OLEH :
IIS HASMAWA K
P00320013011
I. IDENTITAS
c. Jeniskelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
Kelurahan Bonggoea
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur atas kegadirat Allah SWT karena
atas limpahan rahmad dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan, arahan dan
petunjuk dari berbagai pihak, sehingga segala bentuk kesulitan dan kendala yang
ditemui dapat d atasi. Oleh pada kesempatan ini, pertama- tama penulis berterima
kasih kepada ibu Hj. Nurjanah, B.Sc,.S.Pd,.M.Kes selaku pembimbing satu dan ibu
dan keikhlasan membimbing penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
kepada ayah Kasman Masiri dan ibu Sitti hasmawati serta kakak Estika milawati dan
Pada kesempatan ini tak lupa juga ucapan banyak terimakasih dan
2. Bapak kepala Badan Riset Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah mengizinkan
3. Bapak Direktur Rumah Sakit Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara yang
5. Ibu Ruth Mongan B,Sc.,S.Pd.,M,Pd, Ibu Sitti Rachmi Misbah,S.Kep, M.Kes dan
7. Sahabat dan teman- teman saya Sofiana, Harianti, Elsya Juniarti, Iin Lasaima,
Vina dwi lestari, Karmini, Linawati Samen, Isma Yuli, Nita Sriana Muhammad
Nur Rahmad dan Hujrianto yang selalu mensuport, menemani dan memberikan
yang telah berjuang bersama-sama selama 3 tahun, merasakan suka dan duka
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi yang membutuhkan dan
akhir kata penlis berharap ALLAH SWT senantiasa memberikan pahala yang
Penulis
DAFTAR ISI
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 68
B. Saran 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kondisi manusia baik jasmani, rohani ataupun akal, sosial dan bukan semata-
psikologis dan sosial yang juga berperan dalam penyembuhan pasien, sehingga
konsekuensi psikologis dan sosial yang dihadapi oleh pasien (Anonim, 2006) .
psikologis pada klien, tergantung pada individu dan pengalaman masa lalu yang
unik, pola koping, kekuatan, dan keterbatasan kebanyakan klien dan keluarganya
peristiwa besar dan mereka bereaksi dan kecemasan pada tingkat tertentu.
(Carpenito, 2000)
Tindakan bedah atau disebut operasi merupakan tindakan medis yang dapat
kecemasan adalah dengan cara mempersiapkan mental diri dari pasien dan
komunikasi yang diberikan oleh perawat (potter & Perry, 2005). Tetapi
fenomena yang ada sekarang bahwa komunikasi yang dilakukan perawat sebagai
orang yang terdekat dan yang paling lama berada didekat pasien cenderung
mengaruh pada tugas perawat dari pada mengenali kecemasan dan persepsi
Kecemasan merupakan hal yang selalu dirasakan begi mereka yang akan
penuh dengan kekhawatiran dan ketegangan akan apa yang mungkin terjadi, baik
Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan tidak tenang serta
berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh
jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan
nyata atau bayangan ancaman,merupakan perasaan umum dari tidak aman atau
muncul pada pasien merupakan salah satu respon individu terhadap situasi yang
terekspresi dalam berbagai bentuk seperti marah, menolak atau apatis terhadap
keluarga,kecemasan dan ketakutan akan nyeri atau kematian atau ketakutan akan
perubahan citra diri dan konsep dir serta perubahan fisik terutama tanda-tanda
vital, gangguan tidur, dan sering buang air kecil, sehingga ada kalanya terjadi
ringan dan 11 (35,5%) mengatakan cemas berat. Pada studi pendahuluan yang
pasien mengalami kecemasan dari tingkat ringan hingga berat dimana jika
dan 10% lagi dilakukan pembatalan operasi karena pasien mengalami cemas atau
stres berat .Pada penelitian Ni Putu Mega Pratiwi juga dilaporkan bahwa 70%
perawat jarang menanyakan dan mengurusi masalah psikis dan spiritual pasien
dirawat di unit perawatan intensif antara 1 Oktober 2007 dan 30 September 2011,
akut pada kuadran kanan dan rongga abdomen, adalah penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat. Angka kejadian apendisitis di dunia pada tahun
menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan diberikan sesuai keadaan
yang mungkin dapat terjadi setelah operasi, sehingga pasien dapat merasa cemas
Bahteramas jumlah kasus bedah yang diperoleh dari Medical Record,pada tahun
2013 didapatkan pasien operasi bedah sebanyak 1834 pasien, tahun 2014 pasien
bedahsebanyak 1010 pasien, tahun 2015 sebanyak 1640 pasien dan pada tahun
2016 bulan januari sebanyak 245 pasien.Jumlah tersebut merupakan total dari
Angka kejadian penyakit Apendisitis pada tahun 2013 sebanyak 367 penderita,
tahun 2014 sebanyak 314 penderita, dan tahun 2015 sebanyak 389 penderita dan
data untuk 2016 bulan januari sebanyak 50 penderita. Dimana dari data diatas
B. Rumusan masalah
2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi tingkat kecemasan ringan, sedang dan berat pada pasien pre
D. Manfaat penelitian
2. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini sebagai salah satu sumber informasi referesi dan
kajian ilmiah atau bahan acuan dan sumber data bagi calon peneliti
selanjutnya.
