Anda di halaman 1dari 39

DEFINISI PNEUMONIA

Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
(Price, 1995)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)

Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola


penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas
ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area
berbercak. (Smeltzer,2001).

KLASIFIKASI PNEUMONIA

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :

1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :


1. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
2. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosokomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imun
6. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis :
1. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
2. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :

1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa
berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti
ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri
umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang
ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi
anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.

ETIOLOGI PNEUMONIA

1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :
Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif
seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

PATHWAYS PNEUMONIA

1. Download PATHWAY BRONKOPNEUMONIAE


MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA

Manifestasi klinis dari bronkopneumonia adalah antara lain:

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


1. Nyeri pleuritik
2. Nafas dangkal dan mendengkur
3. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1. Mengecil, kemudian menjadi hilang
2. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
1. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Cyanosis
1. Area sirkumoral
2. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

PEMERIKSAAN PENUNJANG PNEUMONIA

1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat,


empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau
penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada
mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada
luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
PENATALAKSANAAN PNEUMONIA

1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi
(hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya
ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
1. Terapi Oksigen
2. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral
3. Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

PENGKAJIAN DATA PNEUMONIA

1. Aktivitas / istirahat
1. Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
2. Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
1. Gejala : riwayat gagal jantung kronis
2. Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
1. Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
1. Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
2. Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
1. Gejala : sakit kepala bagian frontal
2. Tanda : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
1. Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7. Pernafasan
1. Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,
penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
2. Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
3. Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
4. Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
5. Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
6. Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
1. Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
2. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada
kasus rubela / varisela
9. Penyuluhan
1. Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

RENCANA KEPERAWATAN ASKEP PNEUMONIA

1. Diagnosa Perawatan : Kebersihan jalan nafas tidak efektif


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan produksi
sputum
2. Nyeri pleuritik
3. Penurunan energi, kelemahan
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
2. Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
3. Dispnea, sianosis
4. Batuk efektif/tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum
3. Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
2. Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea
atau sianosis
4. Intervensi Keperawatan :
1. Mandiri
1. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
2. Auskultasi paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)
3. Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
4. Penghisapan sesuai indikasi
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
2. Kolaborasi
1. Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain
2. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik
3. Berikan cairan tambahan
4. Awasi seri sinar ‘X’ dada, Analisa Gas Darah, nadi oksimetri
5. Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan
2. Diagnosa Perawatan : Kerusakan pertukaran gas
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
2. Gangguan kapasitas oksigen darah
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Dispnea, sianosis
2. Takikardi
3. Gelisah/perubahan mental
4. Hipoksia
3. Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan Analisa
Gas Darah dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan
2. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
4. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
3. Kaji status mental
4. Awasi status jantung/irama
5. Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam dan menggigil
6. Pertahankan istirahat tidur
7. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan
batuk efektif
8. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/perasaan.
9. Berikan terapi oksigen dengan benar
10. Awasi Analisa Gas Darah
3. Diagnosa Perawatan : Pola nafas tidak efektif
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Proses inflamasi
2. Penurunan complience paru
3. Nyeri
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Dispnea, takipnea
2. Penggunaan otot aksesori
3. Perubahan kedalaman nafas
4. Analisa Gas Darah abnormal
3. Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dengan Analisa Gas Darah
dalam rentang normal
4. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret
5. Dorong/bantu pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif
6. Berikan Oksigen tambahan
7. Awasi Analisa Gas Darah
4. Diagnosa Perawatan : Peningkatan suhu tubuh
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Proses infeksi
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Demam, penampilan kemerahan
2. Menggigil, takikardi
3. Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
2. Tidak menggigil
3. Nadi normal
4. Intervensi Keperawatan :
1. Obeservasi suhu tubuh (4 jam)
2. Pantau warna kulit
3. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
4. Berikan obat sesuai indikasi : antipiretik
5. Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
5. Diagnosa Perawatan : Resiko tinggi penyebaran infeksi
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Ketidakadekuatan pertahanan utama
2. Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun)
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa
aktual
3. Kriteria Hasil :
1. Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
2. Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi
4. Intervensi Keperawatan :
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan
perubahan warna jumlah dan bau sekret
3. Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
4. Ubah posisi dengan sering
5. Batasi pengunjung sesuai indikasi
6. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu
7. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
8. Berikan antimikrobal sesuai indikasi
6. Diagnosa Perawatan : Intoleransi aktivitas
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Kelemahan, kelelahan
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan
2. Dispnea, takipnea
3. Takikardi
4. Pucat / sianosis
3. Kriteria Hasil :
1. Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan
Tanda-tanda Vital dalam rentang normal
4. Intervensi Keperawatan :
1. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
4. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
7. Diagnosa Perawatan : Nyeri
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Inflamasi parenkim paru
2. Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
3. Batuk menetap
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Nyeri dada
2. Sakit kepala, nyeri sendi
3. Melindungi area yang sakit
4. Perilaku distraksi, gelisah
3. Kriteria Hasil :
1. Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol
2. Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas dengan
cepat
4. Intervensi Keperawatan :
1. Tentukan karakteristik nyeri
2. Pantau Tanda-tanda Vital
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk.
8. Diagnosa Perawatan : Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi
2. Anoreksia distensi abdomen
2. Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan peningkatan nafsu makan
2. Berat badan stabil atau meningkat
3. Intervensi Keperawatan :
1. Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
2. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
3. Auskultasi bunyi usus
4. Berikan makan porsi kecil dan sering
5. Evaluasi status nutrisi
9. Diagnosa Perawatan : Resti kekurangan volume cairan
1. Faktor resiko :
1. Kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringan banyak, hiperventilasi,
muntah)
2. Kriteria Hasil :
1. Balance cairan seimbang
2. Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat
3. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji perubahan Tanda-tanda Vital
2. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
3. Catat laporan mual / muntah
4. Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
5. Hitung keseimbangan cairan
6. Asupan cairan minimal 2500 / hari
7. Berikan obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametik
8. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
10. Diagnosa Perawatan : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
tindakan
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Kurang terpajan informasi
2. Kurang mengingat
3. Kesalahan interpretasi
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Permintaan informasi
2. Pernyataan kesalahan konsep
3. Kesalahan mengulang
3. Kriteria Hasil :
1. Menyatakan permahaman kondisi proses penyakit dan pengobatan
2. Melakukan perubahan pola hidup
4. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji fungsi normal paru
2. Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan
dan harapan kesembuhan
3. Berikan dalam bentuk tertulis dan verbal
4. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif
5. Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang
dianjurkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.


