Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri
tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P utama yaitu
kekuatan ibu (Power), keadaan jalan lahir (Passage) dan keadaan janin (Passanger).
Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin, dan posisi ibu
saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor P
tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu
atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.
Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia.
Salah satu penyebab dari distosia adalah karena kelainan His (Power)
menyebabkan rintangan pada proses kelahiran sehingga persalinan mengalami hambatan
atau kemacetan. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan
penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.
1.2 Tujuan
1 Menjelaskan Pengertian Distosia karena kelainan His.
2 Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Distosia karena kelainan His.
3 Menjelaskan Distosia karena kelainan His dengan konsep Asuhan Keperawatan.
4 Mengetahui Peran Perawat dalam menolong persalinan yang mengalami Distosia
karena kelainan His.
5 Sebagai referensi tambahan untuk pembahasan yang sejenis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Distosia atau persalinan disfungsional didefinisikan sebagai persalinan yang
panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan
dengan 5 faktor persalinan. Adapun keadaan yang dapat menyebabkan distosia :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu ( Kekuatan/ Power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/ passage).
3. Sebab- sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi maupun kelainan posisi, bayi
besar dan jumlah bayi ( passanger ).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respon psikologis ibu selama persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan
abnormal wanita, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima faktor
ini dan bagaimana kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan. Distosia
diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran (ekspulsi) janin
tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus menunjukan
perubahan.
Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya
maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Distosia kelainan His (Power) merupakan His yang abnormal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
His yang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuan
persalinan. His persalinan tersebut meliputi :

Secara klinis yaitu minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60
detik, sifatnya kuat.
KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik dengan
tekanan intrauterina 40-60 mmHg.
Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu his.
Pada kala pembukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang digambarkan
pada servikogram menurut friedman.
Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri, lalu
menjalar keseluruh otot rahim.
Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian-bagian
lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat
kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif
atau hanya berkontraksi sangat lemah.
Sifat-sifat his : lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya, serta
sakitnya.
2.2 Etiologi
Distosia karena kelainan His ( his hipotonik dan his hipertonik ) dapat disebabkan
karena:
a. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang
baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada
penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan
serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inertia uteri
hipotonik terbagi dua, yaitu :
1. Inersia uteri primer
3

Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki
keadaan inpartus atau belum.
2. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian
pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
b. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah
uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya tetania uteri
karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang
kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin
karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan
kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian
oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan
sebagainya.
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :
Kematian atau jejas kelahiran
Bertambahnya resiko infeksi
Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,
pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.
2.3 Patofisiologi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada
fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi

secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya 10
mmHg.

Distribusi kontraksi uterus yang normal

Gambar kontraksi uterus diatas menunjukkan 4 tempat dimana di pasang


mikrobalon untuk mengukur atau mencatat tekanan dalam miometrium. Pada deratan
gambar di atas dapat dilihat bagaimana kontraksi mulai, menyebar dan menjadi kuat dan
akhirnya mengurang dan menghilang. Fase kontraksi di gambarkan dengan garis tebal
sedangkan garis relaksasi dengan garis yang lebih tipis. Bandingkan gambar His normal
dan bila ada kelainan dalam His.

Incoordinated uteri contraction


Incoordinate uterine action
Disini sifat His berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar His dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan
bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang
lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini
juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang
pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini
menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri

pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara
teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas
antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat
diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap
sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
2.4 Manifestasi Klinis
Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.
Terjadi distensi berlebihan pada uterus
Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas
pada dada.
2.5 Penalaksanaan Medis
a) Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta passanger
normal, pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat dari hidrasi
dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur, morfin (15 mg) dapat
memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari persalinan, diagnosa
persalinan palsu dapat ditinjau kembali, berupa perangsangan dengan oksitosin
b) Kelainan protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan, sejauh persalinan mau
dan tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik, mal presentasi atau fetal distress.
Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu kontrakti hipotonik.
c) Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan untuk
dilakukan seksio sesar. Perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh pelviks
memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress.
d) Kelainan His dapat diatasi dengan : Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam
untuk mencegah timbulnya gejala-gejala atau penyulit diatas. Jika ketuban masih ada
maka dilakukan amniotomi dan memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul
sempit, penanganannya di seksio sesar).

