Anda di halaman 1dari 90

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

W
YANG MENGALAMI STROKE DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
RASA NYAMAN DI PALANGGA,
KEC. DURUKA, KAB. MUNA

KARYA TULIS ILMIAH

”Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Program


Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari”

Oleh :

RAHMA KUMALASARI
P00320018037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Rahma Kumalasari

NIM : P00320018037

Institusi Pendidikan : Poltekkes Kemenkes Kendari

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.W


Judul KTI :
YANG MENGALAMI STROKE DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
NYAMAN DI PALANGGA, KEC. DURUKA, KAB.
MUNA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini adalah

benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil

ciplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 18April 2021

Yang Membuat Pernyataan

(Rahma Kumalasari)

ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Rahma Kumalasari

2. Tempat, tanggal Lahir : Palangga, 14 maret 2000

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Muna / Indonesia

6. Alamat : Jln. Mekar

7. No. Telp/HP : 0822 98838486

II. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negri 14 Katobu: 2007 s/d 2012

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Raha : 2013 s/d 2015

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Raha : 2015 s/d 2018

4. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari : 2018 s/d

2021.

v
MOTTO

KAMU HEBAT DENGAN CARAMU

JANGAN PERNAH MENYERAH KARENA

KEGAGALAN YANG SEBENARNYA ADALAH

TIDAK MELAKUKAN SESUATU.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah

Subahanahu Wata’ala yang telah memberikat rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.W Yang Mengalami Stroke

Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di

Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW

beserta kelurga, sahabat, serta para pengikut sampai akhir nanti.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan dalam rangka

memenuhi tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Di Poltekkes

Kemenkes Kendari diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber referensi

untuk peneliti selanjutnya.

Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik

dan tepat waktu. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kendari.

vii
2. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Muna yang sudah memberikan izin

saya untuk mengambil data terkait judul Karya Tulis Ilmiahsaya.

3. Kepala Puskesmas Wapunto yang telah memberikan izin

penelitian mengambil data terkait judul Karya Tulis Ilmiah saya.

4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.

5. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep.,Sp.KMB, selaku Sekretaris

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.

6. Ibu Dian Yuniar Santi Rahayu, SKM.,M.Kes dan Bapak

Samsuddin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I dan

pembimbing II yang telah membimbing saya dengan sebaik-

baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Bapak Sahmad , S.Kep.,Ns.,M.Kep ,Dwi Yanthi, S.Kep.,Ns,M,Sc,

dan Rusna Tahir,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen-Dosen Penguji

yang telah memberikan arahan dan masukan-masukan sehingga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

8. Kepada Seluruh Dosen dan Staf Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan Keperawatan yang membantu penulis dalam menempuh

pendidikan.

9. Kepada kedua orang tua dan keluarga saya yang tercinta.

10. Kepada senior-senior karena dengan karya tulis ilmiah yang

disusun dapat menjadi reverensi.

viii
11. Kepada responden dan keluarga atas kesediaannya menjadi

responden dalam penelitian saya.

12. Tak lupa juga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada

sahabat, teman Keperawatan angkatan 2018.

Akhirnya sebagai manusia biasa penulis menyadari masih banyak

kekurangan, baik yang di sengaja ataupun tidak, sehingga proposal

penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi

perbaikan di masa yang akan datang . Semoga Karya Tulis Ilmiah ini

bermanfaat dan mendapatkan ridho dari Allah Subahahu Wata’ala.

Aamiin

Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, 18 April 2021

Penulis

(Rahma Kumalasari)

ix
ABSTRAK

Rahma Kumalasari (P00320018037) Asuhan Keperawatan Gerontik Pada


Ny.W Yang Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab.
Muna.pembimbing I (Dian Yuniar Santi Rahayu, Skm.,M.Kes). pembimbing
II (Samsuddin, S.Kep.,Ns.,M.Kep).

Latar Belakang : Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang


menyebabkan deficit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otak.Terjadi akibat kurangnya suplai oksigen ke otak secara
mendadak yan dapat terjadi karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah ke otak yang dapat menimbulkan gajala – gejala bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Stroke merupakan penyebab kematian yang menduduki
peringkat atas di wilayah perkotaan sekitar 28,5% penderita stroke meninggal
dunia selebihnya lumpuh sebagian atau bahkan lumpu total dan sisanya 15 % dapat
sembuh total. Faktor resiko yang dapat mengkibatkan stroke terbagi menjadi dua
yaitu factor resiko yang dapat di ubah dan factor resiko yang tidak dapat di ubah.
Dimana factor resiko yang tidak dapat di ubah atau tidak dapa di control
penyebabnya terhadap penyakit stroke di antaranya yaitu faktor keturunan
(genetik), ras, umur dan jenis kelamin, sedangkan faktor resiko yang dapat di ubah
yaitu hipertensi, diabetes militus, hiperkolestrolemia, stress , merokok, kegemukan
(obesitas), aktifitas fisik yang rendah atau kurang, minum kopi, kontrasepsi oral (
pil KB) dan mengkonsumsi alcohol

Metode : Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan rancangan untuk studi
kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.W Yang Mengalami Stroke Dengan
Masalah Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec.
Duruka, Kab. Muna.

Hasil : Masalah keperawatan didapatkan pada Ny. W adalah nyeri akut,dengan


intervensi manajemen nyeri yang dilakukan selama 3 hari dengan prioritas
masalah yaitu nyeri dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam.

Kesimpulan : Masalah keperawatan nyeri akut dengan Luaran tingkat nyeri dan
intervensi manajemen nyeri, perlu perawatan selanjutnya baik dilakukan oleh
perawat atau keluarga penderita yang sudah diberi edukasi.

Kata Kunci : Nyeri Akut, Teknik Nafas Dalam, Stroke

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN .......................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………vii
ABSTRAK ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Studi Kasus ............................................................................ 4
D. Manfaat Studi Kasus .......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep dasar lanjut usia ..................................................................... 7
B. Konsep kebutuhan rasa nyaman ( nyeri ) ........................................... 10
C. Konsep stroke ..................................................................................... 20
D. Analisis tindakan keperawatan ( teknik nafas dalam )……………...34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan studi kasus ....................................................................... 41
B. Subyek studi kasus ............................................................................. 41
C. Fokus studi kasus ............................................................................... 42
D. Definisi operasional............................................................................ 42
E. Tempat dan waktu .............................................................................. 44

xi
F. Metode pengumpulaan data ............................................................... 44
G. Penyajian data ................................................................................... 45
H. Etika penelitian ................................................................................... 45

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Hasil studi kasus ................................................................................. 48
B. Pembahasan ........................................................................................ 60
C. Keterbatasan studi kasus .................................................................... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan......................................................................................... 68
B. Saran .................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….70

LAMPIRAN……………………………………………………………………72

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stroke merupakan gangguan yang sering di alami oleh lansia

dimana kejadian stroke makin meningkat seiring bertambahnya usia.

Penyakit ini sering mengakibatkan kematian dan disabilitasi atau cacat di

dunia. Penyakit ini dapat terjadi akibat tekanan darah yang meningkat

yang sering di derita oleh lansia dan menjadi salah satu faktor penyebab

terjadi stroke (William,2014). Stroke merupakan gangguan peredaran

darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat

iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Amin, 2015).

Perkembangan manusia tahap akhir adalah lanjut usia. Menurut

Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,

yang dimaksud lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60

tahun keatas (Untari et al., 2019). Biasanya masalah yang timbul pada

lansia adalah gangguan kesehatan baik disebabkan karena fisiologis lansia

maupun patofisiologis akibat penyakit tertentu. Hal ini dapat dilihat dari

masalah kesehatan yang paling banyak dialami lansia adalah penyakit

tidak menular salah satu diantaranya penyakit kronis (Diantri dan Chandra,

2019).

Faktor resiko yang dapat mengkibatkan stroke terbagi menjadi dua

yaitu faktor resiko yang dapat di ubah dan faktor resiko yang tidak dapat di

1
2

ubah. Dimana faktor resiko yang tidak dapat di ubah atau tidak dapa di

kontrol penyebabnya terhadap penyakit stroke di antaranya yaitu faktor

keturunan (genetik), ras, umur dan jenis kelamin, sedangkan faktor resiko

yang dapat di ubah yaitu hipertensi, diabetes militus, hiperkolestrolemia,

stress , merokok, kegemukan (obesitas), aktifitas fisik yang rendah atau

kurang, minum kopi, kontrasepsi oral (pil KB) dan mengkonsumsi alkohol

(Usrin et al., 2011).

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia WHO (Word Health

Association) mencatat tahun 2016 menunjukan bahwa setiap tahunnya ada

13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian akibat penyakit

stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas

akibat stroke terjadi pada Negara berpendapatan rendah dan menengah.

(Depkes RI,2016).

Data penyakit stroke di Indonesia tahun 2018 meningkat dari 7%

menjadi 10,9%, berdasarkan pada diagnosis dokter pada penduduk umur

> 15 tahun sebesar 10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang.

Provinsi Kalimantan timur (14,7% ) danYogyakarta (14,6%) merupakan

Provinsi dengan prevelensi tertinggi stroke di Indonesia( Rikesdas

RI,2018).

Berdasarkan data Rikesdes 2018 Sulawesi Tenggra menduduki

urutan ke 27 dari Provinsi lainnya di Indonesia dengan data penyakit

stroke sebesar 8,3% (Rikesdes Sultra, 2018).


3

Kasus stroke setiap tahun selalu masuk dalam 10 penyakit terbesar

di Sulawesi Tenggara dan berada pada urutan ke 3 dari 10 penyakit

tersebut. Penyakit stroke dalam data penyakit tidak menular Sulawesi

Tenggara tahun 2016 berjumlah 246 kasus (Dinkes Prov. Sultra,2016).

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan melalui tindakan

mandiri untuk menyelesaikan masalah yang ada pada penderita stroke

secara professional dan komperhensif. Menurut miller (1995) perawat

gerontik memiliki berbagai peran dan fungsi yaitu sebagai care giver,

educator, konselor, motivator, advocator.

