Disusun Oleh
Kelompok 3
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2018-2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Malpresentasi diklasifikasikan sebagai setiap presentasi bayi, selain dari vertex,
seperti presentasi non sefalik(bokong), presentasi sefalik non verteks( wajah atau dahi),
presentasi non longitudinal (letak lintang atau miring). Malposisi adalah istilah yang
digunakan untuk menerangkan presentasi ketika vertex berada dalam posisi yang
abnormal. Ibu yang presentasi bayinya dalam malposisi kemungkinan besar akan
mengalami persalinan yang lebih lama dan meningkatkan morbiditas maternal dan
neonatal. Beberapa malpresentasi seperti presentasi dahi berhubungan dengan angka
seksio sesarea yang tinggi. (Maryunani, 2016)
Masalah meliputi kegagalan kemajuan, macet transversal dalam, kelahiran
operatif dan kemungkinan bayi memerlukan resusitasi. Ada potensi ibu mengalami
kelelahan dan uterus menjadi tidak mampu berkontraksi dengan efisien setelah kelahiran,
meningkatkan potensial perdarahan postpartum. Banyak sekali macam kelainan letak
janin dalam rahim. Pada makalah ini akan dibahas yaitu letak sungsang dan letak lintang.
(Fadlun & Feryanto, 2011)
2. Batasan Masalah
Batasan masalah pada asuhan keperawatan ibu hamil resiko tinggi kelainan letak adalah
mulai pengertian hingga konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil resiko tinggi
kelainan letak
3. Rumusan Masalah
a. Apa diagnosa dari Kelainan Letak?
b. Apa saja etiologi dari Kelainan Letak?
c. Apa saja manifestasi klinis dari Kelainan Letak?
d. Apa saja klasifikasi dari Kelainan Letak
e. Bagaimana Patofisiologi dari Kelainan Letak?
f. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Resiko Tinggi Kelainan
Letak?
4. Tujuan
a. Untuk memahami definisi dari Kelainan Letak
b. Untuk memahami etiologi dari Kelainan Letak
c. Untuk memahami manifestasi klinis dari Kelainan Letak
d. Untuk memahami klasifikasi dari Kelainan Letak
e. Untuk memahami patofisiologi dari Kelainan Letak
f. Untuk memahami konsep Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Resiko Tinggi
Kelainan Letak
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
A. Letak Sungsang
1) Suatu keadaan yang terjadi dimana bokong atau tungkai janin sebagai
bagian yang terendah di dalam panggul ibu. Insiden dari letak sungsang
adalah 3% dari semua persalinan
2) Janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau
kombinasi keduanya dengan insiden 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal
pada umur kehamilan cukup bulan
3) Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
besar yang terendah (presentasi bokong) (Maryunani, 2016)
B. Letak Lintang
Posisi disebut letak lintang bila sumbu memanjang, janin menyilang, sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90º (Fadlun & Feryanto, 2011)
2. Etiologi
A. Letak Sungsang
Penyebab terjadinya sungsang tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor
resiko selain prematuritas yaitu:
1) Abnormalitas struktural uterus
2) Polihidramnion : penumpukan air ketuban yang berlebihan selama masa
kehamilan
3) Plasenta previa : kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi
mulut rahim
4) Mioma uteri: suatu tumor jinak yang tumbuhnya berasal dari jaringan otot
di rahim (uterus)
5) Anomali janin (anesefalus, hidrosefalus)
6) Kehamilan Multiple: suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
(Maryunani, 2016)
B. Letak Lintang
1) Relaksasi berlebihan dinding abdomen
2) Janin prematur
3) Plesenta previa: kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi
mulut rahim
4) Hidromnion dan kehamilan kembar
5) Panggul sempit dan tumor di daerah panggul
6) Kelainan bentuk rahim (Maryunani, 2016)
3. Manifestasi Klinis
A. Letak Sungsang
1) Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan
ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2) Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri
3) Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian
kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang
kurang bundar dan lunak.
4) Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat
(Lisnawati, 2011)
B. Letak Lintang
1) Periksa pandang: tampak perut melebar ke arah samping, tinggi dasar
rahim tidak sesuai dengan umur kehamilan(lebih rendah)
2) Periksa raba: Terdapat tinggi dasar rahim rendah, didalam dasar
rahim/uterus tidak teraba bagian besar, batas bawah uterus/rahim
“kosong”, batas uterus melebar kesamping dan teraba bagian janin yang
keras bulat dan melenting di salah satu sisi
3) Periksa dengar: terdapat denyut jantung janin terdengar paling jelas di
sekitar pusat
4) Periksa dalam: ditemukan rahim/uterus bagian bawah kosong (Fadlun &
Feryanto, 2011)
4. Klasifikasi
A. Letak Sungsang
1) Presentasi Bokong Murni(frank breech): kedua paha janin berfleksi dan
kedua tungkai berekstensi pada lutut
2) Presentasi Bokong Kaki/lengkap (complete breech): kedua paha janin
berfleksi dan satu atau kedua lutut difleksikan
3) Presentasi Kaki/Lutut (incomplete breech): satu atau kedua paha janin
berekstensi dan satu atau kedua lutut atau kaki terletak dibawah
panggul/keluar dari jalan lahir (Maryunani, 2016)
B. Letak Lintang
Letak Lintang Kasep: Dimana telah terjadi keregangan dari segmen bawah
uterus sedemikian rupa sehingga timbul bahaya terjadinya ruptur uteri/robekan
rahim. (Lisnawati, 2011)
5. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsangatau letak janin.
Pada kehamilan triwulan terakhir, janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas dari
fundus uteri, sedangkan kepala berada diruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan,
frekuensi letak sungsang lebih tinggi sedangkan pada kehamilan cukup bulan janin
sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. (Ahmad & Hikma, 2014)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Ini hal pertama yang perlu ditanyakan bidan kepada pasien untuk
mengetahui latar belakang pasien. Ini juga bertujuan agar tidak ada
kekeliruan data antar pasien.
1. Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak ada
kekeliruan dalam memberikan pelayanan.
2. Umur : untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat reproduksi belum matang, mental psikis belum siap, dll.
3. Agama: untuk memberikan motivasi dorongan moral sesuai dengan
agama yang dianutnya.
4. Suku bangsa : untuk mengetahui adanya faktor bawaan atau ras serta
pengaruh adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari pasien.
5. Pendidikan : pendidikan berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Hal
ini perlu dikaji agar bidan dapat memberikan konseling sesuai tingkat
pengetahuan pasien.
6. Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga. Hal ini
berpengaruh pada pemenuhan gizi pasien.
7. Alamat : untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal serta
mempermudah pemantauan apabila diperlukan (Fadlun & Feryanto,
2011)
b. Riwayat menstruasi
Ini perlu ditanyakan agar bidan memperoleh gambaran dasar dari organ
reproduksinya. Yang perlu dikaji adalah :
1. HPHT : bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat
memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan. Ditanyakan
untuk mengetahui umur kehamilan dan menentukan hari taksiran
persalinan (HTP) dengan rumus Neagle (hari +7, bulan –3, tahun +1).
2. Siklus haid : panjang siklus haid yang biasa pada wanita ialah 28-32
hari. Hal ini diperlukan apabila ibu tidak benar-benar mengingat HPHT.
3. Lama haid : lama haid biasanya berlangsung selama 5-7 hari. Hal ini
perlu dikaji untuk membedakan antara menstruasi ataukah gejala tanda
hartman yang dialami ibu.
4. Teratur/tidak
5. Banyak atau tidak : ini juga bisa menjadi pembeda antara menstruasi dan
tanda hartman.
6. Fluor albus : sedikit/sedang/banyak, tidak gatal, tidak bau, warna (putih,
keruh, bening), kekentalan (kental, encer). (Fadlun & Feryanto, 2011)
f. Pemeriksaan Fisik
1. Muka : apakah ada oedema, pucat.
2. Mata : identifikasi warna konjungtiva dan sklera.
3. Mulut : identifikasi adanya sianosis atau kepucatan dan pecah-pecah
pada bibir dan lidah.
4. Leher : identifikasi adakah pembengkakan kelenjar thyroid, dan lymfe
dan adakah pembengkakan vena jugularis.
5. Payudara :adakah hyperpigmentasi areola mammae, puting susu datar,
tenggelam/menonjol, kolostrum sudah keluar/ belum.
