PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri
tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P utama yaitu
kekuatan ibu (Power), keadaan jalan lahir (Passage) dan keadaan janin (Passanger).
Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin, dan posisi ibu
saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor P
tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu
atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.
Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia.
Salah satu penyebab dari distosia adalah karena kelainan His (Power)
menyebabkan rintangan pada proses kelahiran sehingga persalinan mengalami hambatan
atau kemacetan. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan
penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.
1.2 Tujuan
1 Menjelaskan Pengertian Distosia karena kelainan His.
2 Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Distosia karena kelainan His.
3 Menjelaskan Distosia karena kelainan His dengan konsep Asuhan Keperawatan.
4 Mengetahui Peran Perawat dalam menolong persalinan yang mengalami Distosia
karena kelainan His.
5 Sebagai referensi tambahan untuk pembahasan yang sejenis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Distosia atau persalinan disfungsional didefinisikan sebagai persalinan yang
panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan
dengan 5 faktor persalinan. Adapun keadaan yang dapat menyebabkan distosia :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu ( Kekuatan/ Power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/ passage).
3. Sebab- sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi maupun kelainan posisi, bayi
besar dan jumlah bayi ( passanger ).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respon psikologis ibu selama persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan
abnormal wanita, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima faktor
ini dan bagaimana kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan. Distosia
diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran (ekspulsi) janin
tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus menunjukan
perubahan.
Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya
maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Distosia kelainan His (Power) merupakan His yang abnormal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
His yang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuan
persalinan. His persalinan tersebut meliputi :
Secara klinis yaitu minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60
detik, sifatnya kuat.
KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik dengan
tekanan intrauterina 40-60 mmHg.
Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu his.
Pada kala pembukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang digambarkan
pada servikogram menurut friedman.
Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri, lalu
menjalar keseluruh otot rahim.
Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian-bagian
lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat
kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif
atau hanya berkontraksi sangat lemah.
Sifat-sifat his : lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya, serta
sakitnya.
2.2 Etiologi
Distosia karena kelainan His ( his hipotonik dan his hipertonik ) dapat disebabkan
karena:
a. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang
baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada
penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan
serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inertia uteri
hipotonik terbagi dua, yaitu :
1. Inersia uteri primer
3
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki
keadaan inpartus atau belum.
2. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian
pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
b. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah
uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya tetania uteri
karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang
kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin
karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan
kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian
oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan
sebagainya.
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :
Kematian atau jejas kelahiran
Bertambahnya resiko infeksi
Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,
pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.
2.3 Patofisiologi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada
fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi
secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya 10
mmHg.
pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara
teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas
antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat
diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap
sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
2.4 Manifestasi Klinis
Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.
Terjadi distensi berlebihan pada uterus
Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas
pada dada.
2.5 Penalaksanaan Medis
a) Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta passanger
normal, pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat dari hidrasi
dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur, morfin (15 mg) dapat
memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari persalinan, diagnosa
persalinan palsu dapat ditinjau kembali, berupa perangsangan dengan oksitosin
b) Kelainan protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan, sejauh persalinan mau
dan tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik, mal presentasi atau fetal distress.
Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu kontrakti hipotonik.
c) Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan untuk
dilakukan seksio sesar. Perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh pelviks
memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress.
d) Kelainan His dapat diatasi dengan : Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam
untuk mencegah timbulnya gejala-gejala atau penyulit diatas. Jika ketuban masih ada
maka dilakukan amniotomi dan memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul
sempit, penanganannya di seksio sesar).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi
janin,hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat,
pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian
oksitosin.
4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan
persepsi tidak relistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.
5. Ketakutan, ansietas b/d persalinan dan kurang informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Cedera,resiko tinggi terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada ibu
No.
1
Intervensi
Rasional
kemungkinan
dalam
mengidentifikasi
penyebab,
kebutuhan
Catat waktu/jenis obat.hindari pemberian Sedatif yang diberikan terlalu dini dapat
narkotik dan anastesi blok epidural sampai menghambat atau menghentikan persalinan.
serviks dilatasi 4 cm
Evaluasi
tingkat
menyertai,serta
keletihan
aktifitas
persalinan lama
10
kontraksi
dapat
memperlama
Catat
kondisi
serviks.pantau
menghambat
penurunan
jumlah sel darah putih;catat bau dan rabas janin/kemajuan persalinan. terjadi amniositis
vagina
secara
langsung
dihubungkan
dengan
Catat
penonjolan,posisi
janin
dan Digunakan
presentase janin
7
Anjurkan
klien
sebagai
indikator
dalam
jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih uterus dan mempengaruhi penurunan janin
diatas simfisis pubis
dapat
membantu
kekuatan
lateral dan anjurkan tirah baring atau gravitasi dalam merangsang pola persalinan
ambulasi sesuai toleransi
9
seksio
sesari
segera
sesuai indikasi untuk malposisi, CPD atau diindifikasikan untuk cincin bandl untuk
cincin bandl
10
Siapkan untuk melahirkan dengan forsep Melahirkan secara forsep dilakukan pada ibu
(bila perlu)
2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin,
hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu
Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada bayi
11
No.
1
Intervensi
Rasional
Kaji denyut jantung janin secara manual Bradikardi dan takikardi pada janin dapat
dan elektronik,dan kaji irama jantung disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis,
janin.
atau sepsis
Perhatikan tekanan uterus selama istirahat Tekanan dan kontraksi yang besar dapat
dan fase kontraksi melalui kateter tekanan menggangu
intrauterus bila tersedia
oksigenasi
dalam
ruang
intravilos
Perhatikan frekuensi kontaksi uterus. Beri Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau
tahu dokter bila frekuensi dua menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi
kurang
Kaji
dengan
manuver Leopold dan temuan pemeriksaan persentase dapat mengidentifikasi faktorinternal.tinjau ulang hasil USG
faktor
yang memperberat
disfungsional
persalinan
5
Pantau penurunan janin pada jalan lahir Penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD
dalam
hubungannya
dengan
vertebralis iskial
6
Perhatikan
warna
dan
jumlah
Perhatikan bau dan perubahan warna Infeksi asenden dan sepsis disertai dengan
cairan amnion pada pecah ketuban lama. takikardia dapat terjadi pada pecah ketuban
Dapatkan kultur bila temuan abnormal
Berikan
antibiotik
pada
klien
lama
indikasi
9
Siapkan untuk melahirkan pada posisi Melahirkan janin dalam posisi posterior
posterior,bila janin gagal memutar dari mengakibatkan insiden lebih tinggi dari
oksiput posterior ke anterior
10
laserasi maternal
Siapkan untuk kelahiran secara sesaria bila Untuk menghindari cedera pada kolumna
presentasi bokong terjadi
12
Intervensi
Rasional
mengakibatkan
masukan
pemecahan
glukosa
lemak
dan
Pantau tanda vital. Catat laporan pusing Peningkatan frekuensi nadi dan suhu ,dan
pada perubahan posisi
Kaji bibir dan membran mukosa oral dan Membran mukosa atau bibir yang kering dan
derajat saliva
Perhatikan respon denyut jantung janin Dapat menunjukkan efek dehidrasi maternal
yang abnormal
glukosa
dapat
memperbaiki
atau
13
10
elektrolit
terjadinya
kadar
serum
mendeteksi
ketidakseimbangan
glukosa
elektrolit,
serum
mendeteksi
hipoglikemia
Intervensi
Rasional
Persalinan
yang
lama
yang
berakibat
nyeri
dilatasi/membuka
bila
serviks
dapat
tidak
menandakan
Kenali
realitas
keluhan
klien
akan Ketidaknyamanan
nyeri/ketidaknyamanan
dan
nyeri
dapat
tidak
dikenali
sebagai
masalah
disfungsional
4
mengungkapkan
dapat
nyeri/
menurunkan
adrenal/pelepasan
katekolamin
Diskusikan kemungkinan kepulangan klien Klien mungkin merasa lebih rileks bila
kerumah sampai mulainya persalinan aktif
berada
dilingkungan
yang
dikenalnya
Berikan dorongan pada upaya klien atau Memperbaiki kesalahan konsep bahwa klien
pasangan untuk berkencan
10
Berikan informasi faktual tentang apa yang Dapat membantu reduksi dan meningkatkan
terjadi
koping
Frustasi
dapat
menghambat
adanya
persalinan
Intervensi
Rasional
klien
dengan
perawat
dalam
melakukan persalinan
2
Dengarkan
keterangan
klien
15
menurunkan
ansietas
dan
Berikan kesempatan kepada klien untuk Dapat meningkatkan rasa kontrol klien
memberi
masukan
pada
pengambilan keputusan
6
diluar kontrolnya
Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan Pemahaman yang baik mengenai prosedur
dilakukan sehubungan dengan distosia
Beritahukan
mengenai
kecemasan
dapat
dan
menghilangkan
memberi
rasa
kontrol
terhadap situasi
9
Gunakan
terminologi
penggunaan
istilah
positif,
yang
ketidaknormalan persalinan
10
menetukan
pilihan
klien
menghindari kecemasan
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses
Association; undang undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan
institusi perawatan kesehatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan
apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila
kriteria hasil belum tercapai.
16
dan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan
kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena
kelainan his yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun
sifatnya
sehingga
menghambat
kelancaran
persalinan.
Kelainan
his
dapat
17