Penyebab:
Sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering dijumpai pada multi
gravid; factor herediter, emosi dan kekuatan memegang peranan penting; salah
pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian obat-obatan seperti
oksitoksin dan obat-obatan penenang;
Pada partus yang telah berlangsung lama atau terlantar berikan regim rehidrasi
Klasifikasi
1. HIS HIPOTONIK
a. Pengertian
Adalah his yang sifatnya lebih lama lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan
dengan his yang normal. Inersia uteri dibagi kedua keadaan primer dan
sekunder.
Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit tetapi bila sebelumnya telah ada
kontraksi (his) yang kuat dan lama maka diagnosis ini akan lebih mudah di
tegakkan.
2. HIS HIPERTRONIK
Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada
relaksasi
Penanganan:
Berikan obat seperti morpin, luminal dsb. Kemudian janin tidak lahir dalam waktu
dekat (4-6 jam), bila ada tanda-tanda obstruksi lakukan SC, bila partus
presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena lahir tiba-tiba dan cepat.
Adalah sifat his yang berubah-ubah tidak ada koordinasi dan sinkronasi
antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan.
Penanganan:
Berikan ( sedativa dan analgetik) seperti morpin, petidin dan valium, apabila
persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut lakukan Porsep/SC.
( yeyeh, 2010.247)
KELAINAN HIS
Pengantar
Kelainan dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan
jarang daripada biasa, keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau
hypotonic uterine contraction.
Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama hal
ini dinamakan dengan inersia uteri sekunder.
Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten. Kontraksi uterus yang
disertai rasa nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa
persalinan sudah di mulai.
Untuk sampai pada kesimpulan ini di perlukan kenyataan bahwa sebagi
akibat kontraksi terjadi perubahan pada serviks yaitu pendataran atau
pembukaan serviks
Penanganan:
Penanganan:
Penanganan:
Kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomasis karena belum ada
obat yang dapat memperbaiki koordinasi fungsiaonal antara bagian-
bagian uterus
Usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi
ketakutan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian
analgetika, seperti morphin, pethidin.
Akan tetapi persalinan tidak boleh berlangsung berlarut-larut apalagi
kalau ketuban sudah pecah.
Dan kalau pembukaan belum lengkap, perlu dipertimbangkan SC.
(anik,2013.243)