2. Lackman’s (1996). Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing,
Philadelpia : WB Saunders Company.
3. Pasiyan Rahmatullah (1999), Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R. Boedhi
Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
4. Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba
Medica.
5. Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,
Jakarta : EGC
6. Suyono, (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

FacebookTweetGoogle+

Askep Pneumonia
MAKALAH
ASKEP PNEUMONIA

Dosen Pembimbing :
Ilkafah, M.Kep

DISUSUN OLEH:

Nur Lathifah
(IIIA KEPERAWATAN)

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN


TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
KATA PENGANTAR
   
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Sistem Respirasi II. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Askep Pneumonia”.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak,
oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada:
1.    Bapak Budi Utomo,Amd,Kep,M,Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan.
2.    Ibu Ilkafah, M.Kep, sebagai dosen pembimbing.
3.    Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima
berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca khususnya.

   
Lamongan,  September 2011

   

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL    ...................................................................................  i
KATA PENGANTAR.................................................................................  ii
DAFTAR ISI...............................................................................................    iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….    1
1.2 . Rumusan Masalah …………………………………………………...    1
1.3 . Tujuan Penulisan …………………………………………………….    1   
1.4.  Metode Penulisan ……………………………………………………    2
1.5.  Sistematika Penulisan ……………………………………………….    2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pneumonia ………………………………………….........    3
2.2. Klasifikasi Pneumonia..........................................................…….…....    4
2.3. Etiologi Pneumonia…………………………………………...............    4
2.4. Tanda dan Gejala Pneumonia................................................................   5
2.5. Manifestasi klinis Pneumonia……………………………....................    6
2.6. Patofisiologi Pneumonia …………………………..............................    7
2.7. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………….  7
2.8. Penatalaksanaan Pneumonia …............................................................    8
2.9. Pengkajian Pneumonia…………………………………………………  9
2.10.Analisa Data dan Diagnosa…………………………………………..   11
2.11.Rencana Keperawatan………………………………………………..   14
2.12. Implementasi dan Evaluasi…………………………………………..  19
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Asuhan keperawatan pada Ny. L pada kasus pneumoni …………….    22
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………     37
4.2. Saran …................................................................................................    40
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang


Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah kesehatan di Negara
berkembang maupun negara maju. Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit
saluran nafas merupakan penyebab kematian nomor 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic
2001 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia.
 Ada berbagai faktor resiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan kematian karena
pneumonia. Yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk resiko besar), polusi udara dan tingginya
prevalensi kolonisasi bakteri pathogen nasofaring.
Selain itu orang yang mudah terkena pneumonia yaitu peminum alcohol, perokok, diabetes mellitus,
penderita gagal jantung, PPOK, Gangguan system kekebalan.
Untuk mencegah efek samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan obat maka harus
disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk lebih lengkapnya akan dibahas pada bab selanjutnya .
1.2.    Rumusan Masalah
1.2.1.    Apa pengertian dari pneumonia?
1.2.2.    Apa saja penyebab dari pneumonia?
1.2.3.    Apa saja tanda dan gejala pneumonia?
1.2.4.    Bagaimana cara pengobatan penyakit pneumonia?
1.2.5.    Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Penyakit Pneumonia?
1.3.    Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum:
Dapat membuat asuhan keperawatan terkait dengan penyakit Pneumonia.
2.    Tujuan Khusus:
a)    Mengetahui apa yang dimaksud dengan pneumonia.
b)    Mengetahui penyebab dari pneumonia.
c)    Mengetahui tanda dan gejala pneumonia.
d)    Mengetahui cara pengobatan penyakit pneumonia.
1.4. Metode penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi melalui buku referensi dan
internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab 1 Pendahuluan, terdiri  dari : latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab 2 Pembahasan, dan Bab 3
Penutup.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pneumonia


Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price,
1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya
pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus,
sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat
dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.Penumonia adalah inflasi parenkim paru,
biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya
invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan.
Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur,
atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.
2.2. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1.    Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a)    Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis.
b)    Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat
paru bilateral yang difus.
2.    Berdasarkan faktor lingkungan :
a)    Pneumonia komunitas
b)    Pneumonia nosokomial
c)    Pneumonia rekurens
d)    Pneumonia aspirasi
e)    Pneumonia pada gangguan imun
f)    Pneumonia hipostatik
3.    Berdasarkan sindrom klinis :
a)    Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim
paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran
atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b)    Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia   
pneumoniae    atau    Legionella.
2.3. Etiologi Pneumonia
1.    Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus
pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.    Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini
dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. Adapun contoh virusnya adalah virus influenza, virus
parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, sitomegalovirus, Rubeola, Varisella, Micoplasma, Pneumococcus,
Streptococcus dan Staphilococcus.
3.    Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.    Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang
mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
5.    Aspirasi
Biasanya disebabkan oleh makanan, cairan dan muntah.
6.    Inhalasi
Disebabkan oleh racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
2.4. Tanda dan Gejala
1.    Sesak nafas
2.    Batuk nonproduktif
3.    Ingus (nasal discharge)
4.    Suara nafas lemah
5.    Retraksi intercostae
6.    Penggunaan otot bantu nafas
7.    Demam
8.    Ronchi
9.    Cyanosis
10.    Leukositosis
2.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:
1.    Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1.    Nyeri pleuritik
2.    Nafas dangkal dan mendengkur
3.    Takipnea
2.    Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1.    Mengecil, kemudian menjadi hilang
2.    Krekels, ronki, egofoni
3.    Gerakan dada tidak simetris
4.    Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.    Diaforesis
6.    Anoreksia
7.    Malaise
8.    Batuk kental, produktif
9.    Gelisah
10.    Cyanosis
11.    Pernafasan cuping hidung

2.6.    Patofisiologi Pneumonia

       

2.7. Pemeriksaan Penunjang       


1.    Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat,
empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan
infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2.    Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3.    Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,
bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4.    Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
5.    LED : meningkat
6.    Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
7.    Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
8.    Bilirubin : mungkin meningkat
9.    Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan
sitoplasmik (CMV) (Doenges, 1999).
2.8. Penatalaksanaan Pneumonia
1.    Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur
sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan
secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal
akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu
penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2.    Pengobatan Umum
1.    Terapi Oksigen
2.    Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral

3.    Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari pneumonia
hipografik, kelemahan dan dekubitus.
2.9. Pengkajian pada Pneumonia
2.9.1.    Pengertian Pengkajian
    Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
2.9.2.    Pengkajian Riwayat Kesehatan
    Pengkajian riwayat kesehatan merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan yang mana
dalam proses ini bertujuan untuk pengumpulan data tentang tingkat kesejahteraan klien, riwayat
kesehatan klien, riwayat kesehatan keluarga dan pola pemeliharaan kesehatan yang mana dikumpulkan
selama wawancara. Pengkajian riwayat kesehatan meliputi:
a)    Data Biografi
a)    Nama
b)    Usia
c)    Jenis kelamin
d)    Agama
e)    Alamat
f)    Penanggung jawab
g)    Tanggal masuk RS
h)    Tanggal pengkajian
b)    Riwayat penyakit sekarang
1.    Keluhan utama
        Klien sering batuk
2.    Keluhan penyakit sekarang
        Klien sesak nafas
        Klien nyeri dada
        Klien tampak kelelahan dan letih
c)    Riwayat penyakit dahulu
    Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama     atau yang berhubungan
dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya     sebelumnya pasien pernah mengalami infeksi pada
saluran nafas.
d)    Riwayat penyakit keluarga
    Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang mengalami     penyakit yang sama atau
yang berhubungan dengan penyakit yang diderita     saat ini.
e)    Pola pemeliharaan kesehatan
Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya :
1.    Kebiasaan minum alkohol
2.    Kebiasaan merokok
3.    Menggunakan obat-obatan
4.    Aktifitas  atau olahraga
5.    Stress
f)    Riwayat psikologi dan spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap
keluarga, masalah yang mempengaruhi  pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien
terhadap penyakitnya dan sistem nilai  kepercayaan pasien.
2.9.3. Pemeriksaan Fisik
    Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah riwayat keperawatan dilakukan
sehingga data historis tersebut dapat diperkuat. Setelah itu data baru dikumpulkan selama pemeriksaan.
Adapun pemeriksaan fisik pada pneumonia adalah:   
1.    Sistem Integumen
Kulit pucat, cyanosis, banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan.
2.    Sistem Pulmonal
Pernafasan cuping hidung, batuk produktif atau non produktif, sputum banyak,  penggunaan otot bantu
pernafasan, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
3.    Sistem Cardiovaskuler
    Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah menurun.
4.    Sistem Neurosensori
GCS menurun, refleks menurun atau normal, letargi.
5.    Sistem Musculoskeletal
Tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan penggunaan otot aksesori pernafasan.
6.    Sistem genitourinaria
Produksi urin menurun atau normal.
7.    Sistem digestif
Konsistensi feses normal atau diare.

2.10.    Analisa Data dan Diagnosa


2.10.1.    Analisa Data
NO    DATA    ETIOLOGI    MASALAH
1    DS : Pasien mengatakan sesak nafas
DO : RR > 20x/mnt
Terjadi sianosis
Terjadi dyspneu
    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Inflamasi

Produksi mucus berlebih

    Bersihan jalan nafas tidak efektif


2    DS : Pasien mengatakan pusing, lelah,
DO : AGD Tidak normal (PO2 : < 80-95 mmHg
PCO2 : > 35-45 mmHg
HCOO-3 : <21-26 mmHg
PH : <7,35- 7,45 SO2 : <90-100  mmHg)    Bronkopasme

Hipoventilasi

Suplai O2 kurang
    Gangguan  pertukaran Gas
3    DS : Pasien mengatakan sakit pada dadanya
DO : raut muka meringis kesakitan
Skala nyeri 6    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Inflamasi paru
    Nyeri
4    DS : Pasien mengatakan  tidak nafsu makan
DO : BB turun    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Batuk

Aspirasi
anoreksia
    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
5    DS : pasien mengatakan cepat capek ketika beraktivitas
DO :   5      5
           5      5    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Bronkopasme

Hipoventilasi

Suplai O2 kurang

Sesak nafas    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas

2.10.2.    Diagnosa
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi mucus berlebih.
2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 kurang.
3.    Nyeri berhubungan dengan Imflamasi paru.
4.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaroksia.
5.    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas berhubungna dengan sesak nafas.

2.11.    Rencana Keperawatan


NO    NO. DX    TUJUAN dan KH    INTERVENSI    RASIONAL
1    1    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  1x24 jam jalan nafas kembali bersih
dengan
KH :
-    Tidak ada cyanosis
-    Tidak ada dyspnea
-    RR normal (12-20x/menit)    1.    Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

2.    Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
3.    Biarkan teknik batuk efektif.

4.    Penghisapan sesuai indikasi.


5.    Berikan cairan sedikitnya.

6.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
    1.    Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.
2.    Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
3.    Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan
jalan nafas paten.
4.    Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5.    Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
6.    Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.
2    2    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pertukaran gas paten dan
adekuat dengan
KH :
AGD normal  (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
-    PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100  mmHg)    1.     Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.

2.    Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.

3.    Kaji status mental.

4.    Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
5.    Kolaborasi, berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.

    1.    Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
2.    Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis
pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3.    Gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen serebral.
4.    Tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
5.    Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi pernafasan.
3    3    Tujuan : stelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nyeri hilang dan terkontrol
dengan
KH :
-    Wajah tidak meringis kesakitan
-    Skala nyeri 1-3    1.    Tentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan ditusuk.

2.    Pantau tanda vital

3.    Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /
berbincangan.

4.    Atur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

5.    Kolaborasi
Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
    1.    Nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2.    Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alasan
lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
3.    Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
4.    Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.
5.    Obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan
meningkat kenyamanan istirahat umum.
4    4    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam nutrisi terpenuhi dengan
KH :
-    Nafsu makan pasien bertambah
-    BB naik     1.    Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
2.    Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
3.    Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
4.    Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
    1.    Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

2.    Menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini.


3.    Tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali.

4.    Adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi,


rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
5    5    Tujuan :setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat
beraktifitas seperti biasa dengan
KH :
- Tidak cepat lelah ketika beraktifitas
-      5   5
       5   5
    1.    Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.

2.    Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3.     Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
4.    Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

    1.    Merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
2.    Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

3.    Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.


