Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.L DENGAN KETUBAN


PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI RUMAH SAKIT PUSRI
PALEMBANG TAHUN 2017

DI SUSUN OLEH :

1. NIKA KURNIATI
2. NOVITA ISMAYA
3. NORISKA ARIANDA
4. OKTA DANA WIRA UTAMI
5. OKTIN DWI LESTARI
6. PERA WATI
7. PRATIWI OKTA RIYANI
8. RESSY MARETA
9. RINI UTAMI SARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa makalah yang sangat
sederhana ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Makalah ini
membahas mengenai asuhan kebidanan pada Ny.L dengan Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya yang dilakukan di Rumah Sakit Pusri Palembang dengan judul Asuhan
Kebidanan Pada Ny L Dengan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) di
Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017.
Makalah ini terdiri dari 5 (lima) bab dan terbagi lagi dalam sub-sub yang akan
memberikan penjelasan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang berisikan gambaran secara
umum tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan judul/ topik. Rumusan masalah
mencerminkan masalah pokok studi kasus, inti ruang lingkup atau batas jangkauan
studi kasus. Tujuan penulisan adalah suatu indikasi kearah mana atau data (informasi
apa yang dicari melalui studi kasus secara umum dan khusus. Manfaat dari penerapan
suatu teori (manfaat teoritis) yang belum pernah digunakan atau bahkan akan
memberikan masukan yang berharga pula pada dunia praktisi (manfaat praktis)
seperti rumah sakit dan instansi kesehatan lainnya.
Bab II Tinjauan Teori terdiri dari konsep dasar kehamilan dan ketuban pecah
sebelum waktunya.
Bab III Pelaksanaan Studi Kasus yang menjabarkan pelaksanaan asuhan
kebidanan pada kasus diteliti yang didokumentasikan dengan metode SOAP yang
terdiri dari data Subjektif, data Objektif, Assasment (Diagnosa, masalah dan
kebutuhan) dan Planning.
Bab IV Pembahasan pada bab ini mahasiswa sebagai calon bidan profesional
dituntut untuk dapat melihat dan membandingkan secara jelas dan terperinci
mengenai ketepatan dan kebenaran teori yang telah dipelajari selama kuliah dengan
aplikasi manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan kepada klien/ pasien.
Bab V Penutup terdiri Kesimpulan yang dibuat dengan memperhatikan
kriteria harus secara praktis, tepat dan dapat memberikan penjelasan terhadap
masalah yang diteliti. Saran dibuat didasarkan atas kesimpulan yang ada sehingga
dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa yang akan
datang.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan penulisan ......................................................................... 5
1.4 Manfaat penulisan ....................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Ketuban Pecah Dini ........................................................ 8
2.2 Etiologi ........................................................................................ 8
2.3 Manifestasi klinis ........................................................................ 11
2.4 Pengaruh ketuban pecah dini ....................................................... 12
2.5 Diagnosis ..................................................................................... 13
2.6 Komplikasi KPD .......................................................................... 14
2.7 Penanganan .................................................................................. 16
BAB III ASUHAN KEBIDANAN ................................................................. 18
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 34
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 38
5.2 Saran ............................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur

kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36

minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah

kontroversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya

selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam

rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan

kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2009).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) memperkirakan

800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan

proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara

berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya

komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan. Angka

Kematian Ibu (AKI) tahun 2014 di dunia mencapai angka 289.000 jiwa. Di

mana terbagi atas beberapa Negara, antara lain Amerika Serikat mencapai

9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa (Irawan,

2015).
Setiap tahunnya hampir 3 juta bayi di dunia hanya bisa bertahan hidup

selama 28 hari. Bahkan banyak di antara bayi-bayi tersebut tidak sempat

merasakan nafas kehidupan. World Health Organization (WHO) melaporkan

setidaknya 2,6 juta bayi meninggal di dalam kandungan dan lebih dari satu

juta bayi meninggal dalam persalinan (Gates, 2014).

Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia

Tenggara diantaranya seperti Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup,

Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran

hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000

kelahiran hidup (Irawan, 2015).

Hasil Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada

2012 menuliskan, 359 ibu meninggal dari setiap 100 ribu kelahiran hidup.

Angka tersebut berhasil diturunkan pada 2015 dan tercatat dalam Hasil Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada 2015. Sedangkan Angka Kematian

Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA) mencapai 26 per 1000

kelahiran hidup. Meski mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, jumlah

tersebut masih terbilang cukup tinggi (Naelufar, 2016).

Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun ke

tahun semakin tinggi. Sementara kematian bayi yang baru lahir mengalami

penurunan. Dari data yang dihimpun, persentase AKI tahun 2016 mencapai

1,65 persen. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya, yakni 1,55

persen. Sedangkan angka kematian bayi saat lahir tahun ini sebanyak 444

2
orang, atau menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 777 orang

(Irwanto, 2016).

Angka kematian ibu hamil dan bayi atau anak di Kota Palembang

dalam beberapa tahun terakhir secara bertahap dapat diturunkan, berdasarkan

data terakhir ditemukan 12 kasus ibu hamil dan 5 kasus bayi meninggal dunia

dalam proses dan pasca persalinan atau menurun dari sebelumnya yang

mencapai di atas 30 kasus. Berdasarkan data tahun lalu, ditemukan 17 kasus

dengan perincian 12 ibu hamil dan lima bayi meninggal dunia dalam proses

persalinan (Mustafa, 2016).

Salah satu penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi adalah

maternal age atau usia ibu. Menurut beberapa penelitian, usia produktif yang

optimal untuk reproduksi sehat adalah antara 2035 tahun. Risiko akan

meningkat pada usia di bawah 20 tahun maupun di atas 35 tahun. Wanita

hamil pada usia muda akan memiliki beberapa risiko diantaranya adalah

keguguran, ketuban pecah dini, persalinan prematur, BBLR, kelainan bawaan,

mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, keracunan kehamilan

(gestosis), dan kematian (Destaria, 2015).

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi

korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas

perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2008).

3
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada

kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan

preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah

dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan

terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban

pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan

mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini

berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-

40% (Sualman, 2009)

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan

kurang bulan, dan mempunyai konstribusi yang besar pada angka kematian

perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan

kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan

kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress

Syndrome). (Nugroho, 2012).

Penyebab dari KPD masih belum diketahui secara jelas, maka usaha

preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. Faktor

yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD yaitu fisiologi selaput

amnion, inkompetensi serviks, infeksi vagina/serviks, kehamilan ganda,

polihidramnion, trauma, distensi uteri, stress maternal, stress fetal, infeksi,

serviks yang pendek, serta prosedur medis. (Rahmawati, 2011).

4
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah

bagi ibu maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi

puerperalis/masa nifas, dry labour/partus lama, dapat pula menimbulkan

perdarahan post partum, morbiditas dan mortalitas maternal, bahkan kematian

(Cunningham, 2006). Resiko kecacatan dan kematian janin juga tinggi pada

kejadian ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi

fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai

hampir 100% apabila ketuban pecah dini preterm ini terjadi pada usia

kehamilan kurang dari 23 minggu (Ayurai, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

mengetahui bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny.L Dengan

Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Agar dapat memberikan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny.L Dengan

Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017

berdasarkan data dan keluhan-keluhan yang di dapat dari pasien.

5
2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian dan analisis data pada ibu hamil Ny.L

dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun

2017.

b. Merumuskan diagnosa / masalah aktual pada ibu hamil Ny.L dengan

Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017.

c. Merumuskan diagnosa / masakah potensial pada ibu hamil Ny.L

dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun

2017.

d. .Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.L

dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun

2017.

e. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada ibu

hamil Ny. L dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Pusri

Palembang tahun 2017.

f. Mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada ibu hamil Ny.

L dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Pusri Palembang

tahun 2017.

g. Mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah diberikan

pada ibu hamil Ny. L dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit

Pusri Palembang tahun 2017.

6
1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan asuhan

kebidanan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan menambah wawasan

bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan dalam hal

penambahan pengetahuan dan perkembangan tentang ibu hamil

dengan ketuban pecah dini.

b. Manfaat Bagi Penulis

Untuk mengetahui lebih luas dan dalam tentang tata cara penanganan

ibu hamil dengan ketuban pecah dini.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum

persalinan berlangsung (Manuaba, 2002). Ketuban pecah dini (KPD)

didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal

ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.

KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum

waktunya melahirkan.

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air-air dari vagina

setelah kehamilan berusia 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika

terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban

dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun

kehamilan aterm. (Saifuddin, 2010)

2.2 Etiologi

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan

membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan

serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi

obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :

8
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-

otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,

sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak

mampu menahan desakan janin yang semakin besar.

