PERSALINAN LAMA
Marisa Hana’ Mardhiyah, S.Ked* dr. Hanif M. Noor, Sp.OG**
1
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan lama ialah suatu persalinan yang sulit dan ditandai dengan
kemajuan persalinan yang lambat. Terdapat faktor-faktor yang berperan dalam
proses persalinan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi
his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi diafragma.
Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor
penolong serta faktor psikis.1
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka
proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari
faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his
tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun
gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang
mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai
faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan,
keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya
kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan
sosial ekonomi rakyat.2
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyebab kemacetan dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu kelainan power,
passage, passanger dan faktor penolong :
a) Kelainan Power
Power adalah kekuatan ibu mendorong janin, yaitu kekuatan his dan
kekuatan ibu dalam mengejan. His normal yaitu his yang timbul dominan pada
fundus uteri, simetris, kekuatannya semakin lama semakin kuat dan sering
serta mengalami fase relaksasi yang baik. Kelainan his ini dapat berupa inersia
uteri hipertonik atau inersia uteri hipotonik.1
Kontraksi uterus atau his secara normal terjadi pada awal persalinan
yakni pada kala 1, pada awal kala 1 his yang timbul masih jarang yaitu 1 kali
dalam 15 menit dengan kekuatan 20 detik, his ini semakin lama akan timbul
semakin cepat dan sering yakni interval 2 sampai 3 kali dalam 10 menit
dengan kekuatan 50 sampai 100 detik.2
Apabila kontraksi tidak adekuat, maka serviks tidak akan mengalami
pembukaan, sehingga pada kondisi tersebut dilakukan induksi persalinan, dan
apabila tidak ada kemajuan persalinan maka dilakukan seksio sesaria, namun
pada persalinan kala II apabila ibu mengalami kelelahan maka persalinan
dilakukan dengan menggunakan vacum ekstraksi.1,2,4
4
Persalinan kala III yaitu melahirkan plasenta, apabila placenta belum
lahir dalam waktu 30 menit maka hal ini terjadi karena tidak ada kontraksi
uterus atau karena adanya perlengketan sehingga merangsang uterus maka di
berikan pemberian induksin dan melakukan massage uterus.4
b) Kelainan Passage
Kelainan Passage yaitu karena adanya kelainan pada jalan lahir, jalan
lahir sendiri terbagi atas jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir keras
atau tulang panggul dapat berupa kelainan bentuk panggul, dan kelainan
ukuran panggul. Sedangkan jalan lahir lunak yang sering dijumpai karena
adanya tumor ovarium yang menghalangi jalan lahir dan adanya edema pada
jalan lahir yang dipaksakan..5
c) Kelainan Passanger
2.2 Epidemiologi
2.3 Klasifikasi
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14
jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang
panjang mencakup :
c. Disproporsi fetopelvik
d. Persalinan disfungsional
a. Malposisi janin
b. Disproporsi fetopelvik
Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5
jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan
abnormal. Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa
kelahiran berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya
menghindari kelahiran pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio
caesarea merupakan tindakan penting dalam penatalaksanaan permasalahan ini.12
2.3 Etiologi
1. Kelainan His
7
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi
dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah
satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh
korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his
dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya,
lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum.2
1. Tonus otot uterus diluar his tidak seberapa tinggi. Lalu meningkat pada
waktu his. Pada kala pembukaan serviks ada 2 fase; fase laten dan fase
aktif.
2. Kontraksi uterus dimulai pada salah satu tanduk uterus, sebelah kanan atau
sebelah kiri, lalu menjalar ke seluruh otot uterus.
3. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama
dibandingkan bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lambat,
lebih singkat dan tidak seadekuat kontraksi fundus uteri. Bagian bawah
(segmen bawah uterus) tetap pasif dan berkontraksi sangat lemah.
