagnosis

Serviks tidak membuka. Belum in partu.

Tidak didapatkan his / his tidak teratur.

Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm Fase laten memanjang.

sesudah 8 jam in partu dengan his yang

teratur.

Pembukaan serviks melewati kanan garis Fase aktif memanjang.

waspada partograf.

a.   Inersia uteri.


a. Frekuensi his berkurang dari 3 his

per 10 menit dan lamanya kurang dari

40 detik. b.  

b.      Pembukaan serviks dan turunnya bagian Disproporsi sefalopelvik.

janin yang dipresentasi tidak maju dengan

kaput, terdapat moulase yang hebat,


c.  
oedema serviks, tanda ruptura uteri

9
imminens, gawat janin.

c.       Kelainan presentasi (selain vertex

dengan oksiput anterior). Malpresentasi atau malposisi.

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II memanjang

mengedan, tetapi tak ada kemajuan

penurunan.

7. Penatalaksanaan

1. Penanganan Umum

a. Perawatan pendahuluan :

Penatalaksanaan penderita dengan partus kasep (lama) adalah sebagai

berikut :

1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda

vital dan tingkat dehidrasinya).

2) Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan;

Nilai frekuensi dan lamanya his.

3) Suntikan cortone acetate 100-200 mg intramuscular.

4) Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular.

5) Streptomisin : 1 gr intramuscular.

6) Infuse cairan : Larutan garam fisiologis (NaCl), Larutan glucose 5-10 %

pada janin pertama : 1 liter per jam.

10
7) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan

untuk segera bertindak.

b. Pertolongan :

Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep,

manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, secsio

cesaria, dan lain-lain.

2. Penanganan khusus

a. Fase laten memanjang (prolonged latent phase)

Diagnosis fase laten memanjang di buat secara retrospektif. Jika his

berhenti, pasien disebut belum in partu atau persalinan palsu. Jika his

makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, masuk

dalam fase laten.

Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,

lakukan penilaian ulang terhadap serviks :

1) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan

tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum in partu.

2) Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan

amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.

a) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.

b) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakuakan pemberian

oksitosin selama 8 jam, lakukan seksio sesarea.

11
3) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,cairan vagina berbau) :

a) Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin.

b) Berikan antibiotic kombinasi sampai persalinan.

- Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam

- Ditambah gentamisin 5mg / kg BB IV setiap 24 jam.

- Jika terjadi persalinan pervaginan stop antibiotic

pascapersalinan.

- Jika dilakukan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika ditambah

metrinodazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam

selama 48 jam.

b. Fase aktif memanjang

1) Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan

ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.

2) Nilai his :

a)  Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan

lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan adanya insertia

uteri.

b)   Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40

detik), pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi, malposisi

atau malpenetrasi.

c)   Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan

mempercepat kemajuan persalinan.

12
c. Kala Dua Lama

1) memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran spontan

2) Jika tidak ada mal posisi /malpresentasi berikan drip oxytocin

3) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:

a) Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian

tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum

b) Jika kepala antara 1/5 - 3/5 di atas simfisis pubis lakukan ekstraksi

vakum

c) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakukan SC

B. Asfiksia Pada BBL

1. Pengertian

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya

akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya

dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang

mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan

Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera

bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia

janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang

13
timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-

akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan

secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut

yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)

2. Etiologi / Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi

berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang

dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya

asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi

berikut ini:

a. Faktor ibu

 Preeklampsia dan eklampsia

 Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

 Partus lama atau partus macet

 Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

14
b. Faktor Tali Pusat

 Lilitan tali pusat

 Tali pusat pendek

 Simpul tali pusat

 Prolapsus tali pusat

c. Faktor Bayi

 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

 Kelainan bawaan (kongenital)

 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi

untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut

maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan

perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit

dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi.

Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap

pertolongan persalinan.

15
3. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

 Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

 Warna kulit kebiruan

 Kejang

 Penurunan kesadaran

4. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia

/ hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam

persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu

mendapat perhatian yaitu :

1. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya,

akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di

luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

2. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi

pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan

harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi

16
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu

dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks

dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah

janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya

pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai

tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.(Wiknjosastro, 1999)

B. Toeritis Manajemen 7 Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney

Menurut Hellen Varney (1997), adapun manajemen asuhan kebidanan yang

dapat dilakukan oleh seorang bidan antara lain:

1. Langkah I : pengumpulan data dasar.

Pada langkah petama ini dilakukan pengkajian dengan ngumpulan semua

data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap.