Diagnosa yang sering muncul pada pasien stroke yaitu resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan otak, nyeri akut, resiko jatuh, kerusakan

komunikasi verbal, hambatan mobilitas fisik, gangguan integritas

kulit,gangguan menelan, ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhan.

(Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &

NANDA,NIC,NOC 2018).

Tulisan ini di harapkan mampu menambah pengetahuan dan

referensi tentang resiko dari penyakit stroke, karena kesehatan merupakan

hal mendasar yang harus di capai untuk dapat hidup produktif sehingga

dibutuhkan komitmen dan perubahan perilaku yang revolusiuner untuk

menerapkan budaya bersih dan sehat. Sehingga resiko penderita stroke

dapat menurun di Indonesia maupun di dunia.

Alasan saya mengambil kasus stroke dikarenakan dari data di atas

menunjukan bahwa penyakit stroke meningkat dari tahun ke tahun.


4

Sehingga saya tertarik untuk mengambil kasus stroke sebagai bahan Karya

Tulis Ilmiah saya dengan tujuan agar karya tulis ini bisa menjadi referensi

pengetahuan tentang penyakit stroke pada lansia.

Dalam penelitian yang di lakukan oleh Estik Fitriani dengan judul

“ Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik Pada Ny. S Dengan

Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Ruang Syaraf RSD Mayjen HM

Ryacudu Kota Bumi Lampung Utara” dalam penelitian yang dilakukan

hasil yang di dapatkan pada pasien stroke non hemoragik dapat terganggu

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

Berdasarkan data- data diatas, penulisan tertarik untuk membuat

laporan tugas akhir dengan judul; “ Asuhan Keperawatan Gerontik Kasus

Stroke Pada NY. W Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Di

Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna “.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.W Yang

Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna ?

C. TUJUAN STUDI KASUS

UMUM

1. Melakukan penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. W

Yang Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna.


5

KHUSUS

1. Melakukan pengkajian Keperawatan Gerontik Pada Ny. W Yang

Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna.

2. Menentukan diagnosa Keperawatan Gerontik Pada Ny. W Yang

Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna.

3. Membuat perencanaan Keperawatan Gerontik Pada Ny. W Yang

Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna.

4. Melakukan implementasi Keperawatan Gerontik Pada Ny. W Yang

Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna.

5. Melaksankan evaluasi Keperawatan Gerontik Pada Ny. W Yang

Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna.

6. Melakukan analisis suatu intervensi Keperawatan Gerontik Pada Ny.

W Yang Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman Di Palangga, Kec. Duruka, Kab. Muna.

D. MANFAAT STUDI KASUS

Studi kasus ini di harapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sarana dan pengaplikasian dari proses asuhan

keperawatan yang telah diberikan institusi pendidikan terutama


6

pengaplikasian asuhan keperawatan gerontik dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada penderita stroke.

2. Bagi Pengembang Dan Teknologi Keperawatan

Sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan kepada petuga

pelayanan kesehatan khususnya dibidang keperawatan dalam

pemberian asuhan keperawatan gerontik pada klien yang mengalami

stroke dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

3. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan media untuk menambah pengetahuan

untukmeningkatkan niat untuk melakukan pemeriksaan secara dini

dengan tidak adanya paksaan dari pihak manapun.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Lansia adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun dan tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari – hari Ratnawati (2017 dalam Putri 2019).

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia menurut Depkes RI (2013) terdiri dari :

1. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih

dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial merupakan lansia seseorang yang masih mampu

melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan uang

atau jasa.

Lansia tidak potensial merupakan lansia yang tidak berdaya

mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

3. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik yag berusia lebih dari 60 tahun,

kebutuhan dan masalah bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

kebutuhan biopsikososial dan sprilitual, kondisi adaptif hingga kondisi

maladaftif (Ratnawati,2017 dalam Putri,2019).

7
8

4. Perubahan – Perubahan Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur seseorang, sehingga terjadi proses

penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan –

perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga

kongnitif, perasaan, social, dan seksual (Azizah Dan Lilik M, 2011).

5. Asuhan Keperawatan Gerontik

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional

yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat

komperehensif terdiri dari bio-psiko-sosio-spiritual dan kultural yang

holistik, ditunjukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit

pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (UU RI

No.38 tahun 2014).

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan

peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud

menegaskan situasi penyakit, diagnosa masalah, penetapan

kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang

dikumpulakan termasuk data subjektf dan data objektif meliputi

bio-psiko-sosial, dan spiritual, dan data yang berhubungan dengan

masalah lania serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti

data tentang keluarga dan lingkungan yang ada Ratnawati, (2017

dalam Putri 2019).


9

2. Diagnosis keperawatan gerontik.

Diagnosis keperawatan gerontik adalah keputusan klinis

yang berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau

kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia dikeluarga

maupun lansia dalam kelompoknya.

Diagnosa keperawatan gerontik memiliki kategori yaitu

diagnosa actual, diagnosa resiko/resiko tinggi, diagnosa promosi

kesehatan, dan diagnosa sindrom.

3. Perencanaan keperawatan gerontik

Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses

penyusunan berbagai intervensi keperawatan berguna untuk

mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah yang

ada pada lansia dengan melibatkan klien, keluarga, tenaga

kesehatan lain.

4. Pelaksanaan keperawatan gerontik

Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi renana

tindakan yang telah di tetapkan untuk mencapai tujuan.

Melakukan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan

yang telah dibuat dari setiapdiagnosa keperawatan, memelihara

kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta

meningkatkan ketidakmampuan melalui tindakan mandiri dan

kolaborasi.
10

5. Evaluasi keperawatan gerontik

Evaluasi merupakan keputusan dari efektifitas asuhan

keperawatan antara tujuan keperawatan yang telah ditetapkan

dengan respon perilaku lansia yang di tampilkan.

Evaluasi formatif adalah respon hasil/respon segera setalah

melakukan intervensi pada lansia.Sementara evaluasi sumatif

rekapitulasi dari hasil observai dan analisis status pasien pada

waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan (apakah

tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian SOAP).

B. Kebutuhan Rasa Nyaman ( Nyeri )

a. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subjektif kerana perasaan nyeri berbeda pada setiap

orang dalam hal skala dan tingkatnya, dan hanya orang tersebut lah

yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami.

Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak

nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri dapat dianggap sebagai

ungkapan suatu prores patologis dalam tubuh. Nyeri adalah segala

sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi

kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Rosdahl &

Kowalski, 2020).

b. Klasifikasi Nyeri

Secara umum klasifikasi nyeri terbagi menjadi dua yaitu nyeri

akut, nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara
11

mendadak dan cepat hilang, yang tidak lebih dari 6 bulan dan di tandai

adanya peningkatan ketegangan otot. Sedangkan nyeri kronik adalah

nyeri yang timbul secara perlahan – lahan, biasanya dapat berlangsung

cukup lama yaitu lebih dari 6 bulan.. Menurut sifat terjadinya, nyeri

dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitu nyeri tertusuk dan nyeri

terbakar.

NO Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Nyeri
1. Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status
ekstistensi
2. Sumber Sebab eksternalTidak diketahui atau
atau penyakit daripengobatan yang terlalu
dalam lama
3. Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang dan
terselubung
4. Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam bulan
atau bertahun- tahun
5. Pernyataan nyeri Daerah nyeri Daerah nyeri sulit
tidak diketahui dibedakan intensitasnya
dengan pasti
6. Gejala-gejala Pola respon yang Pola respon yang
klinis khas dengan gejala bervariasi
yang lebih jelas
7. Pola Terbatas Berlangsung terus
8 Perjalanan Berkurang Bertambah parah setelah
. setelah beberapa beberapa saat
saat

Tabel 1

Sumber. Barbara C, Long, 1989 dalam (Alimul, 2009)


12

c. Fisiologi Nyeri

Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri, namun yang paling

sederhana adalah teori Gate Control yang dikemukakan oleh Melezack

dan Well (2019). Dijelaskan bahwa subtansi gelatinosa (SG) pada

medulla spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan

atau menghalangi masuknya implus nyeri menuju otak.Pada

mekanisme nyeri ini, stimulus nyeri dikirimkan melalui serabut saraf

berdiameter kecil melewati gerbang. Tetapi serabut saraf berdiameter

besar yang juga melewati gerbang tersebut dapat juga menghambat

pengirimin impuls nyeri dengan cara menutup gerbang itu. Impuls

yang berkonduksi pada serabut berdiameter besar bukan hanya

menutup gerbang saja, tetapi bisa langsung merambat ke korteks agar

dapat diidentifikasi dengan cepat. Dibuktikan dalam uji coba yang

dilakukan oleh Melezack dan Well, pada 8 orang memakai listrik

berkekuatan 0,1 m-sec, 100 cps guna merangsang saraf spinalis perifer

sehingga menimbulkan rasa nyeri seperti terbakar. Kemudian, dengan

kekuatan listrik yang relatif kecil, ia merangsang serabut yang lebih

tebal sehingga rasa nyeri tersbut menghilang. Uji coba ini

membuktikan bahwa teori gate control benar.Jika ada suatu zat dapat

mempengaruhi subtansi galatinosa di dalam gate control, zat tersebut

dapat digunakan untuk pengobatan nyeri.

d. Respon Terhadap Nyeri

Setiap orang memberikan reaksi terhadap nyeri dengan reaksi yang

berbeda-beda. Ada orang menghadapinya dengan rasa takut, cemas ada


13

pula yang menghadapinya dengan sikap optimis dan penuh toleransi.

Sebagian orang merespon nyeri dengan menangis, mengerang dan

menjerit-jerit, meminta pertolongan, gelisah di tempat tidur, atau

berjalan mondar-mandir tak tentu arah untuk mengurangi rasa nyeri.

Sedangkan sebagian lainnya tidur sambil menggertakan gigi,

mengepalkan tangan, atau juga mengeluarkan banyak keringat ketika

mengalami nyeri (Mubarak & Chayatin, 2018).

e. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

1) Etnik Dan Nilai Budaya

Latar belakang etnik dan budaya ini merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri.

