Anda di halaman 1dari 43

TUGAS INDIVIDU I

DOSEN : Ns. ABD. RAHMAN, S.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.M DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA
(KKA I)

NAMA : YAKOMINA SLARMANAT

NIM : 121591910

KELAS: III A

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaika suhu tubuh
(suhu rectal lebih dari 38C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial
(Mansjoer, 2005). Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat
menahan serangan demam pada suhu tertentu (Hardiono, 2007 : 11).
Kejang (konfulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang
tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan
serangan tiba-tiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktivas
motorik dan atau atas gangguan fenomena sensori (Doenges, 2005 :
476).

B. KLASIFIKASI

Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam


sederhana (simple febrile seizure), kejang demam komplek
(complec febrile seizure).
a.) Kejang demam sederhana

Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun,


kejang demam yang berlangsung singkat, kejang berlangsung
kurang dari 15 menit, sifat bangkitan dapat berbentuk teknik,
klinik, tonik dan kronik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa
gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
b.) Kejang demam kompleks

Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit,


kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dari 24 jam.

c.) Kejang berulang adalah kejang 2 kali/lebih dalam 1 hari, diantara


2 bangkitan kejang anak sadar.
1. ETIOLOGI

a. Gangguan vaskuler

Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia


yang dapat terjadi intraserbal atau antraventrikel,
sedangkan perdarahan akibat trauma langsung yaitu
berupa perdarahan disubaraknoidal atau subdural,
terjadi Trombosit, adanya penyakit perdarahan seperti
defisiensi vitamin K, sindrom hiperviskostas
disebabkan oleh meningginya jumlah eritrosit dan
dapat diketahui dari peninggian kadar hematokrit.
Isiensi dan ketergantunagn akan piridoksin, Gejala
klinisnya antara lain pletora, sianosis, letargi dan
kejang.
b. Gangguan metabolisme

Gangguan metabolisme meliputi hipokalsemia,


hipomagnesia, hipoglikemia, defisiensi dan
ketergantaungan akan piridoksi, aminoasiduria,
hiponatremia, hiperbilirubinemia.
c. Infeksi

Kejang demam disebabkan oleh infeksi meliputi:


meningitis sapsis, ensefalitis, tokoplasma kongenital,
penyakit-penyakit cytomegalic inclusion.
d. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital meliputi: parensitalis,


hidransefali, agnesis (sebagian dari otak).
e. Lain-lain

Disebabkan oleh Narcotic withdrawal, neoplasma


2. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi


dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf
pusat misalnya tonsilitis, otitis adeakut, bronkitis, furunkoloris dan
lain-lain. (Ngastiyah, 2005:231).

3. PATOFISOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak


diperlukan energi yang dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu
adalah oksidasi degan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskular. Glukosa melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic.
Dalam keadaan normal membran sel dapat dilalui dengan mudah oleh
ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi K +
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel
neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial mambran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial mambrane ini dapat diubah
oleh perubahan konsentrasi ion diruang ekstravaskuler, rangsangan
yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya, perubahan patofisiologis dari mambran sendiri
karena penyakit atau keturunan. Dalam keadaan demam kenaikan suhu
1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahunsirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat eluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan bahan yang disebut “ neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita
kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C sebab anak dengan
ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai
40C atau lebih. Kejang demam yang berlangsung singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi
kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) bisanya seperti
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
lakta disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi arterial disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
yang disebaban makin meningkatnya aktivitas otot, dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting dalam gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeablitas kapiler
dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang”

dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang


spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
(Ngastiyah, 2007).
4. PENATALAKSANAAN

a. Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah
resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, suhu yang
meningkat diatas suhu normal, resiko terjadi bahaya/komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.
- Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang
Kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah, sehingga
aliran tidak lancar dan peredaran O2 terganggu. Kurang O2
(anoksia) pada otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak
dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi mental bila
rusaknya berat. Oleh karena itu, kejang harus segera dihentikan
dan apnea dihindarlan.
- Suhu yang meningkat diatas normal
Jika sudah diketahui suhu anak diatas normal anak akan
menderita kejang, maka anak akan menderita piretik
(pemberian antipiretik dan petunjuk bahwa anak menderita
kejang demam didapat setelah berobat ke dokter dan kejang
sudah lebih dari 1 kali).
- Resiko terjadi bahaya / komplikasi
Seperti pasien lain yang kejang akibatnya terjadi perlukaan
misal lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi, oleh
karena itu setiap anak mendapat serangan kejang harus ada
yang mendampinginya. Selain bahaya akibat kejang, risiko
akibat komplikasi karena pemberian obat antikonvulsan (dapat
terjadi dirumah sakit), bila memberikan diazepam IV harus
pelan sekali 1 ml selama 1 menit, karena memberikan diazepam
secara intravena terlalu cepat juga dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
- Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan ini terjadi akibat penyakitnya sendiri dan tindakan
pertolongan selama kejang
- Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit
Jika pasien didiagnosis kejang demam, orang tuanya perlu
dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama berhubungan
dengan suhu tubuh, kenaikan suhu tubuh tersebut disebabkan
oleh infeksi. Yang perlu dijelaskan adalah: harus selalu tersedia
obat penurun panas dari resep dokter yang mengandung
antikonvulsan, agar anak segera diberikan obat antipiretik bila
orangtua mengetahui anak mulai demam. Apaila terjadi
berulang atau lama segera bawa pasien kerumah sakit.
b. Non Keperawatan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan, yaitu: memberantas kejang secepat mungkin,
pengobatan penunjang, memberikan pengobatan rumat dan
mencari mengobati penyebab.
- Memberantas kejang secepat mungkin
Obat pilihan utama adalah diazepamyang diberikan secara
intravena keberhasilan menekan kejang 80 – 90 %, dosis sesuai
dengan berat badan : kurang dari 10 kg 0,5 – 0,75 mg/ kg
BB,diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Biasanya dosis rata – rata
dipakai 0,3 mg/kg BB/ kali dengan maksimum 5 mg pada anak
berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anka yang lebih
besar.
 Pngobatan penunjang
Fungsivital seperti kesadaran suhu, tekanan darah, pernapasan
dan fungsi jantung diaawasi secara ketat, jika suhu meningkat
sampai hiperpireksia dilakukan hipernasi denan kompres
alkohol dan es. Obat hibernasi adalah klorpromazin,
prometazon. Mencegah edema otak diberikan kortikosterooid.
 Pengobatan Rumat
Obat fenobarbital sebagai dosis rumat, diberikan langsung
setelah kejang berhenti dengan diazepam. Dosis awal neonatus
30mg, umur 1 bulan sampai 1 tahun 50mg dan umur 1 tahun
keatas 75 mg, cara pemberian melalui IM.
 Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovikasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius
bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang
adekuatperlu untuk mengobati penyakit tersebut.
Secara akademispasien kejang demam yang datang untuk
pertama kali sebaliknya dilakukan fungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi otak. Pada
pasien kejang lama pemeriksaan lebih itensif seperti fungsi
lumbal, darah lengkap, gula darah, kalium, magnesium,
kalsium, natrium dan faal hati. Bla perlu rongen foto tengkorak,
ekg, ensefalografi, dan lain – lain.