2. Langkah II : identifikasi diadnosa masalah

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien secara tepat

3. Langkah III : mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.

Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan

rangkaian dan diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya.

4. Langkah IV : Tindakan segera atau kolaborasi

17
Mengidentifikasi perlu/tidaknya tindakan segera oleh bidan maupun oleh

dokter, dan kondisi yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

5. Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan menurut langkah-

langkah sebelumnya.

6. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan.

Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5

dilaksanakan secara dilaksanakan secara efisien dan aman.

7. Langkah VII : evaluasi.

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan dengan mengulang

kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

C. Teori Tehnik Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP

Proses pemikiran pelaksanaan kebidanan adalah metode pendokumentasian

SOAP yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien dalam rekam medis

klien sebagai catatan kemajuan.

Model dokumentasi dapat digambarkan sebagai berikut :

1. S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa.

18
2. O (Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung asuhan.

3. A (Assesment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.

4. P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan, evaluasi dari perencanaaan.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE FISIOLOGIS

Ny. “R” GII PI A0 DI BPM HARTATI SAWANG

Tanggal masuk : 28 - 05 - 2018                 Pukul    : 22.30 WIB

I.  PENGUMPULAN DATA         

A. Biodata

Nama ibu        : Ny. R Nama suami     : Tn. M

Umur              : 29 Tahun Umur                : 31 Tahun

Suku/bangsa   : Aceh/Indonesia  Suku/bangsa     : Aceh/Indonesia

Agama            : Islam                    Agama : Islam

Pendidikan     : SMA Pendidikan : SMA

Alamat        : Pinto weu Alamat : pinto weu

NO HP :081370817748 NO HP :-

B. Anamesa (Data Subjektif)

Pada tanggal : 28 - 05 - 2018

Pukul             : 22.30 WIB

1. Alasan utama masuk kamar bersalin : Ibu ingin melahirkan

2. Perasaan (sejak terakhir datang ke klinik ) : Nyeri di bagian pinggang yang

menjalar ke symphisis dan keluar darah bercampur lendir dari jalan lahir.

20
3. Tanda-tanda bersalin

Kontraksi      : Ada sejak tanggal 02 - 05 - 2018   Pukul    : 18 .00 WIB

Frekuensi      : 2x setiap 10 menit

Lamanya       : 15 detik

Kekuatan : Sedang

Lokasi ketidak nyamanan : Simpisis, pinggang, dan vagina.

4. Pengeluaran pervagina

Darah lendir : Ada

Jumlah    : 10 cc        

Warna : Merah kecoklatan

5. Masalah-masalah khusus      : Tidak ada

6. Riwayat kehamilan sekarang :

HPHT          : 6 Juli 2017

ANC : Teratur, Frekuensi : 6 kali di bidan

TI : 1x

T II : 2x

T III : 3x

7. Riwayat imunisasi                : Ada ( TT5 )

8. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu : Ada

9. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : 10-15 kali

10. Makanan dan minuman terakhir, pukul : 20 : 00 WIB

11. Buang air kecil terakhir  : 10 menit yang lalu

21
12. Buang air besar terakhir  : 2 jam yang lalu

13. Tidur : Malam 6 jam siang 2 jam

14. Psikologis : Baik

15. Keluhan lain (bila ada) : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Baik

Keadaan emosional : Stabil

2. Tanda vital

 Tekanan darah         : 100/80 mmHg

 Pols                         : 90 x/m

 Pernafasan               : 24 x/m

 Suhu tubuh              : 36,5.ºC

3. Tinggi badan : 160 cm BB : 59 Kg

4. Muka :

Kelopak mata         : Normal

Konjungvita : Tidak pucat

Skelera                    : Normal, tidak ikterik

6. Mulut dan gigi          :

Lidah dan gusi   : Bersih

Gigi                          : Tidak ada caries dentis

Kelenjar tiroid         : Pembesaran kelenjar   : Tidak ada

22
Kelenjar getah bening : Pembesaran kelenjar : Tidak ada

Dada                      : Simetris

Jantung                    : Normal

Payudara :

