LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN PARTUS LAMA
DISUSUN OLEH:
A. Pengertian
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan
garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, 2002). Persalianan lama disebut
juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau sulit.
Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase latennya
berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya tidak
adekuat atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-
kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam
pada primigravida dan kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12
jam sejak pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam).
B. Etiologi
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan tenaga/his tidak efisien (adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,
tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalaami hambatan atau
kemacetan.
2. Kelainan janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Persalinan dapat mengalami ganagguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau dalam bentuk janin.
3. Kelainan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Kelaianan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Faktor resiko persalinan lama :
1. Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan macet karna jalan
lahir/tempat keluar janin belum berkembamg sempurna/masih kecil.
2. Tinggi badan kurang dari 140 cm dikuatirkan akan terjadi persalinan
macet karna tulang panggul sempit.
3
Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan sehingga
menyebabkan kala I lama.
4. Kelainan lain
Meliputi pimpinan persalinan yang salah, janin besar atau ada kelainan
kongenital, primi tua primer dan sekunder, perut gantung, grandemulti,
ketuban pecah dini ketika serviks masih menutup, keras dan belum
mendatar, kecemasan dan ketakutan atau respon stress, pemberian
analgetik yang kuat atau terlalu cepat pada persalinan dan pemberian
anastesi sebelum fase aktif, ibu bertubuh pendek <150 cm yang biasanya
berkaitan dengan malnutrisi, riwayat persalinan terdahulu sectio caesarea,
IUFD (Intra Uterine Fetal Death), ibu usia muda atau di bawah 17 tahun,
adanya derajat plasenta previa yang tidak diketahui, atau adanya masa
seperti fibroid yang muncul dari uterus atau serviks (Chapman, 2006;
Simkin, 2005; Oxorn, 2010; Liu, 2007).
E. Pathway
6
2) Nilai his :
a) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit
dan lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan
adanya insertia uteri.
b) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya
lebih dari 40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi,
obstruksi, malposisi atau malpenetrasi.
c) Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki
his dan mempercepat kemajuan persalinan.
c. Kala Dua Lama
1) memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran
spontan
2) Jika tidak ada mal posisi /malpresentasi berikan drip oxytocin
3) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:
a) Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau
bagian tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum
b) Jika kepala antara 1/5 - 3/5 di atas simfisis pubis lakukan
ekstraksi vakum
c) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakukan SC
H. Diagnosis Penunjang
Oxorn (2010) mengatakan untuk menegakkan diagnosis diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.
10
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Biodata meliputi:
Nama, Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi /
tidak (terlalu muda apabila < 20 tahun atau terlalu tua > 35 tahun),
Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien, pekerjaan
(Depks RI, 1993: 65).
2) Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya
lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang
air kemih hanya sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
b. Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara
38 –42 minggu (Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda
menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah
campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus
Gde Manuaba, 1998; 165).
c. Riwayat penyakit dahulu.
11
e. Riwayat Obstetri.
1) Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s Ibrahim,
1993,3), prematur kurang dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28).
2) Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain.
Pada primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam dengan
pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8
jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).
f. Riwayat psikososialspiritual dan budaya.
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan
dan fantasi . Pada trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan
(mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada trimester III klien
merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya,ketakutan akan
kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat
selama persalinan berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).
g. Pola Kebutuhan sehari-hari.
1) Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang
menurun. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 405).
2) Istirahat tidur.
12
o Nadi
o Suhu
o Pernafasan
c. Pemeriksaan khusus abdomen
o Perut kembung
o Apakah tampak gerak janin
d. Pemeriksaan Leopold
e. Terdapat tanda abdominal, seperti:
o Rasa nyeri berlebihan
o Tanda cairan bebas dengan abdomen
o Kesan lingkaran Bandle meningkat/ tinggi
o Bagian janin mudah diraba
o Tampak perdarahan pervaginam
f. Pemeriksaan DJJ
o DJJ normal antara 120-160
o Keteraturan
g. Apakah disertai pengeluaran mekonium pada letak kepala
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah.
a. Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut;
o Warna cairan amnion
o Dilatasi serviks
o Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan periksa luar)
b. Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama,
mungkin diagnosis inpartum belum dapat ditegakkan.
c. Jika terdapat kontraksi yanag menetap, periksa ulang wanita tersebut
setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini,
jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam
keadaan inpartu, jika tidak terdapat perubahan, maka diagnosisnya
adalah persalinan palsu.
14
Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan
Tujuan :Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
o Tanda – tanda vital dalam batas normal.
o Keluaran urine adekuat.
o Membran mukosa kental.
o Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
Ukur masukan dan keluaran.
Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
Atur posisi klien tegak atau lateral.
Kolaborasi pemberian cairan parenteral
2. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif
berulang. Trauma jaringan, persalinan lama
Tujuan : Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
o Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan
fungsilaesa)
Intervensi :
17
Kala III :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam akibat atonia.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP, dengan KH :
o Kontraksi uterus adekuat.
o Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
o Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
Anjurkan klien untuk masase fundus.
Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran plasenta.
Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran,
insersi tali pusat dan ketuban.
Berikan cairan peroral.
Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan,
respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan : Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
o Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan
nyerinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham F Gary, Obstetri Williams, ED.21- Jakarta : EGC, 2005
Current Obstetric and Gynecologic, Diagnosis treatment, ninth Edition
International, 2003
Geoffrey chamberlain, prolonged pregnancy Turn Bull’s Obstetric, 3rd Edition,
Churchill Livingstone.
Hacker, Moore, Essential of Obstetric and Gynecology, 2nd Edition, W.B
Saunders Company, 1992
Jhon J. Sciarra, Gynecology and Obstetrics, revised edition, J-B Lippincott
company Philadelphia, 1995
Joy saju, MD, Diagnosis of Abnormal Labour at www.emedicine.com
Obstetri Fisiologi, Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung
Robert Resnik, Jay P lams, Maternal – fetal medicine, 5th Edition, Saunders,
Philadelphia, 2004
Saifuddin Abdul bari, Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Ed.1, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2004
Sastrawinata Sulaiman, Ilmu kesehatan Reproduksi, Obstetri Patologi, Ed.2 –
Jakarta: EGC, 2004