4. Sifat-sifat his: lamanya, kuatnya, teraturnya, seringnya dan relaksasinya.1
a. Inersia Uteri
Pada kondisi ini, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada
bagian-bagian yang lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak pada
kontraksi uterus yang lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan
biasanya. Keadaan umum penderita baik dan biasanya nyeri tidak seberapa. Selama
8
ketuban masih utuh umumnya tidak banyak berbahaya, kecuali jika persalinan
berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebut inersi uteri primer. Inersia uteri
sekunder adalah timbulnya inersia uteri setelah sempat berlangsung his kuat untuk
waktu yang lama.9
10
pemeriksaan luar, kepala teraba di fundus uteri, sementara pada bagian bawah
uterus teraba bokong yang tidak dapat digerakkan semudah kepala. Selain dari
pemeriksaan luar, diagnosis juga dapat ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan penunang seperti USG dan MRI.9
Faktor yang menyebabkan terjadinya presentasi bokong adalah
multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul
sempit, dan usia prematur. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak
lebih leluasa, sehingga janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala,
presentasi bokong, atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan akhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong
dan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong
dipaksa untuk mengisi tempat yang lebih luas di fundus uteri, sedang kepala
berada pada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.10
f. Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain.
Sebab tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan
kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Kelainan bentuk
rahim seperti uterus arkuatus atau subseptus juga merupakan penyebab
terjadinya letak lintang. Adanya letak lintang dapat diduga hanya dengan
inspeksi. Uterus tampak melebar dan fundus tampak lebih rendah tidak sesuai
dengan usia kehamilannya. Pada palpasi, fundus uteri kosong, kepala janin
berada di samping, dan diatas simfisis juga kosong .10
g. Presentasi Ganda
Presentasi ganda adalah presentasi dimana disamping kepala janin di
dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan
11
disamping bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda terjadi karena pintu
atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada
seorang multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin
kecil.4
h. Pertumbuhan Janin yang Berlebihan
Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000
gram. Pada janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu
janin besar juga dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus,
postmaturitas, dan grande multipara.5
i. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan
serebrospinalis dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi
pelebaran sutura serta ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel
biasanya berkisar antara 500- 1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 5 liter. Karena kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi
di bagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan sungsang.
Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi
sefalopelvik dengan segala akibatnya.9
j. Prolaps Funikuli
Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di
samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah
ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya bagi
janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit diantara bagian terendah janin
dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi janin. Keadaan yang
menyebabkan gangguan adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu
atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan
predisposisi turunnya tali pusat dan terjadinya prolaps funikuli. Dengan
demikian prolaps funikuli sering didapatkan pada letak sungsang dan letak
12
lintang. Pada presentasi kepala dapat dijumpai pada disproporsi sefalopelvik.
Pada kehamilan premature lebih sering dijumpai karena kepala anak yang kecil
tidak dapat menutup pintu atas panggul secara sempurna.9
13
Panggul jenis ini memiliki diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit. Spina
ischiadika pada panggul jenis ini cenderung menonjol dan dinding samping
panggul cenderung berbentuk konvergen.
c) Panggul Android
Panggul android memiliki ciri pintu atas panggul berbentuk segitiga dengan
spina ischiadika menonjol kedalam dan arkus pubis menyempit. Dinding
samping biasanya konvergen, spina ischiadika menonjol, dan os sakrum tidak
melengkung tetapi lurus dan maju ke depan.
d) Panggul Platipelloid
Panggul dengan diameter anteroposterior yang lebih pendek daripada
diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas.
Sudut panggul anterior sangat lebar dan kelengkungan os sakrum biasanya
cukup.
Dari keempat jenis panggul diatas panggul ginekoid merupakan jenis panggul
dengan prognosa persalinan paling baik, sedangkan ketiga jenis panggul lainnya
dapat menyebabkan terjadinya distosia persalinan.