4.    Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
2.12. Implementasi dan Evaluasi
NO    NO.DX    IMPLEMENTASI    EVALUASI    TTD
1    1    1.    Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
2.    Mengauskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
3.    Membiarkan teknik batuk efektif.
4.    Penghisapan sesuai indikasi.
5.    Memberikan cairan sedikitnya.
6.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.    S : Pasien
mengatakan tidak sesak nafas.
O : RR Normal (12-20x/menit)
-    Tidak ada sianosis
-    Tidak ada dyspneu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
2    2    1.    Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.
2.    Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.
3.    Mengkaji status mental.
4.    Meninggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
5.    Kolaborasi, berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
    S : pasien mengatakan tidak pusing dan lelah.
O : AGD Normal
AGD normal  (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100  mmHg)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
3    3    1.    Menentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan ditusuk.
2.    Memantau tanda vital
3.    Memberikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /
berbincangan.
4.    Mengatur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
5.    Kolaborasi berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi    S : Pasien mengatakan dadanya tidak
sakit.
O : Skala nyeri 1-3
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
4    4    1.    Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
2.    Menjadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
3.    Memberikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang) makanan yang
menarik oleh pasien.
4.    Mengevaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.    S : Pasien mengatakan nafsu makan
meningkat.
O : -     Porsi makan habis
-    BB naik.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
5    5    1.    Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
2.    Memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3.    Membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
4.    Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.    S : Pasien mengatakan dapat melakukan
aktifitas seperti biasa.
O :      5    5
           5    5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
   

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1.    Asuhan keperawatan pada pada Ny.L pada kasus pneumoni


Ny. L usia 64 tahun, alamat Jl. Kp. Cabang – Karang Asih Cikarang Bekasi, , status menikah dan
mempunyai anak 2 orang anak, saat ini sedang dirawat di RSCM. Saat ini keluhan yang dirasakan batuk
dan lemas, 2 minggu yang lalu  sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan menurun, batuk
keluar dahak terutama malam hari. 2  hari kemudian oleh anaknya di bawah ke Jakarta karena di Medan
sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur  terus, maka oleh anaknya klien di bawah ke RSCM. Mempunyai
riwayat Sekitar  5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control tidak teratur. 1 tahun yang
lalu klien mengalamai kecelakaan dari mobil  ( terlempar ) dan dirawat di RS tarutung ( Sum sel ). Sejak
itu klien berjalan dengan bantuan tongkat selama 2 tahun . Tidak ada riwayat DM, TBC. Riwayat keluarga
tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru  atau  jantung. Suami meninggal karena
kecelakaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium :      Hb  : 10.5, Hematokrit : 31, Leukosit : 8.300, Trombosit : 156.000,
MCV : 83, MCH : 38, MCHC : 34, Diff Count : -/1/1/65/33/-/23, Urien PH : 7.442, Ureum  : 32, Kreatinin :
0,6, SGOT : 3, SGPT : 20, Na : 44, Kalium : 3.1, Cl : 0.5, AGD : PCO2 : 38, PO2 : 136.7, HCO3 : 25,5, O2 Sat :
99.2. Radiologi : CTR  > 50 % ( kardiomegali ). ECG, Irama sinus,axis normal,  HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35
mm, R/S (v1) < 1,  interval ST 0.12,   ST elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada.
Kesimpulan hiperteropi ventrikel kanan dan mendapatkan terapi Terapi Obat-obatan. O2:  2 liter/menit,
Cefriaxon    : 1 x 1 gram, Captopril: 1 x6.25 mg, KSR: 2x1, Lasix: 1 x 2 amp, Ascardia: 1x 80 mg. Diet
Jantung III ( 1700 kal ) Diagnosa medis : CHF + Pneumonia.
3.1.1.  PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Kp. Cabang – Karang Asih Cikarang Bekasi
Suku : Medan
Pekerjaan : Pensiunan Guru SMP
Mrs : 14-12-2005          Jam : 12.41
Pengkajian : 22 - 12 – 2005     jam : 09.00 
Regester : 296 97 63
Diagnosa masuk : CHF + Pneumonia
II. Riwayat penyakit sekarang
Alasan utama MRS  :
Keluarga mengatakan bahwa kesadaran klien menurun ( tidur terus )
Keluhan utama  :
2 minggu sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan menurun,
batuk keluar dahak terutama malam hari. 2  hari kemudian oleh anaknya di
bawah ke Jakarta karena di Medan sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur
terus, maka oleh anaknya klien di bawah ke RSCM.

III. Riwayat penyakit dahulu


Sekitar  5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control tidak
teratur. 1 tahun yang lalu klien mengalamai kecelakaan dari mobil
( terlempar ) dan dirawat di RS tarutung ( Sum sel ). Sejak itu klien berjalan
dengan bantuan tongkat selama 2 tahun . Tidak ada riwayat DM, TBC.

IV. Riwayat penyakit keluarga


Pada keluarga  tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru  atau
jantung. Suami meninggal karena kecelakaan.