Sebagai contoh, individu dari salah satu budaya tertentu cenderung

ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari

budaya lain justru lebih memilih memendam perasaan mereka dan

tidak ingin merepotkan orang lain.

2) Tahap Perekembangan Usia Dan Tahap Perkembangan Seseorang

Merupakan hal penting yang akan mempengaruhi reaksi dan

ekspresi terhadap nyeri. Contoh halnya, anak-anak lebih cenderung

kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan, anak-

anak hanya bisa mengeluarkan ekspresi seperti menangis, menjerit

dibandingkan dengan orang dewasa, dan kondisi seperti ini dapat

menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Disisi lain,

pravalensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyakit

akut atau kronis yang mereka derita. Walaupun ambang batas nyeri
14

tidak berubah karena penuaan, tetapi efek analgesik yang diberikan

menurun karena perubahan fisiologis yang terjadi.

3) Lingkungan Dan Individu Pendukung

Lingkungan dan dukungan juga sangat mempengaruhi kondisi

nyeri. Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi,

pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi dilingkungan tersebut dapat

memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang-

orang terdekat juga menjadi salah satu faktor penting yang

mempengaruhi presepsi nyeri individu. Contoh, individu yang

sendirian tanpa ada dukungan dari keluarga dan orang-orang

terdekat akan lebih merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan

individu yang mendapatkan dukungan keluarga dan orang-orang

terdekat.

4) Pengalaman Nyeri Sebelumnya

Pengalaman nyeri ini juga bisa berpengaruh terhadap prespsi

nyeri individu dan kepekaan terhadap nyeri. Individu yang pernah

mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya

saat mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa

nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lain yang belum

pernah mengalaminya.

5) Ansietas Dan Stress

Ansietas sering kali timbul bersamaan ketika nyeri terjadi.

Ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan individu

mengontrol nyeri atau peristiwa disekelilingnya dapat memperberat


15

presepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka

mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan maka nyeri yang

mereka rasakan akan berpengaruh mengalami penurunan rasa takut

dan kecemasan yang akan menurunkan presepsi nyeri (Mubarak &

Chayatin,2018).

f. Intensitas Nyeri

Nyeri sendiri tidak dapat diukur secara objektif, sehingga intensitas

nyeri merupakan karakteristik yang sangat relatif. Oleh karena itu,

banyak tes, skala, skor, atau tingkatan angka dibuat untuk membantu

dalam mengukur intensitas nyeri secara subjektif setepat mungkin

g. Alat Bantu Ukur Skala Nyeri

Untuk mempermudah pengukuran nyeri, dapat digunakan banyak

cara, tes, atau skala pengukur nyeri. Namun, perlu diingat bahwa

semua tes tersebut besifat subjektif. Menurut Haswita & Sulistyawati

(2019), pengukuran intensitas nyeri yaitu:

a) Skala nyeri menurut Hayward

Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala

menurut Hayward dilakukan dengan meminta penderita untuk

memilih salahsatu bilangan dari 0-10 yang menurutnya paling

menggambarkan pengalaman nyeri yang sangat ia rasakan.

Gambar 1: Skala Nyeri Hayward


16

Keterangan gambar:

Angka 0: tidak nyeri

Angka 1-3: nyeri ringan

Angka 4-6: nyeri sedang

Angka 7-9: nyeri berat terkontrol

Angka 10: nyeri berat tidak terkontrol.

h. Dasar Asuhan Keperawatan Rasa Nyaman (Nyeri)

1) Pengkajian keperawatan nyeri

Pengkajian pada masalah nyeri dapat dilakukan dengan melihat

adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi, intensitas,

kualitas dan waktu serangan terjadinya nyeri.Pengkajian nyeri

dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

PQRST(Alimul,2009).

2) Diagonosis Keperawatan

1. Nyeri akut

a) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI,SLKI,SIKI 2018).

b) Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,

neoplasma, hipertensi)
17

2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia

iritan)

3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan)

c) Gejala Dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari

nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

d) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. Pola napas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berfikit terganggu

5. Menarik diri
18

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis

3) Perencanaan Keperawatan

Perencanaan yang dibuat untuk klien yang nyeri bertujuan agar

klien memenuhi hal-hal berikut :

a) LUARAN :Tingkat nyeri

Dengan kriteria hasil :

(a) Keluhan nyeri dari meningkat menjadi menurun

(b) Meringis dari meningkat menjadi menurun

(c) Gelisah dari meningkat menjadi menurun

(d) Fokus dari memburuk menjadi membaik.

b) INTERVENSI

1) Manajemen nyeri

a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi respon nyeri non verbal

d) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri (Mis. TENS, hipnosis, kompres


19

hangat/dingin, terapi musik,terapi pijat, aromaterapi,

teknik imajinasi terbimbing, terapi bermain)

e) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

f) Jelaskan strategi meredakan nyeri

g) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri

h) Kolaborasi pemberian analgetik, Jika perlu

4) Pelaksanaan ( Tindakan Keperawatan )

Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk

mengurangi rasa nyeri. Tindakan tersebut yaitu tindakan

farmakologis dan non farmakologis. Biasanya, untuk nyeri skala

yang ringan tindakan non farmakologis merupakan tindakan

intervensi yang paling utama. Sedangkan untuk mengantisipasi

perkembangan nyeri dapat digunakan tindakan farmakologis. Nyeri

yang sedang sampai berat dapat menggunakan teknik non

farmakologis, yang merupakan suatu pelengkap yang efektif

disamping tindakan utamanya yaitu farmakologis.

5) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dinilai melalui kemampuan respon nyeripasien,

diantaranya hilangnya perasaan nyeri, intensitas nyeri menurun,

respon fisiologis yang baik, serta kemampuan pasien melakukan.


20

C. Stroke

1. Definis Stroke

Stroke merupakan keadaan yang muncul karena gangguan

diperedara darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan

otak, sehingga terjadi kelumpuhan dan kematian. Stroke merupakan

gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neurologis

mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak

(Amin, 2015).

Dari definisi stroke diatas dapat disimpulkan bahwa stroke

merupakan penyakit sistem persyarafa yang dapat terjadi akibat kurangnya

suplai oksigen ke otak secara mendadak yan dapat terjadi karena adanya

sumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak yang dapat menimbulkan

gajala – gejala bahkan dapat mengakibatkan kematian.

2. Klasifikasi Stroke

Stroke dapat dikelompokan menjadi dua yaitu stroke iskemik (non

hemoragik) dan stroke hemoragik.

a. Stroke Iskemik Atau Non Hemoragik

Dapat terjadi apabila salah satu cabang dari pembuluh darah otak

mengalami penyumbatan, sehingga bagian otak yang seharusnya

mendapatkan suplai darah dari cabang pembuluh darah tersebut akan

mati karena tidak mendapatkan suplai oksigen dan aliran darah yang

cukup.
21

b. Stroke hemoragik

Terjadi dikarenakan pecahnya pembuluh darah diotak terkait

dengan terjadinya peningkatan tekanan darah akibat gesekan dari darah

yang mengalir, penderita hipertensi yang dapat mengakibatkan

pecahnya pembulu darah.

3. Etiologi

Menurut jenis nya stroke terbagi menjadi 2 yaitu stroke

iskemik (non hemoragik) dan stroke hemoragik. Berikut penyabab dari

stroke non hemoragik dan hemoragik :

a. Stroke non hemoragik di sebabkan oleh tersumbatnya pembulu

darah.

1. Strokeemboti adalah proses terbentuknya thrombus yang

mengakibatkan penggumpalan.

2. Strokeembolik adalah tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan

darah.

3. Hipoperfusion embolik adalah berkurang aliran darah

keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan deyut jantung.

b. Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.

Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada pasien penderita

hipertensi (Amin, 2015).

4. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik yang terdapat pada penderita stroke yaitu

mengalami kelumpuhan dan kelemahan, tiba – tiba hilang rasa kepekaan,


22

berbicara pelo atau cadel, adanya ganggua bicara, gangguan penglihatan,

mulut mencong atau tidak simetris, gangguan daya ingat, nyeri kepala

hebat, vertigo, penurunan kesadaran, proses kencing terganggu, dan

mengalami gangguan fungsi otak(Amin, 2015)


23

PATHWAY

5. Patofisiologi

Patofisiologi utama stroke adalah penyakit jantung atau pembulu

darah yang mendasarinya. Patologi utama termaksud hipetensi,

aterosklerosis. Stroke iskemik atau non hemoragik disebabkan oleh oklusi

cepat dan mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah
24

terganggu. Jaringan otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60

sampai 90 detik akan menurun fungsinya. Stroke iskemik terjadi karena

aliran darah ke otak berkurang karena sumbatan sehingga oksigen yang

sampai ke otak juga berkurang atau tidak ada tergantung berat ringannya

aliran darah yang tersumbat. Sumbatan oleh kerak (plak) arterosklerosis,

trombus (pecahnya bekuan darah / plak), emboli udara, lemak) pada arteri

otak yang bersangkutan. Merupakan sumbernya. Iskemik otak terjadi bila

aliran darah ke otak kurang dari 20 ml per 100 gram otak per menit.

Trombus atau penyumbatan seperti arterosklerosis menyebabkan

iskemik pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron

sekitarnya akibat proses hipoksia atau anorksia. Sumbatan emboli yang

terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam sistem peredaran darah yang biasa

terjadi didalam jantung, dapat pula menggangu sistem sirkulasi otak

(Fanning Dkk,2014) dalam Haryono (2019)

Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat daerah otak

terbagi menjadi dua daerah keparahan derajat otak, yaitu daerah inti dan

daerah penumbra. Daerah inti adalah daerah atau bagian otak yang

memiliki aliran darah kurang dari 1occ/100 g jaringan otak tiap menit.