4. Bagi peniliti
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Cemas
sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan. Perasaan tidak tenang yang sumbernya tidak jelas akan dapat
Reaksi fisiologis dapat berupa palpitasi, keringat dingin pada telapak tangan,
dapat berupa gugup, tegang,rasa tidak enak dan lekas terkejut. (Asmadi, 2010).
pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami
2010)
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Psikoanalisis
dari dua elemen tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego
2) Teori Interpersonal
orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau
Namun, bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa
tenang dan tidak cemas. Kecemasan berkaitan dengan hubungan antara
manusia.
3) Teori Perilaku
pada rasa takut yang berlebihan maka akan mnunjukan kecemasan yang
berat pada masa dewasanya. Sementara para ahli teori konflik mengatakan
Mereka percaya bahwa hubungan timbal balik antara konflik dan daya
4) Teori Keluarga
Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dan timbul dalam suatu
5) Kajian Biologis
mengatasi stesor.
b. Faktor Presipitasi
setiap individu memiliki respon yang berbeda dan spesifik saat kecemasan
1) Tingkat pendidikan
yang baru. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang telah
dijalani oleh seseorang yaitu belum sekolah, tidak sekolah, tamat SD, tamat
formal dan informal dalam waktu satu bulan. Sector formal berupa
gaji, pah yang diperoleh secara tetap. Sedangkan sektor informal seperti
3) Umur
kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang
16 tahun masa kanak dan remaja awal, 17-25 tahun masa remaja akhir,
4) Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh
kecemasan yang spontan dan episodic. Gangguan ini lebih sering dialami
5) Potensi stressor
6) Malnutrisi
lingkungan atau orang yang tidak dikenal dan perubahan hubungan dalam
kelompok sebaya.
fungsi (Yosep,2010)
7) Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera operasi akan
8) Tipe kepribadian
diri mereka dibawah tekanan waktu yang konstan. Mereka bahkan masih
adalah orang yang mempunyai sifat rileks dan tidak suka menghadapi
“masalah” atau orang yang “easy going”, mereka menerima situasi yang
Umumnya mereka rileks dalam tekanan waktu, sehingga mereka lebih kecil
hal berikut:
keinginan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Represi juga bisa diartikan
sebagai usaha untuk menenangkan atau meredam diri agar tidak timbul
b. Relaksasi, yaitu dengan mengatur posisi tidur dan tidak memikirkan masalah
dan rekreasi bisa menurunkan kecemasan dengan cara tidur yang cukup,
pasien dengan cara memberi informasi yang lengkap mulai pertama kali
mulai dari fase orientasi sampai dengan terminasi atau yang disebut dengan
pusat otak.
e. Psikoterapi, merupakan terapi kejiwaan dengan memberi motivasi, semangat
dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
f. Psikoreligius, yaitu dengan doa dan dzikir. Doa adalah mengosongkan batin
dan memohon kepada Tuhan untuk mengisinya dengan segala hal yang kita
energi yang hanya terbatas dalam diri sendiri dan melalui hubungan dengan
doa tercipta hubungan yang dalam antara manusia dan Tuhan. Terapi medis
tanpa disertai dengan doa dan dzikir tidaklah lengkap, sebaliknya doa dan
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area
3) Kecemasan berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal yang lain.
awal dari tanda panik, Tetapi akan lebih buruk jika intervensi yang
a) Respon Fisiologis yaitu sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah
c) Respon Perilaku dan emosi yaitu tidak dapat duduk atau baring
meninggi.
a) Respon Fisiologis yaitu sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
menerima rangsangan dari luar, dan berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya
tangan, bicara banyak dan lebih cepat, insomnia, perasaan tidak aman
dan gelisah
3) Karakteristik Kecemasan berat
ketegangan
menyelesaikan masalah
a) Respon Fisiologis yaitu Nafas Sering pendek, nadi dan tekanan darah
secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak
tingkat kecemasan.
