Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

OLEH :

LEDIYA LOISA SLARMANAT

7120111821

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA

MAKASSAR 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan


dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.
(Axton & Fugate, 1993).

Peradangan akut
parenkim paru yang
biasanya berasal dari
suatu infeksi, disebut
pneumonia. (Sylvia)

Penumonia
adalah inflasi parenkim
paru, biasanya
berhubungan dengan
pengisian cairan di
dalam alveoli.Hal ini
terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya
kondisi yang mengganggu tahanan saluran.Trakhabrnkialis, adalah
beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga
timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi,
pipa endotrakheal, dan lain-lain.Dengan demikian flora endogen yang
menjadi patogen ketika memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,
Perawatan Anak Sakit, 1997)
B. ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:


1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus,
streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.
Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah
system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri
tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,
adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang
saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia,
terutama pada anak-anak.

3. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini


berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia
yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.

4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

C. KLASIFIKASI

Secara garis besar pneumonia dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:


1. Aspirasi pneumonia
Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru- paru.Pada
bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau ASI.
2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur
3. Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti streptococcus
pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan muncul 1-2 hari setelah
terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.
4. Pneumonia akibat faktor lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi. Bila tidak
segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan
selanjutnya menjadi pneumon
D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif


seperti menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-
paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

E. MANIFESTASI KLINIK
 Menggigil, demam
 Nyeri dada
 Takipnea
 Bibir dan kuku sianosis
 Sesak nafas
 Batuk
 Kelelahan

F. KOMPLIKASI

 Efusi pleura
 Hipoksemia
 Pneumonia kronik
 Bronkaltasis
 Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-
paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
 Komplikasi sistemik (meningitis)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing

H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa


pemberian antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi
O2 untuk menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :
 Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
 Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
 Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi
pneumonia mikroplasma.
I. PENGKAJIAN
1. Data dasar pengkajian pasien
2. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
4. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia
(malnutrisi)
5. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
7. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,


pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah ditandai dengan sianosis.
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhanb.d peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
5. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea

K. RENCANA KEPERAWATAN

Dx 1 :Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi


trachea bronchial, peningkatan produksi sputum ditandai dengan:

Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan

 Bunyi nafas tak normal


 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Jalan nafas efektif dengan kriteria:

 Batuk efektif
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersis
 Sianosis

No. Intervensi Rasional


1 Kaji frekuensi/kedalaman takipnea, pernafasan dangkal dan
pernafasan dan gerakan dada gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan.

2 Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran darah terjadi


penurunan 1 kali ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi nafas cairan.
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan
nafas paten.
4 Penghisapan (suction) sesuai merangsang batuk atau
indikasi. pembersihan jalan nafas suara
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk
efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
secret
6 Kolaborasi dengan dokter alat untuk menurunkan spasme
untuk pemberian obat sesuai bronkus dengan mobilisasi
indikasi sekret, analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.

Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa


oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis,
sesak, gelisah.
No. Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi/kedalaman dan manifestasi distress pernafasan


kemudahan bernafas tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2 Observasi warna kulit, sianosis kuku menunjukkan
membran mukosa dan kuku. vasokontriksi respon tubuh
Catat adanya sianosis perifer terhadap demam/menggigil
(kuku) atau sianosis sentral. namun sianosis pada daun
telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
Kaji status mental. gelisah mudah terangsang,
bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.

Kolaborasi: berikan terapi : mempertahankan PaO2 di atas


oksigen dengan benar misal 60 mmHg. O2 diberikan dengan
dengan nasal plong master, metode yang memberikan
master venturi. pengiriman tepat dalam toleransi.

Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap


ditandai dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisah

No. Intervensi Rasional

1 Tentukan karakteristik : nyeri dada biasanya ada dalam


nyeri, misal kejang, konstan seberapa derajat pada pneumonia,
ditusuk. juga dapat timbul karena pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu
bawa Pc mengalami nyeri, khusus
bila alasan lain tanda perubahan
tanda vital telah terlihat.
3 Berikan tindakan nyaman tindakan non analgesik diberikan
pijatan punggung, dengan sentuhan lembut dapat
perubahan posisi, musik menghilangkan ketidaknyamanan
tenang / berbincangan. dan memperbesar efek derajat
analgesik.
5 Kolaborasi: Berikan obat dapat digunakan untuk
analgesik dan antitusik menekan batuk non produktif atau
sesuai indikasi menurunkan mukosa berlebihan
meningkat kenyamanan istirahat
umum.
Dx 4 :Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB

No. Intervensi Rasional


1 identifikasi faktor yang pilihan intervensi tergantung pada
menimbulkan mual/muntah, penyebab masalah.
misalnya: sputum, banyak
nyeri.
3 Berikan makan porsi kecil tindakan ini dapat meningkat
dan sering termasuk masukan meskipun nafsu makan
makanan kering (roti mungkin lambat untuk kembali.
panggang) makanan yang
menarik oleh pasien.
4 Evaluasi status nutrisi adanya kondisi kronis keterbatasan
umum, ukur berat badan ruangan dapat menimbulkan
dasar. malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap inflamasi/lambatnya
respon terhadap terapi.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas
mulut, penurunan masukan oral. Kekurangan volume cairan tidak terjadi
dengan kriteria: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan
dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
No. Intervensi Rasiona
1 Kaji perubahan tanda vital contoh suhu/memanjangnya demam
peningkatan suhu demam meningkat laju metabolik dan
memanjang, takikardia. kehilangan cairan untuk evaporasi.
2 Kaji turgor kulit, kelembapan indikator langsung keadekuatan
membran mukosa (bibir, lidah) volume cairan, meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering
karena nafas mulut dan O2
tambahan.
3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan oral
4 Kolaborasi: beri obat indikasi pada adanya penurunan masukan
misalnya antipiretik, antimitik. banyak kehilangan penggunaan
dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan
5 Tekankan cairan sedikit 2400 pemenuhan kebutuhan dasar cairan
mL/hari atau sesuai kondisi menurunkan resiko dehidrasi.
individual
DAFTAR PUSTAKA

http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-efusi-
pleura.html

http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-efusi-
pleura.html

Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC , Jakarta

Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi


Keperawatan, EGC, Jakarta

Doengoes, Marilyn (1989), Nursing Care Plans Second Edition, FA Davis


Company, Philadelphia

Long, Barbara C (1989), Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni


Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung

Luckmann’s Sorensen (1996), Medical Surgical Nursing, WB Saunders,


Philadelphia

Soeparman (1996), Ilmu Penyakit Dalam jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sjamsuhidajat, R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, Jakarta

Baughman C Diane.2000, Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta

Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta

Hudak,Carolyn M.1997,Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1,


EGC,Jakarta
Purnawan J. Dkk.1982,Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius.
FKUI

Anda mungkin juga menyukai