Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERSALINAN DENGAN DISTOSIA (POWER)

Disusun Oleh:
Galih Putra Pradana
201410201084

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyiyah
Yogyakarta
2016

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Distosia atau persalinan disfungsional didefinisikan sebagai persalinan yang
panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan
dengan 5 faktor persalinan. Adapun keadaan yang dapat menyebabkan distosia:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu ( Kekuatan/ Power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/ passage).
3. Sebab- sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi maupun kelainan posisi,
bayi besar dan jumlah bayi ( passanger ).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respon psikologis ibu selama persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan
abnormal wanita, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima
faktor ini dan bagaimana kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan.
Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran
(ekspulsi) janin tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus
menunjukan perubahan.
Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya
maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Distosia kelainan His (Power) merupakan His yang abnormal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan.
His yang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan
kemajuan persalinan. His persalinan tersebut meliputi:
1. Secara klinis yaitu minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60
detik, sifatnya kuat.
2. KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik dengan
tekanan intrauterina 40-60 mmHg.

3. Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu
his. Pada kala pembukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang
digambarkan pada servikogram menurut friedman.
4. Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri,
lalu menjalar keseluruh otot rahim.
5. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagianbagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan
tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim) dan
serviks tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.
6. Sifat-sifat his : lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya,
serta sakitnya.
B. Etiologi
Distosia karena kelainan His ( his hipotonik dan his hipertonik ) dapat
disebabkan karena:
1. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan
his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan
keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang
misalnya akibat hidroamnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi
kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase
aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inertia uteri hipotonik terbagi dua,
yaitu:
a. Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki
keadaan inpartus atau belum.
b. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian
pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
2. Inersia uteri hipertonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan
bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong
bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh
misalnya tetania uteri karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien
merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terusmenerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi
uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain
adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang
berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu:
1. Kematian atau jejas kelahiran
2. Bertambahnya resiko infeksi
3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,
pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.
C. Patofisiologi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan
pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang
amnion balik ke asalnya 10 mmHg.
Sifat His dapat berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar His dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan
bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang
lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini
juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang
pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini
menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri
pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara
teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada

batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak
dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap
sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
D. Manifestasi Klinis
1. Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
3. Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.
4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus
5. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih
jelas pada dada.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Fase laten yang memanjang: Selama ketuban masih utuh dan passage serta
passanger normal, pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat
dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur, morfin
(15 mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari
persalinan,

diagnosa

persalinan

palsu

dapat

ditinjau

kembali,

berupa

perangsangan dengan oksitosin.


2. Kelainan protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan, sejauh persalinan
mau dan tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik, mal presentasi atau fetal
distress. Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu
kontrakti hipotonik.
3. Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan
untuk dilakukan seksio sesar. Perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh
pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress.
4. Kelainan His dapat diatasi dengan : Pemberian infus pada persalinan lebih 18
jam untuk mencegah timbulnya gejala-gejala atau penyulit diatas. Jika ketuban
masih ada maka dilakukan amniotomi dan memberikan tetesan oksitosin (kecuali
pada panggul sempit, penanganannya di seksio sesar).
F. Penanganan
Inersia Hipotonik
1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.

2.

Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang,

kemungkinan yang ada.


3. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong
bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat
dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan
dilakukan sectio cesaria.
4. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5% ,dimulai dengan
12 tetes permenit,dinaikkan setiap 10-15 tetes permenit sampai 40-50 tetes
permenit.
5. Pemberian oksitosin tidak perlu terus menerus, sebab bila tidak memperkuat HIS
setelah pemberian beberapa lama,hentikan dulu dan ibu disuruh istirahat. Pada
malam hari berikan obat penenang misalnya valium10 mg dan esoknya dapat
6.

diulangi lagi pemberian oksitosin drips.


Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan

Secsio Sesarea
7. Bila semula HIS kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah dan
partus berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada
gunanya memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai
dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ekstraksi vakum atau
forcep, atau secsio sesarea)
Tetania Uteri (Hypertonic uterine contraction )
1. Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan lahir
dalam waktu dekat (4-6 jam).
2. Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan
3.

secsio sesaria.
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir

tiba-tiba dan cepat.


4. Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obat anti sakit
dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan valium.
5. Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut - larut selesaikanlah
partus menggunakan hasil pemriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum,
forseps atau seksio sesaria.
G. KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN KARENA KELAINAN HIS
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :
1. Kematian atau jejas kelahiran

2. Bertambahnya resiko infeksi


3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,
pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.
H. PENATALAKSANAAN PADA KELAINAN HIS
Kelainan his dapat diatasi dengan :
1. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnya gejalagejala atau penyulit diatas.
2. Insersia uteri hipotoni : jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomi dan
memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit, penanganannya di
seksio sesarea).

BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan Distosia Karena Kelainan His

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian umum
1. Pengkajian pada riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang
a. Keluhan masa lalu :
- Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat
kehamilan dan bagaimana persiapan dalam menghadapi persalinannya.
- Kaji kapan terjadi pecah ketuban.
- Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jam
b. Keluhan sekarang:
Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan air
pada vaginanya
Pengkajian pola fungsional
1. Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan.
2. Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu
hipertensi karena kehamilan
3. Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
4. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada

awal

proses

kehamilan,kontraksi jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi


sebelum awitan persalinan atau sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat
memanjang
6. Keamanan
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan
janin dalam malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada
nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada
kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal setelah getasi 34 minggu dalam
upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
7. Seksualitas

Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan


karena hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.
Pengkajian fisik
Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada
pengkajian fisik tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya
meningkat, hal ini dipengaruhi oleh nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu
pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi yaitu palpasi letak janin dalam
kandungan, apakah normal atau malposisi.
Prosedur diagnostik
1. Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel.
2. Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin.
3. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis,presentase
janin,posisi dan formasi.
4. Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan
asidosis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi
janin,hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat,
pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian
oksitosin.
4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan
persepsi tidak relistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.
5. Ketakutan, ansietas b/d persalinan dan kurang informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Cedera,resiko tinggi terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada ibu
No.
1

Intervensi
Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan
durasi

Rasional
Membantu dalam mengidentifikasi
kemungkinan penyebab, kebutuhan

pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang


tepat
2

Catat waktu/jenis obat.hindari pemberian


narkotik dan anastesi blok epidural sampai
serviks dilatasi 4 cm

Sedatif yang diberikan terlalu dini dapat


menghambat atau menghentikan persalinan.

Evaluasi tingkat keletihan yang


menyertai,serta aktifitas dan
istirahat,sebelum awitan persalinan
Kaji pola kontraksi uterus secara manual
atau secara elektronik

Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan


disfungsi sekunder, atau mungkin akibat dari
persalinan lama
Disfungsi kontraksi dapat memperlama
persalinan,meningkakan resiko komplikasi
maternal/janin
Serviks kaku atau tidak siap tidak akan
dilatasi, menghambat penurunan
janin/kemajuan persalinan. terjadi amniositis
secara langsung dihubungkan dengan
lamanya persalinan sehingga melahirkan
harus terjadi dalam 24 jam setelah pecah
ketuban
Digunakan sebagai indikator dalam
mengidentifikasi persalinan yang lama
Kandung kemih dapat menghambat aktifitas
uterus dan mempengaruhi penurunan janin

4
5

Catat kondisi serviks.pantau tanda


amnionitis.catat peningkatan suhu atau
jumlah sel darah putih;catat bau dan rabas
vagina

Catat penonjolan,posisi janin dan


presentase janin
Anjurkan klien berkemih setiap1-2
jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih
diatas simfisis pubis

Tempatkan klien pada posisirekumben


lateral dan anjurkan tirah baring atau
ambulasi sesuai toleransi

Ambulasi dapat membantu kekuatan


gravitasi dalam merangsang pola persalinan
normal dan dilatasi serviks

Bantu dengan persiapan seksio sesaria


sesuai indikasi untuk malposisi, CPD atau
cincin bandl

Melahirkan seksio sesari segera


diindifikasikan untuk cincin bandl untuk
distres janin karena CPD

10

Siapkan untuk melahirkan dengan forsep


(bila perlu)

Melahirkan secara forsep dilakukan pada ibu


yang lelah berlebihan dan tidak mampu
untuk mengedan lagi
2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin,
hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu

Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada bayi


No.
1

Intervensi
Kaji denyut jantung janin secara manual
dan elektronik,dan kaji irama jantung
janin.

Rasional
Bradikardi dan takikardi pada janin dapat
disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis,
atau sepsis

Perhatikan tekanan uterus selama istirahat


dan fase kontraksi melalui kateter tekanan
intrauterus bila tersedia

Tekanan dan kontraksi yang besar dapat


menggangu oksigenasi dalam ruang
intravilos

Perhatikan frekuensi kontaksi uterus. Beri


tahu dokter bila frekuensi dua menit atau
kurang

Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau


kurang tidak memungkinkan oksigenasi
adekuat dari ruang intravilous

Kaji malposisi dengan menggunakan


manuver Leopold dan temuan pemeriksaan
internal.tinjau ulang hasil USG

Pantau penurunan janin pada jalan lahir


dalam hubungannya dengan kolumna
vertebralis iskial

Menentukan pembaringan janin,posisi,dan


persentase dapat mengidentifikasi faktorfaktor yang memperberat disfungsional
persalinan
Penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD
atau malposisi

Perhatikan warna dan jumlah cairan


amnion bila pecah ketuban

Kelebihan cairan amnion yang berlebihan


menyebabkan distensi uterus dihubungkan
dengan anomali janin

Perhatikan bau dan perubahan warna


cairan amnion pada pecah ketuban lama.
Dapatkan kultur bila temuan abnormal

Infeksi asenden dan sepsis disertai dengan


takikardia dapat terjadi pada pecah ketuban
lama

Berikan antibiotik pada klien sesuai


indikasi

Mencegah /mengatasi infeksi asenden dan


juga akan melindungi janin

Siapkan untuk melahirkan pada posisi


posterior,bila janin gagal memutar dari
oksiput posterior ke anterior

Melahirkan janin dalam posisi posterior


mengakibatkan insiden lebih tinggi dari
laserasi maternal

10

Siapkan untuk kelahiran secara sesaria bila


presentasi bokong terjadi

Untuk menghindari cedera pada kolumna


vertebralis bila melahirkan pervagina dari
bokong

3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis


hebat, pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan
pemberian oksitosin.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan,dan bebas dari komplikasi
No.
1

Intervensi
Pantau masukan dan keluaran cairan

Rasional
Untuk membandingkan apakah pemasukan
dan pengeluaran seimbang sehingga tidak
terjadi dehidrasi

Lakukan tes urine untuk mengetahui


adanya keton

Ketidakadekuatan masukan glukosa


mengakibatkan pemecahan lemak dan
adanya keton pada urin

Pantau tanda vital. Catat laporan pusing

Peningkatan frekuensi nadi dan suhu ,dan

pada perubahan posisi

perubahan tekanan darah ortostatik dapat


menandakan penurunan volume sirkulasi

Kaji elastisitas kulit

Kulit yang tidak elastis menandakan terjadi


dehidrasi

Kaji bibir dan membran mukosa oral dan


derajat saliva

Perhatikan respon denyut jantung janin


yang abnormal

Membran mukosa atau bibir yang kering dan


penurunan saliva adalah indikator lanjut dari
dehidrasi
Dapat menunjukkan efek dehidrasi maternal
dan penurunan perfusi

Berikan masukan cairan adekuat melalui


pemberian minuman > 2500 liter

Mengurangi dehidrasi

Berikan cairan secara intravena

Larutan parenteral mengandung elektrolit


dan glukosa dapat memperbaiki atau
mencegah ketidakseimbangan maternal dan
janin serta apat menurunkan keletihan
maternal

Tinjau ulang hemoglobin dan hematokrit

Peningkatan Ht menunjukkan dehidrasi

10

Tinjau ulang kadar elektrolit serum dan


glukosa serum

Kadar elektrolit serum mendeteksi


terjadinya ketidakseimbangan elektrolit,
kadar glukosa serum mendeteksi
hipoglikemia

4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi,kerentanan pribadi,harapan


persepsi tidak relistis,ketidakadekuatan sistem pendukung
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi dan menggunakan teknik
koping yang efektif.
No.
1

Intervensi
Tentukan kemajuan persalinan

Rasional
Persalinan yang lama yang berakibat
keletihan dapat menurunkan kemampuan
klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi

Kaji derajat nyeri dalam hubungannya


dengan dilatasi/penonjolan

Peningkatan nyeri bila serviks tidak


dilatasi/membuka dapat menandakan
terjadinya disfungsi.nyeri hebat menandakan
terjadinya aniksia sel-sel uterus

Kenali realitas keluhan klien akan


nyeri/ketidaknyamanan

Ketidaknyamanan dan nyeri dapat


disalahartikan pada kurangnya kemajuan
yang tidak dikenali sebagai masalah
disfungsional

