Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PASIEN DENGAN MASALAH DEFISIT KEPERAWATAN DIRI

Oleh:

Nurfaiza Rahmadhany (14.401.18.042)

Yuke Yunita Novianti (14.401.18.068)

Windah Dwi Fibrianti (14.401.18.065)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PASIEN DENGAN MASALAH DEFISIT KEPERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
Defisit Perawatan Diri.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampua untuk melakukan aktivitas
perawatan diri(mandi, berhias, makan, toileting [ CITATION lil16 \l 1057 ].
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya untuk mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya (Aziz R, 2003 didalam Damaiyanti
Mukhripah & Iskandar ,2014).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan keperawatan diri (Depkes 2000).

2. Penyebab
[ CITATION muk12 \l 1057 ] penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor Prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu dank lien tidak bisa mandiri.
2) Biologis
Penyakit kronis yang mengakibatkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

2
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Factor presipitasidefisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Damaiyanti Mukhripah & Iskandar, (2014:148) faktor-faktor yang


mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image : yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga induvidu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial : anak-anak selalu dimanjakan dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, sikat gigi, pasta gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes militus ia harus menjaga kebersihan dan kesehatan kakinya.
e. Budaya : sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
diamandikan.
f. Kebiasaan seseorang : kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo, odol dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

3
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygine: (Damaiyanti Mukhripah
& Iskandar2012)
1) Dampak fisik.
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah:
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial.
Masalah sosial yang berkaitan dengan personal hygine ialah gangguan kebutuhan
aman nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri dan gangguan interaksi sosial.

3. Jenis
Menurut Nanda-1 (2012), didalam Damaiyanti Mukhripah & Iskandar,
(2014:149) didalam jenis perawatan diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktifitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri.
c. Deficit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sendiri.
d. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan aktivitas eliminasi sendiri.

4. Rentang respon [ CITATION lil16 \l 1057 ]


Asuhan yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk klien yang tidak dapat merawat diri
adalah:
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a) Bina hubungan saling percaya

4
b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
a) Bantu klien merawat diri
b) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b) Dekatkan peralatan mandi agar mudah dijangkau oleh klien
c) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman misalnya, kamar mandi yang
dekat dan tertutup

5. Proses terjadinya masalah


Defisit perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan pola pikir seorang sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurangya perawatan diri nampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan dirinya, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan
toileting ( buang air besar [BAB]atau buang air kecil [BAK])secara mandiri (Yusuf,
Rizky & Hanik,2015:154).
Sedangkan Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan
diri adalah :
a. kelelahan fisik dan,
b. penurunan kesadaran.
Dan Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor presdiposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga
perkembangan inisiatif pun terganggu.
2) Biologis

5
Penyakit yang kronis bisak menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang bisa
menyebabkan ketidak pedulian pada dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri. [ CITATION Muk12 \p 147 \l 1057 ]

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri [ CITATION Muk12 \p 148 \l 1057 ]
Menurut Depkes (2000) didalam buku [ CITATION Muk12 \p 148 \l 1057 ]
a. Gambaran diri : gambaran individu terhadap dirinya sendiri sangat
mempengaruhi kebersihandiri seperti dengan adanya perubahan di fisik
sehingga individu tidak perduli dengan kebersihan dirinya sendiri.
b. Praktik sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi peruabahan personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya, pada
pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.

6
f. Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan
lain – lain.
g. Kondisi fisik dan psikis : pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan untuk
merawat diri sendiri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

6. Tanda dan gejala


Menurut Depkes (2000) didalam Damaiyanti Mukhripah & Iskandar, (2014:149-
150) tanda dan gejala klien defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Gigi kotor disertai mulut bau
d) Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berprilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri

Tanda dan gejala/manifestasi klinis dari defisit perawatan diri menurut Herman Ade,
2011:152-153 adalah sebagai berikut:
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan, membersihkan
badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air

7
mandi, mendapatakan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berias
Klien memiliki kelemahan dalam memakai pakaian, meletakkan pakaian, serta
menukar atau mendapat pakaian. Klien juga tidak mampu untuk mengenali pakaian
dalam, menentukan pakaian yang akan dipakai, menggunakan kancing, melepaskan
pakaian, memasang kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkan dalam mulut, melengkapi
makanan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK
Klien memilih keterbatasan atau ketidakmampuan dalam menggunakan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban/kloset, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet
atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup
berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga
dirinya tidak mau mengurusatau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi,
makan , berhias, pakaian, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi
oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi
sosial.

7. Akibat

8
Menurut Damaiyanti Mukhripah & Iskandar, 2014:152 akibatnya adalah:
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah:
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah yang berhungungan dengan perawatan diri adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan rasa mencintai dan dicintai, aktualisasi pada diri, kebutuhan
harga diri dan gangguan interaksi sosial.

8. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan golongannya dibagi menjadi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000 didalam Herman Ade 2011:153-154) yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping mampu mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya ialah klien bisa memenuhi kebutuhan keperawatan diri
secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang dapat menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

9. Penatalaksanaan
Penata laksanaa menurut Herman Ade, 2011:154 adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

10. Pohon Masalah

9
[ CITATION Kel14 \l 1057 ]
Gangguan Pemeliharaan kesehatan
Effect
(mandi, gosok gigi, toileting)

Core Problem
Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalamperawatan diri

Isolasi sosial

11. Diagnosa Keperawatan


Menurut Depkes (2000:32) masalah keperawatan yang muncul pada psien defisit
perawatan diri :
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri
3. Isolasi sosial

12. Rencana Asuhan Keperawatan[ CITATION lil16 \l 1057 ]


Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.

10
Tujuan Khusus
TUK I : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
 Kriteria Evaluasi
a. Wajah cerah, tersenyum
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Menerima kehadiran perawat
e. Bersedia menceritakan perasaannya
 Intervensi
a. Berikan salam setiap berinteraksi
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
h. Penuhi kebutuhan dasar klien

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri


 Kriteria Evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan,
mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah
penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri.
 Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskn
pengertian tentang arti bersih dan tanda-tanda bersih
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri

11
d. Doiskusikan fungsi kebersihan diri dengan memberi pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti : mandi 2 kali pagi dan
sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari( sesudah makan dan seblum tidur),
keramas, menyisir rambut, gunting kuku jika panjang

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat
 Kriteria Evaluasi
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai
sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakain bersih sehari-hari,
dan merapikan penampilan
 Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk mengelola fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi dan keberishan kamar mandi
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersiha diri
seperti odol, sikat gigi, sampo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV :klien dapat melakukan kebersihan perawatn diri secara mandiri


 Kriteria Evaluasi

12
Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri
secara rutin dan teratur tanpa anjuran,seperti mandi pagi dan sore, ganti baju
setiap hari, penampilan bersih dan rapi.
 Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sendal.

TUK V : klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri


 Kriteria Evaluasi
Klien selalu tampak bersih dan rapi.
 Intervensi
Beri reiforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI :klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri


 Kriteria Evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan hal-hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam
menjaga kebersihan diri.
 Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di
RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
kebersihan diri klien

13
e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri
f. Diskuksikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya :
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas dll.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

14
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
Ny. P mengalami defisit perawatan diri. Klien selalu BAB dan BAK di sembarang
tempat dan tidak mau jika diajak ke kamar mandiatau WC. Klien juga tidak mau
untuk membersihkan diri/cebok setelah BAB dan BAK.
Data Subjetif :
1) Klien mengatakan tidak mauuntuk BAB dan BAK di kamar mandi
2) Klien mengatakan tidak mengerti tata cara BAB dan BAK di kamar mandi
Data Objektif :
1) Klien tidak mau di ajak BAB dan BAK dikamar mandi
2) Klien tidak mau untuk membersihkan diri setelah BAB dan BAK
b. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
c. Tujuan Khusus :
1) Melakukan kebersihan diri sendiri secara mandiritanpa bantuan
2) Melakukan berhias/berdandan secara baiksecara mandiri
3) Melakukan makan dengan baiksecara mandiri
d. Tindakan Keperawatan :
1) Melatih pasien bagaimana cara perawatan kebersihan diri dengan :
a) Menjelaskan bagaimana pentingnya menjaga kebersihan diri
b) Menjelaskan alat-alatyg digunakan untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-carauntuk melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien bagaimana mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
2) Membantu pasien dalam latihan berhias
Latihan berhias pada pria dan wanita harus dibedakan. Pada pasien laki-laki,
latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur, sedangkan
pada pasien perempuan, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara:
a) Menjelaskanbagaimana cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskanbagaimana cara makan dengan tertib
c) Menjelaskanbagaimana cara merapikan peralatan makan setelah makan

15
d) Mempraktikkanbagaimana cara makan yang baikdan benar
4) Mengajarkan pasienuntuk melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan
cara :
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelahmelakukan BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAKsetelah
digunakan

2. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan


SP 1 pasien : Mendiskusikan bagaimana pentingnya kebersihan diri, cara-cara
merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
a. Orientasi
1). Salam terapeutik
“Selamat pagi, kenalkan saya suster Yuke Yunita , saya lebih senang
dipanggil yuke .”
“ Ibu namanya siapa dan senang di panggil apa?”
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sampai 2 siang. Selama di
rumah sakit ini saya akan merawat ibu .”
“Dari tadi, saya lihat ibu menggaruk-garuk badannya, apakah badannya
gatal ?”
“Apakah ibu tahu bagaimana cara melakukan perawatan diri ?”
“Bagaimana kalau kita latihan melakukan kebersihan diri?”
“Berapa lama ya waktunya untuk kita melakukan latihan? 15 menit cukup
ya ?”
“Kita latihannya disini ya?”
2). Kerja
Sehari ibu mandi berapa kali ya ?”
“Apakah hari ini ibu sudah mandi ?”
“Menurut ibu kegunaanya mandi itu untuk apa ya ?”
“Apakah ibu tau caranya untuk melakukan perawatan diri ”