2. Peninggian tekanan intra uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

Gemelli

Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada

kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga

menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini

terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan

kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah

tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis

dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)

Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan

dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau

over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah

sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban

9
menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,

menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)

Hidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion

>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat

banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion

terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut

meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam

waktu beberapa hari saja.

3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP

(sepalopelvic disproporsi).

5. Korioamnionitis

Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran

organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah

pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.

6. Penyakit Infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang

meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi

menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam

bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

7. Riwayat KPD sebelumya

10
8. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

9. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23

minggu (Nugroho, 2010).

2.3 Manifestasi Klinis

Menurut Nugroho (2010), manifestasi klinis ketuban pecah dini yaitu:

1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.

2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin

cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan

bergaris warna darah.

3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai

kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah

terletak dibawa biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran

untuk sementara.

4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

Menurut Sarwono Prawihardjo, 2009, penilaian klinik dari ketuban

pecah dini :

1. Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan

ketuban di vagina, jika tidak ada dapat di coba dengan gerakan sedikit

bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.

Penentuan cairan ketuban dapat dilakuan dengan tes lakmus (nitrazin test)

11
merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban

dan usia kehamilan, kelainan janin.

2. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.

3. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi : suhu ibu 38C, air

ketuban keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA

(Leukosit Estrase) leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami

takhikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterine.

4. Tentukan tanda-tanda in-partu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur,

periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi

kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik.

2.4 Pengaruh Ketuban Pecah Dini

Pengaruh ketuban pecah dini menurut Mochtar (2011) terhadap ibu dan

janin adalah meningkatnya mortalitas dan morbiditas perinatal. Pengaruh KPD

terhadap janin dan ibu yaitu:

1. Terhadap ibu

Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi Infeksi intrapartal

apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam persalinan. Jika terjadi infeksi dan

kontraksi saat ketuban pecah, dapat menyebabkan sepsis, dan selain itu juga

dapat dijumpai Partus lama/dry labour, Perdarahan postpartum, Infeksi

puerperalis/masa nifas, meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya

SC) .Ibu akan merasa lelah terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi

lama sehingga ibu, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal

tersebut akan meninggikan angka morbiditas dan mortalitas pada maternal.

12
2. Terhadap janin

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin

mungkin sudah terkena infeksi. Karena infeksi intrauterine lebih dahulu

terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.komplikasi

yang sering dialami oleh janin adalah Hipoksia dan asfiksia sekunder

(kekurangan oksigen pada bayi). Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps

uteri, dry labour/partus lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral

palsy, perdarahan intrakranial,gagal ginjal, distress pernapasan. Sehingga

meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.

2.5 Diagnosis

Diagnosis KPD secara tepat sangat penting untuk menentukan

penanganan selanjutnya, oleh karna itu usaha untuk menegakkan diagnosis KPD

harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Cara-cara yang dipakai untuk

menegakkan diagnosis menurut Fadlun dan feryanto (2011) adalah:

a. Secara klinik

1) Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa

(lemak putih), rambut lanugo (bulu-bulu halus) di mana bila terinfeksi

akan tercium bau.

2) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban

keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah atau terdapat

cairan ketuban pada forniks posterior.

3) USG: volume cairan amnion berkurang/ oligohidramnion.

4) Terdapat infeksi genital (sistemik)

5) Gejala chorioamnionitis

13
b. Maternal

Demam (takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan

berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih), leukosit esterase (LEA)

meningkat, kultur darah/urine.

c. Fetal

Takikardi, kardiotografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang

d. Cairan amnion

Tes cairan amnion, di antaranya dengan kultur/ gram stain, fetal fibronection,

glukosa, leukosit esterase (LEA), dan sitokin. Jika terjadi chorioamnionitis,

maka angka mortalitas neonatal empat kali lebih besar, angka distres

pernapasan, sepsis neonatal, dan pendarahan intraventrikular tiga kali lebih

besar.

1) Dilakukan tes valsava, tes nitrazin, dan tes fren

Nilai normal PH cairan vagina adalah 4,5-5,5 dan normal PH cairan

amnion 7,0-7,5

2) Dilakukan uji kertas lakmus/tes nitrazize.

a. Jadi biru (basa): air ketuban.

b. Jadi merah (asam): urine.

2.6 Komplikasi KPD

Menurut Lestari (2014), komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah

Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun

neonatal, persalinan prematur, distosia (partus kering), hipoksia karena

14
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya

persalinan normal.

1. Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu

terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,

omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.

Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm.

Secara umum insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding dengan

lamanya periode laten.

2. Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali

pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara

terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air

ketuban, janin semakin gawat

3. Syndrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan

janin, serta hipoplasi pulmonal.

15
2.7 Penanganan

Penatalaksanaan ketuban pecah dini menurut Prawirohardjo (2008)

dibagi menjadi konservatif dan aktif.

a. Konservatif

Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotik (ampisillin 4 x 500 mg atau

eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7

hari). Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar atau air ketuban sampai tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan

32-37 minggu, belum inpartu dan tidak ada tanda-tanda infeksi tes busa

negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan

janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37

minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan tokolitik (salbutamol),

deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamila 32-37 minggu,

ada infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi

(suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine). Pada usia kehamilan 32-37

minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila

memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis

betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksa metason I.M 5

mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

b. Aktif

1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio

sesarea, dapat pula diberikan misoprostol 25 g 50 g intravaginal tiap

6 jam maksimal 4 kali. Bila tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis

tinggi dan persalinan diakhiri

16
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian di

induksi, bila tidak berhasil akhiri dengan seksio sesarea

Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan

17
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY.L DENGAN KETUBAN

PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PUSRI PALEMBANG TAHUN 2017

Tanggal Masuk : 23-03-2017 Jam : 02.00 WIB


Tanggal Pengkajian : 23-03-2017 Jam : 02.30 WIB

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
Nama : Ny. L Tn. S
Umur : 23 tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK SD
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : Sematang Borang Sematang Borang
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng masih jarang dan keluar
rembesan seperti air pada jalan lahir.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Warna : merah segar
Jumlah : 3x ganti pembalut/hari
Keluhan : tidak ada

18
Keputihan : tidak ada
4. Riwayat Pernikahan
Usia saat menikah : 22 tahun
Pernikahan ke :1
Lama pernikahan : 1 tahun
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan datang ke IGD pada tanggal 23 Maret 2017 jam
02.00 WIB dengan keluhan merasa kenceng-kenceng dan keluar air
pada jalan lahir.
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit apapun hingga
dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Asma : tidak ada Kanker : tidak ada
DM : tidak ada Torch : tidak ada
HT : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Paru : tidak ada Keturunan kembar : tidak ada
TBC : tidak ada Lain-lain : tidak ada
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No. Tanggal Jenis Penyulit/ Penolong BBL Nifas Keadaan Ket.


lahir persalinan komplikasi anak
anak
1. Ini

19
7. Riwayat Kehamilan sekarang
G1 P0 A0
HPHT : 02-06 2016
HPL : 09-03-2017
UK : 41 minggu 3 hari
Imunisasi TT : TT1 UK 8 minggu , TT2 12 minggu
Tempat Pemeriksaan : Bidan
Gerakan janin pertama kali UK 20 minggu, pergerakan janin dalam 10 menit 3
kali.

Trimester Frekuensi Keluhan Therapy


ANC
I 1 Tidak ada Samcobion X 1x1
II 1 Tidak ada Novabion X 1x1,
kalk 1x1
III 2 Tidak ada Samcobion X 1x1,
kalk 1x1

8. Tanda Persalinan
a. Kontraksi : 10 3x 40
b. Lokasi ketidaknyamanan : punggung
c. Pengeluaran pervaginam : lendir darah
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun dan rencana
kontrasepsi setelah persalinan belum tau ingin menggunakan alat kontrasepsi.

20
10. Data Kebiasaan Sehari-hari

Pola Kebutuhan Sebelum Persalinan Selama Persalinan


1. Pola nutrisi Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : 3x/hari
Komposisi : nasi, Komposisi : nasi, lauk, sayur
lauk, sayur Minum : 8 gelas air putih
Minum : 8 gelas air Keluhan : tidak ada
putih/hari
2. Pola Eliminasi BAK
Frekuensi : 5x/hari Frekuensi : 6x/hari
Warna : kuning jernih Warna : kuning jernih
Bau : khas amoniak Bau : khas amoniak
Keluhan : tidak ada
BAB Frekuensi : 1x/hari
Frekuensi : 1x/hari Konsistensi : lembek
Konsistensi : lembek Warna : kuning
Warna : kuning Bau : khas feses
Bau : khas feses Keluhan : tidak ada
3. Pola istirahat/ Siang : 2 jam Ibu mengatakan tidak bisa tidur
tidur Malam : 7 jam karena perutnya kenceng-
kenceng
4. Kebersihan diri Mandi : 2x/hari Ibu mengatakan belum mandi,
Keramas : 3x/minggu keramas, gosok gigi dan ganti
Gosok gigi : 2x/hari pakaian
Ganti pakaian : Ibu hanya di sibin sama
2x/hari keluarganya.
5. Pola seksual Frekuensi : ibu tidak Ibu tidak berhubungan seksual
berhubungan seksual

