Bronchopneumonia
Disusun oleh:
Abd.halid
Nim:PO0220220032
B. Etiologi
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap
virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernapasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, Gerakan
silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia, antara lain :
1. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam
hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien
yang mengalami immunosupresi.
5. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.
C. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi disaluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala
yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
Terdengar adanya krekels diatas paru yang sakit dan terdengar Ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat).
D. Patofisiologi
Perjalanan penyakit Bronchopneumonia dimulai oleh terhisapnya bakteri, virus, jamur, dan
benda asing kedalam paru perifer melalui saluran nafas bagian atas yang menyebabkan reaksi jaringan
berupa edema, yang mempermudah penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi, yaitu terjadinya serbukan sel PMN (polimorfonukelar), fibrin, eritrosit, cairan edema, an
kuman di alveoli terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah bebrapa hari. Ditemukan akumulasi
yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan mikrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa,
paruparu tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati
yang masih segar dan berganula. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan
stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura.
Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN (polimorfonuklear) di alveoli dan proses fagositosis yang cepat.
dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan
menipisnya fibrin serta mengilangnya kuman dan debris.
E. Pathway
Infeksi saluran
pernapasan bawah Saluran pernapasan atas
Resiko ketidakseimbangan
Bau mulut tidak sedap diare
elektrolit
Anoreksia
Ekplorasi meningkat
Pergeseran dinding
Suplai O2 menurun Penurunan kapliance
paru
paru
Hipoksiaanaerob
Metabolik hiperventilasi Retraksi dada/nafas
dispnea
Akumulasi asam laktat
meningkat cuping hidung
Intoleransi aktifitas
fatique Gangguang
pertukaran gas
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax
Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa
lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
2. Laboratorium
Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial
Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi
Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi
dan proses inflamasi
Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba
Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
3. Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak
tidak berespon terhadap pengobatan
4. Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
5. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain:
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus
ditolong ditempat tidur
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronchopneumonia hamper selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh
yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi.
Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan
NaCl 0,9%.
4. Mengontrol suhu tubuh
Pasien bronchopneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini maka suhu
harus dikontrol setiap jam, selain diusahakan untuk menurunakn suhu tubuh dengan melakukan
kompres hangat dan obat-obatan, satu jam setelah dikompes, dicek kembali apakah suhu telah
turun atau tidak
5. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi, karena hal itu perlu
waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan penisilin ditambah dengan
cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti Ampisilin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Karena Sebagian besar pasien jatuh
kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
1. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). hasil ditulis dalam
bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan
evaluasi.
2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam
bentuk transkip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti yang
mempunyai arti tertentu sesuai dengan optik penelitian yang diterapkan. Data obyektif
dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai
normal.Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gamabar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas respon.
3. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil – hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dilakukan denagn metode induksi.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,
perubahan membran alveolus-kapiler
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
d. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dngan ketidakseimbangan cairan
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
4. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan prioritas masalah yang
ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus
karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien
saat pengkajian dilakukan.
5. Implementasi
Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan data dan
kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun
tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat dapat melakukan observasi atau dapat
mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa dan planning ). Dalam evaluasi ini dapat
ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/30852653/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONCHOPNEUMONIA