Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN

KEJANG DEMAM SEDERHANA


DIRUANGAN ST.THERESIA RUMAH SAKIT GUNUNG MARIA TOMOHON

DISUSUN OLEH :

NAMA : JESSICA G.I. WATUPONGOH


NIM : 18061045
TANGGAL PRAKTEK : 07-19 DESEMBER 2020
CI : Ns.FLORENTINA ISMONO S.Kep
DOSEN PEMBIMBING : FILLIA TIWATU S.Kep, Ns., M.Kep,
Sp.Kep.Mat

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh mencapai
>38 C.Kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial.Kejang
demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan
Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang suatu
kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memory yang bersifat sementara (Hudak and gallo,
1996).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan
demam.Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologic yang paling sering dijumpai
pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak.Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia
6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-
anak yang berusia kurang dari 18 bulan.Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona
L. Wong, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang
menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan
sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
ETIOLOGI
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetica
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
10. Penyakit degenerative susunan saraf
11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal
TANDA & GEJALA
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu :
 Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut :
 Kejang berlangsung singkat, <15 menit
 Kejang umum tonik dan atau klonik
Kejang umum tonik biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan
rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi
prenatal berat.Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstremitas
atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai
deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk
dekortikasi.Bentuk kejjang tonik yang menyerupai deserebrasi harus dibedakan dengan
sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeki selaput otak.
Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal
dan multifocal yang berpindah-pindah.Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1-3
detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak
diikuti oleh fase tonik.Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolic.
 Umumnya berhenti sendiri
 Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
 Kejang demam komplikata (complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut :
 Kejang lama >15 menit
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Kejang parsial (fokal, local), kejang berasal dari satu fokus neuron.Sesekali focus
terdapat pada lokasi kerusakkan otak sebelumnya.
-Kejang fokal sederhana (mengenai satu anggota tubuh tertentu saja dan kesadaran tidak
terganggu).
-Kejang parsial kompleks (mengenai satu atau anggota tubuh dan kesadaran terganggu).
-Kejang parsial yang menjadi umum (dari kompleks partial seizures lalu berkembang
menjadi kejang pada seluruh tubuh dan kesadaran terganggu)
 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Berikut ini beberapa gejala kejang demam, antara lain :
 Suhu tubuh lebih dari 38 derajat (bila diukur lewat ketiak, tambah 0,7 derajat)
 Kehilangan kesadaran atau pingsan
 Tubuh (kaki dan tangan) kaku
 Kepala menjadi terkulai disertai rasa seperti orang terkejut
 Kulit berubah pucat bahkan menjadi biru
 Bola mata terbalik keatas
 Bibir terkatup kadang diserti muntah
PATOFISIOLOGI
Sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menadi CO2 dan
air.Sel dikelilingi oleh membrane yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionic.Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-).Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion dalam dan diluar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membrane yang disebut potensial membrane dari neuron.Untuk
menjaga keseimbangan potensial membrane diperlukan energy dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbngan potensial membrane ini dapat
diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruangan ekstraselular
b. Rangsangan yang dating mendadk misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenikan suhu 1 derajat celcius akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhann oksigen akaan meningkat 20%.Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%.Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik.Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membrane sel sekitarnya dengan bantuan
(neurotransmitter) dan terjadi kejang.Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadinya hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal diserti denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostic.EEG abnormal tidak
dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsy atau kejang demam
yang berulang dikemudian hari.Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk
pasien kejang demam yang sederhana.Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan
dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama.Pada bayi yang masih kecil sering kali gejala
meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur
kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
-Glukosa darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl).
-BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
toksik akibat dari pemberian obat.
-Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang.
Kalium (N 3,80 – 5,00 meq/dl)
Natrium (N 135 – 144 meq/dl)
4. Cairan cerebo spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan
penyebab kejang.
5. Skull ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka
(dibawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
KOMPLIKASI
Menurut Ngastiyah (2005) risiko terjadi bahaya/komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
kejang demam antara lain :
 Dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi.
 Dapat terjadi perlukaan akibat terkena benda tajam atau keras yang ada disekitar anak.
 Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
Selain bahaya akibat kejang, resiko komplikasi dapat terjadi akibat pemberian obat
antikonvulsan yang dapat terjadi dirumah sakit.Misalnya :
 Karena kejang tidak segera berhenti padahal telah mendapat fenobarbital kemudian
diberikan diazepam maka dapat berakibat apnea..
 Jika memberikan diazepam secara intravena terlalu cepat juga dapat menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :
 Kerusakan sel otak
 Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan
bersifat unilateral.
 Kelumpuhan (Lumbatobing, 1989)
 Epilepsi, terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama.
 Asfiksia
 Aspirasi
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua, sebagian
kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak
mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar/ataupun epiksi
epilepsy pada anak diartikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil kemungkinan
epilepsy timbul setelah kejang demam.Sekitar 2 – 4 anak kejang demam dapat menimbulkan
epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang di alami oleh
anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam.Namun begitu antara 95 – 98% anak
yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsy.
PENATALAKSANAAN
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam
mengobservasi anak.Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut ;
 Anak harus dibaringkan ditempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
 Jangan meletakkan benda apapun dala mulut si anak seperti sendok atau penggaris,
karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan nafas.
 Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
 Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.
 Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera di bawa ke asilitas
kesehatan terdekat.Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan
jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit.Ada pula sumber yang menyatakan bahwa
penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit.
 Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk
eneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat,
atau anak terus tampak lemas.
Jika anak dibawah ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain point-point
diatas adalah sebagai berikut :
 Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat
 Pemberian oksigen melalui face mask
 Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rectal (melalui) atau jika terpasang
selang infuse 0,2 mg/kg per infuse
 Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan.
Pengobatan :
 Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan melalui
intrvena atau indra vectal. Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).Bila
kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
 Turunkan panas
Anti piretik : parasetamol/salisilat 10 mg/kg/dosis.Kompres air PAM/Os.
 Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian
kebanyakkan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung
lama.
 Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten/saat demam dan profilaksis terus
menerus dengan antikanulsa setiap hhari.Untuk profilaksis intermitten diberikan
diazepam secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
 Penanganan sportif
-Bebaskan jalan nafas
-Beri zat asam
-Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
-Pertahankan tekanan darah
Pencegahan :
 Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana.Beri diazepam dan
antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.
 Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dapat digunakan :
-Fero barbital 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
-Fenitorri 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
-Klonazepam Indikasi khusus.
PATHWAY

Infeksi bakteri virus


dan parasit

Reaksi inflamasi

Proses demam

HIPERTERMIA (MK)

Ketidakseimbangan
potensial membrane
ATP ASE

Difusi Na+ & K+

Perubahan suplay Resiko kerusakan


Kejang Lebih dari 15 menit
darah ke otak sel neuron otak

Pengobatan,
perawatan kondisi RESIKO GANGGUAN
klien dan prognosis PERFUSI JARINGAN
SEREBRAL (MK)

ANSIETAS (MK)

Anda mungkin juga menyukai