Distosia karena kelainan ukuran panggul (disproporsi fetopelvik) dapat
disebabkan karena berkurangnya ukuran panggul, ukuran janin yang terlalu
besar, atau kombinasi diantara keduanya. Setiap penyempitan pada diameter
panggul baik pintu atas panggul, pintu tengah panggul, maupun pintu bawah
panggul dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan.
a) Penyempitan pintu atas panggul
Pintu masuk panggul dianggap menyempit apabila diameter
anteroposterior terpendeknya kurang dari 10 cm atau diameter transversa
terbesarnya kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala memiliki
kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga serviks
uteri kurang mengalami tekanan kepala.
b) Penyempitan pintu tengah panggul
14
Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia
interspinarum kurang dari 9.5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan
kesukaran pada persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek.
c) Penyempitan pintu bawah panggul
2.4 Diagnosis
15
Kemampuan ibu dalam menghasilkan tenaga ekspulsi
Kondisi janin
- jumlah
- letak
Tentukan ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir yang dapat
menghalangi persalinan pervaginam.
16
Tabel 2.2 Diagnosis etiologi persalinan lama
17
Gejala klinis yang dapat diamati dapat berasal dari ibu ataupun dari janin.
Gejala klinis yang tampak pada ibu meliputi:
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan meteorismus.
Cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau lemah.
Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang terhambat
disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan
menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
Pada persalinan lama dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri yang berupa
perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari luar, pada
pemeriksaan dalam didapatkan bagian terendah janin mudah didorong ke atas,
robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.10
2.5 Patofisiologi
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal
pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi
20 jam, multi 14 jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam)
18
atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul
partus lama.
19
Tujuan persalinan adalah untuk melahirkan janin dan kemudian plasenta, dan
untuk mengetahui apakah terdapat hambatan pada ibu. Uterus akan membutuhkan
energi untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolik ini dapat berlangsung
jika energi ibu cukup, dan aktivitas ini dipertahankan selama berjam-jam. Namun,
jika kondisi ini berlangsung terlalu lama lebih dari 24 jam, akan menimbulkan
terjadinya komplikasi. Pertama-tama, akan timbul gangguan emosi dan kelelahan
pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada uterus akan berkurang,
sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu juga dapat terjadi
asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi kebutuhan ATP.
Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus untuk berkontraksi.
Oleh karena itu, kontraksi uterus akan melemah jika bekerja berkepanjangan
karena alasan fisiologis dan biokimia. 11
2.6 Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
2. Penanganan Khusus
Jika kondisi ibu baik dan telah dinilai ulang keadaan janin, jaga pasien
tetap rumah selama mungkin dan pastikan asupan cairan yang cukup dan
makan sedikit tapi sering. Minta pasien kembali jika ada lendir darah atau
ketuban pecah atau perubahan kekuatan dan frekuensi kontraksi. Bahkan
jika tidak ada perubahan pada pasien, tetapkan waktu tertentu untuk
mengevaluasi kembali status pasien secara berkala.
Bagi pasien yang butuh istirahat, dapat diberi obat tidur (zolpidem, 5-10
mg per oral), dapat diberikan untuk dikonsumsi di rumah, atau mereka
dirawat dengan sedasi morfin (15-20 mg).
21
Jika pembukaan pasien telah 3 cm, sarankan perawatan dengan
manajemen aktif. Oksitosin harus dimulai dan dititrasi hingga mencapai
kontraksi setiap 2-3 menit. Amniotomi dini adalah pilihan, baik dengan
oksitosin atau sebagai alternatif oksitosin. Amniotomi lebih baik ditunda
sampai serviks 2 cm atau hodge 2, terutama jika bukan presentasi verteks.
