Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PREMATURE

DISUSUN OLEH :

Sofila
I1031181104

PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TANJUNGPURA 2021
1. Definisi

Kementrian Kesehatan (2015) menyatakan, bayi prematur yaitu bayi


yang dilahirkan dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu atau 259 hari.
Terdapat 3 sub kategori usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World
Health Organization (WHO), yaitu Extremely preterm (< 28 minggu), Very
preterm (28 hingga < 32 minggu), Moderate to late preterm (32 hingga < 37
minggu).
Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. Bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram
juga disebut sebagai neonatus imatur. Secara historis, bayi dengan berat badan
lahir 2500 gram atau kurang disebut bayi prematur (Behrman, dkk, 2000).
Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41
minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari.
Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37
minggu disebut dengan persalinan prematur (Sulistiarini & Berliana, 2016).
Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup,
atau karena kombinasi keduanya

2. Etiologi

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur


dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:

a. Faktor ibu

Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur,


faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:

1) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).

2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan


antepartum, malnutrisi dan anemia sel sabit.
3) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten
serviks).

4) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).

5) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala


panas tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan
penyakit kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal).

6) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.

7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).

8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun.

9) Bekerja yang terlalu berat.

10) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

b. Faktor Janin

Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain


kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan
kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis), insufensi
plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah
A, B dan O), infeksi dalam rahim.
c. Faktor Lain

Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau
zat- zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan,
pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
3. Faktor Risiko
a. Berusia dibawah 17 tahun atau diatas 35 tahun
b. Hamil anak kembar
c. Memiliki riwatat melahirkan premature
d. Pertambahan berat badan selama hamil tidak mencukupi
e. Jarak antara kehamilan sekarang dan sebelumnya kurang dari setengah
tahun
4. Klasifikasi
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir dengan masa
gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan usia kehamilan.
Derajat prematuritas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok antara lain adalah
sebagai berikut:
1) Bayi sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu
2) Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
3) Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat prematur dan
matur. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang
dialami bayi prematur misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan daya
isap yang lemah.
b. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Banyak
istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita
gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine retardation = IUGR) seperti
pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis
fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA). Setiap bayi baru lahir
(prematur, matur dan post matur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai
dengan masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada lamanya,
intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.
IUGR dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
1) Proportinate IUGR : janin menderita distres yang lama, gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga
berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distres sub akut. Gangguan terjadi beberapa
minggu atau beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan
lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda-
tandanya adalah sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering, keriput dan
mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
5. Komplikasi

Dalam Darma, Sagita, 2017 terdapat bahwa sering kali komplikasi yang
terjadi pada bayi premature adalah yang berhubungan dengan fungsin imatur
dari sistem organ. Komplikasi-komplikasi yang bisa teradi meliputi :
a. Paru-paru

Produksi surfaktan seringkali tidak mencukupi guna mencegah kolaps


alveolar dan atelektasis, yang dapat terjadi Respitarory Distress
Syndrome. Bayi prematur berisiko memiliki masalah neurologi akut
seperti, perdarahan intrakranial dan depresi perinatal. Penyebab utama
kelainan saraf pada bayi baru lahir adalah enselopati iskemik hipoksik
(EIH), disamping perdarahan periventrikuler dan intraventrikular yang
menyebabkan kelainan saraf terutama pada bayi prematur. Jejas pada otak
yang terjadi pada masa perinatal ini dikenal sebagai penyebab utama
gangguan saraf berat dan terjadi dalam jangka panjang yang dikenal
dengan Cerebral Palsy pada bayi dan anak. Manifestasi predominan yang
dikaitan dengan palsiserebral adalah gangguan gerak yang dapat berupa
karakter spastik, ataksik atau atetoid. Disfungsi motorik ini biasanya
disertai gangguan neurologi lainnya seperti retardasi mental, gangguan
visual kortikal dan kejang.
a. SSP (Susunan syaraf pusat)

Disebabkan tidak memadai koordinasi reflex menghisap dan menelan,


bayi yang lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus diberi makanan
secara intravena atau melalui sonde lambung. immaturitas pusat
pernafasan di batang otak mengakibatkan apnea sentral (apnea sentral).
b. Kardiovaskular

Gangguan yang sering dialami adalah hipotensi akibat hipovolemia,


misalnya kehilangan volume karena memang volumenya yang relatif kecil
atau gangguan fungsi jantung dan vasodilatasi akibat sepsis. Kejadian
PDA (Patent ductus arteriosus) sering terjadi dan dapat mengakibatkan
gagalnya jantung kongestif.
c. Infeksi

Akibat defisiensi respons imun seluler dan humoral, bayi prematur


memiliki risiko terjadinya infeksi lebih besar dibandingkan dengan bayi
atem.
d. Pengaturan suhu
Bayi prematur memiliki luas permukaan tubuh yang besar dibandingkan rasio
masa tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan di bawah
netral, dengan cepat akan kehilangan panas dan sulit untuk mempertahankan suhu
tubuhnya karena efek menggigil (shivering) pada prematur tidak ada.
e. Saluran pencernaan (Gastrointestinal tract)

Belum sempurna sehingga tidak mampu menyerap ASI dengan baik.


Pengosongan lambung terlambat sehingga menimbulkan desistensi
lambung dan usus.
f. Volume perut yang kecil dan reflek menghisap dan menelan yang masih
imatur pada bayi prematur, pemberian makanan melalui tabung
nasogastrik dapat berisiko aspirasi.
g. Ginjal

Fungsi ginjal pada bayi prematur masih imatur, sehingga batas konsentrasi
dan cairan urin kurang memadai seperti pada bayi normal.
h. Hiperbilirubinemia

Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering


dibandingkan dengan bayi aterm, dan kernicterus bisa terjadi pada level
bilirubin serum paling sedikit 17 mg/dl (170 umolL) pada bayi keil, bayi
premature yang sakit.
i. Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode


perinatal. Kadar glukosa dah kurang dari 20 mg / 100cc pada bayi kurang
bulan atau bayi prematur dianggap menderita hipoglikemia.
j. Mata

Retrolental fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian


oksigen yang berlebihan pada bayi prematur yang kehamilannya kurang
dari 34 minggu. Tekanan oksigen yang tinggi dalam arteri akan merusak
pembuluh darah retina yang masih belum matang (imatur).
6. Patofisiologi

Berat badan bayi kurang sehingga bayi prematur tampak kurus akibat
kurang matangnya janin ketika dilahirkan, banyak organ tubuhnya belum
dapat bekerja secara sempurna. Hal ini mengakibatkan bayi prematur sulit
menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim, sehingga ia mengalami
banyak gangguan. Semakin dini ia dilahirkan, semakin banyak organ
tubuhnya yang belum sempurna dan semakin banyak gangguan yang akan
dialami. Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan
bisa mengancam jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah kesulitan
bernafas. Hal ini akibat paru- paru serta seluruh sistem pernafasannya seperti
otot dada dan pusat pernafasan di otak, belum dapat bekerja secara sempurna.
Akibat paru-paru yang belum siap untuk bekerja, paru-paru bayi prematur
bisa berhenti mendadak (apnea prematuritas). Bila hal ini terjadi, biasanya
denyut jantung bayi akan melambat dan wajahnya akan membiru. Gangguan
pernafasan yang tidak segera diatasi dapat mengakibatkan kerusakan pada
organ tubuh lain yang rentan, misalnya otak yang menjadi rusak karena tidak
mendapat oksigen yang cukup. Akibat masih tipisnya lapisan lemak pada
tubuh bayi prematur maka ia pun tidak memiliki perlindungan yang cukup
dalam menghadapi suhu luar yang lebih dingin dibanding di dalam rahim ibu,
sehingga bayi prematur mengalami penurunan suhu di bawah normal
(hipotermia) (Proverawati & Sulistyorini, 2010).
Menurut Dewi (2014), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan
metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak
ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber
utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah
thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh
bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak
dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian
dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan hipoksia,
metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai
respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan
oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan,
tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih
buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan
kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh
haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga
bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang
(Hidayati, 2016).
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang
normal untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel
darah merah) ke dalam urin dan tinjanya. Mayoritas bayi baru lahir, terutama
yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin yang meningkat, yang dapat
menyebabkan sakit kuning (jaundice). Peningkatan ini terjadi karena fungsi
hati belum matang dan kemampuan sistem pencernaan belum sempurna.
Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan
perbaikan fungsi pencernaan bayi (Hidayati, 2016).
Bayi prematur rentan mengalami infeksi/septikemia.
Infeksi/septikemiaempat kali berisiko menyebabkan kematian bayi prematur.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna, karena
belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati
plasenta. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi
(peradangan pada usus). Ketidakmatangan sistem pencernan menyebabkan
intoleransi pemberian makanan. Lambung yang berukuran kecil akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu
yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada bayi normal akan
memiliki refleks menghisap, menelan dan mencerna makanan yang masuk,
tetapi tidak demikian dengan bayi prematur, karena itulah bayi prematur akan
menerima makanannya melalui pipa halus khusus yang dimasukkan ke dalam
lambung melalui hidung atau mulut bayi. (Hidayati, 2016). .
7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi prematur menurut Nararif, Amin Huda
dan Kusuma Hardhi, (2015) yaitu :
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.00mm3, hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih
menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan
anemia atau hemoragic prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2
hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal
kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Pada kasus premature identitas yang harus dikaji antara lain identitas
pasien dan identitas keluarga pasien, khususnya ibu. Premature terjadi
pada bayi yang lahir sebelum minggu ke-37 atau lebih awal dari perkiraan.
b. Usia

Kecenderungan kelahiran prematur akan semakin menurun seiring dengan


meningkatnya usia melahirkan ibu. Kecenderungan kelahiran prematur
dari ibu yang melahirkan pada umur kurang dari 20 tahun adalah 1,081
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada umur di
atas 34 tahun. Kecenderungan melahirkan prematur sedikit menurun untuk
ibu yang melahirkan pada usia 20–34 tahun dengan nilai odds ratio
sebesar 1,064. Penjelasan yang mungkin dari hasil ini adalah bahwa
seiring dengan peningkatan umur wanita ketika melahirkan membuat
wanita sudah semakin matang dan memiliki pemahaman lebih besar
tentang kehamilan sehingga kecenderungan kejadian kelahiran prematur
akan semakin rendah
c. Jenis kelamin

Bayi lahir premature biasanya banyak terjadi pada bayi berjenis kelamin
laki-laki. (Nur Mukmin, Hassanah, dkk 2016)

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya bayi yang lahir secara premature akan mengalami gejala


kesulitan bernafas dan bayih tidak menangis, suhu tubuh mengalami
hipotermia, kulit dingin, menggigil,dan suhu tubuh fluktuatif, pucat,
sianosis, atau bahkan kejang.
b. Riwayat Kesehatan Lain

Bayi yang lahir secara premature biasanya akan mengalami ketuban pecah
sebelum waktunya (KPSW). Ibu mengalami riwayat penyakit menahun
seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, dan perokok.
Selama kehamilan ibu mengalami preeklamsia dan eklamsia.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya anak yang terlahir secara premature ibu memiliki riwayat gizi
yang kurang baik saat hamil, umur kurang dari 20 tahun dan diatas 35
tahun. Jarak persalinan dan jarak kehamilan yang dekat.
3. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem pernapasan