Tabel 2.1
Respons Fisiologis Kecemasan terhadap Sistem Tubuh
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskular Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun
Pernapasan Napas cepat
Napas pendek
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengakakan pada tenggorok
Sensasi tercekik
Terengah-engah
Neuromuskular Refleks meningkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare
Perkemihan Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih
Kulit Wajah kemerahan
Berkeringat setempat (telapak tangan)
GatalRasa panas dan dingin pada kulitWajah
pucat
Berkeringat seluruh tubuh
Sumber : Stuart W Gail (2010). Keperawatan Jiwa, Jakarta : Erlangga
Tabel 2.2
Respons Perilaku, Kognitif dan Afektif terhadap Kecemasan
Sistem Respons
Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal.
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindari
Hiperventilasi
Kognitif Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Bidang persepsi menurun
Kreativitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian
Afektif Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Ketakutan
Teror
Gugup
Waspada
Kengerian
Kekhwatiran
Kecemasan
Mati rasa
Rasa bersalah
Malu
Sumber : Stuart W Gail (2010). Keperawatan Jiwa, Jakarta : Erlangga
Pada pasien dengan kecemasan ringan, tidak ada intervensi khusus sebab
pada kecemasan ringan ini pasien masih mampu mengontrol dirinya dan
kecemasan berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu derhatikan
adalah melindungi pasien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada
Pola yang biasa digunakan individ untuk mengatasi ansietas ringan cenderng
reponden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
responden.
Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh kelompok
Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS).
diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam
1) Perasaan cemas yaitu adanya firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan
4) Gangguan tidur seperti sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
10) Gejala respiratori atau pernapasan seperti rasa tertekan didada, rasa
tercekik, nafas menjadi pendek atau sesak dan sering menarik napas.
11) Gejala gastrointestinal dan pencernaan seperti perut melilit, mual muntah
dan nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, dan sulit buang air besar
atau konstipasi
12) Gejala perkemihan seperti sering buang air kecil, tidak dapat menahan air
13) Gejala autonom seperti mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,
14) Tingkah laku sikap pada saat wawancara seperti gelisah, Mengerutkan
dahi muka tegang ,nafas pendek dan cepat dan muka merah. (Suryono,
2010)
kategori:
1. Pengertian Apendisitis
abdomen akut yang paling sering (Arif Mansjoer, dkk 2000). Apendisitis
adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan
atau laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak
terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock
ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Price, Grace dan Wilson, 2006)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum.
3. Etiologi Apendisitis
(Sjamsuhidajat, 2008).
4. Klasifikasi Appendisitis
yaitu apendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua (Sabiston, 2010).
5. Patofisiologi
yang disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai
lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai
apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah
menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke
rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses
6. Pembedahan Appendisitis
2010).
pada batas sepertiga lateral (titik Mc. Burney). Sayatan ini mengenai kutis,
cm.
1. Pengertian Operasi
Pembedahan dibagi atas tiga fase ata tahap, yaitu praoperasi, intraoperasi dan
a. Fase Preoperasi
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase preoperatif merupakan
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
operasi.
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain- lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena dengan istirahat
b) Status nutrisi
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
mengancam jiwa.
pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah
apendiktomi, herniotomi.
f) Personal hygiene
cairan.
2. Persiapan penunjang
lain-lain.
4. Inform consent
Hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
anastesi).
5. Persiapan mental/ psikis
dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih.
support system.
dan hal- hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
hidup klien.
2) Bedah minor merupakan Operasi pada sebagian kecil atau sedang dari
c. Pasca Operasi
operasi (Smeltzer and Bare, 2009). Keperawatan pre operasi adalah hasil dari
task-oriented).
Tanda cemas pre operasi mungkin tidak sama untuk setiap individu. Ada
mengkaji kesiapan dan kemampuan pasien. Perlu di ingat bahwa pasien yang
mengalami stres akan sulit menangkap apa yang di jelaskan oleh perawat.
Juga tidak semua pasien Tertarik untuk membaca instruksi yang dicetak dalam
bentuk pamflet atau brosur. Perawat perlu memilih metode yang tepat untuk
pasien. Brosur dapat diberikan kepada pasien, tetapi akan lebih efektif jika
keluarganya.
yang lain bisa diklinik dokter, dirumah pasien, di unit rawat jalan rmah sakit.
pasien adalah prosedur praoperasi, pembedahan itu sendiri, dan apa yang
2010).
akan sesuatu yang belum diketahui, nyeri, perubahan citra tubuh, perubahan
penjelasan, tetapi cemas berat bisa membuat pasien tidak mampu menangkap,
mengendalikan situasi. Pasien juga bisa dibantu dalam memilih kegiatan ata
KERANGKA KONSEP
A. Landasan Teori
satu tugas perawat. Terlihat jelas bahwa ini mempunyai dampak terhadap
menjadi cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik (Asmadi,2010).