Daerah ini beresiko menjadi nekrosis dalam hitungan menit. Daerah

penubra adalah daerah otak yang aliran darahnya tergangu tetapi masih

lebih baik dari pada daerah inti kaena daerah ini masih mendapat suplai

perfusi dari pembuluh darah lainnya ( Gupta Dkk,2016) dalam Haryono

(2019).
25

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Angiografi serebri, membantu menentukan penyabab dari

stroke secara spesifik seperti pendaraahan arteriovena atau

adanya rupture dan untuk mencari perdarahan seperti

aneurisma atau malformasi vaskuler.

b. Lumbai fungsi, CT Scan, EEG, magnectic imaging resonance

(MRI)

c. USG Doppler, untuk mengidentifikasi adanya penyakit

arteriovena (masalah sistem karotis)

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis pada klien dengan stroke meliputi :

1. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan

pada klien dengan riwayat ulkus, uremia dan kegagalan hepar.

Sodium heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.

2. Phenytonin dapat digunakan untuk mencegah kejang.

3. Entries-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu

untuk mengancurkan trombotik dan embolik.

4. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk

stabilkan bekuan di atas anurisma yang rupture

5. Calcium channel blocker (nimodipine) dapat diberikan untuk

mengatasi vasospasme pembuluh darah.


26

8. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian meliputi identitas klien, riwayat kesehatan dahulu,

riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan keluarga.

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku, tanggal, dan jam masuk RS , No.RM

dan diagnosis medias.

b. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat

Hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskuler misalnya

embolisme serebral, riwayat tinggi kolesterol, obesitas, riwayat

diabetes militus, riwayat aterosklerosis, merokok, riwayat

pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Apakah ada riwayat penyakit degeneratif dalam keluarga

d. Aktivitas/istirahat

Klien merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena

kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplagia),

merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri), gangguan tonus

otot , dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan,

gangguan tingkat kesadaran.

e. Sirkulasi

Adanya penyakit jantung (reumatik, endokarditis, polistemia,

riwayat hipotensi postural), hipotensi arterial berhubungan


27

dengan embolisme, frekuensi nadi dapat bervariasi karena

ketidakefektifan fungsi atau keadaan jantung.

f. Integritas

Ego Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa, emosi labil,

ketidaksiapan untuk makan sendiri dan gembira, kesulitan

untuk mengekspresikan diri.

g. Eliminasi

Perubahan pola berkemih (seperti; inkontenensia urin, anuria)

distensi abdomen, bising usus (-)

h. Makanan/cairan

Nafsu makan hilang, mual, muntah pada fase akut (peningkatan

TIK) kehilangan sensasi rasa, disfagia, riwayat diabetes militus,

peningkatan lemak dalam darah, kesulitan menelan (gangguan

pada reflek palatum dan faringeal) obesitas.

i. Neurosensori

Adanya pusing, sakit kepala berat, kelemahan, kesemutan,

kebas pada sisi terkena seperti mati/lumpuh, penglihatan

menurun, hilangnya rangsangan sensori, gangguan rasa

pengecapan dan penciuman, penurunan tingkat kesadaran,

penurunan memori, kelemahan pada bagian ekstremitas,

gangguan fungsi bahasa (Afasia), kehilangan kemampuan

pendengaran.

j. Nyaman/nyeri

Nyeri kepala, gelisah, ketegangan pada otot


28

k. Pernafasan

Merokok, ketidakmampuan menelan, batuk, hambatan jalan

nafas, pernafasan sulit, suara nafas terdengar rochi.

l. Keamanan

Masalah penglihatan, gangguan berespon terhadap panas dan

dingin, gangguan regulasi tubuh, tidak mandiri, tidak

sadar/kurang kesadaran diri

m. Interaksi

Sosial Masalah bicara, tidak mampu berkomunikasi 14

n. Pengkajian saraf kranial

Menurut Tucker (1998) menyatakan dalam buku Ariani (2013)

pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-XII :

a. Saraf olfaktorius (N. I) : Pemeriksaan penciuman

b. Saraf optikus (N. II) : Ketajaman penglihatan, lapang

pandang

c. Saraf okulomutorius (N. III) : Refleks pupil, otot okular,

eksternal termasuk gerakan ke atas, kebawah dan medial,

kerusakan akan menyebabkan otosis dilatasi pupil.

d. Saraf troklearis (N. IV) : Gerakan okular menyebabkan

ketidakmampuan melihat kebawah dan ke samping.

e. Saraf trigeminus (N.V) : Fungsi sensorik, reflek kornea,

kulit wajah dan dahi, mukosa hidung dan mulut, fungsi

motorik, reflek rahang.


29

f. Saraf abdusen (N.VI) : Gerakan okular, kerusakan akan

menyebabkan ketidakmapuan kebawah dan kesamping.

g. Saraf fasialis (N. VII) : Fungsi motorik wajah bagian atas

dan bawah, kerusakan akan menyebabkan asimetris wajah

dan porosis.

h. Saraf akustikus (N. VIII) : Tes saraf koklear, pendengaran,

konduksi udara dan tulang, kerusakan akan menyebabkan

tinitus atau kurang pendengaran atau ketulian.

i. Saraf glosofaringeus (N. IX) : Fungsi motorik, reflek

gangguan faringeal, atau menelan.

j. Saraf vagus (N. X) : bicara

k. Saraf asesorius (N. XI) : Kekuatan otot trapezius dan

sternokleidomastoid, kerusakan akan menyebabkan

ketidakmampuan mengangkat bahu.

l. Saraf hipoglosus (N. XII) : Fungsi motorik lidah, kerusakan

akan menyebabkan ketidakmampuan menjulurkan dan

menggerakan lidah.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (

hipertesi)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

otot

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan

untuk mencerna makanan


30

4. Perfusi selebral tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan tekanan darah

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana keperawatan adalah semua penanganan yang didasarkan

pada penilaian dan keilmuan pada tatanan klinik, dimana perawat

melakukan tindakan untuk meningkatkan hasil klien. Adapun intervensi

pada penderita stroke, yaitu :

DIAGNOSA LUARAN/ KRITERIA INTERVENSI


HASIL KEPERAWATAN

Nyeri akut Setelah di lakukan Manajemen nyeri


berhubungan tindakan keperawatan
dengan agen selama 3x 24 jam maka 1. Observasi lokasi,
pencedera tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
fisiologis ( dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
hipertensi ) intensitas nyeri,.
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
dari meningkat nyeri
menjadi 3. Identifikasi respon
menurun nyeri non verbal
2. Meringis dari 4. Indetifikasi factor
menungkat yang memperberat
menjadi dan memperingan
menurun nyeri
3. Gelisah dari 5. Identifikasi
meningkat pengetahuan dan
menjadi keyakinan tentang
menurun nyeri
4. Tekanan darah 6. Identifikasi pengaruh
dari meningkat budaya terhadap
menjadi rspon nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
31

yang sudah diberikan


9. Monitor efek samping
pengaruh analgetik.
10. Berikam teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
11. Control lingkungan
yang memperberat
rasa hyeri
12. Fasilitasi istirahat dan
tidur
13. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategimeredahkan
nyeri.
14. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
15. Jelaskan staregi
meredahkan nyeri
16. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
17. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
19. Kolaborasi pemberian
analgetik.

Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi


mobilitas fisik tindakan keperawatan 1. Identifikasi toleransi
berhubungan selama 3x24 jam maka fisik melalui
dengan mobilitas fisik pergerakan
penurunan meningkat dengan 2. Monitor frekuensi
kekuatan otot kriteria hasil : jantung dan tekanan
1. Pergerakan darah sebelum
eksremitas cukup memulai mobilisasi
32

meningkat 3. Monitor kondisi


2. Kekuatan otot umum selama
cukup meningkat melakukan mobilisasi
3. Rentang gerak 4. Fasilitasi aktivitas
(ROM) cukup mobilisasi dengan
meningkat alat bantu
4. Kelemahan fisik 5. fasilitasi melakukan
cukun menurun pergerakan
6. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
7. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
8. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang di
lakukan

Deficit nutrisi Setelah di lakuan Manajemen Nutrisi


tindakan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
selama 3x24 jam maka 2. identifikasi makanan
nafsu makan membaik yang disukai
dengan kriteria hasil : 3. lakukan oral hygiene
1. Keinginan sebelum makan
makan cukup 4. Sajikan makanan secara
meningkat menarik dan suhu yang
2. Asupan untuk sesuai
makan 5. Berikan makanan tinggi
meningkat protein dan kalori
3. Kemampuan 6. Berikan suplemen
menikmati makanan
makanan 7. Anjurkan posisi duduk
meningkat jika mampu
4. Stimulus untuk 8. Kolaborasi dengan ahli
makan gizi untuk menentukan
5. Cukup jumlah kalori dan jenis
meningkat nutrien ang dibutuhkan

Perfusi selebral Setelah dilakukan Manajemen peningkatan tekanan


tidak efektif tindakan keperawatan
33

berhubungan selama 3x24 jam maka intracranial


dengan perfusi serebral
peningkatan meningkat dengan 1. Identifikasi penyebab
tekanan dara criteria hasil tekanan intra cranial
2. Monitor tanda dan gejala
1. Tingkat kesadaran peningkatan TIK
dari menurun 3. Monitor MAP
menjadi meningkat 4. Monitor CVP
2. Kognitif dari 5. Monitor status
menurun menjadi pernapasan
meningkat 6. Berikan posisi semi
3. nilai rata rata fowler
tekanan darah dari 7. Atur ventilator agar
memburuk menjadi paCO2 optimal
meningkat 8. Pertahankan suhu tubuh
normal
9. Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis jika
perlu

4. Pelaksanaan Keperawatan

Serangkian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke

status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria yang di

harapkan.

5. Evaluasi

Perbandingan yang sistematik yang trancang tentang kesehatan pasien

atau klien dengan tujuan yang telah di rencanakan, dilakukan kesinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam

keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang


34

telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara

optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

D. Analisis Tindakan Keperawatan : Teknik Relaksasi Nafas Dalam

1) Definisi

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana mengembuskan nafas secara

perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi

nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah (Smeltzer & Bare cit Yusrizal, 2012).

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk

asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan

kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat

(menahan ispirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan

nafas secara perlahan. Relaksasi bertujuan untuk membuat tubuh

menjadi rileks, Menciptakan kenyamanan batin dan mengurangi

kecemasan. Dengan demikian detak jantung menjadi teratur

mengurangi tekanan darah sehingga dapat mengurangi rasa nyeri akut

maupun kronis.