21
11. Data Psikologis
Ibu mengatakan merasa sedikit takut dan cemas dalam persalinan dan berharap
persalinannya lancar.
12. Riwayat Sosial-Budaya
Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga, orang lain, tetangga dan lingkungan
sekitar berlangsung baik dan ibu tidak mempercayai mitos jawa.
13. Data Spiritual
Ibu mengatakan selama persalinan hanya bisa berdoa.
14. Pengetahuan ibu tentang persalinan
Ibu mengatakan belum mengetahui tentang persalinannya.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 37oC
RR : 21x/menit
d. Tinggi badan : 151 cm
BB sebelum hamil : 54 kg
BB selama hamil : 64 kg
2. Status Present
Kulit : turgor normal
Kepala : mesocephal
Rambut : bersih, tidak mudah rontok, warna hitam
Muka : tidak oedema, tidak ada cloasma
Mata : pandangan tidak kabur, konjungtiva merah
muda dan sklera putih

22
Hidung : Bersih, tidak ada pembesaran polip
Telinga : Bersih, tidak ada penumpukan serumen
Mulut : Tidak sariawan, tidak ada caries dentis dan
gingivitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis
Dada
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdengar bunyi sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas vesikuler
Jantung : Normal
Paru-paru : Normal
Payudara : Puting menonjol, cairan susu keluar, tidak ada
nyeri tekan dan tidak ada massa/tumor
Abdoment
Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka operasi
Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Hepar : Tidak teraba
Genetalia Luar : Tidak ada kelainan, tidak varises, tidak ada
condiloma dan tidak oedema
Genetalia Dalam : Tidak ada kelainan
Ekstremitas Atas : Simetris, tidak oedema, gerakan aktif,
terpasang infus pada lengan kanan
Ekstremitas Bawah : Simetris, tidak oedema, jari-jari lengkap, tidak
ada varises, reflek patella kanan kiri +/+

23
3. Status Obstetri
a. Inspeksi
1) Muka : tidak oedema, tidak ada cloasma
2) Mammae : puting menonjol, areola dan puting susu menghitam
serta colostrum telah keluar
3) Abdoment : tidak ada bekas luka operasi, tidak terdapat
linea alba/nigra dan striae gravidarum
b. Palpasi
TFU : 33 cm, 3 jari dibawah px
Leopold
I : bagian atas perut ibu teraba lunak, bulat, tidak ada
lentingan (bokong)
II : - Bagian kiri perut ibu teraba tahanan, keras,
memanjang seperti (punggung)
- Bagian kanan perut ibu teraba kecil-kecil
(ekstremitas)
III : Bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, keras,
terdapat lentingan (kepala)
IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP (divergen)
TBJ : TFU-11x155
: 33-11x155
: 3410 gram
His : 10 3 x 40
c. Auskultasi
DJJ + punctum maksimum perut kiri frekuensi 131 x/menit
d. Perkusi
Reflek patella kanan kiri +/+.

24
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 12 gr/dl
Urine protein : tidak ada
Urine reduksi : tidak ada

PEMERIKSAAN DALAM
Vulva dan vagina
Pembukaan serviks : 2 cm
Keadaan jalan lahir : elastis
Kulit ketuban :-
Air ketuban : merembes jernih, bau khas air ketuban
Bagian terendah janin : kepala
Molase tulang tengkorak : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 23 Maret 2017 jam : 02.30 WIB


a. Diagnosa Kebidanan
Ny. L umur 23 tahun G1 P0 A0, UK 41 minggu 3 hari, janin tunggal hidup intra
uterine, letak memanjang punggung kiri, presentasi kepala, inpartu kala I fase
laten dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini.
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan mengeluarkan cairan dari jalan lahir merembes
- Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir 02-06-2016
- Ibu mengatakan hari perkiraan lahir 09 Maret 2017
- Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng menjalar sampai
pinggang

