Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

Bronchopneumonia

Disusun oleh:
Abd.halid
Nim:PO0220220032

Poltekkes kemenkes palu


Prodi DIII keperawatan poso
T.A 2021/2022
I. Konsep Dasar Penyakit Bronchopneumonia
A. Definisi
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronchi dan meluas ke parenkim paru
yang berdekatan disekitarnya.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.
Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernapasan
atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.
Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian  bawah dari parenkim paru
yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronchopneumoni adalah
peradangan yang mengenai parenkhim paru distal dari bronchiolus terminalis yang mencakup
bronchiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat.
Broncho pneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru  – paru yang secara anatomi mengenai bagian
lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan  bronkus yang dapat disebabkan oleh
bermacam  –  macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak
nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung/mulut).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa  bronkopneumonia adalah
radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus  paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

B. Etiologi
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap
virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernapasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, Gerakan
silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia, antara lain :
1. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam
hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui  penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien
yang mengalami immunosupresi.
5. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.

C. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi disaluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala
yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
Terdengar adanya krekels diatas paru yang sakit dan terdengar Ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat).

D. Patofisiologi
Perjalanan penyakit Bronchopneumonia dimulai oleh terhisapnya bakteri, virus, jamur, dan
benda asing kedalam paru perifer melalui saluran nafas bagian atas yang menyebabkan reaksi jaringan
berupa edema, yang mempermudah penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi, yaitu terjadinya serbukan sel PMN (polimorfonukelar), fibrin, eritrosit, cairan edema, an
kuman di alveoli terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah bebrapa hari. Ditemukan akumulasi
yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan mikrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa,
paruparu tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati
yang masih segar dan berganula. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan
stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura.
Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN (polimorfonuklear) di alveoli dan proses fagositosis yang cepat.
dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan
menipisnya fibrin serta mengilangnya kuman dan debris.

E. Pathway

Jamur, virus, bakteri, protozoa

Infeksi saluran
pernapasan bawah Saluran pernapasan atas

Proses Kuman berlebih Kuman terbawa saluran di


peradangan dibronkus saluran cerna

Akumulasi sekret Bersihan jalan napas Infeksi saluran pencernaan


dibronkus tidak efektif

Peningkatan flora normal


Mukus bronkus Peningkatan peristaltik
dalam usus
meningkat usus - malarbsorbsi

Resiko ketidakseimbangan
Bau mulut tidak sedap diare
elektrolit

Anoreksia
Ekplorasi meningkat

Intake kurang Defisit nutrisi Peningkatan metabolisme

Dilatasi pembuluh Peningkatan suhu septikimia


darah
Gangguan difusi dalam
Eksudat plasama Gangguan pertukaran gas
plasma
masuk alveoli

Edema antara Iritan PMN eritrosit


kapiler dan alveoli pecah Edema paru

Pergeseran dinding
Suplai O2 menurun Penurunan kapliance
paru
paru

Hipoksiaanaerob
Metabolik hiperventilasi Retraksi dada/nafas
dispnea
Akumulasi asam laktat
meningkat cuping hidung