5. KOMPLIKASI
a. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel ataupun ke membran sel yang yang
menyebabkan kerusakan pada neuron.
b. Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobur temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat
menjadi ‘matang’ dikemudian hari shingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan.
c. Kelainan anatomis di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat
menyebabkan kelainan di otak yng lebih banyak terjadi pada
anak baru berumur 4 bulan sampai 5 th.
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena kejng
yang disertai demam,
e. Kemungkinan mengalami kematian.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.M DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS)

Tanggal dan jam pengkajian :27 Juli 2020 / Jam 15.20 WITA

Tanggal dan jam masuk RS :27 Juli 2020 / Jam 11.25 WITA

 BIODATA
1. Identitas Klien
Nama klien : An. M
Tanggal lahir : 10 Agustus 2012
Umur : 2 Tahun 11 bulan
Orang tua : Tn. T
Usia : 28 Tahun
Alamat : Cilacap / Ngandul, Sumberlawang
Diagnosa Medis : Kejang Demam Sederhana (KDS)

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. T
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : KaryawanPertamina
Pendidikan : DIII
Alamat : Cilacap / Ngandul, Sumberlawang
Hubungan dengan klien : Ayah

3. Keluhan Utama
Demam

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu klien mengatakan tanggal 26 Juli 2015 An.M badan panas, kejang,+
4 menit disertai batuk pilek. Ibu klien juga mengatakan bahwa anaknya
terakhir minum obat paracetamol jam 07.00 .Pada hari senin 27 juli 2015
AN. M dibawa ke IGD RSU Assalam Gemolong pukul 11.25 Hasil
pemeriksaan TTV : S = 390c, nadi 140x/menit, RR 28x/menit, hasil LAB
hb = 11,6 Al = 15,5 Hct = 36,7 At 402 An. M dipasang infus RL mikro
15 tpm, amoxon 150 g/8jam, stesolid 3 mg IV, Acetated ½ 3x1, mucera
15mg/8 jam, kemudian dibawa ke bangsal IRNA II di ruang an-nur.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Kehamilan
1) Jumlah gravida, tanggal lahir :kehamilan pertama,10 Agustus
2014
2) Usia gestasi saat lahir :37 minggu

HPL :12 agustus 2012


3) Kesehatan saat ibu hamil : ibu tidak ada keluhan apapun
4) Pemeriksaan kehamilan : di bidan terdekat
5) Konsumsi obat : ibu hanya mengkonsumsi vitamin penambah
darah
b. Kelahiran
Kelahiran secara normal, kelahiran selama 30 menit di bidan
terdekat
c. Post natal
Berat dan panjang badan : 3000 gram dan 48 cm
Kondisi kesehatan : lahir dengan sehat
Kelainan bawaan : tidak ada kelainan
d. Penyakit sebelumnya, operasi atau cidera
An. M sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit, tidak
pernah menjalani operasi, dan tidak ada riwayat cidera sebelumnya
e. Penyakit menular dalam keluarga atau masyarakat : tidak ada
f. Respon emosi saat hospitalisasi :
An.M ketakutan saat didekati perawat, tidak kooperatif saat
diberikan tindakan, orang tua An.M merasa cemas.
g. Keadaan cidera : tidak ada
h. Alergi : tidak ada riwayat alergi baik makanan, obat, maupun yang
lainnya
i. Pengobatan saat ini : tidak ada
j. Imunisasi : An.M sudah diberikan imunisasi dasar lengkap

6. Pertumbuhan dan perkembangan


a. BB lahir : 3000 g
BB usia 6 bulan : 6000 g
BB usia 1 tahun : 9000 g
BB usia saat ini : 16000 g
b. Jumlah gigi : 20 gigi
c. Usia mengontrol kepala : 6 bulan
Usia duduk tanpa suport : 8 bulan
Usia berjalan : 12 bulan
Usia mungucap kata-kata pertama : 7 bulan
d. Kemajuan pelajaran yang di capai : sudah mengenal warna
e. Interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa : An.M mudah
berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa.
f. Partisipasi dalam aktivitas organisasi : An. M belum melakukan
aktivitas organisasi.
g. Perkembangan anak
Personal sosial : Dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial
Adaptif motorik halus : dapat mengenal warna
Bahasa : sudah dapat berbicara dengan jelas
Motorik kasar : sudah dapat bersepeda dengan roda 4

7. Kebiasaan
a. Pola tingkah laku : berusaha mengucapkan kata “terima kasih” dan
“dadag”
b. Aktivitas hidup sehari-hari
Pola tidur :
Sebelum sakit : pagi 09.30 – 11.00
Siang 13.30 – 15.00
Malam 20.30 – 05.00
Selama sakit : pagi 10.30 – 11.00
Siang : tidak dapat tidur
Malam 21.15 – 03.00
Pola eliminasi :
Sebelum sakit : BAB 1x/hari, feses lunak,bau khas, warna
kuning,kecoklatan, tidak ada darah/lendir
Selama sakit : BAB 2x/hari, feses lunak, bau khas, warna kuning,
kecoklatan, tidak ada darah/lendir

8. Riwayat nutrisi dan cairan


a. Pemberian ASI
Lama pemberian : 6 bulan
b. Pemberian susu formula : sejak umur 6 bulan sampai sekarang
c. Jumlah pemberian per hari : 350 ml
Penggunaan botol : ya
d. Pemberian cairan ekstra : air mineral jika ingin, sehari bisa 200cc
e. Pemberian makanan
Kapan diberikan : diberikan sejak usia 6 bulan
Jenis : bubur tim
f. Pemberian vitamin : vitamin A
g. Nafsu makan
Kebiasaan sarapan : ya
Makan siang : ya
h. Makanan favorit : bubur tim
Jumlah makanan per hari : 2 porsi
i. Kebiasaan makan manis / snack : An.M tidak terlalu suka dengan
makanan manis dan snack, karena sejak kecil sudah di batasi oleh
orang tuanya.
Gosok gigi : 2x/hari saat bangun tidur dan menjelang tidur.

9. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Pohon keluarga
Genogram :
An.m

Keterangan:

: Laki- Laki : Tinggal serumah


:Perempuan : Pasien

b. Penyakit keturunan
Ibu Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti DM, TBC,
Hipertensi dikeluarganya yang menurun maupun yang menularinya.

c. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan
ventilasi udara cukup baik dan tidak ada sampah atau sumber polusi
yang dekat dengan rumahnya.

10. Riwayat sosial


a. Struktur keluarga
Pasien hanya tinggal dengan kedua orang tuannya.
b. Pendidikan dan pekerjaan
Pekerjaan ayah bekerja sebagai karyawan pertamina dan ibu adalah
ibu rumah tangga
c. Tradisi budaya dan agama
Ibu pasien mengatakan jika anak panas tradisi yang biasa dilakukan
memberikan kompres air hangat.

11. Fungsi keluarga


a. Interaksi dan peran keluarga
Setiap hari keluarga saling membantu menunggu pasien
b. Observasi
Keluarga saling memantau keadaan pasien
c. Pembuatan keputusan
Keluarga saling bermusyawarah dan ayah sebagai pengambil
keputusan.
d. Komunikasi
Komunikasi pasien dengan keluarga baik
e. Ekspres feeling dan kepribadian
Keluarga saling mendukung untuk kesembuhan pasien
12. Pengukuran pertumbuhan
a. Panjang badan : 89 cm
b. Berat badan :14 kg
c. Linkar kepala : 47 cm
13. Pemeriksaan tanda - tanda vital
a. Suhu : 39 ºC
b. Pernafasan : 28x/menit
Irama : teratur
c. Denyut nadi : 140x/menit
Irama : teratur
d. Tekanan darah :-