Pembesaran       : Ada

Puting susu        : Menonjol

Simetris            : Simetris

Benjolan            : Tidak ada

Rasa nyeri         : Tidak ada

Lain-lain            : Tidak ada

Punggung dan pinggang       : Normal

Posisi tulang belakang          : Lordosis

Pinggang (nyeri ketuk)         : Tidak ada

Ekstreminas atas dan bawah :

Oedema                                      : Tidak ada

Kekakuan otot dan sendi           : Normal

Kemerahan                                 : Tidak ada

Varises                                        : Tidak ada

Refleks patela                             : (+/+)     

23
Abdomen                           

 Pembesaran                   : Ada ( Sesuai dengan umur kehamilan )

 Benjolan                         : Tidak ada

 Bekas luka operasi         : Tidak ada

 Kontitensi                       : Keras

 Pembesaran Lien/liver    : Tidak ada

 Kandung kemih              : Kosong

5. Pemeriksaan kebidanan

 Palpasi uterus

Tinggi fundus uterus : 2 jari px ( 35 cm (Mc Donald))

Kontraksi                 : 4 x 10 menit lamanya 45 detik

Fetus :  Letak               : Memanjang

               Presentasi        : Kepala

Posisi : PUKI

              Penurunan        : 3/5

              Pergerakan      : Aktif

Taksiran berat janin : 3720 gr

 Auskultasi

Denyut jantung fetus       : Normal

Frekuensi                        : ( 150 x/menit regular )

Puctum maksimal        : ⅓ SIAS kiri bawah pusat

24
 Ano-genital inspeksi :

Perineum                          :

Luka perineum       : tidak ada

Vulvula Vagina              : Warna       : Merah Kehitaman

Fistula : tidak ada

Varices : Tidak ada

Pengeluaran

Pervaginam           : Lendir bercampur darah     

Warna   : Merah kecoklatan

                             Jumlah  : 10 cc

Kelenjar Bartolini  : Pembengkakan    : Tidak ada

Konsistensi : lunak

Hoemoroid : Tidak ada

 Pemeriksaan dalam

Atas indikasi                   : Inpartu Pukul : 00.00 Wib Oleh : Bidan

Dinding vagina                : Normal

Porsio : Menipis Pembukaan serviks     : 8 cm

Posisi porsio : Ante fleksi Konsistensi :Lunak

Ketuban                         : Utuh Presentasi fetus Kepala

Penurunan  bagian terendah : 3/5

Imbang feto pelviks        : Imbang panggul ibu dengan berat janin

25
D. Uji Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium :

Keton : Tidak dilakukan Albumin : Negatif

Heamoglobin : 11 gr% Golongan Darah :O

Hematokrit :Tidak dilakukan Rhesus : (+)

II . INTERPRESTASI DATA

DX :

Ny.R GII PI Ao, usia kehamilan 38 minggu aterm kala I fase aktif persalinan normal

dengan diagnosa komplikasi persalinan.

S : ibu mengatakan nyeri di bagian pinggang yang menjalar ke symphisis dan

keluar darah bercampur lendir dari jalan lahir, ini kehamilan ke-enam .

O : - Tanda vital :

TD :100/80 mmHg

Pols : 80 x/m

Suhu : 36,5 oC

Respirasi : 24 x/m

- Pemeriksaan kebidanan

 Palpasi uterus :

Tinggi fundus uterus : 2 jari px ( 35 cm (Mc Donald))

Kontraksi                      : 4 x 10 menit lamanya 45 detik

26
Fetus :   Letak               : Memanjang

               Presentasi        : Kepala

Posisi : Punggung kiri (PUKI)

              Penurunan        : 3/5

              Pergerakan      : Aktif

 Pemeriksaan Dalam :

Vagina : Normal

Porsio : Lunak

Pembukaan : 8 cm

Pengeluaran : darah bercampur lendir

Bagian terbawah : Kepala

Penurunan Kepala : H-IV

 Masalah

Nyeri di bagian pinggang yang menjalar ke symphisis.

 Kebutuhan

Mengatur posisi ibu senyaman mungkin dan anjurkan kepada ibu

untuk makan dan minum.

III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

PARTUS LAMA DAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

27
IV. TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI

Segera melahirkan bayi dan melakukan penatalaksanaan asfiksia (resusitasi)

V. RENCANA MANAJEMEN

- Bina hubungan baik dengan ibu

- Siapkan alat-alat untuk persalinan (termasuk alat resusitasi)

- Observasi keadaan umum dan tekanan darah tiap 4 jam atau bila ada indikasi.

- Observasi his, pols, temp, respirasi, dan DJJ tiap 30 menit.

- Lakukan VT 4 jam atau bila ada indikasi.

- Obsevasi pengeluaran pervaginam.

- Beri dukungan dan semangat emosional pada ibu.

- Berikan penjelasan pada ibu dan keluarga tentang proses persalinan.

- Berikan kenyamanan kepada ibu.

- Anjurkan suami/keluarga untuk mendampingi ibu selama menghadapi

persalinan.

- Anjurkan ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap.

- Anjurkan ibu untuk miring kiri.

- Drip oksitosin dan lakukan kateterisasi jika dibutuhkan.

- Pantau dengan partograf.

28
- Dokumentasikan tindakan dalam rekam medis, dan dokumentasikan hasil

observasi pada lembar observasi

VI. IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN

- Membina hubungan baik dengan ibu

- Menyiapkan alat-alat untuk persalinan (termasuk alat resusitasi)

- Mengobservasi keadaan umum dan tekanan darah tiap 4 jam atau bila ada

indikasi.

- Mengobservasi his, pols, temp, respirasi, dan DJJ tiap 30 menit.

- Melakukan VT 4 jam atau bila ada indikasi.

- Mengobsevasi pengeluaran pervaginam.

- Member dukungan dan semangat emosional pada ibu.

- Memerikan penjelasan pada ibu dan keluarga tentang proses persalinan.

- Memberikan kenyamanan kepada ibu.

- Menganjurkan suami/keluarga untuk mendampingi ibu selama menghadapi

persalinan.

- Menganjurkan ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap.

- Menganjurkan ibu untuk miring kiri.

- Melakukan Drip oksitosin dan lakukan kateterisasi jika dibutuhkan.

- Memantau dengan partograf.

29
- Mendookumentasikan tindakan dalam rekam medis, dan dokumentasikan hasil

observasi pada lembar observasi

VII. EVALUASI

- Hubungan baik telah terbina

- Ibu telah bersemangat menjalani persalinan

- Suami atau keluarga bersedia untuk mendampingi ibu selama proses

persalinan

- Ibu mengerti dan bersedia untuk sering bergerak jika sanggup

- Ibu mengerti dan bersedia miring ke kiri

- Ibu mengerti dan bersedia tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap

- Ibu mengerti dan bersediauntuk makan dan minum disela his

B. Pendokumentasian Kebidanan (Soap)

PENDOKUMENTASIAN DALAM BENTUK SOAP

Nama ibu        : Ny. R Nama suami     : Tn. M

Umur              : 29 Tahun Umur                : 31 Tahun

Suku/bangsa   : Aceh/Indonesia  Suku/bangsa     : Aceh/Indonesia

Agama            : Islam                    Agama : Islam

30
Pendidikan     :SMA Pendidikan : SMA

Alamat        : PINTO WEU Alamat : PINTO WEU

NO HP :081370817748 NO HP :

Kala I (Jam 00.00)

1. S : Ny. R mengatakan nyeri di bagian pinggang yang menjalar ke symphisis.

O: Tekanan darah         : 100/80 mmHg

Pols                         : 72 x/m

Pernafasan               : 22 x/m

Suhu tubuh               : 36,5 ºC

TFU : 35 cm

Lila : 28 cm

VT : 8 cm

Porsio : Lunak

Pengeluaran : darah bercampur lendir

Bagian terbawah : Kepala

Penurunan Kepala : H-IV

A : Ny.R GII PI A0 usia kehamilan 38 minggu inpartu kala I fase aktif persalinan

normal. Janin hidup tunggal intra uterin

P:

31
- Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga seperti menanyakan

keluhan ibu dan mendengarkannya dengan empati,dan juga menganjurkan

keluarga untuk tetap mensuport dan member kasih sayang untuk ibu.

- Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.

- Melakukan informed consent dengan ibu dan keluarga, ibu/keluarga

menandatanganinya.

- Memantau kemajuan persalinan, keadaan ibu dan janin dengan partograf

partograf terlampir.

- Menawarkan pendamping persalinan kepada ibu, ibu memilih suaminya

- Menawarkan posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu, ibu memilih untuk

jalan-jalan dan jongkok bila ada his

- Memberikan informasi tentang proses persalinan

- Menawarkan makan atau minum dísela his, ibu minum ± 100 cc air teh

manis

- Memberikan dukungan mental dan spiritual pada ibu, ibu nampak berdoa

setiap ada his

- Mengajarkan dan membimbing teknik relaksasi dísela ada his untuk

mengurangi rasa nyeri dan menganjurkan ibu untuk istirahat atau bila

tidak ada hisnya, ibu menarik nafas dan mengeluarkannya dari mulut

setiap ada his

32
- Menganjurkan pada ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB setiap

menginginkannya

- Menyiapkan alat partus set, alat resusitasi, kelengkapan bayi dan ibu , alat

resusitasi bayi, kelengkapan ibu dan bayi sudah lengkap

Kala II ( Jam 01.00)

S: Ibu mengatakan mulesnya makin sering dan kuat, ada perasaan ingin

mengedan

O: VT : 10 cm

Tekanan darah         : 120/80 mmHg

Pols                         : 98 x/m

Pernafasan               : 26 x/m

Suhu tubuh               : 37,5 ºC

Palpasi :His kuat 4 kali dalam 10 detik

Auskultasi : DJJ 164x/ menit

·         Penurunan Kepala : H IV

Ada dorongan ingin meneran

Tekanan pada anus

Perenium menonjol

Vulva membuka

A: Ny. R kala II fase aktif persalinan normal dengan diagnosa partus lama

33
P: - Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.

- Menghadirkan pendamping persalinan sesuai dengan keinginan ibu,.

- Menawarkan kepada ibu untuk memilih posisi meneran yang nyaman ibu

ingin posisi setengah duduk.

- Membimbing meneran pada saat ada HIS dan saat ibu mempunyai dorongan

saat meneran.

- Memberi pujian jika ibu dapat meneran dengan baik.

- Memberi dukungan moral dan spiritual pada ibu.

- Menawarkan ibu minum disela his.

- Melakukan kateterisasi dan drip oksitosin.

- Mengecek kembali kelengkapan alat partus set dan kelangkapan lainnya untuk

ibu dan bayi partus set dan kelengkapan lainnya lengkap.

- Menolong persalinan secara APN jam 03.00 WIB bayi lahir spontan tidak

menangis kuat, tonus otot lemah.

- Melakukan penghisapan lendir, menjepit dan memotong tali pusat dan

melakukan langkah awal resusitasi.

- Melakukan asuhan bayi normal

Kala III (Jam 03.10)

S : Ibu mengatakan bahagia dengan kelahiran bayinya

Ibu mengatakan mules.

O: TFU : Setinggi pusat

Kandung kemih : kosong

34
Keadaan umum ibu baik.

Adanya semburan darah

Tali pusat memnjang

Uterus membundar

A : Ny. R dengan kala III persalinan normal

P :- Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.

- Memastikan kandung kemih kosong , kandung kemih kosong.

- Memastikan janin tunggal, janin tunggal.

- Melakukan manajemen aktif kala III :

 Memberitahukan ibu akan disuntik

 Menyuntik Oxytocin 10 IU secara IM

 Melakukan PTT, dengan menahan uterus kearah dorso cranial

- Melahirkan plasenta jam 03.15 WIB placenta lahir secara spontan

- Memeriksa kelengkapan plasenta

- Memeriksa adanya robekan jalan lahir

- Membersihkan ibu dengan air DTT

Kala IV (Jam 03.20)

S: Ibu mengatakan masih lemas

Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya

O: K/U : Baik

TD : 120/70 mmHg

35
Pols : 80 x/menit

R : 23x/menit

Temp : 37 0C

Pendarahan : Normal

Kontraksi : Baik

Kandung kemih : Kosong

Keadaan bayi : Normal

A: Ny. R dengan kala IV persalinan normal

P: - Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

- Melakukan massase uterus, kontraksi uterus baik

- Memeriksa robekan jalan lahir, tidak ada laserasi

- Mengajarkan ibu dan keluarga cara menilai kontraksi uterus dan cara

melakukan massase uterus jika uterus kurang baik respon ibu baik dan

mau mengikuti cara untuk melakukan massase.

