PREMATURE
DISUSUN OLEH :
Sofila
I1031181104
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TANJUNGPURA 2021
1. Definisi
2. Etiologi
a. Faktor ibu
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun.
b. Faktor Janin
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau
zat- zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan,
pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
3. Faktor Risiko
a. Berusia dibawah 17 tahun atau diatas 35 tahun
b. Hamil anak kembar
c. Memiliki riwatat melahirkan premature
d. Pertambahan berat badan selama hamil tidak mencukupi
e. Jarak antara kehamilan sekarang dan sebelumnya kurang dari setengah
tahun
4. Klasifikasi
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir dengan masa
gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan usia kehamilan.
Derajat prematuritas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok antara lain adalah
sebagai berikut:
1) Bayi sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu
2) Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
3) Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat prematur dan
matur. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang
dialami bayi prematur misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan daya
isap yang lemah.
b. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Banyak
istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita
gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine retardation = IUGR) seperti
pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis
fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA). Setiap bayi baru lahir
(prematur, matur dan post matur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai
dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada lamanya,
intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.
IUGR dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
1) Proportinate IUGR : janin menderita distres yang lama, gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga
berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distres sub akut. Gangguan terjadi beberapa
minggu atau beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan
lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda-
tandanya adalah sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering, keriput dan
mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
5. Komplikasi
Dalam Darma, Sagita, 2017 terdapat bahwa sering kali komplikasi yang
terjadi pada bayi premature adalah yang berhubungan dengan fungsin imatur
dari sistem organ. Komplikasi-komplikasi yang bisa teradi meliputi :
a. Paru-paru
Fungsi ginjal pada bayi prematur masih imatur, sehingga batas konsentrasi
dan cairan urin kurang memadai seperti pada bayi normal.
h. Hiperbilirubinemia
Berat badan bayi kurang sehingga bayi prematur tampak kurus akibat
kurang matangnya janin ketika dilahirkan, banyak organ tubuhnya belum
dapat bekerja secara sempurna. Hal ini mengakibatkan bayi prematur sulit
menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim, sehingga ia mengalami
banyak gangguan. Semakin dini ia dilahirkan, semakin banyak organ
tubuhnya yang belum sempurna dan semakin banyak gangguan yang akan
dialami. Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan
bisa mengancam jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah kesulitan
bernafas. Hal ini akibat paru- paru serta seluruh sistem pernafasannya seperti
otot dada dan pusat pernafasan di otak, belum dapat bekerja secara sempurna.
Akibat paru-paru yang belum siap untuk bekerja, paru-paru bayi prematur
bisa berhenti mendadak (apnea prematuritas). Bila hal ini terjadi, biasanya
denyut jantung bayi akan melambat dan wajahnya akan membiru. Gangguan
pernafasan yang tidak segera diatasi dapat mengakibatkan kerusakan pada
organ tubuh lain yang rentan, misalnya otak yang menjadi rusak karena tidak
mendapat oksigen yang cukup. Akibat masih tipisnya lapisan lemak pada
tubuh bayi prematur maka ia pun tidak memiliki perlindungan yang cukup
dalam menghadapi suhu luar yang lebih dingin dibanding di dalam rahim ibu,
sehingga bayi prematur mengalami penurunan suhu di bawah normal
(hipotermia) (Proverawati & Sulistyorini, 2010).
Menurut Dewi (2014), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan
metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak
ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber
utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah
thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh
bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak
dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian
dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan hipoksia,
metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai
respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan
oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan,
tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih
buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan
kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh
haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga
bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang
(Hidayati, 2016).
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang
normal untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel
darah merah) ke dalam urin dan tinjanya. Mayoritas bayi baru lahir, terutama
yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin yang meningkat, yang dapat
menyebabkan sakit kuning (jaundice). Peningkatan ini terjadi karena fungsi
hati belum matang dan kemampuan sistem pencernaan belum sempurna.
Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan
perbaikan fungsi pencernaan bayi (Hidayati, 2016).
Bayi prematur rentan mengalami infeksi/septikemia.
Infeksi/septikemiaempat kali berisiko menyebabkan kematian bayi prematur.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna, karena
belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati
plasenta. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi
(peradangan pada usus). Ketidakmatangan sistem pencernan menyebabkan
intoleransi pemberian makanan. Lambung yang berukuran kecil akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu
yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada bayi normal akan
memiliki refleks menghisap, menelan dan mencerna makanan yang masuk,
tetapi tidak demikian dengan bayi prematur, karena itulah bayi prematur akan
menerima makanannya melalui pipa halus khusus yang dimasukkan ke dalam
lambung melalui hidung atau mulut bayi. (Hidayati, 2016). .
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi prematur menurut Nararif, Amin Huda
dan Kusuma Hardhi, (2015) yaitu :
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.00mm3, hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih
menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan
anemia atau hemoragic prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2
hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal
kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Pada kasus premature identitas yang harus dikaji antara lain identitas
pasien dan identitas keluarga pasien, khususnya ibu. Premature terjadi
pada bayi yang lahir sebelum minggu ke-37 atau lebih awal dari perkiraan.
b. Usia
Bayi lahir premature biasanya banyak terjadi pada bayi berjenis kelamin
laki-laki. (Nur Mukmin, Hassanah, dkk 2016)
2. Riwayat Kesehatan
Bayi yang lahir secara premature biasanya akan mengalami ketuban pecah
sebelum waktunya (KPSW). Ibu mengalami riwayat penyakit menahun
seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, dan perokok.
Selama kehamilan ibu mengalami preeklamsia dan eklamsia.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya anak yang terlahir secara premature ibu memiliki riwayat gizi
yang kurang baik saat hamil, umur kurang dari 20 tahun dan diatas 35
tahun. Jarak persalinan dan jarak kehamilan yang dekat.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernapasan
1) Inspeksi
3) Auskultasi
Biasanya normal, mungkin pula terjadi crackles, ronchi, dan suara napas
bronkial
4) Perkusi
b. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada pulsasi. Kulit dan membran mukosa mungkin pucat dan
dingin, sianosis bisa terjadi (stadium lanjut)
3) Palpasi
Perfusi jaringan menurun (CRT >3 detik), nadi perifer lemah atau
berkurang. Takikardia biasanya terjadi (normalnya 170-190 kali/menit)
4) Auskultasi
5) Perkusi
c. Sistem persyarafan
1) Inspeksi
3) Auskultasi
4) Perkusi
e. Sistem pencernaan
1) Inspeksi
2) Palpasi
4) Perkusi
2) Inspeksi
4) Auskultasi
5) Perkusi
g. Sistem endokrin
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Auskultasi
4) Perkusi
Sonor (normal)
Berat bayi biasanya dibawah normal pada kasus premature rata-rata berat
badan bayi laki-laki yang lahir dengan normal pada usia kehamilan 37-41
minggu antara 3,0 kg-3,6 kg, sedangkan berat badan bayi perempuan
berkisar antara 2,9 kg- 3,h4 kg
4. Pemeriksaan Penunjang
2) Hematocrit
3) Leukosit
4) Trombosit
5) Eritrosit
6) Indeks eritrosit
b. APGAR score
Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005) b/d Imaturitas Neurologis
Intervensi
N:
- Atur interval pemantauan
respirasi kondisi paisen
- Dokumentasi hasil
pemantauan
.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.