Anjurkan klien untuk mengungkapkan

Dengan mengungkapkan nyeri/

nyeri/ketidaknyamanannya dan dengarkan


keluhan klien

ketidaknyamanannya, dapat menurunkan


ketidaknyamanan dan membantu klien rileks
dalam mengatsi situasi

Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih

Ansietas yang berlebihan meningkatkan


aktivitas adrenal/pelepasan katekolamin
menyebabkan ketidakseimbangan endokrin
sehingga menurunkan ketersediaan glukosa
untuk sintesis ATP yang diperlukan untuk
kontraksi uterus

Diskusikan kemungkinan kepulangan klien


kerumah sampai mulainya persalinan aktif

Klien mungkin merasa lebih rileks bila


berada dilingkungan yang dikenalnya
sehingga mengurangi ansietas pada klien

Berikan kenyamanan berupa pengaturan


posisi dan penggunaan relaksasi dan
pernapasan

Relaksasi dan pengaturan posisi dapat


menurunkan ansietas yang nantinya dapat
berpengaruh pada janinnya

Berikan dorongan pada upaya klien atau


pasangan untuk berkencan

Memperbaiki kesalahan konsep bahwa klien


terlalu bereaksi terhadap persalinan

Berikan informasi faktual tentang apa yang


terjadi

Dapat membantu reduksi dan meningkatkan


koping

10

Perhatikan adanya frustasi

Frustasi dapat menghambat adanya


persalinan

5. Ketakutan,ansietas b/d ancaman yang akan dirasakan oleh klien/janin dan


kurang informasi
Tujuan : mengurangi kecemasan dan menambah pengetahuan klien
No.
1

Intervensi
Kaji status psikologis dan emosional klien

Rasional
Adanya ansietas dan gangguan gangguan
emosional klien dapat menghambat kerja
sama klien dengan perawat dalam
melakukan persalinan

Anjurkan pengungkapan perasaan

Pengungkapan perasaan dapat menugrangi


ansietas

Dengarkan keterangan klien yang


menandakan kehilangan harga diri

Membantu klien meyakini adanya intervensi


untuk membantu proses persalinan adalah
refleks negatif pada kemauan dirinya sendiri

Anjurkan penggunaan tehnik pernapasan


dan latihan relaksasi

Membantu menurunkan ansietas dan


memungkinkan klien untuk berpartisipasi
secara aktif

Berikan kesempatan kepada klien untuk

Dapat meningkatkan rasa kontrol klien

memberi masukan pada proses


pengambilan keputusan

meskipun kebanyakan dari apa yang terjadi


diluar kontrolnya

Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan


dilakukan sehubungan dengan distosia

Pemahaman yang baik mengenai prosedur


atau tindakan dapat mengurangi ansietas

Beritahukan mengenai kontraindikasi


pemberian oksitosin kepada klien

Kecemasan klien berkurang apabila terjadi


kontraindikasi oksitosin pada klien

Demonstrasikan dan jelaskan penggunaan


peralatan

Pengetahuan dapat menghilangkan


kecemasan dan memberi rasa kontrol
terhadap situasi

Gunakan terminologi positif, hindari


penggunaan istilah yang menandakan
ketidaknormalan persalinan

Membantu klien/pasangan menerima situasi


tanpa menuduh dirinya sendiri

10

Bila diperlukan kelahiran melalui sesaria


(Jelaskan prosedur)

Untuk menetukan pilihan klien dan


menghindari kecemasan

D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses
Association; undang undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan
institusi perawatan kesehatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses
keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam
siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his
yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya
sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his dapat diklasifikasikan
menjadi Insersia uteri hipotoni (disfungsi uteri hipotonik) yaitu kontraksi uterus
terkoordinasi tetapi tidak adekuat. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti
anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita
dengan keadaan emosi kurang baik. dan Insersia uteri hipertoni (disfungsi uteri

hipertonik / disfungsi uteri inkoordinasi) yaitu kontraksi uterus tidak terkoordinasi,


kuat tetapi tidak adekuat, kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai
melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan
bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi
keluar.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak , dkk.2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed.4. Jakarta: EGC
http;//yanuarparty333.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-distosia_7.html
http;//reni-risnawati.blogspot.com/2011/10/makalah-distosia.html
http;//wwwduniakeperawatan.blogspot.com/2013/01/distosia.html
http;//mrkulu.blogspot.com/2013/10/distosia.html

Anda mungkin juga menyukai