25
DO :
KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 37oC
RR : 21x/menit
TFU : 33 cm, 3 jari dibawah px
Leopold :
I : Bagian atas perut ibu teraba bulat, lunak, tidak ada
lentingan yaitu bokong
II : Bagian kiri perut ibu teraba keras memanjang seperti
papan yaitu punggung. Bagian kanan teraba kecil-
kecil janin yaitu ekstremitas
III : Bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras,
terdapat lentingan, tidak bisa digoyangkan yaitu
kepala
IV : Bagian terndah janin sudah masuk PAP (divergen)

b. Masalah
Ibu cemas dengan keadaannya sekarang
c. Kebutuhan
Support mental dari bidan dan keluarga

26
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Tanggal : 23 Maret 2017 jam : 05.00 WIB
Pada ibu bisa terjadi : infeksi intrapartum
Pada bayi bisa terjadi : hypoxia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin.

IV. ANTISIPASI
Tanggal : 23 Maret 2017 jam : 05.00 WIB
Bedrest total dan tidur miring kiri
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG

V. INTERVENSI
Tanggal : 23 Maret 2017 jam : 05.00 WIB
1. Observasi KU dan TTV
2. Pantau DJJ dan PPV
3. Anjurkan ibu teknik relaksasi nafas dalam
4. Beri support mental pada ibu
5. Berikan makan dan minum pada ibu
6. Anjurkan ibu miring kiri
7. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam berikutnya
8. Beri cairan intravena
9. Pasang balon kateter

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 23 Maret 2017 jam : 05.00 WIB
1. Mengobservasi KU dan TTV ibu meliputi TD, nadi, suhu, pernafasan
KU : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg

27
N: 80x/menit
S : 37oC
RR : 21x/menit
2. Pemantauan DJJ dan PPV
DJJ + punctum maksimum perut kiri frekuensi 131x/menit
PPV : lendir darah, cairan ketuban berwarna jernih
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi nafas dalam yaitu dengan menarik nafas
panjang dari hidung saat ada kontraksi dan tahan 5 detik dan keluarkan melalui
mulut untuk mengurangi rasa sakit.
4. Memberi support mental pada ibu.
5. Memberi makan dan minum pada ibu saat tidak ada kontraksi dan biarkan ibu
istirahat.
6. Mengajarkan ibu miring kiri untuk melancarkan supply O2 dan mempercepat
pembukaan.
7. Melakukan pemeriksaan dalam 4 jam berikutnya
8. Memberikan cairan intravena RL dioplos dengan induksi 1 ampul
9. Memasang balon kateter pada vagina dengan volley kateter 24 dan diisi dengan
aquades 110 cc.
VII. EVALUASI
Tanggal : 23 Maret 2017 jam : 05.00 WIB
1. Sudah dilakukan observasi KU dan TTV
2. Telah dilakukan pemantauan DJJ dan PPV
3. Ibu bersedia menarik nafas panjang saat ada kontraksi
4. Telah diberikan support mental pada ibu
5. Sudah diberikan makan dan minum saat tidak ada kontraksi
6. Ibu bersedia miring kiri
7. Belum dilakukan pemeriksaan dalam
8. Telah diberikan infus RL 20 tpm dan induksi 1 ampul.
9. Ibu telah dipasang balon kateter

28
DATA PERKEMBANGAN

Data Perkembangan 1
Tanggal : 23 Maret 2017 jam : 05.30 WIB
S: Ibu Mengatakan merasa kenceng kenceng semakin sering dan bertahan
nyeri daerah pinggang.
O: Keadaan umum : baik
1. Kesadaran :composmentis
2. TTV : TD :110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S :36,2oC
RR :22 x/menit
3. Masih terpsang infus RL + masih terpasang oxitosin 5 UI 20 tetes/ menit
4. Kontraksi 3x setiap 10 menit selama 35 detik
5. DJJ : 142x/ menit
Vulva vagina
Porsio :tipis
Pembukaan :6 cm
Ketuban : (-) merembes jernih
Presentasi : kepala , hodge II
VT 6cm
A : Ny .R G1 P0 A0 umur 20 tahun Hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala.inpartu kala I,
fase aktif dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini .
P: observasi KU dan TTV
Lakukan pemeriksaan dalam/ VT 4 jam berikutnya
Anjurkan ibu untuk makan dan minum
Anjurkan ibu untuk tetap miring kiri