B. Kerangka Konsep
Tingkat Kecemasan
Tingkat Kecemasan
- Ringan
- Sedang Pasien Pre Operasi
- Berat
Keterangan
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, dalam
penelitian ini variabel yang digunakan adalah kecemasan pasien pre operasi
2. Untuk melihat tingkat kecemasan ringan pada pasien pre operasi yaitu
3. Tingkat kecemasan sedang pada pasien pre operasi terdapat sejumlah yang
diamati dengan ditentukan oleh skor kriteria: apabila skor 21-27 gejala
4. Tingkat kecemasan berat pada pasien pre operasi terdapat sejumlah yang
diamati dengan ditentukan oleh skor kreteria: apabila skor 28- 42 gejala
Cara penilaian
METODE PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
19 Juni 2016
2. Tempat Penelitian
Sulawesi Tenggara
1. Populasi
orang )
2. Sampel
teori yang dikemukakan Arikunto (2008) apabila jumlah populasi > 100
maka sampel dapat diambil 10% - 15%, atau 20% - 25% dan apabila
jumlah populasi < 100 maka sampel dapat diambil 40% - 100%.
Peneliti mengambil besar sampel 25% dari seluruh populasi yang ada
x 119
= 30 orang
Kriteria sampel
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
D. Instrumen Penelitian
pertanyaan.
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data yang didapat dari medical record dengan pasien yang akan
menggunakan lembar check list yang berisi tanda dan gejala yang diisi
F. Pengolahan Data
berikut:
1. Editing
2. Koding
kegiatan yang dilakukan ialah mengisi daftar kode yang disediakan pada
3. Processing
Data entry atau processing data yang berbentuk angka dimasukkan
4. Tabulating
G. Analisa Data
menggunakan rumus :
1. Rumus persentase
X=
Keterangan
n : Jumlah sampel
K : Konstanta 100%
2. Skala Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang terlihat pada
lembaran checklist.
Ukuran tingkat kecemasan
H. Penyajian Data
I. Etika Penelitian
Bila subjek bersedia diteliti maka lembar persetujuan ditanda tangani dan
responden.
mencamtumkan nama subjek pada lembar check list yang di isi oleh
3. Kerahasiaan (confidentiality)
November 2012 pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No. 151
RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 17,5 Ha. Luas seluruh
2010.
untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah menjadi
2010.
Sultra pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum
dan Keuangan RI, Ir. H.Hata Rajasa dan Gubernur Sulawesi Tenggara H.Nur
Alam SE.
a. Bangunan Fisik
b. Prasarana
1) Listrik dari PLN tersedia 1 400 KVA dibantu dengan dua unit genset
(2 x 250 KVA)
di semua gedung.
6) Pembuangan Limbah
RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 69,000 m2. Luas seluruh
bangunan adalah 22.577,38 m2. Halaman parkir seluas ± 1.500 m2. Semua
pemeliharaan atau perbaikan instalasi listrik dan air, kebersihan dan lain-
lain.
Tabel 5.1
Jumlah Tempat Tidur RSU, Prov Bahteramas
Tahun 2012 Sampai dengan Tahun 2016
Desember 2012 berjumlah 703 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri atas
orang.
tenaga minimal untuk Rumah Sakit Umum kelas B. Beberapa tenaga dengan
Tabel 5.2
Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Bahteramas
Tahun 2012 sampai denga Tahun 2016
B. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pasien Pre
Operasi Apendisitis Di Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
(3,33%).
b. Jenis Kelamin Responden
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelami Pasien
Pre Operasi Apendisitis Di Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
(53,3%)
c. Pendidikan Responden
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pasien Pre Operasi Apendisitis Di Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016
Tingkat
No F (n) Persentase %
Pendidikan
1 SD 7 23,33
2 SMP 8 26,66
3 SMA 13 43,33
4 SARJANA 2 6,66
Total 30 100
Sumber : Data Primer tahun 2016
Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden frekuensi tertinggi
d. Pekerjaan Responden
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasien Pre
Operasi Apendisitis Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasien Pre
Operasi Apendisitis Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016
a. Tingkat Kecemasan
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
Apendisitis Di Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
B. Pembahasan
Juni 2016 dengan identifikasi tingkat kecemasan pada pasien Pre Operasi
sebagai berikut :
hal ini pengukuran diperoleh dengan 21-27 gejala. Tingkat kecemasan ringan
dan terendah tingkat kecemasan berat sebanyak 3 responden (10%), hal ini
reaksi emosional tertentu oleh pasien, apakah reaksi itu jelas atau
yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam
hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri (Smeltzer 2002).
kecacatan, nyeri atau rasa sakit saat operasi, kegagalan operasi, kematian dan
lain-lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
kecemasan pasien pre operasi apendititis di Ruang Melati III RSUP Dr.
dibantu dalam memilih kegiatan atau latihan yang bisa mengurangi rasa
cemas. Penyuluhan preoperasi dilakukan dalam satu atau dua hari sebelum
penurunan tingkat kecemasan, ambulasi yang cepat dan keikut sertaan dalam
pasien adalah prosedur preoperasi, pembedahan itu sendiri, dan apa yang
diharapkan dari pembedahan. Hal ini juga senada dengan penelitian terbaru
dari Larasati (2009), Ketut (2009), dan Sawitri (2008) yang menyatakan
tenaga perawat tidak pernah mengukur tingkat kecemasan pasien yang akan
melakukan operasi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
terutama kecemasan pasien yang akan menjalani operasi. Pada pasien dengan
pasien tingkat kecemasa berat atau pasien preoperasi yang cemas sesuai teori
perlu dibantu dengan obat yang dapat mengurangi rasa cemas seperti
(2007), seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah
mengalami gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi
kecemasan karena pada usia muda masih berpengaruh dengan citra diri (image
body), dimana mereka beranggapan bila terjadi pembedahan maka diri mereka
sudah tidak bagus lagi seperti perut mereka sudah tidak mulus lagi, ada bekas
luka, tidak percaya diri lagi dan sebagainya sehingga menyebabkan
mengalami kecemasan.
pada usia muda seseorang cenderung memiliki sifat yang labil sehingga dalam
mengelola cemas atau stress masih kurang, tetapi tidak menutup kemungkinan
juga usia muda dapat mengelola kecemasan dengan baik, hal ini sehingga
terjadi pada dewasa dan remaja muda, yaitu pada umur 10-30 tahun (Agrawal,
2008) dan insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun (Sjamsuhidajat,
2010).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
jumlah pasien apendisitis terbanyak pada kelompok usia 11-30 tahun adalah
sebanyak 21 orang (35%). Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang kurang
baik dan banyak melakukan kegiatan. Hal ini menyebabkan orang tersebut
makan makanan cepat saji itu tidak mengandung serat yang cukup. Akibatnya
terjadi kesulitan buang air besar yang akan menyebabkan peningkatan tekanan
pada rongga usus dan pada akhinya menyebabkan sumbatan pada saluran
apendiks.
kecemasan yang spontan dan eposodic lebih sering dialami wanita daripada
pria, karena wanita lebih berperasaan dan lebih sensitive dibandingkan laki-
laki. laki-laki lebih aktif, dan eksploratif. Menurut penelitian Trismiati (2006)
terutama pada usia 20-30 tahun (Sjamsuhidajat, 2010), hal ini juga bisa dilihat
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap objek tertentu. Terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
kontruktif dari pada seseorang maka orang tersebut akan lebih siap
(Azwar, 2005). Tetapi dari hasil penelitian ini menunjukkan responden yang
tidak bekerja adalah mereka yang masih status mahasiswa dan pelajar.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
(36,6%)
(53,3%)
(10%).
B. Saran
Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Saudara(i)
di -
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : IIS HASMAWA K
Nim : P00320013011
Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan,
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner (pertanyaan berikut ini dengan jujur dan
Hormat saya,
IIS HASMAWA K
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Saya bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi responden
Tenggara”.
Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini
dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun, semoga dapat dipergunakan
Responden
LEMBAR OBSERVASI / LEMBAR CHECK LIST
I. BIODATA RESPONDEN
Nama (inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Agama :
Lama Hari Rawat :
Firasat Buruk
Mudah tersinggung
Lesu
2. Ketegangan
Merasa Tegang
Mudah Terkejut
Gemetar
3. Ketakutan
Pada Gelap
Ditinggal Sendiri
4. Gangguan Tidur
Tidak pulas
5. Gangguan kecerdasan
Sulit berkonsentrasi
Sering bingung
6. Perasaan Depresi
Kehilangan minat
Sedih
Nyeri otot
Kaku
Kedutan otot
8. Gejala sensorik
Telinga berdenging
Penglihatan kabur
Merasa Lemas
9. Gejala Cardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
Berdebar-debar
Nyeri dada
Perasaan tercekik
Mual muntah
Perut melilit
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Frigiditas
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Gelisah
Muka merah
Cemas Sedang
Cemas Berat
DOKUMENTASI PENELITIAN