Menurut Mulyadi (2015) teknik relaksasi yang efektif dapat

menurunkan denyut jantung, mengurangi tekanan darah, mengurangi

tension headache, menurunkan ketegangan otak, meningkatkan


35

kesejahteraan, dan mengurangi tekanan gejala pada individu yang

mengalami berbagai situasi.

Sementara menurut (Smeltzer & Bare,2002) menyatakan bahwa

tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan

ventrikel alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi

paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan

kecemasan. Manfaat teknik nafas dalam diantaranya :

a) Ketentraman hati

b) Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah

c) Tekanan darah dan ketegangan jiwa menjadi rendah

d) Detak jantung lebih rendah

e) Mengurangi tekanan darah

f) Meningkatkan keyakinan

g) Kesehatan mental menjadi lebih baik

h) Ketahan yang lebih besar terhadap penyakit

i) Tidur lelap

j) Daya ingat lebih baik

k) Meningkatkan daya berfikir logis

l) Meningkat kreativitas

2) Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Menurut Potter dan Perry (2010), langkah-langkah teknik relaksasi

nafas dalam yaitu :

a) Ciptakan lingkungan tenang, usahakan tetap rileks dan tenang.


36

b) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan

udara melalui hitungan 1, 2, 3 perlahan-lahan udara dihembuskan

melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah

rileks.

c) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali, menarik nafas

lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara

perlahan-lahan.

d) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap

konsentrasi / mata sambil terpejam, pada saat konsentrasi

pusatkan pada daerah nyeri.

e) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang.

f) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5

kali.

g) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan

cepat

3) Penerapan relaksasi napas dalam terhadap tingkat nyeri

Menurut Majid et al, (2011) Teknik relaksasi nafas dalam mampu

menurunkan nyeri, hal ini terjadi karena relatif kecilnya peran otot-

otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk

melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Setelah dilakukan teknik

relaksasi nafas dalam terdapat hormon yang dihasilkan yaitu hormon

adrenalin dan hormon kortison. Kadar PaCO2 akan meningkat dan


37

menurunkan PH, sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam

darah.

Halinisama seperti studi kasus yang dilakukan oleh Muhammad

Anis Kurniawan (2013) dari data yang didapatkan Ny.S mengalami

nyeri akut dengan skala 5 setelah dilakukan intervensi dengan

pemberian teknik relaksasi nafas dalam maka nyeri yang dialami

Ny.S berkurang menjadi skala 3.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Mulyadi (2015) mengenai

pengaruh terapi relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri kepala

hipertensi didapatkan hasil nyeri kepala pada kedua kelompok

sebelum dilakukan intervensi (pretest) baik kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mengalami nyeri

pada kategori sedang yaitu 17 responden, nyeri ringan1 responden

dan pada kelompok kontrol 16 responden nyeri sedang, 2 responden

nyeri ringan. Kemudian setelah dilakukan intervensi (postest)

sebagian responden mengalami nyeri ringan yaitu 12 responden,

tidak nyeri 1 responden, dan sisanya mengalami nyeri sedang yaitu 5

responden. Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar masih

mengalami nyeri sedang sebesar 13 responden dan sisanya

mengalami nyeri ringan sebesar 5 responden.


38

4) Tujuan dan alasan relaksasi nafas dalam

1. Menurunkan nyeri

Menurut smeltzer & Bare tujuan teknik relaksasi nafas dalam

adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran

gas, mencegah atelaktasi paru, meningkatkan efesiensi batuk,

mengurangi stress baik fisik maupun emosional yaitu menurunkan

intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.Teknik relaksasi nafas

dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri :

a. Dengan merelaksasi otot-otot skelet yang menglami spasme

yang di sebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga

terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan

aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic.

b. Teknik relaksasi nafas dalam di percayai mampu merangsang

tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan

enfekalin.

c. Mudah di lakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi

melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak membutuhkan

alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-

waktu.

Hasil dari evaluasi keperawatan mayoritas responden mengatakan

rasa nyeri berkurang. Menurut Mulyadi (2015) Teknik relaksasi yang

efektif dapat menurunkan denyut jantung, mengurangi tekanan darah,

mengurangi tension headache, menurukan ketegangan otot,


39

meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tekanan gejala pada

individu yang mengalami berbagai situasi.

2. Menurunkan tekanan darah

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanti Anggraini

(2020) terhadap pasien hipertensi teknik relaksasi nafas dalam

mampu menurunkan tekanan darah.

Penelitian lain juga di lakukan oleh Rini Tri Hastuti dan Insiyah

(2015) terhadap 30 orang pasien hipertensi Puskesmas Bendosari

Kabupaten Sukaharjo, didapatkan adanya perbedaan signifikan

sebelum dan sesudah intervensi teknik relaksasi nafas dalam pada

tekanan darah sistolik dan distolik.

1. Mekanisme kerja relaksasi nafas dalam

Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan

sensitivitas babroreseptor dan mengeluarkan neurotransmitter

endorphin sehingga mengstimulasi respon saraf otonom yang

berpengaruh dalam menghambat pusat simpatis (meningkatkan

aktivitas tubuh) dan merangsang aktivitas parasimpatis

(menurunkan aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila kondisi

ini terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovaskuler

control center (CCC) yang akan menyebabkan penurunan heart

rate, stroke volume, sehingga menurunkan cardiac output,

proses ini memberikan efek menurunan tekanan darah (Johan,

2000 dalam Tahu, 2015). Proses fisiologi terapi nafas dalam

akan merespon meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat


40

mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis an terjadinya

penurunan kontraktiritas, kekuatan pada setiap denyutan

berkurang, sehingga volume sekuncup berkurang, terjadi

penurunan curah jantung dan hasil akhirnya yaitu menurunkan

tekanan darag sehingga mengurangi kecemasan (Muttaqin,

2009 dalam Khayati et all, 2016).


BAB III

METODE KASUS

A. RANCANGAN STUDI KASUS

Desaian penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan

bentuk studi kasus. Dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara

objektif dengan menganalisis lebih mendalam tentang kasus keperawatan

gerontik dengan kasus stroke dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di

palangga, kec, duruka, kab. Muna.

B. SUBYEK STUDI KASUS

Subyek dari penelitian studi kasus ini adalah satu orang pasien

dengan diagnosa stroke di palangga, kec. Duruka, kab. Muna dengan

kriteria inklusi :

1. Kriteria Inklusi

a. Lansia bersedia menjadi subyek dari penelitian

b. Lansia dengan diagnosa stroke berdasarkan diagnose dokter

c. Pasien yang mengalami masalah pemenuhan rasa nyaman

d. Pasien dalam kesadaran compos mentis ( sadar penuh )

e. Lansia yang berusia di atas 60 tahun

41
42

2. Kriteria Eklusi

a. Pasien tidak bersedia menjadi subyek penelitian

b. Pasien yang tidak mengalami masalah pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman

c. Pasien yang tidak sadar

d. Pasien yang tidak bisa berbicara

C. FOKUS STUDI KASUS

Fokus studi kasus dalam penelitian mengetahui gambaran asuhan

keperawatan pada gerontik dengan stroke dalam pemenuhan kebutuhan

rasa nyaman di palangga, kec. Duruka. Kab. Muna dan penerapan

intervensi teknik relaksasi nafas dalam dalam menurunkan rasa nyeri.

D. DEFINISI OPERASIONAL STUDI KASUS

Definisi operasional studi kasus asuhan keperawatan :

a. Stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi

gangguan diperedaran darah diotak yang menyababkan terjadinya

kematian jaringan otak, sehingga mengakibatkan seseorang

menderita kematian atau kelumpuhan.

b. Asuhan keperwatan adalah suatu pelayanan esensial yang di

berikan oleh perawat berdasarkan upaya-upaya preventif, promotif,

kuratif, dan rehabilitatif sesuai dengan posisi yang ada pada diri

mereka.
43

c. Pengkajian adalah dasar utama atau langka awal dari proses

keperawatan yang terdiri dari beberapa tahapan diantaranya

pengumpulan data, pengelompokan data, dan menganalisi data.

d. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang disingkat,

jelas dan pasti tentang status atau masalah kesehatan pada lansia

dengan kasus stroke.

e. Perencanaan adalah rencana keperawatan yang digunakan untuk

memecahkan masalah atau mengurangi masalah klien dengan

rencana memberi teknik nafas dalam pada pasien stroke.

f. Implementasiadalah perwujudan atau pelaksanaan perencanaan

keperawatan oleh perawat dan klien dengan melakukan teknik

nafas dalam pada lansia dengan kasus stroke

g. Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan yang

merupakan pngukuran keperhasilan dari seluruh tindakan

keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien dengan menayakan

kembali apakah nyeri atau sakit kepala pasien berkurang.

h. Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu tindakan mandiri yang

bisa di lakukan seorang perawat untuk menurunkan nyeri yang di

rasakan oleh pasien.


44

E. TEMPAT DAN WAKTU PENGUMPULAN DATA

1. Tempat

Dilaksanakan di palangga, kec. Duruka kab. Muna.

2. Waktu

Dilaksanakan pada tanggal 22 maret- 27 maret 2021.

F. PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang di peroleh langsng dari

subyektif atau pasien studi kaasus berdasarkan format pengkajian

asuhan keperawatan gerontik. Pada data primer peneltian ini dapat

di peroleh dari hasil observasi, wawancara secara langsung dan

pemeriksaan fisik dengan subyek penelitian

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh oleh peneliti

secara tidak langsung atau melalui media perantara.


45

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada studi kasus yaitu dengan

melakukan observasi, pemeriksaan fisik, dan wawancara. Adapun

langkah- langka pengumpulan data yang di lakukan yaitu sebagai berikut :

a) Peneliti meminta surat pengantar pengambilan data awal dari

institusi asal peneliti Poltekkes Kemenkes Kendari

b) Peneliti mengambil data di Palangga, kec, Duruka, kab. Muna

G. PENYAJIAN DATA

Penyajian data yang akan di sajikan pada penelitian ini yaitu secara

tekstural atau narasi untuk mengatetahui hasil penelitian.