- Memantau kontraksi uterus, TFU, pengeluaran pervaginam , kandung

kemih dan tanda vital tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada

jam keduanya hasil terlampir pada patograf.

- Membersihkan badan dan mengganti pakaian ibu dengan baju yang bersih

dan kering, ibu tampak nyaman.

- Mendekontaminasikan alat-alat partus dalam larutan clorine 0,5 % selama

10 menit lalu memprosesnya.

36
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

- Mengucapkan selamat pada ibu dan keluarga.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. TANDA DAN GEJALA PARTUS LAMA

Menurut Rustam Mochtar (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan

juga pada janin.

1. Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan

cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle,

oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.

Dari hasil pemeriksaan pada Ny “R” GII PI A0 di dapat bahwa :

Tekanan darah         : 120/80 mmHg

37
Pols                         : 98 x/m

Pernafasan               : 26 x/m

Suhu tubuh               : 37,5 ºC

Berarti tidak ada kesenjangan antara teori Rustam Mochtar (1998) dan

pratik di BPM Hartati sawang.

B. KLASIFIKASI PARTUS LAMA

Menurut winkjosastro, 2002

a. Fase laten memanjang

Yaitu fase laten yang melampaui 20 jam pada primigravida atau 14 jam pada

multipara

b. Fase aktif memanjang

Yaitu fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada primigravida dan lebih

dari 6 jam pada multigravida. Dan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per 3

jam.

c. Kala 2 lama

Yaitu kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1 jam

pada multipara.

Berdasarkan khasus pada Ny “R” GII PI A0 didapat bahwa kala II

berlangsung lebih dari 1 jam.

Berarti tidak ada kesenjangan antara teori winkjosastro, 2002 dan pratktik

di BPM Hartati sawang.

38
C. DAMPAK PARTUS LAMA BAGI JANIN

Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan

semakin sering terjadi keadaan berikut ini :

a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri

b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin

c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit

d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan

terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru

serta infeksi sistemik pada janin.

Berdasrkan khasus pada bayi Ny R, bayi lahir spontan tidak menangis kuat,

tonus otot lemah, Apgar Skor 5, bayi mengalami asfiksia sedang.

Berarti tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di BPM Hartati Sawang.

D. ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya

akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya

dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang

mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan

Persalinan Normal, 2007).

39
Berdasrkan khasus pada bayi Ny R, bayi lahir spontan tidak menangis kuat

(megap-megap) , tonus otot lemah, warna kulit kebiruan.

Berarti tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di BPM Hartati Sawang.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya laporan asuhan kebidanan pada Ny “R” GII PI A0 UK 38

minggu inpartu, janin tunggal, hidup intra uteri dengan diagnosa komplikasi

persalinan di BPM Jum’ati, yang telah penulis selesaikan, menyimpulkan bahwa

asuhan kebidanan pada ibu inpartu kala I fase aktif sampai kala IV telah

dilakukan dan pemeriksaan sesuai dengan standar yang telah diterapkan sehingga

diharapkan akan dapat mengurangi kematian maternal maupun neonatal. Dapat

ditarik beberapa kesimpulan :

Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya ketelitian, kepekaan dan

peranan dari ibu hamil sehingga diperoleh data yang menunjang untuk

mengangkat diagnosa kebidanan dan juga menatalaksaan komlikasi yang

40
mungkin saja terjadi seperti yang terjadi pada Ny”R” dengan diagnosa partus

lama.

B. Saran

Setelah penyusunan laporan ini penulis menyarankan agar setiap paramedic

mengetahui dan mengerti tentang asuhan yang diberikan pada ibu inpartu kala I

fase aktif sampai kala IV dan cara penatalaksaan komplikasi yang mungkin saja

terjadi pada ibu sehingga dapat memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Rustam, mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

41

Anda mungkin juga menyukai