Intoleransi aktifitas
fatique Gangguang
pertukaran gas

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax
Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa
lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi  pada satu atau beberapa lobus.
2. Laboratorium
 Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial  
 Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner yang  berhubungan
dengan oksigenasi
 Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi
dan proses inflamasi
 Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba
 Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
3. Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak
tidak berespon terhadap pengobatan
4. Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
5. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain:
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus
ditolong ditempat tidur
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronchopneumonia hamper selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh
yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi.
Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan
NaCl 0,9%.
4. Mengontrol suhu tubuh
Pasien bronchopneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini maka suhu
harus dikontrol setiap jam, selain diusahakan untuk menurunakn suhu tubuh dengan melakukan
kompres hangat dan obat-obatan, satu jam setelah dikompes, dicek kembali apakah suhu telah
turun atau tidak
5. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi, karena hal itu perlu
waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan penisilin ditambah dengan
cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti Ampisilin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Karena Sebagian besar pasien jatuh
kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Bronchopneumonia lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Umumnya anak dengan
daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi
penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang
tidak berhasil. Anak laki-laki adalah faktor resiko yang mempengaruhi kesakitan pneumonia.
Hal ini disebabkan diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan
dengan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam daya tahan tubuh anak laki-laki dan
perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, batuk-batuk disertai
bunyi ronchi saat auskultasi, pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung
dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare, anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Keadaan umum : Keadaan umum pada pasien dengan bronchopneumonia adalah
pasien terlihat lemah, pucat dan sesak nafas
2) Tanda-tanda vital : didapatkan suhu meningkat (39-400C), nadi cepat dan kuat,
pernafasan cepat dan dangkal
3) Kulit : Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek
4) Kepala : pada pemeriksaan kepala dapat dilakukan inspkesi pada bentuk kepala,
lingkar kepala, warna dan tekstur rambut, keadaan ubun-ubun (anterior dan posterior)
5) Mata : didapatkan hasil inspeksi konjungtiva anemis, sklera putih
6) Hidung : pada pasien bronchopneumonia didapatkan adanya secret, ada pernafasan
cuping hidung, dan sianosis
7) Mulut : pucat, sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering, dan pucat
8) Telinga : inspeksi adanya peradangan atau tidak. Peradangan menandakan sudah
terjadi komplikasi
9) Leher : inspeksi dan palpasi adanya pembesaran limfe atau tidak
10) Dada : ada tarikan dinding dada, pernafasan cepat dan dangkal
2. Klasifikasi Data
Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan
semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban – jawaban dari penelitian yang
diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian. Teknik analisi digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilakan data untuk selanjutnya diinterprestasikan oleh peneliti
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi
tersebut.
Urutan dalam analisis adalah:

1. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). hasil ditulis dalam
bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan
evaluasi.

2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam
bentuk transkip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peneliti yang
mempunyai arti tertentu sesuai dengan optik penelitian yang diterapkan. Data obyektif
dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai
normal.Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gamabar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas respon.

3. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil – hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dilakukan denagn metode induksi.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,
perubahan membran alveolus-kapiler
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
d. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dngan ketidakseimbangan cairan
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
4. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan prioritas masalah yang
ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus
karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien
saat pengkajian dilakukan.

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan napas
tidak efektif berhubungan keperawatan, maka di Observasi
dengan spasme jalan dapatkan kriteria hasil : - Monitor pola napas
napas 1. Batuk efektif (4) - Monitor sputum
2. Produksi sputum (4) Kolaborasi
3. Ortopnea (4) - Kolaborasi
4. Gelisah (4) pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi
gas berhubungan keperawatan, maka di Observasi
dengan dapatkan kriteria hasil : - Monitor adanya
ketidakseimbangan 1. Bunyi napas produksi sputum
ventilasi-perfusi, tambahan (4) - Monitor adanya
perubahan membran 2. Gelisah (5) produksi sputum
alveolus-kapiler 3. Napas cuping Terapeutik
hidung (4) - Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi
berhubungan dengan keperawatan, maka di Observasi
ketidakseimbangan dapatkan kriteria hasil : - Monitor pola dan jam
antara suplai dan 1. Kemudahan dalam tidur
kebutuhan oksigen melakukan aktivitas
sehari-hari (4) Terapeutik
2. Kecepatan berjalan - Berikan aktivitas
(3) distraksi yang
3. Kekuatan tubuh menenangkan
bagian atas (4) Edukasi
4. Kekuatan tubuh - Anjurkan tirah baring
bagian bawah (4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
4 Resiko Setelah dilakukan asuhan Pemantauan elektrolit
Ketidakseimbangan keperawatan, maka di Observasi
elektrolit berhubungan dapatkan kriteria hasil : - Monitor mual,
dngan 1. Serum natrium (4) muntah dan diare
ketidakseimbangan - Monitor tanda dan
cairan gejala hipokatemia
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan
5 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi
berhubungan dengan keperawatan, maka di Observasi
ketidakmampuan dapatkan kriteria hasil : - Monitor asupan
mencerna makanan 1. Porsi makanan yag makanan
dihabiskan (4) - Monitor berat badan
2. Kekuatan otot Terapeutik
pengunyah (4) - Berikan suplemen
3. Kekuatan otot makanan
menelan (4) Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan

5. Implementasi
Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan data dan
kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun
tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat dapat melakukan observasi atau dapat
mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa dan planning ). Dalam evaluasi ini dapat
ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30852653/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONCHOPNEUMONIA

Anda mungkin juga menyukai