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Distosia Karena Kelainan His


A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian umum
Pengkajian pada riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang
Keluhan masa lalu :
Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat
kehamilan dan bagaimana persiapan dalam menghadapi persalinannya.
Kaji kapan terjadi pecah ketuban.
Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jam
Keluhan sekarang:
Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan air
pada vaginanya
Pengkajian pola fungsional
1. Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan
2. Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu
hipertensi karena kehamilan
3. Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
4. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan

5. Nyeri atau ketidaknyamanan


Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi
jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan
persalinan atau sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,
6. Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan
janin dalam malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada
nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada
kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya
untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
7. Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan
karena hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.
Pengkajian fisik
Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada
pengkajian fisik tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya
meningkat, hal ini dipengaruhi oleh nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu
pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi yaitu palpasi letak janin
dalam kandungan, apakah normal atau malposisi.
Prosedur diagnostik
a) Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel.
b) Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin.
c) Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis,presentase
janin,posisi dan formasi.
d) Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan
asidosis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi
janin,hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat,
pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian
oksitosin.
4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan
persepsi tidak relistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.
5. Ketakutan, ansietas b/d persalinan dan kurang informasi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Cedera,resiko tinggi terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada ibu
No.
1

Intervensi

Rasional

Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan Membantu


durasi

kemungkinan

dalam

mengidentifikasi

penyebab,

kebutuhan

pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang


tepat
2

Catat waktu/jenis obat.hindari pemberian Sedatif yang diberikan terlalu dini dapat
narkotik dan anastesi blok epidural sampai menghambat atau menghentikan persalinan.
serviks dilatasi 4 cm

Evaluasi

tingkat

menyertai,serta

keletihan
aktifitas

yang Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan


dan disfungsi sekunder, atau mungkin akibat dari

istirahat,sebelum awitan persalinan

persalinan lama

10

Kaji pola kontraksi uterus secara manual Disfungsi


atau secara elektronik

kontraksi

dapat

memperlama

persalinan,meningkakan resiko komplikasi


maternal/janin

Catat

kondisi

serviks.pantau

tanda Serviks kaku atau tidak siap tidak akan

amnionitis.catat peningkatan suhu atau dilatasi,

menghambat

penurunan

jumlah sel darah putih;catat bau dan rabas janin/kemajuan persalinan. terjadi amniositis
vagina

secara

langsung

dihubungkan

dengan

lamanya persalinan sehingga melahirkan


harus terjadi dalam 24 jam setelah pecah
ketuban
6

Catat

penonjolan,posisi

janin

dan Digunakan

presentase janin
7

Anjurkan

klien

sebagai

indikator

dalam

mengidentifikasi persalinan yang lama


berkemih

setiap1-2 Kandung kemih dapat menghambat aktifitas

jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih uterus dan mempengaruhi penurunan janin
diatas simfisis pubis

Tempatkan klien pada posisirekumben Ambulasi

dapat

membantu

kekuatan

lateral dan anjurkan tirah baring atau gravitasi dalam merangsang pola persalinan
ambulasi sesuai toleransi
9

normal dan dilatasi serviks

Bantu dengan persiapan seksio sesaria Melahirkan

seksio

sesari

segera

sesuai indikasi untuk malposisi, CPD atau diindifikasikan untuk cincin bandl untuk
cincin bandl

10

distres janin karena CPD

Siapkan untuk melahirkan dengan forsep Melahirkan secara forsep dilakukan pada ibu
(bila perlu)

yang lelah berlebihan dan tidak mampu


untuk mengedan lagi

2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin,
hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu
Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada bayi
11

No.
1

Intervensi

Rasional

Kaji denyut jantung janin secara manual Bradikardi dan takikardi pada janin dapat
dan elektronik,dan kaji irama jantung disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis,
janin.

atau sepsis

Perhatikan tekanan uterus selama istirahat Tekanan dan kontraksi yang besar dapat
dan fase kontraksi melalui kateter tekanan menggangu
intrauterus bila tersedia

oksigenasi

dalam

ruang

intravilos

Perhatikan frekuensi kontaksi uterus. Beri Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau
tahu dokter bila frekuensi dua menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi
kurang

