Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


RSUD SYEKH YUSUF

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan Anak

Di susun oleh:

KARTIVA P TURALELY
7119241706

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………………) (………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIK FAMIKA


MAKASSAR
2022 / 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi BBLR
Berat badan merupakan hasil pengukuran antropometri yang paling
sering dilakukan dan sangat berguna untuk mengetahui apakah bayi lahir
dengan berat badan normal atau mengalami Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (Depkes RI, 2019).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu kondisi di
mana berat bayi yang baru lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
usia gestasi (Arda, 2018). BBLR di bedakan menjadi 2 kategori yaitu bayi
berat lahir rendah karena premature, (Umur kehamilan kurang dari 37
minggu) atau BBLR karena Intrauterina Growth Retardation (IUGR)
yaitu bayi cukup bulan tetapi memilki berat badan kurang untuk ukuran
berat badan normal pada umumnya (Depkes RI,2019).
2. Etiologi
Menurut teori ada bebrapa factor-faktor penyebab Bayi Berat Badan Lahir
Rendah
a. Faktor ibu
1) Status gizi ibu hamil Status gizi sangat berpengaruh terhadap ibu
hamil untuk pertumbuhan janin dalam kandungan. Karena apabila
status gizi buruk saat sebelum atau selama hamil akan
memberikan dampak pada anak yakni BBLR, dapat juga
menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir, bayi baru lahir akan mudah terkena infeksi, abortus, dan
lainnya. Sehingga sebelum atau selama kehamilan, ibu sebaiknya
memeriksakan diri secara berkala agar baik ibu maupun janin
dapat sehat dan lahir dengan baik.
2) Kelainan bentuk uterus /serviks incompeten
Keadaan ini dapat menjadi faktor pemicu terjadinya kelahiran
premature karena berkaitan dengan kontraksi uterus. Keadaan ini
dihubungkan dengan kejadian premature dengan kelainan uterus
karena kelainan bentuk tersebut dapat menjadi suatu keadaan
yang membuat perkembangan bayi menjadi tidak normal dan
menjadi pencetus untuk terjadinya kelahiran premature, walaupun
keadaan ini jarang terjadi. Serviks inkompeten dapat juga menjadi
penyebab abortus selain partus preterm.
3) Penyakit menahun/diderita ibu
Apabila ibu menderita suatu penyakit, maka akan
mempengaruhi janin yang ada dalam kandungannya, sehingga
diperlukan pengawasan dan pemeriksaan yang ketat serta
khusus. Adapun penyakit yang dapat memperburuk ibu maupun
janin yaitu hipertensi kronik, diabetes, asma, dll.
b. Faktor obstetric
1) Kehamilan ganda
Kehamilan ganda atau gemelli dapat membawa risiko bagi
janin, bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan
kehamilan kembar memerlukan perawatan yang khusus. Pada
kehamilan kembar ini, berat badan janin dapat lebih rendah
dibandingkan kehamilan tunggal walaupun umur gestasi sama
antara ibu yang hamil kembar dengan ibu yang hamil tunggal.
2) Komplikasi kehamilan
Komplikasi yang dapat atau sering terjadi selama kehamilan ibu
ialah KPD, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio
plasenta), HDK dengan atau tanpa edema pretibial, ancaman
persalinan premature dan infeksi berat dalam kehamilan.
a) Ketuban pecah dini: merupakan penyebab persalinan prematur
dimana ketuban pecah sebelum waktunya. Hal ini disebabkan
karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya
tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan ini dapat disebabkan karena infeksi
selama janin berada dalam rahim ibu.
b) Hipertensi dalam kehamilan : hipertensi pada ibu hamil
cenderung akan mempengaruhi timbulnya uteroplacental
insufficiency yang menyebabkan kekurangan zat asam (anorexia)
pada janin dalam masa sebelum atau sewaktu dilahirkan yang
dapat menyebabkan kematian perinatal dan BBLR.
c. Faktor janin dan plasenta
1) Infeksi dalam rahim, kelainan kromsom, dan cacat bawaan Cacat
bawaan yang terjadi dapat membuat persalinan menjadi
premature, keguguran, lahir mati, atau kematian pada bayi setelah
persalinan pada minggu pertama. Kelainan ini berkontribusi
sebesar 20% terhadap kematian BBLR.
2) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR) Pertumbuhan janin
terhambat dapat terjadi karena pemasokan oksigen dan makanan
kurang adekuat dan hal inipun dapat mendorong untuk
dilakukannya terminasi kehamilan lebih dini.
3. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,
terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang
pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-
paru pada dasarnya kecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya
sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian.
Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan
absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua
bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi
lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet
rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam
absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami
rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain
yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature
meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi
premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi
premature beresiko mengalami infeksi.
4. Manifestasi klinik
a) Berat kurang dari 2500 gram
b) Panjang kurang dari 45 cm
c) Lingkar dada kurang dari 30 cm
d) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f) Kepala lebih besar
g) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h) Otot hipotonik lemah
i) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j) Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k) Kepala tidak mampu tegak
l) Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m) Nadi 100 – 140 kali / menit
5. Komplikasi
Komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Apnea of prematuruty.
j. Anemia
6. Pemeriksaan penunjang
a. Jumlah sel darah putih : 18000/mm3 , neutrophil meningkat sampai
23000- 24000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis).
b. Hematocrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal / prinatal)
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolysis berlebihan).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari,
dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50mg/dl meningkat 60-70mg/dl pada hari
ketiga.
f. Pemantauan elekrolit (Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7. Penatalaksanaan
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan
terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator.
b. Mempertahankan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat
tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara
seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat
sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang
dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau
“lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak
memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, memakai masker.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ),
terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi
berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi prematur.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien.Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual.Kemampuan
perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai
kesadaran/tilik diri, kemampuan mengobservasi dengan akurat,
kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu berespon
secara efektif. Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan
data objektif dan subjektif dari klien . Aplikasi pengkajian yaitu :
a. Data umum :
1) Identitas bayi :
Meliputi nama /panggilan,umur/tanggal lahir, kenis
kelamin anak, jumlah saudara, diagnose medis dan
jaminan.
2) Identitas orang tua
Meliputi nama ibu dan ayah, umur ibu dan ayah, agam
ibu dan ayah, agama ibu dan ayah, pendidikan ibu dan
ayah, pekerjaan ibu dan ayah dan alamat tempat
tinggal.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Bayi terlihat kecil, kulit tampak tipis, lanugo masik
banyak, malas menyusu, tampak lemah, reflek hisap
lemah, dan bayi tampak lebih sering tidur.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum bayi lemah, refleks menghidap kurang.
3) Riwayat kesehatan dahuu
Selama hamil ibu mengalami komplikasi kehamilan
seperti anemia berat, pendarhaan anterpartum,
hipertensi, preeklamsi, infeksi kehamilan.
a) Riwayat obstetri dan ginekologi Riwayat haid,
riwayat perkawinan, riwayat KB, riwayat kehamilan
& persalinan yang lalu, riwayat kehamilan &
persalinan sekarang
b) Riwayat kehamilan Status kehamilan , pemeriksaan
kehamilan/ANC tidak pernah, masalah kehamilan
biasanya seperti eklamsia dan preeklamsia ,
mengonsukmsi obat selama kehamilan.
c) Riwayat kelahiran Usia kehamilan, berat badan lahir
kurang dari 2500 gram , nilai APGAR, kala
persalinan, penolong persalinan, air ketuban jernih,
kelainan bayi, inisisai menyusui dini.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
BBLR keadaan nya biasnaya lemah, kurang aktif, jarang
menangis, kesadaran bayi bisa dilihat respon tubuhnya terhadap
rangsangan.
2) Tanda-tanda vital
BBLR berisiko terjadinya hipotermi jika suhu tubuhnya kurang
dari 36 C nadi normal antara 120-140 x/menit , dan pernafasan
normal antara 40-60x/menit.
3) Panjang badan/berat badan
Panjang badan bayi biasanya kurang dari 45 cm dan berat badan
kurang dari 2500gram.
4) Kepala
Kepala lebih besar dari badan, lingkar kepala 30 cm dan ubun
besar dan cekung.
5) Mata
Konjungtiva anemis subanemis atau tidak anemis, sclera ikterik
atau tidak ikterik dan pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
6) Hidung
Adanya pernafasan cupping hidung
7) Mulut
Bibir berwarna pucat atau merah, reflek menghisap sucking dan
reflek menelan lemah.
8) Telinga
Tulang telinga rawan telingan masih sangat lunak.Telinga
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.
9) Thorak
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostals, perhatikan suara
wheezing dan rochi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 kali
permenit.
10) Ekstremitas
Gerakan masih lemah, akral dingin , perhatikan adanya patah
tulang atau adaya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
11) Anus
Perhatikan adanya anus , seorang bayi yang mengalami gangguan
anus biasanya tidak bisa mengeluarkan mekonium.
12) Pemeriksaan neurologis
Dengan cara melihat refleks menggengam palmar grasp reflexs/
grasping reflex dengan indikasi syaraf berkembang normal atau
tidak, dan reflek moro adalah suatu respon tibatiba pada bayi baru
lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan.
a. Sirkulasi:
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
b. Makanan/cairan: Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
c. Neuroensori:
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema
kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia
gestasi).
d. Pernafasan:
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung.
e. Seksualita
Genetalia: Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