16
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa? Badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ? Betul ada kudis,
kutu, panu ...dll
3). Kontrak
Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang
kebersihan diri. Agarkita terhindar dari kuman dan menjadi badan sehat dan
bugar, sehingga nantinya akan terbebas dari penyakit.
a) Topik
Melakukan kebersihan diri agar terhindar dari suatu penyakitdan bebas
dari kuman.
b) Tempat
Kita akan melakukannya di taman, bagaimana menurut ibu? Apakah ibu
setuju? Atau ibu ganti di tempat lain?”
c) Waktu
“Sesuai dengan kesapakatan kemarin ya, kita akan melakukan selama 15
menit.
4). Terminasi
a) Evaluasi Obejektif
Coba ibu sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah
ibu lakukan tadi ?”
Bagus sekali !
b) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah mandi danberganti pakaian? Apakah
lebih segar ?”
5). Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-
hari? Apakah ibu setuju?” Bagus !
“Untuk selanjutnya saya berharap ibu dapat melakukan cara-cara yang telah
saya jelaskan tadiya ”.

17
SP 2 pasien : Melatih pasien untuk berhias
a. Orientasi
1). Salam terapeutik
“ Selamat Pagi, bagaimana perasaan ibu hari ini ? Apakah ibu hari ini sudah
mandi ? Ingat kan yang kemarin saya ajarkan ?”
“ Ibu hari ini kita akan melakukanberhias diri ya, supaya ibu tampak rapi dan
cantik. Mari kita mendekat ke cermin dan bawa alat-alatnya (sisir, bedak dan
lipstik ).
2). Kerja
“Apakah ibu sudah berganti pakaian sesudah mandi? Bagus! Nah sekarang
coba disisir rambutnya yang rapi, bagus ! apakah ibu biasa memakai bedak?
Baik, coba dibedaki mukanya, yang rata, dan tipis. Bagus sekali! Apakah P
punya lipstik? Mari dioles tipis. Nah, coba lihat di kaca!
3). Kontrak
Hari ini kita akan membicarakan tentang berhias diri supaya P supaya
tampak cantik dan rapi.
a) Topik
Melakukan berhias diri supaya tampaklebih rapi dan cantik.
b) Tempat
“Baik bu, kita akan melakukan kegiatan berhias di kamar ibu,
bagaimana menurut ibu? Apakah ibu setuju? Atau ibu ingin berhias di
tempat lain?”
d) Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kemarin, kita akan melakukan selama 5
menit.
4). Terminasi
a) Evaluasi Objektif
Coba P dibedaki mukanyaya, yang rata, dan tipis.
Bagus sekali !
b) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan P setelah belajar untuk berdandan?”

18
5). Rencana tindak lanjut
Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Nanti siang kita
belajar dan latihan makan yang baik diruang makan.

SP 3 pasien : Melatih pasien makan sendiri secara mandiritanpa bantuan


(menjelaskanbagaimana cara mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan
dengan tertib, menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan,
praktik makan sesuai dengan tahapan yang baik).
a. Orientasi
1). Salam terapeutik
“Selamat siang bu ! ibu tampak rapi sekali ya hari ini. Siang ini kita akan
latihan bagaimana cara makan yang baikya .”
“Apakah ibu tahu bagaimana cara makan yang baik ?”
“Apakah ibu tau cara merapikan peralatan makan setelah makan?”
“Baik saya akan menjelaskan nya pada ibu, kita belajar sama-sama ya ?”
“Kita latihannya langsung di ruang makan ya!” apakah ibu mau?”
“Mari bu , itu sudah datang makanannya.”
2). Kerja
“Bagaimana perasaan ibu setelah belajar berhias ?” Masih ingat dengan
yang saya ajarkan kemarin?” Coba ibu sebutkan !”
“Apakah ibu memiliki kebiasaan sebelum, saat, dan setelah makan ? ibu
biasanyai makan dimana ?”
“Sebelum makan kita harus apa ya, apakah ibu tau ?.
“Sebelum makan kita harus cuci tangan. Tau bagaimana caranya cuci tangan
yang benar?. Baik , mari saya ajarkan bagaimana cara mencuci tangan yang
benar ya”
“Setelah cuci tangan kita harus apa ?”