Kaji

adekuat dari ruang intravilous


malposisi

dengan

menggunakan Menentukan pembaringan janin,posisi,dan

manuver Leopold dan temuan pemeriksaan persentase dapat mengidentifikasi faktorinternal.tinjau ulang hasil USG

faktor

yang memperberat

disfungsional

persalinan
5

Pantau penurunan janin pada jalan lahir Penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD
dalam

hubungannya

dengan

kolumna atau malposisi

vertebralis iskial
6

Perhatikan

warna

dan

jumlah

cairan Kelebihan cairan amnion yang berlebihan

amnion bila pecah ketuban

menyebabkan distensi uterus dihubungkan


dengan anomali janin

Perhatikan bau dan perubahan warna Infeksi asenden dan sepsis disertai dengan
cairan amnion pada pecah ketuban lama. takikardia dapat terjadi pada pecah ketuban
Dapatkan kultur bila temuan abnormal

Berikan

antibiotik

pada

klien

lama

sesuai Mencegah /mengatasi infeksi asenden dan

indikasi
9

juga akan melindungi janin

Siapkan untuk melahirkan pada posisi Melahirkan janin dalam posisi posterior
posterior,bila janin gagal memutar dari mengakibatkan insiden lebih tinggi dari
oksiput posterior ke anterior

10

laserasi maternal

Siapkan untuk kelahiran secara sesaria bila Untuk menghindari cedera pada kolumna
presentasi bokong terjadi

vertebralis bila melahirkan pervagina dari


bokong

12

3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat,


pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian
oksitosin.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan,dan bebas dari komplikasi
No.
1

Intervensi

Rasional

Pantau masukan dan keluaran cairan

Untuk membandingkan apakah pemasukan


dan pengeluaran seimbang sehingga tidak
terjadi dehidrasi

Lakukan tes urine untuk mengetahui Ketidakadekuatan


adanya keton

mengakibatkan

masukan
pemecahan

glukosa
lemak

dan

adanya keton pada urin


3

Pantau tanda vital. Catat laporan pusing Peningkatan frekuensi nadi dan suhu ,dan
pada perubahan posisi

perubahan tekanan darah ortostatik dapat


menandakan penurunan volume sirkulasi

Kaji elastisitas kulit

Kulit yang tidak elastis menandakan terjadi


dehidrasi

Kaji bibir dan membran mukosa oral dan Membran mukosa atau bibir yang kering dan
derajat saliva

penurunan saliva adalah indikator lanjut dari


dehidrasi

Perhatikan respon denyut jantung janin Dapat menunjukkan efek dehidrasi maternal
yang abnormal

dan penurunan perfusi

Berikan masukan cairan adekuat melalui Mengurangi dehidrasi


pemberian minuman > 2500 liter

Berikan cairan secara intravena

Larutan parenteral mengandung elektrolit


dan

glukosa

dapat

memperbaiki

atau

mencegah ketidakseimbangan maternal dan


janin serta apat menurunkan keletihan
maternal

Tinjau ulang hemoglobin dan hematokrit

13

Peningkatan Ht menunjukkan dehidrasi

10

Tinjau ulang kadar elektrolit serum dan Kadar


glukosa serum

elektrolit

terjadinya
kadar

serum

mendeteksi

ketidakseimbangan
glukosa

elektrolit,

serum

mendeteksi

hipoglikemia

4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi,kerentanan pribadi,harapan


persepsi tidak relistis,ketidakadekuatan sistem pendukung
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi dan menggunakan
teknik koping yang efektif.
No.
1

Intervensi

Rasional

Tentukan kemajuan persalinan

Persalinan

yang

lama

yang

berakibat

keletihan dapat menurunkan kemampuan


klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi
2

Kaji derajat nyeri dalam hubungannya Peningkatan


dengan dilatasi/penonjolan

nyeri

dilatasi/membuka

bila

serviks

dapat

tidak

menandakan

terjadinya disfungsi.nyeri hebat menandakan


terjadinya aniksia sel-sel uterus
3

Kenali

realitas

keluhan

klien

akan Ketidaknyamanan

nyeri/ketidaknyamanan

dan

nyeri

dapat

disalahartikan pada kurangnya kemajuan


yang

tidak

dikenali

sebagai

masalah

disfungsional
4

Anjurkan klien untuk mengungkapkan Dengan

mengungkapkan

nyeri/ketidaknyamanannya dan dengarkan ketidaknyamanannya,


keluhan klien

dapat

nyeri/
menurunkan

ketidaknyamanan dan membantu klien rileks


dalam mengatsi situasi

Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih

Ansietas yang berlebihan meningkatkan


aktivitas

adrenal/pelepasan

katekolamin

menyebabkan ketidakseimbangan endokrin


sehingga menurunkan ketersediaan glukosa
14

untuk sintesis ATP yang diperlukan untuk


kontraksi uterus
6

Diskusikan kemungkinan kepulangan klien Klien mungkin merasa lebih rileks bila
kerumah sampai mulainya persalinan aktif

