3. Takipnea
5. Sesak nafas
6. Batuk
7. Kelelahan
D. Patofisiologi
1. Narasi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel
infektif seperti menghirup bibit penyakit di uadara.Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi.Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik,
dan humoral.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel
ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
2. Pathway Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur
Masuk sasaluran
pernafasan
Paru-paru
Mengganggu krj
makrofag hipothalamus
Hipertermi
Resiko penyebaran infeksi infeksi
Kringat
berlebih
Pe tekanan Intra
abdomen
Nutrisi berkurang
2. Hipoksemia
3. Pneumonia kronik
4. Bronkaltasis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah
ditandai dengan sianosis.
3. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea
C. Intervensi Keperawatan
NO
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Manajemen Jalan Napas
3x24 jam, klien dapat mencapai bersihan jalan 1) Buka jalan napas pasien 1. Ventilasi maksimal
napas yang efektif, dengan kriteria hasil: 2) Posisikan pasien untuk membuka area atelectasis.
memaksimalkan 2. Posisi membantu
ventilasi. memaksimalkan ekspansi paru
Respiratory Status: Airway patency 3) Identifikasi Pasien dan menurunkan upaya
N Awa Tujuan untuk perlunya pernafasan.
Indikator
o l 1 2 3 4 5 pemasangan alat jalan 3. Mencegah
1. Pengeluaran 2 √ napas buatan obstruksi/aspirasi.
sputum pada jalan 4) Keluarkan secret 4. Penurunan bunyi nafas
napas dengan suction dapat menunjukan atelektasis.
2. Irama napas sesuai 2 √ 5) Auskultasi suara napas, Ronki menunjukan akumulasi
yang diharapkan catat bila ada suara secret/ketidakmampuan untuk
3. Frekuensi 2 √ napas tambahan membersihkan jalan nafas
pernapasan sesuai 6) Monitor rata-rata yang dapat menimbulkan
yang diharapkan respirasi setiap penggunaan otot aksesoris
pergantian shift dan pernafasan dan peningkatan
Keterangan: setelah dilakuakan kerja pernafasan.
1. Keluhan ekstrim tidakan suction
2. Keluhan berat b. Suksion Jalan Napas 1. Mencegah
3. Keluhan sedang 1) Auskultasi jalan napas obstruksi/aspirasi. Penghisapan
4. Keluhan ringan sebelum dan sesudah dapat diperlukan bila pasien
5. Tidak ada keluhan suction tidak mampu mengeluarkan
2) Informasikan keluarga secret.
tentang prosedur 2. Penurunan bunyi nafas dapat
suction menunjukan atelektasis.
3) Berikan O2 dengan 3.Ventilasi maksimal
menggunakan nasal membuka area atelektasis dan
untuk memfasilitasi meningkatkan gerakan secret
suksion nasotrakheal kedalam jalan nafas besar
4) Hentikan suksion dan untuk dikeluarkan.
berikan oksigen bila 4.Mencegah pengeringan
Pasien menunjukkan mukosa, membantu
bradikardi peningkatan pengenceran sekret
saturasi oksigen
5) Atur intake untuk 6. Pemasukan tinggi cairan
cairan mengoptimalkan membantu untuk
keseimbangan. mengencerkan sekret,
6) Jelaskan pada pasien membuatnya mudah
dan keluarga tentang dikeluarkan.
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Manajemen Jalan Napas Airway management
3x24 jam, klien dapat mencapai napas efektif, 1) Buka jalan napas 1) Pengkajian merupakan
dengan kriteria hasil: Pasien dasar dan data dasar
2) Posisikan Pasien untuk berkelanjutan untuk memantau
memaksimalkan perubahan dan mengevaluasi
Respiratory Status: Ventilation ventilasi. intervensi.
N Awa Tujuan 3) Identifikasi Pasien 2) Memposisikan pasien
Indikator
o l 1 2 3 4 5 untuk perlunya semi fowler supaya dapat
1. Auskultasi suara 2 √ pemasangan alat jalan bernafas optimal.
napas sesuai napas buatan 3) Deteksi terhadap
2. Bernapas mudah 2 √ 4) Keluarkan secret pertukaran gas dan bunyi
dengan suction tambahan serta kesulitan
5) Auskultasi suara napas, bernafas (ada tidaknya
3. Tidak didapatkan 2 √ catat bila ada suara dispneu) untuk memonitor
penggunaan otot napas tambahan intervensi.
