Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HIS HIPOTONIK DAN HIS HIPERTONIK

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Disusun oleh Kelompok 2 :

1. V4321007 Amanda Putri Rachmawati


2. V4321010 Aulia Rahma Safitri
3. V4321021 Dyah Amalia Nugraheni
4. V4321037 Lutfiah Husnul Khotimah Haryanti
5. V4321039 Maradhanty
6. V4321040 Marwa Nur Azizah
7. V4321041 Meta Munika
8. V4321056 Rini Rahmadani
9. V4321058 Sahenza Dwi Ramadhani Herba Albira
10. V4321061 Septiana Nur Aini
11. V4321066 Tasqia Gusti Cahyani

D3 KEBIDANAN SEMESTER GASAL


FAKULTAS SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,2010). Persalinan diartikan pula sebagai
peregangan dan pelebaran mulut rahim. Kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi
mendorong bayi keluar. Tidak semua persalinan dapat berjalan normal, namun dalam persalinan
dapat terjadi beberapa penyulit. Penyulit dalam persalinan diantaranya yaitu, kelainan presentasi
dan posisi, distosia karena kelainan alat kandung, distosia karena kelainan janin, dan distosia
karena kelainan his.
His atau power adalah kekuatan atau kontraksi ibu dalam mengejan. His atau kontraksi sudah
bisa mulai dirasakan sejak 2 minggu sebelum atau sesudah tanggal perkiraan persalinan, pada
kehamilan pertama persalinan akan berlangsung tidak lebih 12-14 jam. Power atau kekuatan bisa
menjadi masalah dalam persalinan, penyulit pada his adalah aktivitas uterus hipotonik, kontraksi
hipertonik inersia uteri, tetania uteri, his yang tidak terkoordinasi, kelelahan ibu mengejan, dan
salah pimpinan kala II. Persalinan yang bermasalah dengan his bila berlanjut dapat menyebabkan
perdarahan postpartum.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian His Hipertonik


His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat bisnya normal,
tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus
presipitatus).Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan asfiksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim.
Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena
mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat. His Yang Tidak Terkoordinasi adalah his yang
berubah-ubah. His jenis ini disebut incoordinate uterine. Tonus otot meningkat diluar his dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak
adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan.

B. Etiologi His Hipertonik


1. Usia dan paritas
Keadaan ini merupakan keadaan pada primigravida. Sekitar 95% dari kasus - kasus
berat terjadi dalam persalinan pertama, dan uterus hamper selalu lebih efisien pada
kehamilan berikutnya. Insidensi pada privravida lanjut usia hanya sedikit lebih tinggi
dibandingkan pada wanita muda.

2. Kelainan Uterus
Sebagian dokter beranggapan bahwa kelainan ini dapat disebabkan oleh
overdistensi, vibroid, dan jaringan parut pada uterus menjadi predisposisi timbulnya
kontraksi uterus yang jelek. Kelainan congential uterus, uterus yang fungsinya tidak
lengkap atau uterus bikornis akan mengganggu persalinan.

3. Pecahnya ketuban
Pecahnya ketuban dalam kondisi yang tepat akan merangsang uterus untuk
berkontraksi lebih baik dan mempercepat kemajuan persalinan. Akan tetapi, ketuban yang
pecah sebelum serviks mendatar masih keras, tebal, dan tertutup tentu menghasilkan
persalinan yang lama dan tidak efisien.

4. Gangguan mekanis dalam hubungan janin dengan jalan lahir


Bagian terendah yang melekat baik pada serviks maupun segmen uterus pada kala
I persalinan serta pada vagina dan perineum pada kala II akan menghasilkan rangsangan
refleks yang baik pada myometrium. Segala sesuatu yang menghalangi hubungan yang
baik ini akan menyebabkan kegagalan refleks tersebut, dan akibatnya timbulah kontraksi
yang jelek. Hubungan antara posisi posterior, sikap ekstensi dan posisi melintang yang
macet (transverse arrest) dengan kerja uterus yang salah telah diketahui dengan baik. Mal
posisi menyebabkan gangguan uterus, dan jika keadaan ini bisa diperbaiki, maka kontraksi
kerap kali menjadi lebih baik. Penurunan yang lambat dan pembentukan bawah uterus tidak
lengkap merupakan tanda dini inkoordinasi rahim. Disporsisi Cephalopelvic dalam derajat
yang ringan menjadi predisposisi timbulnya kerja uterus yang tidak koordinasi atau his
hipertonik.

5. Iritasi Uterus
Rangsangan yang tidak tepat pada uterus oleh obat - obatan oleh tindakan
manipulasi intrauterine dapat mengakibatkan his hipertonik (oksitosin yang berlebihan).

C. Penatalaksanaan His Hipertonik


1. Pencegahan
a. Mengatasi perasaan takut dengan perawatan prenatal yang baik
b. Jika perlu analgesic digunakan untuk mencegah hilangnya pengendalian
c. Sedasi berat diberikan pada persalinan palsu agar pasien tidak kelelahan ketika
benar - benar menjalani persalinan yang sesungguhnya.
2. Penanganan
a. Tindakan Umum
1) Mengukur tekanan darah setiap 4 jam dan pemeriksaan ini dilakukan lebih sering
apabila ada gejala preeklamsia
2) DJJ dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II
3) Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya.
Karena ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan
pembedahan dengan narcosis, hendaknya klien jangan diberi makanan biasa
melainkan bentuk cairan. Sebaiknya berikan infuse larutan glukosa 5% dan NaCl
Isotonik secara interavena secara berganti - ganti
4) Kandung kemih dan usus dikosongkan bila perlu
5) Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, akan tetapi harus selalu disadari bahwa tiap
pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi

3. Sedasi dan Analgesi


Meskipun sedasi dengan jumlah berlebihan dapat merintangi kontraksi uterus,
penggunaan sedasi yang tepat tidak akan mengganggu persalinan yang sebenarnya.
Pasien memerlukan sedasi untuk menurunkan kecemasannya dan memerlukan analgesi
untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Bila terjadi tanda - tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan seksio
sesaria
5. Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba -tiba dan
cepat

D. Pengertian His Hipotonik


His Hipotonik adalah kelainan his yang bersifat tidak kuat, lekas berhenti dan frekuensinya
tidak seperti biasa (antara 5-10 menit) untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin
kebawah, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari bagian lain. Sering dijumpai pada
penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu meregang
misalnya akibat hidramion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandamultipara atau
primipara, serta penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan
serviks, fase laten atau fase aktif.

E. Klasifikasi
Insersia uteri Hipotonik terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Inersia uteri primer
Terjadi pada masa permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
(kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
Penyebabnya :
- Gangguan pertumbuhan uterus
- Uterus yang terlalu tegang
- Kehamilan yang sering dengan jarak pendek
- Mioma uteri
- Keadaan umum jelek : anemia, penyakit kronis, febris.
- Faktor psikologis : takut dan emosional
b) Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase atif kala I dan kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya menjadi lemah
Penyebabnya :
- Pemberian sedativa berlebihan
- Persalinan lama/tidak maju : distosia janin/ jalan lahir
Komplikasi :
- ibu : infeksi, partus lama, partus terlambat
- Janin : infeksi intra uterine, gawat janin, janin meninggal dalam rahim

F. Etiologi His Hipotonik


Kelainan his dapat disebabkan oleh :
1. Panggul sempit
2. Kelainan letak kepala
3. Penggunaan analgesik terlalu cepat
4. Hidramnion
5. Gameli
6. Ibu merasa takut
7. Salah memimpin persalinan

G. Pemeriksaan penunjang :
1. KTG
2. USG

H. Penatalaksanaan His Hipotonik


Kelainan his dapat diatasi dengan :
1. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnya gejala-gejala
atau penyulit seperti kematian, bertambahnya resiko infeksi dan kelelahan.
2. Insersia uteri hipotoni : jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomi dan
memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit, penangananya di seksio
sesar).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat bisnya normal,
tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus
presipitatus).Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.
His Hipotonik adalah kelainan his yang bersifat tidak kuat, lekas berhenti dan
frekuensinya tidak seperti biasa (antara 5-10 menit) untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong janin kebawah, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari bagian lain. Sering
dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu
meregang misalnya akibat hidramion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandamultipara
atau primipara, serta penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala
pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif.

B. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan harus mengetahui dengan benar tanda dan
gejala dari His Hipertonik maupun Hipotonik agar dapat mendeteksi secara dini sehingga mampu
berperan aktif dalam menurunkan angka kematian pada ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA

Siantar, R. L., Rostianingsih, D., Ismiati, T., & Bunga, R. 2022. Buku ajar asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Rena Cipta Mandiri.
Yuluanti, N. T., & Ningsih, K. L. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Makassar: Cendekia Publisher.
Qonitul, U., & Fadilah, S. N. (2019). Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Kejadian Partus Lama
pada Ibu Bersalin di RSUD dr. R. Koesma Tuban. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi, 7(1),
51-57.

Anda mungkin juga menyukai