19
“Bagus setelahitu kita mengambil makanan, lalu duduk ya . Sebelum di
santap kita harus apa dulu.
“Bagus, setelah itu kita harus berdoa, ibu bisa berdoa ? ayo ibu yang pimpin
berdoa.”
“Mari kita makan bu! Saat makan kita harus menyuap makanan satu persatu
dengan pelan-pelan, Supaya tidak apa? Supaya kita tidak tersedak ya bu. Ya,
ayo...sayurnya di makan bu, sayur itu baik untuk kesehatan tubuh .
“Ibu sudah selesai makannya ? Setelah makan kitaharusmembereskan piring
dan gelas yang kotor.
“mari kita cuci piringnya “
Setelah itu apa yang harus kita lakukan ?” Ya, betul... dan kita akhiri dengan
cuci tangan.”
3). Kontrak
Hari ini kita akan membicarakan bagaimana tata cara makan yang baik,
makan dengan tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan,
praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.

a) Topik
Melakukan makan yang baik, makandengan tertib, cara merapikan
peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan
makan yang baik.
b) Tempat
“Kita langsung ke ruangan makan ya!”
“Mari...itu sudah datang makanannya.”
c) Waktu
“Sesuai dengan kesapakatan kemarin, kita akan melakukan selama 10
menit.
4). Terminasi
a) Evaluasi Objektif

20
Sebelum makan apa yang harus kita lakukan ? ibu ingat yang saya
ajarkan kemarin ? coba ibu lakukan sebelum makan kita harus cuci
tangan menggunakan sabun.
“Bagus".
b) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah makan bersama suster ?”
5). Rencana tindak lanjut
Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP 4 : Mengajarkan pasien cara defeksi/berkemih secara mandiri


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ? baik. Sudah
dijalankan jadwal kegiatannya ? Apakah ibu sudah makan?. Sekarang kita akan
membicarakan tentang cara BAB dan BAK yang baik ya. Kira – kira 30 menit
yah .. ? dimana kita duduk ditaman atau dimana ?
2) Kontrak
a) Topik: Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentang melakukan
BAB dan BAK secara mandiri
b) Waktu:Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? Dan
berapa ? Dan berapa lama ? Bagaiman jika jam 08.00 – 08.30?
c) Tempat:Dimana kita akan berbincang – bincang ?bagaimana jika kita
berbincang – bincang di taman ?
3) Kerja
Untuk pasien laki-laki:
“Biasanya bapak/ibu buang air besar dan buang air kecil dimana ya? Salah
bapak, buang air besar atau kecilyang baik itu di WC, kamar mandi atau tempat
lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotoran. Jadi bapak, kita tidak
boleh buang air besar atau kecil di sembarang tempat ya mulai sekarang .
“Sekarang, apakah bapak tau bagaimana cara cebok? Yang perlu diingat saat
mencebok adalah bapak membersihkan bokong atau kemaluan dengan air yang

21
bersih dan pastikan tidak ada kotoran atau air kencing yang tersisa di tubuh
bapak. Setelah bapak selesai cebok, jangan lupa tinja atau air kencing yang ada
di WC di bersihkan. Caranya yaitu , dengan cara disiram tinja atau air kencing
yang ada di WC secukupnya sampai tinja atau air kencing itu tidak tersisa di
WC. Setelah itu cuci tangan dengan menggunakan sabun. Tau kan caranya
mencuci tangan mrnggunakan sabun?”Kemarin sudah diajari , masih ingat kan?”

Untuk perempuan:
“Apakah ibu tau bagaimana cara cebok yang benar ?”
“Baik saya akan mengajarkan bagaimana cara cebok dengan baik yang benar ya
bu. Pertama yang harus kita lakukan adalah membilas yang bersih setelah ibu
buang air besar yaitu dengan menyiram air kearah depan ke belakang. Jangan
terbalik yah.. Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja
yang ada di bokong ke bagian kemaluan kita. “Setelah ibu selesai cebok apa
yang harus dilakukan ?” salah bu, setelah cebok jangan lupa tinja atau air
kecingyang ada di WC di bersihkan, tidak boleh langsung pergi. Caranya yaitu
kita harus menyiram tinja atau air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai air kencing atau tinja tidak tersisa di WC. Lalu cuci dengan
menggunakan sabun.
4) Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
Bagaiman perasaan Bapak atau ibu setelah berbincang – bincang lagi tentang
Buang air besar atau kecil yang baik.
b) Evaluasi Obyektif
Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik.
c) Kontrak
5) Rencana tindak lanjut
Saya harap Bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti, d. (2014). Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa Defisit Perawatan Diri. Jakarta: Bina
Medika.

Keliat, D. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. jakarta: EGC.

Mukhripah Damaiyanti, S.Kep., Ns dan Iskandar, S.Kep., Ns. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama.
Yusuf, Risky dan Hanik. (2015). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

23

Anda mungkin juga menyukai