tambahan 6) Monitor penggunaan 4) Dapat
otot bantu pernapasan memperbaiki/mencegah
Vital sign Status 7) Monitor rata-rata memburuknya hipoksia
N Awa Tujuan respirasi setiap 5) Memberikan rasa
Indikator pergantian shift dan nyamandan mempermudah
o l 1 2 3 4 5
1. Tanda Tanda vital 2 √ setelah dilakuakan pernapasan
dalam rentang tidakan suction 6) Deteksi status respirasi
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan) Vital sign monitoring
Keterangan: 1) Manifestasi distres
pernapasan tergantung
1. Keluhan ekstrim Vital sign monitoring pada/indikasi derajat
2. Keluhan berat 1) Observasi adanya tanda keterlibatan paru dan status
3. Keluhan sedang tanda hipoventilasi kesehatan umum
4. Keluhan ringan
2) Monitor adanya 2) Takikardia biasanya
5. Tidak ada keluhan
kecemasan pasien ada sebagai akibat
terhadap oksigenasi demam/dehidrasi tetapi dapat
sebagai respons terhadap
3) Monitor vital sign
hipoksemia
4) Informasikan pada 3) Selama periode waktu
pasien dan keluarga ini, potensial komplikasi fatal
tentang tehnik relaksasi (hipotensi/syok) dapat terjadi.
untuk memperbaiki 4) Perubahan frekuensi
pola nafas. jantung atau TD menunjukkan
5) Ajarkan bagaimana bahwa pasien mengalami
pasien mengalami nyeri,
batuk efektif
khusunya bila alasan lain untuk
6) Monitor pola nafas
perubahan tanda vital telah
terlihat.
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam Gangguan pertukaran gas pasien teratasi 1) Posisikan pasien untuk 1. Ventilasi maksimal
dengan kriteria hasil: memaksimalkan
Respiratory Status : Gas exchange membuka area atelectasis.
ventilasi
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
2) Pasang mayo bila perlu 2. Posisi membantu
Respiratory Status : ventilation
Vital Sign Status 3) Lakukan fisioterapi memaksimalkan ekspansi paru
dada jika perlu
dan menurunkan upaya
N Awa Tujuan 4) Keluarkan sekret
Indikator
o l 1 2 3 4 5 dengan batuk atau pernafasan.
1. Mendemonstrasika 2 √ suction 3.Mencegah obstruksi/aspirasi.
n peningkatan 5) Auskultasi suara nafas,
ventilasi dan 4. Penurunan bunyi nafas dapat
catat adanya suara
oksigenasi yang menunjukan atelektasis. Ronki
adekuat tambahan
2. Memelihara 2 √ 6) Atur intake untuk menunjukan akumulasi
kebersihan paru cairan mengoptimalkan secret/ketidakmampuan untuk
paru dan bebas keseimbangan.
dari tanda tanda 7) Monitor respirasi dan membersihkan jalan nafas
distress pernafasan status O2 yang dapat menimbulkan
8) Catat pergerakan penggunaan otot aksesoris
dada,amati
pernafasan dan peningkatan
kesimetrisan,
penggunaan otot kerja pernafasan.
tambahan, retraksi otot 5. Pemasukan cairan yang
supraclavicular dan
banyak membantu
intercostal
3. Mendemonstrasika 2 √ 9) Monitor suara nafas, mengencerkan sekret,
n batuk efektif dan seperti dengkur membuatnya mudah
suara nafas yang 10) Monitor pola nafas :
bersih, tidak ada dikeluarkan.
bradipena, takipenia,
sianosis dan
kussmaul,
dyspneu (mampu
mengeluarkan hiperventilasi, cheyne
sputum, mampu stokes, biot
bernafas dengan 11) Auskultasi suara nafas,
mudah, tidak ada catat area penurunan /
pursed lips) tidak adanya ventilasi
4. AGD dalam batas 2 √ dan suara tambahan
normal
12) Monitor TTV, AGD,
5. Status neurologis 2 √
dalam batas elektrolit dan ststus
normal mental
Keterangan: 13) Observasi sianosis
1. Keluhan ekstrim khususnya membran
2. Keluhan berat mukosa
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012)
Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :
1. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data
keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
2. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respon pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan
keperawatan, yaitu :
1. Tujuan tercapai/masalah teratasi
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
3. Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Clark Varnell Margaret. (2013). Asma; Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta : EGC
Diagnosa Keperawatan : Definisi Keperawatan 2015-2017. Jakarta: EGC
Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan keperawatan praktis : berdasarkan
penerapan diagnosa Nanda, Nic, Noc. Yokyakarta : Mediaction Jogja.
Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem Pernafasan.
Yogyakarta : Bursa Ilmu
Infodatin. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI. ISSN 2442-7659.
Nelson. (2013). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, vol.1. Jakarta : EGC NIC
(2016)Nursing Interventions Classification. Edisi keenam.
Ngastiyah. (2013).Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC. NOC, 2016. Nursing
Outcomes Classification. Edisi kelima.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep & Praktik.Jakarta :
Salemba Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta :Nusa Medika
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. (2013). fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Buku Kuliah :Ilmu Kesehatan Anak.