14. Pemeriksaan umum


a. Penampilan umum
- Keadaan umum : composmentis
- Keadaan nutrisi : baik
b. Perkembangan
c. Kulit
- Warna kulit : kuning langsat
- Tekstur : halus
- Turgor kulit : < 3 detik
d. Struktur asesoris
- Rambut : warna hitam, bersih
- Kuku : bersih
e. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
f. Kepala
- Kesimetrisan : simetris
- Kontrol kepala : baik
- Kepatenan sutura : paten
- Bentuk : mesochepal
g. Mata
- Warna sklera : putih
- Warna kornea : hitam
- Posisi : simestris
- Gerakan mata : baik
- Keadaan kelopak : pucat
- Warna konjungtiva : tidak anemis
- Reaksi pupil : +/+
- Ukuran pupil : isokor
h. Telinga
- Kebersihan : bersih
- Kemampuan pendengaran: ketajaman pendengaran tidak terganggu
- Letak pinna : simetris ka/ki
i. Hidung
- Letak : simetris
- Diametris nares : letak ditengah simetris
j. Mulut
- Warna bibir : merah
Tekstur :lembut
- Warna membran mukosa : kering
- Warna gusi : merah muda
- Warna gigi : putih
- Jumlah gigi 20
- Gerakan lidah : baik
- Tekstur lidah : lentur
k. Leher
- Bentuk leher : simetris
Gerakan : reflek menelan baik
- Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Arteri karotis : teraba kuat
- Distensi vena leher : tidak ada distensi vena leher
l. Dada
1) Struktur
Bentuk : simetris, tidak ada jejas
Gerakan : inspirasi mengembang, ekspirasi mengempis
Perkembangan payudara : simetris ka/ki

2) Paru – paru
Inspeksi : tidak ada jejas, simetris
Palpasi : inspirasi mengembang
ekspirasi mengempis
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler seluruh lapang paru
3) Jantung
Inspeksi apek : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : IC teraba di SIC IV
Perkusi : pekak
Auskultasi : bj I,II reguler tidak ada bising
m. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada pembesaran umbilicus
Auskultasi : bising usus 30x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
n. Genetalia : tidak ada kelainan
Letak lubang uretra : diujung penis
Keadaan skrotum : sudah turun
o. Anus : bersih, tidak ada keluhan, bentuk bokong bulat, lipatan
gluteal di bawah dekat bokong dan tidak terdapat hemoroid.
p. Punggung dan ekstremitas
- Bentuk punggung : simetris
Perubahan warna punggung : tidak ada
- Kesimetrisan ekstremitas :simetris
Jumlah jari 10
- Gaya berjalan : baik

 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Senin, 27 Juli 2015

Angka
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Ket
normal
Hemoglobin 11,6 13,50 - 18 gm/dl
Eritrosit 4,06 4,60-6,20 Juta/uL Laki-laki
Lekosit 15,5 4,5-11 ribu/uL Laki-laki
Lumfosit 16,2 22-40 %
Granulosit 79,9 36-55 % Laki-laki
Eritrosit 4,54 3,8-5,2 10^6/uL
Granulosit 48,9 50-70 %
Hematokrit 36,7 40-54 % Laki-laki
McV 74 80-96 Fl
McHc 33,5 32-37,0 g/dL
McH 23,3 27-31 Pg
Trombosit 402 150-450 Ribu/uL
A. TERAPI MEDIS

Jenis Terapi Dosis Golongan Fungsi


 parenteral
RL Mikro 15 Tpm Larutan elektrolit Mengembalikan
keseimbangan cairan
Amoxon 150 mg/ 8 jam Antimikroba Mengobati tipoid
diazepam 5 mg / 8jam Psikofarmaka Obat untuk kejang
stesolid 3mg / 8 jam Psikofarmaka Obat untuk kejang

 oral
Mucera 15mg / 8 jam Mukolik dan Obat saluran nafas akut
ekspektoran
dan kronis
Sanmol 3x1 Analgesik Untuk mengobati demam
 ANALISA DATA

Inisial klien : An. M No.RM : 097019


Umur : 3 tahun Tanggal : 27 juli 2020

MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 DS : Dehidrasi Hipertermi (D.0130)
Ibu klien mengatakan anaknya panas sejak
kemarin tanggal 26 juli 2020 disertai
kejang kurang lebih 4 menit

DO:
Klien tampak lemas,akral teraba
panas,warna kulit kuning langsat

TTV:
S : 39OC
N : 140x/i
RR : 28x/i
Leukosit : 15.5 ribu/uL

DS: Ketidaktahuan Defisiensi pengetahuan


Ibu klien mengatakan tidak mengetahui menemukan sumber (D.0111)
apa penyebab anaknya kejang informasi
2
DO:
Ibu klien tampak bingung

 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d dehidrasi
2. Defisiensi pengetahuan b/d ketidaktahuan menemukan sumber informasi

 Intervensi
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen hipertermia
1x24 jam diharapkan hipertermi efektif (I.15506)
dengan ekspektasi membaik
Observasi
Kriteria hasil : - Identifikasi
- Kejang menurun(5) penyebab
- Pucat menurun (5) hipertermia
- Suhu tubuh (misalnya
membaik(5) dehidrasi,terpa
- Suhu kulit par
membaik(5) lingkungan
panas dan
penggunaan
inkubator
- Monitor suhu
tubuh
Terapeutik
- Berikan cairan
oral
- Lakukan
pendinginan
eksternal(misa
lnya selimut
hipotermia
atau kompres
air dingin pada
dahi,leher,dad
a,abdomen,aks
ila
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
-Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena,jika
perlu.
2. Regulasi temperatur
(I.14578)

Obserfasi
- monitor suhu
tubuh anak
tiap dua
jam,jika perlu
terapeutik
- tingkatkan
asupan cairan
yang adekuat
- sesuaikan
suhu
lingkungan
dengan
kebutuhan
pasien
kolaborasi
- pemberian
antiperitik,jika
perlu
2 Defisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
pengetahuan 1x24 jam diharapkan defisit pengetahuan 1. Edukasi kesehatan
ekspektasi meningkat (I.12383)

Kriteria hasil : Observasi


- perilaku sesuai - Identifikasi
anjuran meningkat kesiapan dan
(5) kemampuan
- kemampuan menerima
menjelaskan informasi
pengetahuan tentang - Identifikasi
suatu topik faktor-faktor
meningkat (5) yang yang
- verbalisasi minat dapat
dalam belajar meningkatkan
meningkat (5) dan
- pertanyaan tentang menurunkan
masalah yang motivasi
dihadapi menurun perilaku hidup
(5) bersih dan
- persepsi yang keliru sehat
terhadap masalah
menurun (5)
- perilaku (5)

Terapeutik
- Sediakan
materi dan
media
pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan

Edukasi
- Jelaskan
faktor risiko
yang
mempengaruhi
kesehatan

- Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
 Implementasi keperawatan

DOX JAM IMPLEMENTASI


- Manajemen
Hipertermi hipertermia
(I.15506)
06.00
- Identifikasi penyebab
hipertermia (misalnya
dehidrasi,terpapar
lingkungan panas dan
penggunaan inkubator
08. 00 - Monitor suhu tubuh
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan
eksternal(misalnya
selimut hipotermia
atau kompres air
dingin pada
10.00 dahi,leher,dada,abdom
en,aksila
- tingkatkan asupan
cairan yang adekuat
- sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
- Anjurkan tirah baring
2. Regulasi temperatur
(I.14578)
- monitor suhu tubuh
14.00 anak tiap dua jam,jika
perlu
- pemberian antiperitik,
16.00 jika perlu
- tingkatkan asupan
cairan yang adekuat
- sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
.

1. Edukasi kesehatan (I.12383)


Defisiensi
pengetahu - Identifikasi kesiapan
an 06.00
dan kemampuan
menerima informasi
- Identifikasi faktor-
faktor yang yang
dapat meningkatkan
dan menurunkan
motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
08.00
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
- Jelaskan faktor risiko
yang mempengaruhi
10.00 kesehatan
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 EVALUASI

NO TGL SOAP TTD


1 Makassar, 27 juli 2020

2. Makassar, 28 juuli 2020

Anda mungkin juga menyukai