V. Pola-pola fungsi kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan merokok(-) , penggunaan obat bebas (-) ketergantungan
terhadap bahan kimia (-), jamu (-), Olah raga/gerak badan (-).
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup, saat MRS
pemenuhan nutrisi Diit jantung III dengan 1700 kal, minum 1000 cc/24
jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi
tidak  ada, status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh: postur
tubuh kurus, keadaan rambut bersih. BB 40  Kg, TB  155    cm.
3. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 x/3 hari
Warna dan bau    : dbn
Konsistensi  : dbn
Keluhan   : tidak ada    BAK
Frekuensi : kateter
Warna dan bau    : dbn
Keluhan   : tidak ada

4.    Pola tidur dan istirahat


Tidur
Frekuensi : 2x/sehari
Jam tidur  siang : 2-3 jam
Jam tidur malam : 5-6  jam/hari
Keluhan :  tidak ada           Istirahat
frekuensi : 4 – 6 x/hari
keluhan   : tidak ada

5.   Pola aktivitas


Klien  setelah pensiun menjadi guru hanya istirahat di rumah saja, tidak
ada kegiatan sehari – hari karena kurang sosialisasi ( sebelum pensiun
klien sibuk dengan pekerjaannya ) sehingga sejak pensiun klien kurang
terbiasa.

VI.  Pola sensori dan kognitif


Sensori   : Daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran baik.
Kognitif : Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik.

VII.  Pola penanggulangan stress


Penyebab stress, mekanisme terhadap stress, adaptasi terhadap stress,
Pertahanan diri sementara biasanya klien meminta bantuan pada anak laki-
lakinya yang tinggal serumah.

3.1.2. Pemeriksaan fisik


1. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara jelas,
tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 36,7◦C, pernapasan 20X/menit,
nadi 110X/menit, regular.
2. Sistem integument
Tidak tampak pucat, permukaan kulit baik, tekstur baik, rambut tipis dan
bersih , tidak botak, perubahan warna  kulit tidak ada, warna rambut
hitam campur putih.
  
3. Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala tidak ada.
4. Muka
Simetris, odema  (-), otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak  ada

5. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (-), pupil isokor sclera  tidak ikterus (-), reflek cahaya
positif. Tajam penglihatan menurun.

6. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani  dalam batas normal,  pendengaran menurun.

7. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.

8. Mulut dan faring


Bau mulut (-), stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah merah mudah, kelainan lidah tidak ada.

9. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis  5 + 0 cm H2O.
10. Thoraks
Paru
Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan,  rhonchi +/+ pada
basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus kuat dan simitris.

11. Jantung
Batas jantung  kiri  ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid
axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi  s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik .

12. Abdomen
Bising  usus +,  tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, pembesaran hepar
tidak ada .

13. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembulu limfe tidak ada., tidak ada hemoroid.

14. Ekstrimitas
Akral hangat,  edema -/-, kekuatan 3/3, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary refill 3 detik.

15. Tulang belakang


Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.

3.1.3. Pemeriksaan penunjang


NO    TGL    PEMERIKSAAN LAB    NILAI
1    14 – 12 – 2005    -    Hb
-    Hematokrit
-    Leukosit
-    Trombosit
-    MCV
-    MCH
-    MCHC
-    Diff Count
-    Urien PH
-    Ureum
-    Kreatinin
-    SGOT
-    SGPT : 20
-    Na : 44
-    Kalium
-    Cl : 0.5
-    AGD :
- PCO2
- PO2
- HCO3
- O2 Sat    -    10.5
-    31
-    8.300
-    156.000
-    83
-    38
-    34
-    1/1/65/33/-/23
-    7.442
-    32
-    0,6
-    3
-    20
-    44
-    3.1
-    0.5

-    38
-    136.7
-    25,5
-    99.2

NO    TGL    PEMERIKSAAN RADIOLOGI    NILAI


2    14-12-2005      -    CTR  > 50 % ( kardiomegali )    -    > 50 % (kardiomegali)

NO    TGL    PEMERIKSAAN EKG


3    19-12-2005    Hasil/kesan  : irama sinus,axis normal,  HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35 mm, R/S (v1) < 1,
interval ST 0.12,   ST elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada.
Kesimpulan hiperteropi ventrikel kanan.

4.1.    Terapi Obat-obatan.


• O2        :  2 liter/menit
• Cefriaxon    : 1 x 1 gram
• Captopril    : 1 x6.25 mg
• KSR        : 2x1
• Lasix        : 1 x 2 amp
• Ascardia        : 1x 80 mg 
4.2.    Diet
Diet Jantung III ( 1700 kal )

3.1.4. Analisa data dan Diagnosa


NO    Data    Etiologi    Masalah
1    DS :  klien
mengatakan
tidak mampu
mengeluarkan
dahak.

DO : suara ronchi
+/+ pada basal
paru, wheezing
(-),  sianosis (-),
orthopnea (-),
sputum
(-),tekanan
darah 120/80
mmHg, suhu
tubuh 36,5
◦C,
pernapasan 24
X/menit, nadi
110X/menit reguler
    Sel- sel  goblet rusak

Peningkatan produksi mucus


    Bersihan jalan tidak efektif
2    DS : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktvitas sehari- hari
DO :    3    3
            3    3
TD : 120/80
mmHg,
suhu tubuh
36,5
◦C,
pernapasan
24 X/menit,
nadi
110X/menit,
reguler.
    Invasi paru

Batuk

Aspirasi

Anoreksia

Penurunan nutrisi    Intoleransi aktifitas

3.1.5. Rencana Keperawatan


NO    NO.DX    TUJUAN dan KH    INTERVENSI    RASIONAL
1    1    Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam jalan nafas bersih, dengan
KH :
-    Klien mampu mengeluarkan sputum secara aktif.
-    Nilai AGD dalam batas normal.
-    Sianosis (-)
-    dispnea (-)
-    Tanda vital dalam batas normal.    -    Kaji efektifitas  terapi O2,
-    Auskultasi paru anterior dan posterior  terhadap penurunan ventilasi dan suara tambahan.

-    Jelaskan kegunaan  alat terapi O2.


-    Informasikan terhadap klien dan keluarga untuk tidak merokok dalam ruangan.
-    Intruksikan klien  untuk batuk efektif , teknik nafas dalam,  .
-    Ajarkan pada klien dan keluarga tentang perubahan karakteristik sputum : warna,
-    Kolaboratif :
• Pemberian O2
• Pemeriksaan AGD
• Pemberian antibiotik    -    Terapi O2 dapat mengendalikan kebutuhan oksigen
-    Suara tambahan merupakan tanda bahwa terjadi sumbatan pada jalan nafas
-    Klien mengetahui apa fungsi dari terapi O2
-    Pengendalian polusi udara.

-    untuk meningkatkan pengeluaran secret

-    apabila ada perubahan warna sputum keluarga mengerti


-    Mengendalikan kebutuhan O2
-    AGD normal menunjukan tidak ada kerusakan pertukaran gas
-    Pengendalian bakteri
2    2    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam klien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa, dengan
KH :
-    klien mampu mendemontrasikan  aktivitas dan self care.
-    Tanda vital dalam batas normal.
-    Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
-    Klien mampu mengidentifikasikan aktivitas yang sesuai kemampuannya.     -    Kaji respon emosional, 
social, dan spiritual
-    Evaluasi  motivasi klien terhadap peningkatan aktivitas.

-    Tentukan penyebab kelelahan.

-    Monitor respon kadiorespiratory terhadap aktivitas.


-    Monitor intake nutrisi.

-    Intruksikan teknik relaksasi   selama aktivitas.    -    Mengetahui tingkatan emosi
-    Dengan meningkatnya aktivitas menun jukan perkembangan penyembuhan
-    Dengan mengetahui penyebab kelelahan mempermudah dalam penyembuhan
-    Mengetahui pernafasan dan tekanan darah normal
-    Mengetahui kebutuhan nutrisi terpenuhi
-    Memberi rasa nyaman pada saat aktivitas

3.1.6. Implementasi dan Evaluasi


NO    TGL / JAM    NO. DX    IMPLEMENTASI    EVALUASI
1    22-12-2005

23-12-2005
    1    -    Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.
-    Mengauskultasi suara paru :
ronchi +/+ pada basal paru
-    Menginformasikan kepada keluarga untuk tidak  merokok dalam ruangan.
-    Melatih nafas.
-    Mengukur tanda vital :
(-),tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 367◦C, pernapasan 22 X/menit, nadi 110X/menit.
-    Memberikan O2 2lt/mnt.
-    Menyuntikan cefriaxon 1 gr (iv).

-    Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.


-    Menjelaskan tentang tujuan terapi oksigen
-    Mengauskultasi suara paru :
ronchi +/+ pada basal paru
-    Melatih nafas.
-    Melatih batuk efektif
-    Mengukur tanda vital : (-),tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 365◦C, pernapasan 20 X/menit,
nadi 110X/menit.
-    Memberikan O2 2lt/mnt.
-    Menyuntikan cefriaxon 1 gr (iv).    S : Sesak nafas, klien
mengatakan tidak mampu mengeluarkan dahak.
O:
-    suara ronchi +/+ pada basal paru,
-    wheezing (-),
-    sianosis (-),
-    orthopnea (-),
-    sputum (-),
-    tekanan darah 130/80 mmHg,
-    suhu tubuh 36,7◦C,
-    pernapasan 22 X/menit,
-    nadi 110X/menit,
A  :  Masalah belum  teratasi
P : Lanjutkan intervensi semua

S : Sesak nafas, klien berkurang mengatakan mampu mengeluarkan


dahak.
O:
-    suara ronchi -/- pada basal paru,
-    wheezing (-),
-    sianosis (-),
-    orthopnea (-),
-    sputum (-),
-    tekanan darah 130/80 mmHg,
-    suhu tubuh 36,7◦C,
-    pernapasan 22 X/menit,
-    nadi 110X/menit,
A  :  Masalah teratasi
P   :  Hentikan intervensi
2    22-12-2005

23-12-2005    2    -    mengkaji respon emosional klien.