Pemberian oksitosin berguna untuk mencapai tiga hingga lima kontraksi setiap
10 menit, atau kontraksi setiap 2 hingga 3 menit
Minimal 4 jam kontraksi yang adekuat, seperti yang dijelaskan sebelumnya atau
minimal 2 jam kontraksi dengan kateter intrauterin yang adekuat, harus dilewati
sebelum perkembangan fase aktif yang abnormal terjadi
Bahkan setelah 4 jam adanya kelainan persalinan, persalinan aktif (tanpa bekas
luka rahim) masih dapat dilanjutkan 6 hingga 8 jam dengan kemungkinan
persalinan pervaginam selama pemantauan janin meyakinkan dan ada bukti
kemajuan persalinan
22
Waktu adekuat untuk terapi konservatif kala 2 : nullipara 3 jam dengan
epidural, 2 jam tanpa epidural; Multipara : 2 jam dengan epidural, 1 jam tanpa
epidural
Jika tidak ada tanda – tanda infeksi (maternal atau fetal), tidak ada tanda
kelelahan maternal, dan menilai ulang, persalinan dapat dilanjutkan selama
tidak ada partus macet/lama.
a. Medikamentosa
2.7. Komplikasi
1. Infeksi intrapartum
2. Ruptur Uteri
24
sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan melintang diuterus antara
simpfisis dan umbilikus. 4,7
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus
pada persalinan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin
retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang
berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai
peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah rahim. Pada keadaan ini,
kontriksi tesebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anestesia umum yang
sesuai dan janin dilahirkan secara normal, namun sektio secaria hasilnya lebih
baik.5
4. Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi
tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak
diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan.
Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam bebrapa
hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikovaginal,
atau rektovaginal.
Saat kelahiran bayi dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala
janin serta tekanan dari bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya ini meregangkan
dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan
anatomik otot, saraf dan jaringan ikat. Melahirkan dapat menyebabkan
inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.18
25
B. Komplikasi pada Janin
1. Kaput Suksedaneum
2.8 Prognosis
26
berikutnya mungkin tidak makrosomik. Namun, jika persalinan abnormal adalah
sekunder dari panggul yang sempit dengan bayi berukuran normal atau kecil, maka
kemungkinan terulangnya persalinan abnormal adalah tinggi.
27
BAB III
KESIMPULAN
28
29
DAFTAR PUSTAKA
8. Ness A, Goldberg J, Berghella V. Abnormalities of the first and second stages of labor.
Obstet Gynecol Clin North Am. 2005 Jun;32(2):201-20
30
12. Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labor
and Birth). Yogyakarta : YEM.
13. Cheng YW, Kaimal AJ, Snowden JM, Nicholson JM, Caughey AB. Induction of labor
compared to expectant management in low-risk women and associated perinatal
outcomes. Am J Obstet Gynecol. 2012 Dec. 207(6):502.e1-8.
14. Smyth RM, Alldred SK, Markham C. Amniotomy for shortening spontaneous
labour. Cochrane Database Syst Rev. 2007 Oct 17. CD006167.
15. Le Ray C, Serres P, Schmitz T, Cabrol D, Goffinet F. Manual rotation in occiput posterior
or transverse positions: risk factors and consequences on the cesarean delivery rate. Obstet
Gynecol. 2007 Oct. 110 (4):873-9.
16. Shields SG, Ratcliffe SD, Fontaine P, Leeman L. Dystocia in nulliparous women. Am
Fam Physician. 2007 Jun 1. 75(11):1671-8.
17. Oppenheimer LW, Labrecque M, Wells G, et al. Prostaglandin E vaginal gel to treat
dystocia in spontaneous labour: a multicentre randomised placebo-controlled trial. BJOG.
2005 May. 112(5):612-8.
18. Allen VM, Baskett TF, O'Connell CM, McKeen D, Allen AC. Maternal and perinatal
outcomes with increasing duration of the second stage of labor. Obstet Gynecol. 2009 Jun.
113(6):1248-58.
19. Treacy A, Robson M, O'Herlihy C. Dystocia increases with advancing maternal age. Am
J Obstet Gynecol. 2006 Sep. 195(3):760-3.
20. Zhu BP, Grigorescu V, Le T, et al. Labor dystocia and its association with interpregnancy
interval. Am J Obstet Gynecol. 2006 Jul. 195(1):121-8.
31