29
Siapkan partus set
Siapkan perlengkapan baju bayi dan ibu

Data Perkembangan 2
Tanggal : 23 Maret 2017 Jam : 06.00 WIB

S: Ibu Mengatakan merasa kenceng kenceng semakin sering dan bertahan nyeri
daerah pinggang.
O: Keadaan umum : baik
1. Kesadaran :composmentis
2. TTV : TD :110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5oC
RR : 22 x/menit
3. Masih terpsang infus RL + masih terpasang oxitosin 5 UI 20 tetes/ menit
4. Kontraksi 4x setiap 10 menit selama 45 detik
5. DJJ : 141x/ menit
Vulva vagina
Porsio :tipis
Pembukaan : 9cm
Ketuban :(-) merembes jernih
Presentasi : kepala
VT 9cm
Penurunan : Hodge IV
A: Ny .R G1 P0 A0 umur 20 tahun Hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala.inpartu kala
I,fase aktif dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini .

30
P: observasi KU dan PPV
Anjurkan ibu tetap miring kiri

Data Perkembangan 3
Tanggal : 24 September 2014 Jam : 06.18 WIB
S: Ibu mengatakan merasa kenceng kenceng semakin sering dan ingin
BAB
O: Keadaan umum : baik
1. Kesadaran :composmentis
2. TTV : TD : 120/70 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,5oC
RR : 22 x/menit
3. Masih terpsang infus RL + masih terpasang oxitosin 5 UI 20 tetes/ menit
4. Kontraksi 4x setiap 10 menit selama 45 detik
5. DJJ : 141x/ menit
Vulva vagina
Porsio :tipis
Pembukaan : lengkap
Ketuban : (-) merembes jernih
Presentasi : kepala
VT Lengkap
Penurunan : Hodge IV
A: Ny .R G1 P0 A0 umur 20 tahun Hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala.inpartu kala I,
fase aktif dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini.
P: lakukan pimpinan persalinan
1. Meletakkkan handuk bersih diatas perut ibu untunk mengeringkan bayi
2. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu

31
3. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
4. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm didepan vulva, maka
lindungi perineum menggunakan tangan kanan yang dilapisi dengan kain
bersih. Tangan kiri berada di vertek untuk mencegah defleksi maksimal
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran dengan nafas
dangkal dan cepat.
5. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, segera lakukan tindakan
jika ada lilitan. Jika tidak ketat di longgarkan, jika ketat tidak bisa di
longgarkan dan di klem kemudian dipotong.
6. Menunggu bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
7. Setelah bayi melakukan putaran paksi luar, memegang secara biparetal
dan menganjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut
gerakkan bayi ke arah bawah dan distal hingga bahu depan lahir.
Kemudian menggerakkan ke arah atas dan distal hingga bahu belakang
lahir.
8. Setelah bahu depan dan bahu belakang lahir, pindahkan tangan kanan
untuk menyangga kepala, lengan dan siku bawah.
9. Memindahkan tangan kiri untuk menyusuri lengan bayi, dada, punggung,
bokong, sampai kedua kaki, kemudian memegang kedua mata kaki.
10. Memposisikan kepala bayi 15o lebih rendah dari badan bayi untuk menilai
tangisan dan gerakan bayi.
11. Meletakkan bayi diatas perut ibu dan keringkan.
12. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin dalam
uterus.
13. Memberitahu ibu akan disuntik oxytocin agar uterus berkontraksi baik.
14. Menyuntikkan oxytocin 10 UI secara IM pada 1/3 paha atas lateral dengan
sudut 90o.
15. Menjepit tali pusat dengan klem 3 cm dari umbilicus bayi . mendorong sisi
tali pusat kearah distal dan menjepit kembali tali pusat dengan klem 2 cm
dari klem sebelumnya.

