Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,2010). Persalinan diartikan pula sebagai
peregangan dan pelebaran mulut rahim. Kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi
mendorong bayi keluar. Tidak semua persalinan dapat berjalan normal, namun dalam persalinan
dapat terjadi beberapa penyulit. Penyulit dalam persalinan diantaranya yaitu, kelainan presentasi
dan posisi, distosia karena kelainan alat kandung, distosia karena kelainan janin, dan distosia
karena kelainan his.
His atau power adalah kekuatan atau kontraksi ibu dalam mengejan. His atau kontraksi sudah
bisa mulai dirasakan sejak 2 minggu sebelum atau sesudah tanggal perkiraan persalinan, pada
kehamilan pertama persalinan akan berlangsung tidak lebih 12-14 jam. Power atau kekuatan bisa
menjadi masalah dalam persalinan, penyulit pada his adalah aktivitas uterus hipotonik, kontraksi
hipertonik inersia uteri, tetania uteri, his yang tidak terkoordinasi, kelelahan ibu mengejan, dan
salah pimpinan kala II. Persalinan yang bermasalah dengan his bila berlanjut dapat menyebabkan
perdarahan postpartum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Kelainan Uterus
Sebagian dokter beranggapan bahwa kelainan ini dapat disebabkan oleh
overdistensi, vibroid, dan jaringan parut pada uterus menjadi predisposisi timbulnya
kontraksi uterus yang jelek. Kelainan congential uterus, uterus yang fungsinya tidak
lengkap atau uterus bikornis akan mengganggu persalinan.
3. Pecahnya ketuban
Pecahnya ketuban dalam kondisi yang tepat akan merangsang uterus untuk
berkontraksi lebih baik dan mempercepat kemajuan persalinan. Akan tetapi, ketuban yang
pecah sebelum serviks mendatar masih keras, tebal, dan tertutup tentu menghasilkan
persalinan yang lama dan tidak efisien.
5. Iritasi Uterus
Rangsangan yang tidak tepat pada uterus oleh obat - obatan oleh tindakan
manipulasi intrauterine dapat mengakibatkan his hipertonik (oksitosin yang berlebihan).
E. Klasifikasi
Insersia uteri Hipotonik terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Inersia uteri primer
Terjadi pada masa permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
(kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
Penyebabnya :
- Gangguan pertumbuhan uterus
- Uterus yang terlalu tegang
- Kehamilan yang sering dengan jarak pendek
- Mioma uteri
- Keadaan umum jelek : anemia, penyakit kronis, febris.
- Faktor psikologis : takut dan emosional
b) Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase atif kala I dan kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya menjadi lemah
Penyebabnya :
- Pemberian sedativa berlebihan
- Persalinan lama/tidak maju : distosia janin/ jalan lahir
Komplikasi :
- ibu : infeksi, partus lama, partus terlambat
- Janin : infeksi intra uterine, gawat janin, janin meninggal dalam rahim
G. Pemeriksaan penunjang :
1. KTG
2. USG
A. Kesimpulan
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat bisnya normal,
tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus
presipitatus).Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.
His Hipotonik adalah kelainan his yang bersifat tidak kuat, lekas berhenti dan
frekuensinya tidak seperti biasa (antara 5-10 menit) untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong janin kebawah, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari bagian lain. Sering
dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu
meregang misalnya akibat hidramion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandamultipara
atau primipara, serta penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala
pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif.
B. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan harus mengetahui dengan benar tanda dan
gejala dari His Hipertonik maupun Hipotonik agar dapat mendeteksi secara dini sehingga mampu
berperan aktif dalam menurunkan angka kematian pada ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Siantar, R. L., Rostianingsih, D., Ismiati, T., & Bunga, R. 2022. Buku ajar asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Rena Cipta Mandiri.
Yuluanti, N. T., & Ningsih, K. L. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Makassar: Cendekia Publisher.
Qonitul, U., & Fadilah, S. N. (2019). Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Kejadian Partus Lama
pada Ibu Bersalin di RSUD dr. R. Koesma Tuban. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi, 7(1),
51-57.