Disusun Oleh:
Galih Putra Pradana
201410201084
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Distosia atau persalinan disfungsional didefinisikan sebagai persalinan yang
panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan
dengan 5 faktor persalinan. Adapun keadaan yang dapat menyebabkan distosia:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu ( Kekuatan/ Power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/ passage).
3. Sebab- sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi maupun kelainan posisi,
bayi besar dan jumlah bayi ( passanger ).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respon psikologis ibu selama persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan
abnormal wanita, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima
faktor ini dan bagaimana kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan.
Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran
(ekspulsi) janin tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus
menunjukan perubahan.
Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya
maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Distosia kelainan His (Power) merupakan His yang abnormal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan.
His yang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan
kemajuan persalinan. His persalinan tersebut meliputi:
1. Secara klinis yaitu minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60
detik, sifatnya kuat.
2. KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik dengan
tekanan intrauterina 40-60 mmHg.
3. Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu
his. Pada kala pembukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang
digambarkan pada servikogram menurut friedman.
4. Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri,
lalu menjalar keseluruh otot rahim.
5. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagianbagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan
tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim) dan
serviks tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.
6. Sifat-sifat his : lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya,
serta sakitnya.
B. Etiologi
Distosia karena kelainan His ( his hipotonik dan his hipertonik ) dapat
disebabkan karena:
1. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan
his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan
keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang
misalnya akibat hidroamnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi
kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase
aktif, maupun pada kala pengeluaran. Inertia uteri hipotonik terbagi dua,
yaitu:
a. Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki
keadaan inpartus atau belum.
b. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian
pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
2. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan
bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong
bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh
misalnya tetania uteri karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien
merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terusmenerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi
uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain
adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang
berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu:
1. Kematian atau jejas kelahiran
2. Bertambahnya resiko infeksi
3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,
pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.
C. Patofisiologi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan
pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang
amnion balik ke asalnya 10 mmHg.
Sifat His dapat berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar His dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan
bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang
lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini
juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang
pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini
menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri
pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara
teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada
batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak
dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap
sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
D. Manifestasi Klinis
1. Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.
2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
3. Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.
4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus
5. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih
jelas pada dada.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Fase laten yang memanjang: Selama ketuban masih utuh dan passage serta
passanger normal, pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat
dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur, morfin
(15 mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari
persalinan,
diagnosa
persalinan
palsu
dapat
ditinjau
kembali,
berupa
2.
Secsio Sesarea
7. Bila semula HIS kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah dan
partus berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada
gunanya memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai
dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ekstraksi vakum atau
forcep, atau secsio sesarea)
Tetania Uteri (Hypertonic uterine contraction )
1. Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan lahir
dalam waktu dekat (4-6 jam).
2. Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan
3.
secsio sesaria.
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir
BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan Distosia Karena Kelainan His
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian umum
1. Pengkajian pada riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang
a. Keluhan masa lalu :
- Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat
kehamilan dan bagaimana persiapan dalam menghadapi persalinannya.
- Kaji kapan terjadi pecah ketuban.
- Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jam
b. Keluhan sekarang:
Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan air
pada vaginanya
Pengkajian pola fungsional
1. Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan.
2. Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu
hipertensi karena kehamilan
3. Eliminasi
Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
4. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada
awal
proses
Intervensi
Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan
durasi
Rasional
Membantu dalam mengidentifikasi
kemungkinan penyebab, kebutuhan
4
5
10
Intervensi
Kaji denyut jantung janin secara manual
dan elektronik,dan kaji irama jantung
janin.
Rasional
Bradikardi dan takikardi pada janin dapat
disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis,
atau sepsis
10
Intervensi
Pantau masukan dan keluaran cairan
Rasional
Untuk membandingkan apakah pemasukan
dan pengeluaran seimbang sehingga tidak
terjadi dehidrasi
Mengurangi dehidrasi
10
Intervensi
Tentukan kemajuan persalinan
Rasional
Persalinan yang lama yang berakibat
keletihan dapat menurunkan kemampuan
klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi
10
Intervensi
Kaji status psikologis dan emosional klien
Rasional
Adanya ansietas dan gangguan gangguan
emosional klien dapat menghambat kerja
sama klien dengan perawat dalam
melakukan persalinan
10
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses
Association; undang undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan
institusi perawatan kesehatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses
keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam
siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his
yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya
sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his dapat diklasifikasikan
menjadi Insersia uteri hipotoni (disfungsi uteri hipotonik) yaitu kontraksi uterus
terkoordinasi tetapi tidak adekuat. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti
anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita
dengan keadaan emosi kurang baik. dan Insersia uteri hipertoni (disfungsi uteri
DAFTAR PUSTAKA
Bobak , dkk.2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed.4. Jakarta: EGC
http;//yanuarparty333.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-distosia_7.html
http;//reni-risnawati.blogspot.com/2011/10/makalah-distosia.html
http;//wwwduniakeperawatan.blogspot.com/2013/01/distosia.html
http;//mrkulu.blogspot.com/2013/10/distosia.html