1) Inspeksi

Pernapasan cepat dan dangkal >60 kali/menit (normal pernapasan bayi


baru lahir 40-60x/ menit), peningkatan kerja napas, penggunaan otot
bantu napas seperti retraksi intercostal atau subternal, nasal faring, dan
pola napas abnormal
2) Palpasi

Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada)

3) Auskultasi

Biasanya normal, mungkin pula terjadi crackles, ronchi, dan suara napas
bronkial
4) Perkusi

Suara dullness diatas area konsolidasi (normalnya sonor)

b. Sistem kardiovaskuler

1) Tekanan darah bayhi baru lahir bisa normal (79/54 mmHg)


atau meningkat (terjadinya hipksemia)
2) Inspeksi

Tidak ada pulsasi. Kulit dan membran mukosa mungkin pucat dan
dingin, sianosis bisa terjadi (stadium lanjut)
3) Palpasi

Perfusi jaringan menurun (CRT >3 detik), nadi perifer lemah atau
berkurang. Takikardia biasanya terjadi (normalnya 170-190 kali/menit)
4) Auskultasi

Normal pada fase awal S2 (komponen pulmoni ) dapat terjadi

5) Perkusi

Suara normal perkusi jantung biasanya normal (pekak atau redup)

c. Sistem persyarafan

Bayi sesak, bila pernapasan tersumbat biasanya bayi tidak menangis,


terjadi penurunan kesadaran hingga koma
d. Sistem perkemihan

1) Inspeksi

Bahyi baru lahir mengeksresikan sedikit urine pada 48 jam


pertama, seringkali hanya 30 hingga 60 ml
2) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

3) Auskultasi

Tidak ada bunyi bruit (bising)

4) Perkusi

Bunyi timpani, jika vesika urinaria penuh maka bunyinya dullness

e. Sistem pencernaan

1) Inspeksi

Tidak ada penegangan abdomen dan tidak ada tanda inflamasi

2) Palpasi

Tidak adanya nyeri tekan


3) Auskultasi

Bising usus normal (5-30kali/menit)

4) Perkusi

Bunyi timpani (normal)

f. Sistem otot, tulang, dan integument

1) Terjadi kelemahan otot, gerak bayi kurang aktif dan lemah

2) Inspeksi

Warna kulit pucat, sianosis, terdapat bintik-bintik dan ditemukan adanya


tanda iskemik
3) Palpasi

Turgor kulit menurun dan teraba dingin

4) Auskultasi

5) Perkusi

g. Sistem endokrin

1) Inspeksi

Tidak ada perbesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening

2) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

3) Auskultasi

Suara bruit (bising)

4) Perkusi

Sonor (normal)

h. Pemeriksaan berat bayi baru lahir

Berat bayi biasanya dibawah normal pada kasus premature rata-rata berat
badan bayi laki-laki yang lahir dengan normal pada usia kehamilan 37-41
minggu antara 3,0 kg-3,6 kg, sedangkan berat badan bayi perempuan
berkisar antara 2,9 kg- 3,h4 kg

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksan darah lengkap

Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count / CBC) yaitu suatu


pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnose suatu penyakit dan
atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.
Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat
kemajuan atau respon terapi pada pasien. Berikut ini pemeriksaan yang
termasuk pemeriksaan darah lengkap, yaitu :
1) Hemoglobin

2) Hematocrit

3) Leukosit

4) Trombosit

5) Eritrosit

6) Indeks eritrosit

7) Laju endap darah atau erytrocite

8) Hitung jenis leukosit

9) Platelet distribution width

Pemeriksaan darah lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien


yang datang dengan gejala klinis dan jika didapatkan hasil yang diluar
normal maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan.

b. APGAR score

APGAR score adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk


mengkaji kesehatan neonates dalam menit pertama setelah lahir sampai 5
menit setelah lahir, serta dapat diulang pada menit ke 10-15 nilai APGAR
merupakan standar evaluasi neonates dan dapat dijadikan sebagai data
dasar untuk evaluasi (Melani, 2012).

Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005) b/d Imaturitas Neurologis

2. Hipotermia (D. 0131) b/d Stratum Korneum Imatur

3. Defisit Nutrisi (D. 0019) b/d Ketidakmampuan Mencerna Makanan

Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah diberikan asuhan Manajemen jalan napas:
(D.0005) keperawatan 3 x 24 jam,
O:
diharapkan inspirasi dan
- Monitor pola napas
ekspirasi memberikan
(frekuensi, kedalaman,
ventilasi adekuat dengan
usaha napas)
indikator : 1. Pola napas - Monitor bunyi napas
kembali normal Dengan tambahan (misalnya
kriteria hasil: - Ventilasi gurgling, mengi, wheezing,
semenit meningkat (5) - ronkhi kering)
Kapasitas vital meingkat (5) - N:
Tekanan inspirasi meingkat - Posisikan semi-fowler atau
(5) - Penggunaan otot bantu fowler - Berikan oksigen
napas menurun (5) -
Pernapasan cuping hidung Pemantauan respirasi:
menurun (5) O:
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya nafas
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen

N:
- Atur interval pemantauan
respirasi kondisi paisen
- Dokumentasi hasil
pemantauan

2 Hipotermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipotermia :


keperawatan 3x24 jam di
O:
harapkan suhu tubuh
- Monitor suhu
neonatus tetap berada pada
rentang normal dengan - Identifikasi penyebab
indikator :
- Monitor tanda dan gejala
1. Menggingil menurun
N:
(1) - Sediakan lingkungan
yang hangat
2. Suhu tubuh
- Ganti pakaian atau linen
meningkat (5)
yang basah
3. Suhu kulit meningkat
- Lakukan penghangatan
(5)
yang pasif (seperti
memberikan
penutup kepala, selimut)
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi :
keperawatan 3 x 24 jam, di
O:
harapkan nutrisi neonatus
- Identifikasi ststus nutrisi
dapat terpenuhi dengan
indikator : - Monitoring berat badan
- Turgor kulit meningkat
- Monitoring
(1)
hasil pemeriksaan
- Berat badan meningkat (1)
laboratorium
- Panjang badan meningkat N :
(1)
- Monitoring output input
- Sklera kning menurun (1)
- Monitoring jumlah
- Tebal lipatan kulit
kalori yang diberikan
membaik (5)
setiap hari
- Lapisan lemak membaik
E:
(5)
- Ajarkan
cara meningkatkan
berat badan nenonatus

.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

Jakarta : Trans Info Medika.


Darma, Sagita. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Posterm Disertai
Evidence Based. Palembang : NoerFikri
Dewi, V.L.N. (2014). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: EGC.
Hidayati, Lilik. 2016. Faktor Risiko Terjadinya Persalinan Prematir Mengancam Di
RSUD Soetomo Surabaya. Hal 21-23
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnose medis dan nanda nic noc. Edisi revisi jilid 1.
Yogyakarta : Mediaction

Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika, Yogyakarta.


SARI, I. N. (2020). LAPORAN AKHIR PROFESI KEPERAWATAN
KOMPREHENSIF PENGARUH FACILITATED TUCKING TERHADAP
RESPON NYERI BAYI PREMATUR DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT. Kota
Palembang: Universitas Sriwijaya.

Sulistiarini, D. dkk (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI


KELAHIRAN PREMATUR DI INDONESIA: ANALISIS DATA
RISKESDAS 2013. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, hal 109-
115, Volume 1,Nomor 2, ISSN 2338-7793.

Sulistiarini, D., & Berliana, M. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kelahiran


Prematur di Indonesia : Analisis Data Ris
Widiana, K. O. dkk (2019). KARAKTERISTIK PASIEN PARTUS PREMATURUS
IMMINENS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 1 APRIL 2016-
30 SEPTEMBER 2017. E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8, NO.3, ISSN: 2303-
1395.

Anda mungkin juga menyukai