H.ETIKA STUDI KASUS

Penelitian ini akan diajukan kepada tim program karya ilmiah

Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusakan Keperawatan. Penelitian yang

menggunkan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentengan dengan

etik . Tujuan Penelitan harus etis dalam arti hak responden harus di

lindungi dalam melaksanakan penelitian ini penulis menekankan pada

prinsip etika meliputi :


46

1. Prinsip Manfaat

a) Bebas Dari Penderitaan

Penelitian harus dilaksakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subyek.

b) Bebas Dari Eksploitasi

Partisipasi subyek dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadan yang tidak menguntungkan. Penelitian harus

menykinkan subyek bahwa apabila berpatisipasi dalam

penelitian ini maka informasi yang telah diberikan tidak akan

di pergunakan untuk merugikan subyek.

c) Resiko (Benefist Ratio)

Peneliti harus berhati-hati dalam melakukan penelitian

agar tidak menimbulkan risiko yang dapat merugikan subyek.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

a) Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self

determination) subyek berhak untuk menentukan apakah mau

berpatisipasikan dalam peneltian atau menolak untuk

berpatisipasi dalam penelitian tersebut.

b) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakukan yang

diberikan (right to full disclosure) seorang peneliti harus


47

pertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subyek

dan harus memberikan penjelaskan secara rinci.

c) Informend consent merupakan lembar persetujuan studi kasus

yang diberikan kepada responden, agar responden mengetahui

maksud dan tujuan studi kasus.

3. Prinsip Keadilan

a) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (Right In Fair

Treatment)

Peneliti harus adil dalam melakukan penelitian terhadap

subyek, selama dan sesudah ke ikut sertaanya dalam penelitian

tanpa adanya deskriminasi.

b) Hak di jaga kerahasiaanya (Right To Privacy)

Untuk menjaga kerahasiaanya pada lembar yang telah diisi

oleh responden, penulis tidak mencantumkan nama secara

lengkap, responden cukup mencantumkan nama inisial .


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. HASIL STUDI KASUS

1. PENGKAJIAN

i. Identitas diri klien

a. Nama lengkap : Ny. W

b. Tempat/tgl lahir : Tongkuno, 1951

c. Umur : 70 tahun

d. Jenis kelamin : Perempuan

e. Status : Menikah

f. Agama : Islam

g. Suku bangsa : Muna

h. Pendidikan : SD

i. Diagnosa medis : Stroke

j. Tanggal pengkajian : 22 Maret 2021

k. Alamat : jln. Sutan Syahrir ( Palangga )

2. Identitas keluarga yang dapat dihubungi

a. Nama : Ny. M

b. Alamat : Jln. Sutan Syahrir ( Palangga )

c. Nomor telpon :

d. Hubungan dengan klien : Anak klien

48
49

3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja

b. Pekerjaan sebelumnya : Tidak bekerja

c. Sumber pendapatan : Dari anak

d. Kecukupan pendapatan : Cukup

4. Aktivitas rekreasi

a. Hobi : Berkebun

b. Bepergian/wisata : Berkunjung ke rumah anak

c. Keanggotaan organisasi : Tidak ada

d. Lain-lain : Tidak ada

5. Riwayat keluarga

a. Saudara kandung : 4 saudara kandung

b. Riwayat kematian ( 1 tahun terakhir ) : Tidak ada

c. Kunjungan keluarga : Keluarga selalu

berkunjung setiap hari untuk melihat keadaan klien

a. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

1. Nutrisi

a. Frekuensi makan : 3x sehari

b. Nafsu makan : Nafsu makan tidak terganggu

c. Jenis makanan : Klien selalu diberi makan bubur,

sayur dan ikan

d. Kebiasaan makan : Klien kadang makan sendri

e. Makanan yang tidak di sukai : Tidak ada

f. Alergi makanan : Tidak ada


50

g. Pantangan makanan : Makan tinggi lemak, dan

berminyak

h. Keluhan yang berhubungan dengan makanan : Tidak ada

2. Eliminasi

a. BAK

Frekuensi dan waktu : 2-4 kali sehari

Kebiasaan BAK pada malam hari : Tidak ada

Keluhan yang berhubungan dengan BAK: Tidak ada

b. BAB

Frekuensi dan waktu :1-2 kali sehari

Konsistensi : Lunak

Keluhan yang berhubungan dengan keluhan : Tidak ada

Pengalaman memakai laxantif / pencahar : Tidak

3. Personal hygiene

a. Mandi :2 kali sehari

b. Oral hygiene : Klien tidak perna sikat gigi selama sakit

c. Cuci rambut :2-3 kali dalam seminggu

d. Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu

4. Istirahat tidur

a. Lama tidur malam : 5-6 jam

b. Tidur siang : 2-3 jam jam

c. Keluhan yang berhubungan dengan tidur: Tidak ada

5. Kebiasaan mengisi waktu luang

a. Olahraga : Tidak
51

b. Nonton tv : Iya

c. Berkebun dan memasak : Tidak

d. Lain – lain : Tidak ada

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kebiasaan

( jenis/ frekuensi / jumlah / lama pakai )

a. Merokok : Tidak merokok

b. Minuman keras : Tidak minum minuman keras

c. Ketergantungan obat : Tidak ada konsumsi obat

7. Uraikan kegiatan sehari hari

Kegiatan klien sehari hari hanya berbaring makan dan tidur.

b. Status Kesehatan

1. Status kesehatan saat ini

a. Keluhan utama : Klien mengeluh sakit pada daerah kepala

b. Gejala yang di rasakan klien : Nyeri kepala

c. Faktor pencetus : Nyeri kepala di sebabkan oleh tekanan

darah klien yang meningkat . tekanan darah 180/100 mmHg

d. Upaya mengatasi keluhan : Tidak ada

2. Riwayat kesehatan masa lalu

a. Penyakit yang perna di derita : Keluarga klien mengatakan

klien riwayat hipertensi

b. Riwayat alergi: Tidak ada

c. Riwayat kecelakaan : Tidak ada

d. Riwayat di rawat di rumah sakit : Klien perna dirawat karena

penyakit stroke
52

e. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada

3. Pengkajian / pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran,aukultasi,

perkusi, dan palpasi )

a. Keadaan umum : Compos mentis ( sadar penuh )

b. TD/N/S/P : 180/100 mmHg, 86x/menit, 36.50C, 21x/menit.

c. Rambut : warna rambut putih, tidak ada benjolan, kebersihan

rambut bersih, berkotombe, tidak ada kerontokan ,ada nyeri

pada kepela

d. Mata : indra penglihatan berubah, konjungtiva tidak anemis,

sclera normal, tidak ada nyeri tekan, simetris antara mata kanan

dan kiri.

e. Telinga : fungsi pendengaran baik, bentuk simetris antara

kanan dan kiri, dan kebersihan telinga baik , tidak adanya nyeri

tekan pada telinga

f. Mulut, gigi, dan bibir : Tidak ada gangguan menelan, jumlah

gigi tidak lengkap lagi, bibir nampak kering, bibi miring

kekanan.

g. Dada : Bentuk dada normal, simetris antara kiri dan kanan,

tidak ada hambata jalan nafas, frekuensi pernapasan 21x/menit

h. Abdomen : Bentuk abdomen normal, tidak ada distensi pada

abdomen dan peristaltic usus normal tidak ada nyeri tekan.

i. Kulit : Turgor kulit menurun, warna kulit putih tidak ada

bercak bercak pada kulit.

j. Ektremitas atas : Ektremitas atas kanan mengalami kelemahan


53

dengan kekuatan otot 3

k. Ekstremitas bawah : Ektremitas bawah kanan mengalami

kelemahan dengan kekutan otot 2.

c. Spritual

a. Keyakinan yang berhubungan terhadap perilaku kesehatan :

tidak ada

b. Nilai yang diyakini yang berhubungan dengan kesehatan : tidak

ada

c. Kebiasaan beribadah : Sejak sakit klien tidak pernah

melakukan ibadah sholat 5 waktu lagi.

d. Resume Hasil Pengkajian Khusus

a. Katz indeks : klien ketergantungan dalam hal aktivitas sehari –

hari kecuali dalam hal makan klien kadang makan sendiri

makanan yang telah disediakan dengan menggunakan tangan

sebelah kanan

b. Barthel indeks : Dari hasil pengkajian barthel indeks atau

pengkajian kemandirian klien ketergantungan dengan hasil

yang didapatkan nilai 3.

c. SPSMQ : Dari hasil pengkajian kongnitif didapatkan hasil klien

mengalami gangguan mengalami kerusakan intektual ringan

dengan nilai yang di dapatkan 6 benar dan 4 salah dari

pertanyaan yang diajukan.

d. MMSE : Dari hasil pengkajian MMSE (Mini Mental Status

Exam) klien medapatkan nilai 17 mengalami problem


54

gangguan kognitif.

e. Keseimbangan : Dari hasil yang didapat dalam pengkajian

keseimbangan Ny. W mengalami resiko jatuh rendah dengan

nilai yang dapatkan 0 dikarenakan klien mengalami kelemahan

pada ektremitas.

f. Lingkungan tempat tinggal : Dari hasil yang didapatkan

lingkungan tempat tinggal klien aman.

2. ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Data subjetif : Stroke Nyeri akut
1. Klien
mengeluh nyeri
2. Klien Proses metabolism
mengatakan dalam otak
nyeri pada terganggu
daerah kepala
3. Klien
mengatakan Penurunan suplai
nyeri tertusuk- darah dan ke O²
tusuk otak
4. Klien
mengatakan
skala nyeri Peningkatan TIK
berada di
angkat 5
Data objektif : Nyeri akut
1. Nampak klien
meringis
2. Nampak
tekanan darah
klien
meningkat
TD : 190/100
3. Nampak klien
sulit tidur
4. Nampak klien
gelisah
5. Nampak klien
mengeluh nyeri
55

6. Nampak klien
memegang
daerah yang
sedang sakit.
7. Nampak skala
nyeri berda di
angka 5
8. Tanda – tanda
vital
TD : 180/100
mmHg
N : 86X/menit
S : 36,5°C
RR : 21x/menit

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

(hipertensi) yang di tandai dengan:

Data subjektif

a. Klien mengeluh nyeri

b. Klien mengatakan nyeri pada daerah kepala

c. Klien mengatakan nyeri tertusuk-tusuk

d. Klien mengatakan skala nyeri berada di angka 5

Data objektif

a. Nampak klien meringis

b. Nampak tekanan darah klien meningkat

c. Nampak klien sulit tidur

d. Nampak klien gelisah

e. Nampak klien mengeluh nyeri

f. Nampak klien memegang daerah yang sedang sakit.

g. Nampak skala nyeri berda di angka 5


56

h. Tanda – tanda vital

TD : 180/100 mmHg

N : 86X/menit

S : 36,5°C

RR : 21x/menit

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA LUARAN / INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
Nyeri akut Setelah di lakukan Manajemen nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 1. Observasi
dengan agen selama 3x 24 jam lokasi,
pencedera maka tingkat nyeri karakteristik,
fisiologis ( menurun dengan durasi,
hipertensi ) kriteria hasil : frekuensi,
1. Keluhan nyeri kualitas,
dari intensitas
meningkat nyeri,.
menjadi 2. Identifikasi
menurun skala nyeri
2. Tekanan 3. Identifikasi
darah dari respon nyeri
meningkat non verbal
menjadi 4. Indetifikasi
menurun factor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
5. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
6. Berikam teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
7. Kontrol
lingkungan
57

yang
memperberat
rasa nyeri
8. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
9. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
10. Jelaskan staregi
meredahkan
nyeri
11. Ajarkan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri

5. PELAKSANAAN DAN EVALUASI

DIAGNOSA HARI/ WAKT IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGA U
L
Nyeri akut Selasa, 23 09.00 1. Mengobservasi S:
berhubungan maret 2021 lokasi, Klien
dengan agen karakteristik, mengatakan
pencedera durasi, nyeri pada
fisiologis ( frekuensi, kepala.
hipertensi ) kualitas, Klien
intensitas mengatakan
nyeri,. nyeri berada
2. Mengidentifik di angka 5
asi skala nyeri O:
3. Mengidetifikas Nampak
i factor yang tekanan darah
memperberat meningkat
dan 180/100
memperingan mmHg
nyeri Nampak
4. Memberikam nyeri di
teknik non angka 5
farmakologis Nampak
untuk klien
mengurangi mengeluh
58

rasa nyeri sakit


5. Menjelaskan A:
penyebab, Masalah
periode, dan belum
pemicu nyeri teratasi
6. Menjelaskan P:
staregi Intervensi di
meredahkan lanjutkan
nyeri
7. Mengajarkan
teknik non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri.
Nyeri akut Rabu , 24 09.00 1. Mengobservasi S:
berhubungan maret 2021 lokasi, Klien
dengan agen karakteristik, mengatakan
pencedera durasi, nyeri pada
fisiologis ( frekuensi, kepala sudah
hipertensi ) kualitas, berkurang
intensitas dari
nyeri,. sebelumnya
2. Mengidentifik O:
asi skala nyeri Nampak
3. Mengidetifikas tekanan darah
i factor yang sudah
memperberat menurun dari
dan 180/100mmH
memperingan g menjadi
nyeri 160/100
4. Memberikam mmHg.
teknik non A:
farmakologis Masalah
untuk teratasi
mengurangi sebagian
rasa nyeri P:
5. Menjelaskan Intervensi di
penyebab, lanjutkan
periode, dan
pemicu nyeri
6. Menjelaskan
staregi
meredahkan
nyeri
7. Mengajarkan
teknik non
farmakologis
59

untuk
mengurangi
rasa nyeri

Nyeri akut kamis, 25 09.00 1. Mengobservasi S:


berhubungan maret 2021 lokasi, Klien
dengan agen karakteristik, mengatakan
pencedera durasi, kepala sudah
fisiologis ( frekuensi, mulai tidak
hipertensi ) kualitas, sakit
intensitas Klien
nyeri,. mengatakan
2. Mengidentifik skala nyeri
asi skala nyeri dari angka 5
3. Mengidetifikas menjadi
i factor yang angka 3
memperberat O:
dan Nampak
memperingan tekanan darah
nyeri menurun
4. Memberikam 150/90mmHg
teknik non A:
farmakologis Masalah
untuk teratasi
mengurangi P : intervensi
rasa nyeri di lanjutkan.
5. Menjelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
6. Menjelaskan
staregi
meredahkan
nyeri
7. Mengajarkan
teknik non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
60

B. PEMBAHASAN

Pada bab sebelumnya , penulis telah menjabarkan berbagai

permasalahan tentang kasus stroke pada lansia khususnya pada

gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri), yaitu dimana

terjadi peningkatakan tekanan darah sistolik pada penderita stroke

lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan distolik

lebih besar atau sama dengan 90 mmHg. Gejala yang di rasakan pada

pasien yang mengalami stroke khususnya pada lansia yaitu mengalami

kelumpuhan dan kelemahan, tiba – tiba hilang rasa kepekaan, berbicara

pelo atau cadel, adanya ganggua bicara, gangguan penglihatan, mulut

mencong atau tidak simetris, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat,

vertigo, penurunan kesadaran, proses kencing terganggu, dan

mengalami gangguan fungsi otak. Sedangkan tujuan kasus di peroleh

melalui studi kasus langsung pada pasien Ny. W dengan kasus stroke

pada tanggal 22 Maret 2021 sampai 26 Maret 2021 di Palangga, kec.

Duruka, kab. Muna .

Untuk memudahkan dalam mengetahui apakah terdapat

kesenjangan seperti yang di maksud di atas, maka penulis membahas

dengan menggambarkan pendekatan proses keperawatan. Selama

penulis melakukan asuhan keperawatan gerontik pada pasien tersebut,

penulis mengacu pada pendekatan keperawatan yang meliputi :

pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, intervnsi

keperawatan, implemetasi, dan evaluasi keperawatan gerontik.


61

1) Pengkajian keperawatan gerontik

Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan

peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud

menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penentapan

kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang

dikumpulakan termasuk data subjektf dan data objektif meliputi

bio-psiko-sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan

masalah lania serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti

data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.

Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang

menyebabkan deficit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia

atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Amin, 2015). Gejala yang di

rasakan pada pasien yang mengalami stroke khususnya pada lansia

yaitu mengalami kelumpuhan dan kelemahan, tiba – tiba hilang

rasa kepekaan, berbicara pelo atau cadel, adanya ganggua bicara,

gangguan penglihatan, mulut mencong atau tidak simetris,

gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, penurunan

kesadaran, proses kencing terganggu, dan mengalami gangguan

fungsi otak.

Pengkajian nyeri yang dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik PQRST. Pada tahap pengkajian yang di

lakukan pada pasien tersebut yaitu penulis melakukan pengkajian

dengan menggunkan format pengkajian yaitu meliputi identitas,


62

keluhan, riwayat penyakit sehingga mengakibatkan stroke dan

nyeri kepala dan melakukan pemeriksaan fisik dan tanda tanda

vital klien. Pada saat di lakukan pengkajian penulis memperoleh

data pasien mengatakan mengalami nyeri pada daerah kepala yang

di sertai dengan pusing secara tiba tiba. Klien mengatakan

beberapa hari ini yang sering sakit kepala karena kepikiran dengan

cucunya di tambah keluarga klien mengatakan klien mempunyai

riwayat hipertensi. Klien mengatakan skala nyeri di angka 5 dan

nyerinya seperti tertusuk- tusuk, nyeri yang dirasakan hilang

timbul.

Data objektif yang diperoleh dari melakukan pengkajian

keeperawatan yaitu nyeri pada kepala, nampak klien sesekali

memegang daerah yang sakit, klien juga mengeluh dan meringis

kesakitan. Tekanan darah klien 180/100 mmHg , Nadi 86xmenit ,

Suhu 36,5°C, Pernapasan 21x/menit.

Berdasarkan hal tersebut tidak diperoleh kesenjangan antara

kasus dan teori penyakit stroke maupun teori nyeri. Dimana tanda

dan gejala pada pasien stroke pada teori yaitu mengalami

kelumpuhan dan kelemahan, tiba – tiba hilang rasa kepekaan,

berbicara pelo atau cadel, adanya ganggua bicara, gangguan

penglihatan, mulut mencong atau tidak simetris, gangguan daya

ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, penurunan kesadaran, proses

kencing terganggu, dan mengalami gangguan fungsi otak. Adapun

pada teori rasa nyaman (nyeri) yang menyatakan pengkajian nyeri


63

dapat di lakukan dengan penilaian PQRST. Adapun hasil yang di

dapatkan yaitu pasien mengeluh sakit kepala, seperti tertusuk-

tusuk, dengan waktu yang hilang timbul, skala nyeri 5, dan nampak

sesekali klien memegang kepalanya dan mengeluh dan meringis

kesakitan.

2) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan gerontik adalah keputusan klinis

yang berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan

atau kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di

keluarga maupun lansia dalam kelompoknya.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

pasien stroke nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, gangguan

menelan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, ganggun

integritas kulit, gangguan komunikasi verbal, gangguan

sensorik-motorik, gangguan konsep diri

Pada pengkajian dan analisis data yang telah dilakukan

pada klien tersebut, tidak didapatkan kesenjangan antara teori

dan kasus, dimana diagnosa yang di akat oleh penulis yaitu nyeri

akut. Batasan karakteristik yang di temukan pada teori dan hasil

pengkjian yang di lakukan oleh penulis tidak ditemukan

kesenjangan teori, dimana batasan karakteristikyang di temukan

pada hasil pengkajian sehingga dapat muncul diagnosa nyeri

yang di tandai dengan:


64

Ds : Pasien mengatakan nyeri pada kepala seperti

tertusuk-tusuk dari data tersebut di dapatkan data atau laporan

secara verbal

Do: Tekanan darah meningkat menjadi 180/100 mmHg,

nadi, suhu, pernapasan 21x/menit. Nampak klien meringis

kesakitan dan sesekali memegang daerah yang sakit. Sedangkan

data objektif berkaitan dengan adanya perubahan tekanan darah

, laporan nyeri dengan alat ukur, serta sikap melindungi area

nyeri dan naiknya tekanan darah pasien.

3) Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses

penyusunan berbagai intervensi keperawatan berguna untuk

mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah

yang ada pada lansia.

Intervensi yang dapat digunakan penulis sesuai dengan

teori yaitu:

Label SIKI : Manajemen nyeri

1. Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri,.

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non verbal


65

4. Indetifikasi factor yang memperberat dan memperingan

nyeri

5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

6. Berikam teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (teknik napas dalam)

7. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

8. Fasilitasi istirahat dan tidur

9. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

10. Jelaskan staregi meredahkan nyeri

11. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

Dengan kriteria hasil sebagi berikut menurut SLKI :

1. Keluhan nyeri dari meningkat menjadi menurun

2. Tekanan darah dari meningkat menjadi menurun

Adapun intervensi yang dilakukan yaitu hanya

memfokuskan pada tindakan keperawatan, meskipun penurunan

skala nyeri pasien juga dibantu oleh tindakan farmakologi. Adapun

tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam yang benar dan memonitor tanda- tanda vital

dan meberikan HE. Dimana tujuan dari teknik relaksasi

menghilangkan dan menurunkan nyeri yang di rasakan klien dan

dapat menurunkan tekanan darah. Tujuan ini juga sesuai dengan

tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam dalam teori.


66

4) Implementasi

Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi renana

tindakan yang telah di tetapkan untuk mencapai tujuan.

Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari sejak

tanggal 23 Maret 2021 sampai 25 Maret 2021, dimana tindakan

yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan perencanaan yang telah

di tetapkan. Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan yang di

lakukan yaitu mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam

selama 3 hari dan disertai pengukuran tanda-tanda vital sebelum

dan sesudah melakukan teknik relaksasi nafas dalam sebagai tolak

ukur penunjang, dimana tekanan darah yang tinggi dapat

mempengeruhi sakit pada daerah kepala.

5) Evaluasi keperawatan

Merupakan keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan

antara tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon

perilaku lansia yang ditampilkan.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan penulis selama 3 hari

dari tanggal 23 Maret 2021 sampai 25 Maret 2021 didapatkan

penurunan skala nyeri pada klien, yaitu pada hari pertama seblum

di lakukan tindakan keperawtan melakukan teknik relaksasi nafas

dalam skala nyeri yang dirasakan klien berada di angka 5 (sedang)

dan setelah dilakukan tindakan keperawatan teknik relaksasi nafas

dalam skala nyeri klien menurun di angka 3 (ringan), nampak


67

ekspresi meringis klien berkurang. Penurunan skala nyeri di

akibatkan penurunan tekanan darah klien dengan memberikan

terapi dan teknik relaksasi nafas dalam yang baik. Teknik relaksasi

ini juga ini dilakukan pasien secara mandiri jika tiba tiba

mengalami nyeri secara tiba-tiba. Dari hasil studi kasus yang di

dapatkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri dan penurunan

tekanan darah dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam

yang baik dan benar. Meskipun teknik relaksasi nafas dalam ini

hanya sebagai pelengkap dari penurunan tekanan darah.

C. KETERBATASAN STUDI KASUS

1. Keterbatasan studi kasus yang dilakukan selama 5 hari di Palangga,

kec. Duruka, kab Muna ini, diantaranya dari segi sumber referensi

atau informasi yang di dapatkan atau diperoleh dari buku.

2. Keterbatasan yang lain yaitu lamanya waktu melakukan studi kasus


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan secara khusus dari hasil studi kasus ini adalah :

1. Pengkajian yang ditemukan pada kasus stroke pada Ny.W yaitu, pasien

mengeluh nyeri pada kepala dengan skala nyeri 5 (sedang), dengan

frekuensi nyeri hilang timbul, klien juga memiliki riwayat hipertensi.

Berdasarkan data yang ditemukan pada kasus tersebut tidak terlihat

adanya kesenjangan teori dan data yang didapatkan.

2. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu nyeri akut, diagnosis ini

didukung oleh data- data yang ditemukan dan sesuai dengan keadaan

klien pada saat dilakukan pengkajian

3. Tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan

berdasarkan buku SDKI, SLKI, DAN SIKI dan disesuaikan dengan

kebutuhan dan masalah yang dialami klien untuk mengatasinya

masalah stroke dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman sesuai

dengan prosedur.

4. Pada Tahab implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan, di

sesuaian dengan rencana tindakan yang telah ditentukan berdasarkan

teori pada SDKI,SLKI,SIKI sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam

pelaksanaan dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada

klien.

5. Pada tahab evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 3 hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 25 Maret

68
69

2021 dengan hasil nyeri akut berkurang dari skala 5 (sedang) menjadi

skala 3 (ringan).

B. SARAN

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada klien stroke dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

penelitian menyarankan :

1. Bagi institusi

Semoga karya tulis ilmiah sederhana ini bisa menjadi acuan

bacaan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta dapat di

jadikan referensi pembelajaran untuk menambah pengetahuan dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke dalam pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman.

2. Bagi tenaga kesehatan

Semoga dapat membantu dalam mensosialisasikan teknik nafas

dalam dalam mengatasi masalah nyeri yang dialami oleh klien.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, N dan Hardhi Kusuma (2015). Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta :


Mediaction

Asmadi. (2018). Konsep Dasar Keperawatan. 175.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Damanik, S. M. (2019). Buku Keperawatan Gerontik. Keperawatan


Gerontik, 26–127.

Dinka Anindya Putri. (2019). Status Psikososial Lansia Di PSTW Abiyoso


Pakem Sleman Yogyakarta. Yogyakarta. Poltekkes Jogjakarta

Dinkes sultra. 2018. Profil Data Kesehatan Provinsi Sultra. Kendari.

Fitriyah, I. (2018). Karya Tulis Ilmiah Hubungan Respon Spiritual Dengan


Derajat Kesehatan Lansia. Jombang :Repository Stikes Insan Cendekia
medika.

H, A. Aziz. Alimul. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan


Dasar Proses Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika.

Han, E. S., & Goleman, Daniel; Boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019).


Keperawatan Lansia. Journal

Kemenkes RI. (2018). Stroke Don’t Be The One (p. 10).

Mirasantika. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keprawatan Dalam


Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Penderita Hipertensi Di
Ruang Laika Waraka Interna. Kendari. Repository Poltekkes Kendari.

Mubarak, W.I., & Cahyani, N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta :ECG

70
Mubararak W. L.: Chayatin N.: Santoso B. A. (2009). Ilmu Keperawatan
Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI (2017) Standar Diagnosa Keperawatsn Indonesia: Definisi dan


indicator diagnostic, Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018) STANDAR Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

Prasetyo, S.N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri . Yogyakarta

Resources, N., iisd (International Institute for Sustainable Development,


Report, F., Wicke, B., Sikkema, R., Dornburg, V., Faaij, A., Creech,
H., Jabatan Penerangan Malaysia, Ministry of Economic Affairs,
Saadatian, O., Ba, A. F., Nadeson, T., Barton, M., Greenwald, P.,
UNCED, Monjelat, N., Carretero, Joy, M. K. (2018).

Setiawan, A. (2019). Stroke Di Panti Sosial Tresna Werdha Politeknik


Kesehatan Kemenkes Kaltim Program Studi D-Iii Keperawatan.

Siti Rohmatul Laily. (2017). Hubungan Karakteristik Penderita Dan


Hipertensi Dengan Kejadian Stroke Iskemik. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 5(1), 48–59.

Smeltzer dan Bare (2010). Textbook Of Medical-Surgical Nursing Volume 1.


Philadelphia : Lippin Cott

Tamburian, A. G., Ratag, B. T., & Nelwan, J. E. (2020). Hubungan antara


hipertensi, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia dengan kejadian
stroke iskemik. Journal of Public Health and Community Medicine, 1,
27–33.

71
Yusuf, M. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny.W Dengan Gangguan
Kardiovaskuler Pada Hipertensi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman Dan Nyaman Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.

72
73

Lampiran 1 : Sop Teknik Relaksasi Nafas Dalam

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK MENGATASI

NYERI ATAU RELAKSASI NAFAS DALAM

A. Pengertian Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada

pasien yang mengalami nyeri kronis.Rileks sempurna yang dapat

mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah

menghebatnya stimulasi nyeri. Ada tiga hal yang utama dalam teknik

relaksasi:

1. Posisikan pasien dengan tepat

2. Pikiran beristirahat

3. Lingkungan yang tenang

B. Tujuan Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri

C. Indikasi : Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri kronis

D. Prosedur pelaksanaan :

1. Tahap preinteraksi

a. Membaca status pasien

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan alat

2. Tahap orintasi

a. Memberikan salam teraupetik

b. Validasi kondisi pasien

c. Menjaga privasi pasien

d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada

pasien dan keluarga


74

3. Tahap kerja

a. Ciptakan lingkungan yang tenang

b. Usahakan tetap rileks dan tenang

c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan

udara melalui hitungan 1,2,3 d. Perlahan-lahan udara dihembuskan

melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks

d. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

e. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui

mulut secara perlahan-lahan

f. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

g. Usahakan agar tetap konsentrasi

h. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi hasil kegiatan

b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

c. Akhiri kegiatan dengan baik

d. Cuci tangan

5. Dokumentasi

a. Catat waktu pelaksaan tindakan

b. Catat respon pasien

c. Paraf dan nama perawat


75

Lampiran 2 : Dokumentasi

DOKUMENTASI
76

Lampiran 3 : Format Judul Proposal


77

Lampiran 4 : Lembar Informed Consent


78

Lampiran 5 : Lembar Surat Keterangan Bebas Pustaka

Anda mungkin juga menyukai