berada

dilingkungan

yang

dikenalnya

sehingga mengurangi ansietas pada klien


7

Berikan kenyamanan berupa pengaturan Relaksasi dan pengaturan posisi dapat


posisi dan penggunaan relaksasi dan menurunkan ansietas yang nantinya dapat
pernapasan

berpengaruh pada janinnya

Berikan dorongan pada upaya klien atau Memperbaiki kesalahan konsep bahwa klien
pasangan untuk berkencan

10

terlalu bereaksi terhadap persalinan

Berikan informasi faktual tentang apa yang Dapat membantu reduksi dan meningkatkan
terjadi

koping

Perhatikan adanya frustasi

Frustasi

dapat

menghambat

adanya

persalinan

5. Ketakutan,ansietas b/d ancaman yang akan dirasakan oleh klien/janin dan


kurang informasi
Tujuan : mengurangi kecemasan dan menambah pengetahuan klien
No.

Intervensi

Rasional

Kaji status psikologis dan emosional klien

Adanya ansietas dan gangguan gangguan


emosional klien dapat menghambat kerja
sama

klien

dengan

perawat

dalam

melakukan persalinan
2

Anjurkan pengungkapan perasaan

Pengungkapan perasaan dapat menugrangi


ansietas

Dengarkan

keterangan

klien

yang Membantu klien meyakini adanya intervensi

menandakan kehilangan harga diri

untuk membantu proses persalinan adalah


refleks negatif pada kemauan dirinya sendiri

15

Anjurkan penggunaan tehnik pernapasan Membantu


dan latihan relaksasi

menurunkan

ansietas

dan

memungkinkan klien untuk berpartisipasi


secara aktif

Berikan kesempatan kepada klien untuk Dapat meningkatkan rasa kontrol klien
memberi

masukan

pada

proses meskipun kebanyakan dari apa yang terjadi

pengambilan keputusan
6

diluar kontrolnya

Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan Pemahaman yang baik mengenai prosedur
dilakukan sehubungan dengan distosia

Beritahukan

mengenai

atau tindakan dapat mengurangi ansietas

kontraindikasi Kecemasan klien berkurang apabila terjadi

pemberian oksitosin kepada klien


8

kontraindikasi oksitosin pada klien

Demonstrasikan dan jelaskan penggunaan Pengetahuan


peralatan

kecemasan

dapat
dan

menghilangkan

memberi

rasa

kontrol

terhadap situasi
9

Gunakan

terminologi

penggunaan

istilah

positif,

yang

hindari Membantu klien/pasangan menerima situasi

menandakan tanpa menuduh dirinya sendiri

ketidaknormalan persalinan
10

Bila diperlukan kelahiran melalui sesaria Untuk


(Jelaskan prosedur)

menetukan

pilihan

klien

menghindari kecemasan

D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses
Association; undang undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan
institusi perawatan kesehatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan
apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila
kriteria hasil belum tercapai.

16

dan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan
kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena
kelainan his yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun
sifatnya

sehingga

menghambat

kelancaran

persalinan.

Kelainan

his

dapat

diklasifikasikan menjadi Insersia uteri hipotoni (disfungsi uteri hipotonik) yaitu


kontraksi uterus terkoordinasi tetapi tidak adekuat. Disini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang
baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada
penderita dengan keadaan emosi kurang baik. dan Insersia uteri hipertoni (disfungsi
uteri hipertonik / disfungsi uteri inkoordinasi) yaitu kontraksi uterus tidak
terkoordinasi, kuat tetapi tidak adekuat, kelainan his dengan kekuatan cukup besar
(kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian
atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan
mendorong bayi keluar.

17

Anda mungkin juga menyukai