6. Abdomen : identifikasi apakah ada bekas SC atau bekas operasi lain,
apakah ada striae gravidarum, mengukur TFU.
g. Penatalaksanaan
A. Letak Sungsang
1. Persalinan Sungsang Spontan Brach (Melahirkan janin menggunakan
kekuatan /tenaga ibu sendiri)
a) Atur posisi ibu di atas bedgynekologi dan siapkan ibu litotomi
b) Pimpin ibu untuk mengedan sampai bokong lahir
c) Setelah bokong lahir cengkeram bokong secara Bracht (posisinya
kedua jari penolong sejajar sumbu panjang paha bayi, sedangkan
jari lainnya memegang panggul)
d) Mengendorkan tali pusat ( pada waktu bayi lahir dan tali pusat
tampak teregang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu agar tidak
terjadi kompresi tali pusat/tekanan pada tali pusat)
e) Melakukan hiperlordosis ( Lakukan hiperlordosis pada badan
janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung
janin didekatkan ke perut ibu. Bersamaan dengan dimulainya
gerakan hiperlordosis asisten melakukan ekspresi Kristeller pada
fundus uteri sesuai sumbu panggul). (Ahmad & Hikma, 2014)
2. Persalinan Sungsang Teknik Klasik
a) Posisikan ibu dalam posisi litotomi
b) Pimpin ibu untuk mengedan hingga bokong lahir
c) Setelah lahir longgarkan tali pusat dan tunggu kaki janin lahir
seluruhnya
d) Memegang pergelangan kaki janin dengan tangan kanan penolong
dan mengelevasi keatas sejauh mungkin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu, tangan kiri penolong
masuk ke jalan lahir dan dengan jari tengah serta telunjuk
menelusuri bahu janin sampai fossa kubiti. Kemudian melahirkan
lengan bawah dengan gerakan seolah –olah lengan bawah
mengusap muka janin
e) Untuk melahirkan lengan depan pegang pergelangan kaki janin di
ganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam kebawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
f) Bersamaan dengan itu tangan kanan penolong masuk kejalan lahir
dan dengan jari tengah serta telunjuk menelusuri bahu janin
sampai fossa kubiti. Kemudian melahirkan lengan depan dengan
gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin (Ahmad
& Hikma, 2014)
3. Persalinan Sungsang Teknik Mueller
a) Posisikan ibu litotomi
b) Pimpin ibu mengedan sampai bokong lahir
c) Melonggarkan tali pusat
d) Memegang bokong janin secara femuro pelviks (duimbekken
greep). Letakkan kedua ibu jari penolong sejajar spina sakralis
media dan jari telunjuk pada krista illiaka, dan jari-jari lain
mencengkeram paha bagian depan
e) Melahirkan bahu dan lengan depan dengan ekstrasi. Tarik badan
bayi ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak
dibawah simfisis. Bila lengan belum lahir, lahirkan lengan depan
dengan menelusuri punggung, scapula, fossa cubiti dan lipat siku.
f) Melahirkan bahu dan lengan belakang secara ekstraksi. Tarik
badan bayi ke atas sampai bahu belakang lahir. Bila bahu
belakang tidak lahir dengan sendirinya, lahirkan lengan bawah
dengan kedua jari penolong (Ahmad & Hikma, 2014)
4. Sectio Caesarea
Suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Ahmad & Hikma, 2014)
B. Letak Lintang
h. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan ultrasonografi : menggambarkan keadaan janin dan hasil
konsepsi lain dalam kandungan, mengetahui usia kehamilan dan
perkiraan persalinan klien.
2. Pemeriksaan laboratorium : Cek Hemoglobin, Urine (reduksi dan
protein urine)
3. Tes nonstres (NST): tes untuk mengetahui kesejahteraan janin yang
paling sering digunakan pada trimester ketiga. Tes ini dilakukan dengan
monitor janin elektronik eksternal. (Fadlun & Feryanto, 2011)
2. Diagnosa
1. Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir ditandai
dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi (gelisah, meringis,
menangis),wajah menunjukan nyeri.
Kriteria Evaluasi :
a. Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan
meningkatkan kanyamanan
b. Tampak rileks diantara kontraksi
c. Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI
2. Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada
penurunan janin
Kriteria Evaluasi :
Tidak terdapat cedera pada ibu
INTERVENSI
Kriteria Evaluasi :
Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi
lambat
INTERVENSI
1. Kaji DDJ secara manual atau elektronik,perhatikan variabilitas,perubahan
periodik dan frekuensi dasar.
R/ Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih – lebihan,
bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis,
atau sepsis
2. Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter
tekanan intrauterus bila tersedia
R/ Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu
oksigenasi dalam ruang intravilos
3. Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila
frekuensi 2 menit atau kurang
R/ Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan
oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos (Wilkinson & Ahern, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, & Feryanto, A. (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Lisnawati, L. (2011). Buku Pintar Bidan Aplikasi Penatalaksanaan Gawat Darurat Kebidanan.
Jakarta: Trans Info Media.
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.