32
16. Melindungi perut bayi dengan tangan kiri, kemudian memotong tali pusat
diantara klem dan mengikat tali pusat.
17. Meletakkan bayi diatas perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
untuk melakukan IMD.
18. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain bersih serta bayi dipakaikan topi.
19. Pukul 19.55 WIB melakukan manajemen aktif kala III.
20. Mengosongkan kandung kemih.
21. Memindahkan klem 5-10 cm didepan vulva.
22. Meletakkan tangan kiri di atas sympisis.
23. Tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai dengan cara
memegang klem diantara jari tengah dan jari telunjuk dengan posisi
tangan menggenggam dan telapak tangan menghadap ke atas.
24. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan kiri mendorong uterus kearah belakang atas (dorso cranial) secara
hati-hati.
25. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan mendorong uterus secara
dorso cranial hingga plasenta terlepas dari implantasi.
26. Meminta ibu sedikit meneran sambil menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai, kemudian kearah atas mengikuti poros jalan lahir (tatap
melakukan dorso cranial).
27. Memindahkan klem 5-10 cm dari vulva setelah tali pusat tampak
memanjang.
28. Setelah plasenta tampak di vulva, menangkap dan memegang plasenta
dengan kedua tangan. Memutar plasenta searah jarum jam kemudian
memilin selaput ketuban hingga plasenta dan selaput lahir.
29. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase dengan telapak tangan
searah jarum jam selama 15 detik.
30. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput, kemudian masukkan dalam
wadah yang sudah disediakan.
31. Pukul 20.00 WIB melakukan observasi TFU, kontraksi dan PPV.
32. Pukul 20.05 WIB melakukan observasi KU dan TTV.

33
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.
L dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini dengan pendekatan manajemen 7
langkah menurut Varney, mulai dari pengkajian sampai evaluasi serta ada tidaknya
kesenjangan antara teori dengan praktek yang dialami penulis saat dilapangan.
1. Pengkajian
Dalam langkah ini tahap pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan studi dokumentasi. Untuk pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa. Data yang
dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
Pada pengumpulan data subjektif Ny. R mengatakan ini kehamilan yang
pertama. Keluhan utama pada waktu masuk ibu mengatakan mengeluarkan cairan
dari jalan lahir yang berwarna jernih dan berbau khas sejak tanggal 22 September
2014 pukul 17.00 WIB dan merasakan kenceng-kenceng sampi ke pinggang. Pada
data objektif keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TTV : TD :110/80
mmHg, N : 80x/menit, S : 37oC, RR : 21x/menit. Pengeluaran pervaginam : cairan
berwarna jerni dan berbau khas. Hasil VT : keadaan jalan lahir elastis, pembukaan
2 cm, ketuban (-) jernih merembes.
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada di lahan praktek.

34
2. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosa,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah
adalah pengolahan data analisis dengan menggabungkan data satu dengan yang
lainnya sehingga tergambar fakta.
a. Diagnosa kebidanan
Ny. L G1 P0 A0 umur 20 tahun, umur kehamilan 40 minggu, janin
tunggal hidup intra uterine, letak memanjang, punggung kiri, presentasi
kepala, inpartu kala 1 fase laten dengan induksi atas indikasi ketuban pecah
dini.
b. Masalah
Masalah yang ada pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu
ibu cemas dengan keadaannya sekarang.
c. Kebutuhan
Kebutuhan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu support
mental dari bidan dan keluarga.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3. Diagnosa potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
apabila mungkin dilakukan pencegahan. Pada ketuban pecah dini potensial terjadi
infeksi intrapartum pada ibu. Pada bayi bisa terjadi hypoxia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin.
Pada kasus ini tidak terjadi diagnosa potensial pada ibu dan bayi, karena
sudah dilakukan penatalaksanaan yang benar.

35
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4. Antisipasi
Antisipasi adalah tindakan segera bidan atau untuk menyelamatkan pasien,
tetapi memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter, atau
sesuai dengan kondisi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan
lainnya. Antisipasi yang dilakukan untuk mencegah diagnosa potensial antara lain
: pemberian antibiotik, istirahat.

5. Perencanaan
Perencanaan asuhan pada pasien dengan ketuban pecah didi antara lain :
a. Observasi KU dan TTV
b. Pantau DJJ dan PPV
c. Anjurkan ibu teknik relaksasi nafas dalam
d. Berikan makan dan minum
e. Anjurkan ibu untuk miring kiri
f. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam berikutnya
g. Beri cairan intravena
h. Pasang balon kateter
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada dilahan praktek.

6. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan
kasus yang ada di lahan praktek.

36
7. Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan asuhan yang sudah diberikan kepada
pasien. Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada dilahan. Evaluasi atau hasil dari asuhan yang sudah
diberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

37
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah
KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

5.2 Saran
1. Bagi orang tua pasien
Diharapkan pasien segera memeriksakan keadaan yang dialami
oleh kehamilannya agar segera bisa ditangani.
2. Bagi bidan/petugas kesehatan
Dalam setiap penanganan pasien, hendaknya bidan selalu
menerapkan konsep asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan sesuai dengan kondisi pasien.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya institusi bisa menambahkan buku referensi terbaru di
perpustakaan.

38

Anda mungkin juga menyukai