Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PENOMONIA RUANG SAROJA


RS UNDATA PALU

Disusun Oleh :
ALFRYANA TOWESU
201701054

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021/2022
BAB I
PEMBAHASAN

1. KONSEP TEORITIS
A. Definisi

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan


dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area
alveoli.(Axton & Fugate, 1993). Peradangan akut parenkim paru
yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut pneumonia.

(Sylvia)Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya


berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli.Hal ini terjadi
ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya
kondisi yang mengganggu tahanan saluran.Trakhabrnkialis, adalah
beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan
sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur
tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain.Dengan demikian
flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran
pernapasan.( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997)
B. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah


staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella,
hemophillus, influenza, eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut
berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,
adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini
menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat
memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
3. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia
jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu
pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum
ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal.
Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.
4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

C. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif
seperti menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa mekanisme
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat
mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag
alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral.Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris
yang khas pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada
struktur submukosa dan interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-
sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

D. Pathway

Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur

Masuk sasaluran
pernafasan

Paru-paru

Bronkus & alveoli


Reseptor peradangan

Mengganggu krj
makrofag hipothalamus

Hipertermi
Resiko penyebaran infeksi infeksi
Kringat
berlebih

Peradangan/ inflamasi Risti kekurangan


Reseptor nyeri: cairan &elektrolit
 Histamine
 Prostaglandin produksi Difusi gas antara O2 &
odema
 bradikinin skreet mngkat CO2 di alveoli
terganggu

Nyeri dispnea batuk Kapasitas transportasi


O2 menurun

kelelahan Gangguan pola


napas Gangguan pertukaran
gas
Nadi lemah
Bersihan jln napas
tdk efektif Pnekanan diafragma

Pe tekanan Intra
abdomen

Anureksia Saraf pusat

Nutrisi berkurang

Peningkatan Risti terhadap


E. Tanda dan Gejala Metabolisme gangguan nutrisi

1. Menggigil, demam
2. Nyeri dada
3. Takipnea
4. Bibir dan kuku sianosis
5. Sesak nafas
6. Batuk
7. Kelelahan

F. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium

a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,


bronchial); dapat juga menyatakan abses)
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,
menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing
G. Penatalaksanaan Pasien Penomonia

Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian


antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk
menanggulangi hipoksemia.
Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti :
1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.

H. Komplikasi

a. Efusi pleura
b. Hipoksemia
c. Pneumonia kronik
d. Bronkaltasis
e. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian
paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan
kolaps).
f. Komplikasi sistemik (meningitis)

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian data awal pasien

1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia
(malnutrisi)
4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
6. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,


pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah ditandai dengan sianosis.
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhanb.d peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
5. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea

C. Intervensi

Dx 1 :Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi


trachea bronchial, peningkatan produksi sputum ditandai dengan:

Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan

1. Bunyi nafas tak normal


2. Dispnea, sianosis
3. Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Jalan nafas efektif dengan kriteria:

1. Batuk efektif
2. Nafas normal
3. Bunyi nafas bersis
4. Sianosis
No. Intervensi Rasional
1 Kaji frekuensi/kedalaman takipnea, pernafasan dangkal
pernafasan dan gerakan dada dan gerakan dada tak simetris
sering terjadi karena
ketidaknyamanan.
2 Auskultasi area paru, catat penurunan aliran darah terjadi
area penurunan 1 kali ada pada area konsolidasi dengan
aliran udara dan bunyi nafas cairan.
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami
untuk mempertahankan jalan
nafas paten.
4 Penghisapan (suction) sesuai merangsang batuk atau
indikasi. pembersihan jalan nafas suara
mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena
batuk efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
5 Berikan cairan cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan
mengeluarkan secret
6 Kolaborasi dengan dokter alat untuk menurunkan spasme
untuk pemberian obat sesuai bronkus dengan mobilisasi
indikasi sekret, analgetik diberikan
untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan
upaya batuk/menekan
pernafasan.

Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa


oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis, takikardia, geliSsah/perubahan mental, hipoksia,
sianosis, sesak, gelisah.
No. Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi/kedalaman dan manifestasi distress pernafasan


kemudahan bernafas tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2 Observasi warna kulit, sianosis kuku menunjukkan
membran mukosa dan kuku. vasokontriksi respon tubuh
Catat adanya sianosis perifer terhadap demam/menggigil
(kuku) atau sianosis sentral. namun sianosis pada daun
telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut
menunjukkan hipoksemia
sistemik.
Kaji status mental. gelisah mudah terangsang,
bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.

Kolaborasi: berikan terapi : mempertahankan PaO2 di atas


oksigen dengan benar misal 60 mmHg. O2 diberikan
dengan nasal plong master, dengan metode yang
master venturi. memberikan pengiriman tepat
dalam toleransi.

Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap


ditandai dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisah

No. Intervensi Rasional

1 Tentukan karakteristik : nyeri dada biasanya ada dalam


nyeri, misal kejang, seberapa derajat pada pneumonia,
konstan ditusuk. juga dapat timbul karena
pneumonia seperti perikarditis dan
endokarditis.
2 Pantau tanda vital Perubahan FC jantung/TD menu
bawa Pc mengalami nyeri, khusus
bila alasan lain tanda perubahan
tanda vital telah terlihat.
3 Berikan tindakan nyaman tindakan non analgesik diberikan
pijatan punggung, dengan sentuhan lembut dapat
perubahan posisi, musik menghilangkan ketidaknyamanan
tenang / berbincangan. dan memperbesar efek derajat
analgesik.
5 Kolaborasi: Berikan obat dapat digunakan untuk
analgesik dan antitusik menekan batuk non produktif atau
sesuai indikasi menurunkan mukosa berlebihan
meningkat kenyamanan istirahat
umum.
Dx 4 :Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB

No. Intervensi Rasional


1 identifikasi faktor yang pilihan intervensi tergantung pada
menimbulkan mual/muntah, penyebab masalah.
misalnya: sputum, banyak
nyeri.
3 Berikan makan porsi kecil tindakan ini dapat meningkat
dan sering termasuk masukan meskipun nafsu makan
makanan kering (roti mungkin lambat untuk kembali.
panggang) makanan yang
menarik oleh pasien.
4 Evaluasi status nutrisi adanya kondisi kronis
umum, ukur berat badan keterbatasan ruangan dapat
dasar. menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap
inflamasi/lambatnya respon
terhadap terapi.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas
mulut, penurunan masukan oral. Kekurangan volume cairan tidak terjadi
dengan kriteria: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan
dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

No. Intervensi Rasiona


1 Kaji perubahan tanda vital contoh suhu/memanjangnya demam
peningkatan suhu demam meningkat laju metabolik dan
memanjang, takikardia. kehilangan cairan untuk evaporasi.
2 Kaji turgor kulit, kelembapan indikator langsung keadekuatan
membran mukosa (bibir, lidah) volume cairan, meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering
karena nafas mulut dan O2
tambahan.
3 Catat laporan mual/muntah gejala ini menurunkan masukan oral
4 Kolaborasi: beri obat indikasi pada adanya penurunan masukan
misalnya antipiretik, antimitik. banyak kehilangan penggunaan
dapat memperbaiki/mencegah
kekurangan
5 Tekankan cairan sedikit 2400 pemenuhan kebutuhan dasar cairan
mL/hari atau sesuai kondisi menurunkan resiko dehidrasi.
individual

D. implementasi

Dx 1: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi


trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

Implementasi keperawatan:
a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
b. Melakukan pemeriksaan pada daerah paru, dengan cara
auskultasi pada lapang paru.
c. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif.
d. Melakukan penghisapan (suction) 2 kali sehari.
e. Memberi pasien air minum yang hangat
f. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat
sesuai indikasi

Dx 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas


pembawa oksigen darah.

Implementasi keperawatan:

a. Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas pasien


b. mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
c. Mengkaji status mental
d. Kolaborasi: berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan
nasal plong master, master venturi.

Dx 3: Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk


menetap.

Imlementasi Keperawatan :

a. Menentukan karakteristik nyeri: anamneses kepada pasien


b. Memantau tanda-tanda vital terutama TD
c. Memberikan rasa nyaman dengan cara memijat punggung
pasien, merubah posisi pasien, memutarkan musik tenang.
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter yaitu diberikan analgesik
dan antitusik sesuai indikasi.
Dx 4: Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.

Implementasi Keperawatan :

a. Jika psien mual/muntah, mengkaji faktor yang menimbulkan


mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
b. Memberikan makanan yang disukai/embalikan nafsu makan
pasien.
c. mengevaluasi status nutrisi umum, serta mengukur berat badan
dasar.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

Implementasi Keperawatan :

a. Mengkaji perubahan TTV seperti peningkatan suhu demam


b. mengkaji turgor kulit normalnya kulit akan kembali dalam
2detik, serta menginspeksi pada bibir dan lidah untuk
mengetahui kelembapan membran mukosa.
c. Mencatat berapa kali pasien mual/muntah dalam 1hari
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan diberikan obat
indikasi seperti: antipiretik, antimitik.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, intervensi dan
implementasi. Tujuan dari evaluasi adalah mengakhiri rencana tindakan
keperawatan memodivikasi rencana keperawatan, dan meneruskan rencana
tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTA
https://www.google.com/search?q=konsep+teoritis+pneumonia&client
https://www.google.com/search?q=konsep+dasar+keperawatan+pneumonia
https://www.google.com/search?q=askep+teori+pneumonia&client

Anda mungkin juga menyukai