1. Diagnosis Keperawatan
a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
b) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient
c) Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan yang
abnormal

2. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif berhubungan keperawatan selama 3x8 Observasi
dengan imaturitas jam diharapkan pola nafas 1. Monitor pola nafas
neurologis membaik dengan kriteria 2. Monitor bunyi nafas
hasil : tambahan
1. Gerakan mata membaik Terapeutik
2. Pola nafas membaik 3. Lakukan penghisapan lendir
3. Frekuensi nafas kurang dari 15 detik
membaik 4. Berikan oksigen, jika perlu
4. Denyut jantung apical Kolaborasi
membaik 5. Kolaborasi pemberian
5. Denyut jantung radialis bronkodilator, ekspektoran,
membaik mukolitik, jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Pemantauan nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x8 Observasi
ketidakmampuan jam diharapkan deficit 1. Identifikasi faktor yang
mengabsorbsi nutrient nutrisi membaik dengan mempengaruhi asupan gizi
kriteria hasil: 2. Identifikasi perubahan berat
1. Berat badan membaik badan
2. Tebal lipatan kulit Terapeutik
membaik 3. Timbang berat badan
3. Indeks massa tubuh 4. Ukur antropometrik
membaik komposisi tubuh (indeks
massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran lipatan
kulit)
Edukasi
5. Jelaskan tujuan proses
pemantauan kepada ibu atau
keluarga bayi
6. Informasikan hasil
pemantauan pada ibu atau
keluarga bayi
3. Ikterus neonatus Setelah dilakukan tindakan Perawatan neonatus
berhubungan dengan keperawatan selama 3x8 Observasi
penurunan berat jam diharapkan icterus 1. Identifikasi kondisi awal bayi
badan yang abnormal neonatus membaik dengan setelah lahir
kriteria hasil: 2. Monitor tanda vital bayi
1. Elastisitas meningkat Terapeutik
2. Perfusi jaringan 3. Lakukan inisiasi menyusui
meningkat dini (IMD) segera setelah
3. Kerusakan jaringan bayi lahir
menurun 4. Mandikan bayi dengan air
4. Pertumbuhan rambut hangat
membaik Edukasi
5. Anjurkan ibu menyusui bayi
tiap 2 jam
6. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi
4. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi ( I.14539 )
keperawatan selama x 24 Observasi :
jam diharapkan tingkat 1. Monitor tanda dan gejala
infeksi menurun dengan infeksi local ( dolor/sakit,
kriteria hasil: kalor/panas,tumor/bengk
1. Kebersihan tangan ak, rubor/kemerahan, dan
perawat dan fungtio laesa/perubahan
keluarga klien fungsi dari jaringan) dan
meningkat. sistemik.
2. Kebersihan badan Terapeutik :
klien meningkat 2. Batasi jumlah
3. Nafsu klien makan pengunjung
meningkat 3. Cuci tangan sebelum dan
4. Demam menurun sesudah kontak dengan
5. Kemerahan pasien dan lingkungan
menurun pasien
6. Nyeri menurun 4. Pertahankan teknik
7. Bengkak menurun aseptic pada pasien
8. Vesikel menurun berisiko tinggi
9. Kadar sel darah Edukasi :
putih membaik 5. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi b. Ajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar
6. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuha keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku
dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada
individu.
DAFTAR PUSTAKA

Arda Darmi. 2018. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Ruangan PNC RSUD Kota Makassar.

Depkes RI, (2019) .Program Penangulangan Gizi Pada Wanita Umur Subur
(WUS),Direktorst gizi masyarakat dan Binkesmas: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai