Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan pada

Komplikasi Persalinan Dismatur


Kelompok 1
Pengertian Dismatur
Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan
yang seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan di bawah
persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut dengan
bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK/ SGA). Hal ini menunjukkan bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine, keadaan ini
berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi plasenta (Ika
Pantiawati, 2010).
Dismaturitas adalah bayi lahir kecil dengan berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi. Kondisi ini dapat terjadi pada preterm,
aterm, maupun posterm ( Vivian Nanny Lia, 2010).
Etiologi
Kondisi ibu yang terkait dengan bayi-bayi
SGA, meliputi : Kondisi janin berhubungan dengan
a. Hipertensi (Kronis atau yang diinduksi bayi-bayi SGA meliputi :
oleh kehamilan) a. Bayi kecil secara genetik normal
b. Penyakit jantung, pulmonar, atau ginjal b. Kelainan kromosom
c. Diabetes melitus c. Malformasi
d. Nutrisi buruk d. Infeksi kongenital terutama
e. Penggunaan alkohol, tembakau, atau rubela dan sitomegalovirus
obat-obatan e. Hidramion, kehamilan ganda
f. Usia
g. Kehamilan multipel
h. Insufisiensi plasenta
i. Abnormalitas plasenta janin
j. Kehamilan yang terjadi di tempat yang
sangat tinggi (high altitude)
lanjt..
Efek faktor-faktor ini pada janin bergantung pada tahap perkembangan janin.

a. Awal kehamilan adalah waktu proliferasi sel yang cepat. Trauma pada waktu ini
mengakibatkan organ-organ yang berisi sel-sel ukuran normal , tetapi sedikit
jumlahnya. Bayi simetris (kepala dan badannya tumbuh secara proporsional),
tetapi organ-organnya lebih kecil. Biasanya bayi-bayi ini memiliki prognosis yang
buruk dan tidak pernah dapat mengejar.

b. Kehamilan lanjut, pertumbuhan janin dihasilkan dari peninggkatan ukuran sel.


Trauma pada waktu ini mengakibatkan organ dengan jumlah sel normal yang lebih
kecil ukurannya dan meneyebabkan pertumbuhan yang asimetris. Bayi-bayi ini
mempunyai ukuran kepala dan panjang badan yang sesuai, tetapi berat badan
dan ukuran organnya menurun. Bayi-bayi ini biasanya memiliki prognosis yang
lebih baik karena mereka memiliki jumlah sel-sel yang adekuat. Pertumbuhan
mereka terkejar jika diberikan nutrisi yang baik selama pascanatal.
Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya, bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-
keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang
baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan
dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebailknya,
ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang
dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat
dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi
BBLR dan prematur juga lebih besar.
Woc
Manifestasi Klinis
Berikut adalah manifestasi klinis bayi dismatur berdasarkan stadium:
Stadium bayi dismatur
1) Stadium pertama. Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang,
kulitnya longgar, kering seperti perkamen, tetapi belum terdapat
noda mekonium.
2) Stadium kedua. Terdapat tanda stadium pertama ditambah warna
kehijauan pada kulit plasenta dan umbilicus. Hal ini disebabkan oleh
mekonium yang tercampur dalam amnion yang kmudian mengedap
ke dalam kulit, umbilicus dan plasena sebagai akibat anoksia intra
uteri .
3) Stadium ketiga. Terdapat tanda stadium kedua ditambah dengan
kulit yang berwarna kuning, begitu pula dengan kuku dan tali pusat,
ditemukan juga anoksia intra uterin yang lama.
Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa macam pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada dismaturitas, yaitu antara
lain :
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari
pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan


polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal / perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan ).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-
5 hari.

5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah.
Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dilakukan pada dismaturitas antara
lain :
 Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina
serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan
pemeriksaan ultra sonografi.
 Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
 Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
 Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi
SMK.
 Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.
 Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila
frekwensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax.
lanjt..
 Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak,
kering, selimuti dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan
panas.
 Awasi frekuensi pernafasan, terutama dalam 24 jam pertama guna
mengetahui sindrom aspirasi mekonium/ sindrom gangguan pernapasan
idiopatik.
 Pantau suhu di sekitar tubuh bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal ini
karena bayi BBLR mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh
bayi relatif lebih besar dari lemak subkutan.
 Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.
 Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna untuk
mencegah hipoglikemia.
 Jika bayi sianosis atau sulit bernafas ( frekuensi kurang dari 30 atau lebih
dari 60 kali per menit, dinding dada tertarik ke dalam dan merintih, beri
oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong).
 Cegah infeksi rentan akibat pemindahan imunoglobulin G (IgG) dari ibu ke
janin tergangggu.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat dismaturitas antara lain, yaitu :
1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas)
2. Hipoglikemi simtomatik
3. Asfiksia neonatorum
4. Penyakit membran hialin
5. Hiperbilirubinemia
Pencegahan
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda.
Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor resiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus segera cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, tanda- tanda bahaya selama kehamilan dan
perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun
umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar
mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Asuhan Keperawatan Dismaturitas (SGA)
Pengkajian
 Riwayat kesehatan terdahulu
 Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis.
 Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya,
seperti infeksi/perdarahan antepartum, imaturitas dan sebagainya.
 Apakah ibu seorang perokok.
 Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat.
 Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti
kelainan kardiovaskuler.
 Pengkajian fisik
 Sirkulasi
 Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120-160 detik per
menit).
 Murmur jantung yang dapat didengar, dapat menandakan duktus arteriosus (PDA).
 Pernapasan
 Dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau periodic (40-
60 kali/menit)
 Pernapsan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat
sianosis yang mungkin ada.
 Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom distress pernapasan
(RDS).
 Neurosensori
 Suara tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat.
 Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek
mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju.
 Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta
keterbatasan gerak.
 Pelebaran tampilan mata.
 Makanan/cairan
 Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala.
 Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan.
 Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha.
 Ketidakstabilan metabolic dan hipoglikemi/hipokalsemia.
 Keamanan
 Suhu berfluktuasi dengan mudah.
 Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan.
 Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali pusat dengan
warna kehijauan.
 Menangis mungkin lemah.
 Seksualitas
 Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris
menonjol.
 Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.
Pemeriksaan diagnostik
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal 15-20 gr/dl) mungkin dihubungkan dengan anemia
ataukehilangan darah/ hemolisis berlebihan. Dan Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65
% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal
/ perinatal).

2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi. Dektrosik : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

3. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama
setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

4. Analisa Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distress pernapasan bila ada.

5. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.

6. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8
mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.

7. Urinalisis: mengkaji hoomeostatis.

8. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.

9. Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin menyertai sepsis.

10. EKG, EEG, USG, angiografi: defek congenital atau komplikasi.


Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energy atau kelelahan,
dan ketidakseimbangan metabolik.
2. Risiko tinggi termoregulasi tidak efektif b.d perkembangan/ susunan
SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa tubuh
terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidak
mampuan merasakan dingin/berkeringat, cadangan metabolik buruk.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d usia dan berat lahir
rendah, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan
lemak, ginjal imatur/kegagalan mengonsentrasikan urin).
THANKS

Anda mungkin juga menyukai