-    Motivasi klien terhadap aktivitas baik.
-    Mengukur tanda vital T : 130/90, HR : 110/mnt, RR 22/mnt.
-    setelah aktivitas jalan keluar ruangan : Intake ½ piring/makan.
-    Mengajarkan nafas panjang.
-    Menganjurkan makan sedikit demi sedikit
-    Menjelaskan tentang kegunaan nutrisi.

-    Mengkaji respon emosional klien


-    Mengukur TTV : T : 130/90, HR : 110/mnt, RR 20/mnt.
-    Motivasi klien terhadap aktivitas baik.
-    Mengukur tanda vital setelah aktivitas jalan keluar ruangan : Intake ½ piring/makan.
-    Mengajarkan nafas panjang.    S : pasien sesak nafas,tidak lelah, capek.
O:
-    kekuatan otot masing- masing ekstrimitas 3.
-    Mengukur tanda vital T : 120/90, HR : 116/mnt, RR 22/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : pasien tidak sesak nafas, tidak lelah, capek, dapat beraktivitas sendiri
O:
-    Mengukur TTV : T : 120/90, HR : 110/mnt, RR 20/mnt., pernapasan 22 X/menit, nadi 110 X/menit,
ireguler. kekuatan otot masing- masing ekstrimitas 4.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

BAB IV
PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya
pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus,
sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia.

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :


1.    Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis
2.    Berdasarkan faktor lingkungan
3.    Berdasarkan sindrom klinis

Etiologi Pneumonia meliputi :


1.    Bakteri
2.    Virus
3.    Jamur
4.    Protozoa
5.    Aspirasi
6.    Inhalasi

Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:


1.    Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
2.    Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
3.    Gerakan dada tidak simetris
4.    Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.    Diaforesis
6.    Anoreksia
7.    Malaise
8.    Batuk kental, produktif
9.    Gelisah
10.    Cyanosis
11.    Pernafasan cuping hidung

Patofisiologi    Pneumonia
1.    Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme pathogen.
2.    Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus
3.    Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik, misalnya : Cystic Fibrosis (CF).

Pemeriksaan Penunjang
1.    Sinar x
2.    Analisa Gas Darah
3.    Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
4.    Pemeriksaan serologi
5.    LED
6.    Pemeriksaan fungsi paru
7.    Elektrolit
8.    Bilirubin
9.    Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka

Penatalaksanaan Pneumonia
1.    Kemoterapi
2.    Pengobatan Umum

Asuhan keperawatan pada pasien pneumonia meliputi :


1.    Pengkajian
a.    Identitas
b.    Riwayat penyakit sekarang
c.    Riwayat penyakit masa lalu
d.    Riwayat penyakit keluarga

2.    Pemeriksaan fisik


a.    Sistem Integumen
b.    Sistem Pulmonal
c.    Sistem Cardiovaskuler
d.    Sistem Neurosensori
e.    Sistem Musculoskeletal
f.    Sistem genitourinaria
g.    Sistem digestif

3.    Pemeriksaan Laboratorium


a.    Hb
b.    Trombosit
c.    Leukosit
d.    PCV
e.    Glukosa
f.    Elektrolit
g.    Kalium
h.    Natrium
i.    Analisa Gas Darah

4.    Diagnosa
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi mucus berlebih.
2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 kurang.
3.    Nyeri berhubungan dengan Imflamasi paru.
4.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaroksia.
5.    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas berhubungna dengan sesak nafas.

5.    Perencanaan keperawatan


a.    Intervensi
b.    Implementasi
c.    Evaluasi

4.2.    Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
membuat makalah yang baik dan benar
3.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

3.2.3. Bagi Kesehatan   


Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar
mengetahui patofisiologi gangguan saluran pernafasan dalam hal ini meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis dan dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien pnemoni
DAFTAR PUSTAKA

1.    Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.
2.    Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
3.    Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
4.    Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI

Diposkan oleh HANIFAH di 15.27

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: pertama

Lokasi: Indonesia

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

 ▼  2011 (3)
o ▼  November (3)
 Askep Hernia
  
 Askep Pneumonia

Mengenai Saya

HANIFAH

orang yang super, ceria, cantik, dan imut.

Lihat profil lengkapku

HAN

Anda mungkin juga menyukai