Oleh :
Annisa Statira
11202067
A. Latar Belakang
Aktivitas yang berlebih pada tangan jika berlangsung secara berulang dan
dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah kesehatan.1
Berbagai aktivitas yang menggunakan kombinasi antara kekuatan dan
pengulangan gerak yang lama pada jari- jari tangan selama periode waktu yang
lama sering dihubungakan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Di era globalisasi saat ini, sangat banyak terjadi perubahan-perubahan yang
bertujuan untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih layak. Hal ini
didukung dengan adanya perkembangan teknologi yang melaju pesat.
Perkembangan teknologi yang berkembang sangat pesat akan mempengaruhi
banyak bidang – bidang penting, salah satu diantaranya adalah bidang
pembangunan di setiap negara di penjuru dunia. Pesatnya perkembangan
tersebut akan memacu seseorang untuk melakukan pekerjaan secara maksimal,
hal ini menyebabkan banyaknya orang mengambil resiko yang sangat tinggi
dalam pekerjaan tanpa memikirkan faktor kesehatan seseorang itu sendiri .
Penggunaan komputer khususnya di perkotaan sudah sangat lazim, bukan
hanya di ranah perkantoran, melaikan di rumah, sekolah, bahkan cafe – cafe.
Dari anak-anak yang berjenjang Sekolah Dasar (SD), ibu rumah tangga,
eksekutif muda, sampai orang tua juga banyak yang sudah menyatu dengan
komputer. Sangat banyak masing-masing individu yang di bantu dengan adanya
komputer, Sebuah penelitian yang di lakukan oleh industri komputer pada tahun
2011 menyatakan bahwa pengguna aktif komputer personal di seluruh dunia
mencapai 1,6 juta . Tahun 2010, kurang lebih terdapat 260.000 operasi carpal
tunnel tiap tahun, dimana 47% dari kasus tersebut disebabkan karena faktor
pekerjaan.5 Rentang prevalensi CTS di populasi dunia antara 2,7% - 5,8%.
Frekuensi CTS pada pengguna komputer serupa dengan prevalensi pada
populasi umum.2,6 . Orang–orang di perkantoran khususnya karyawan, sudah
sangat sering berhadapan dengan Komputer, pada saat ini masih banyak
karyawan yang kurang memahami tentang faktor penyebab penyakit pada
perkerjaan yang di lakukan. Sebagian besar pekerja yang menggunakan
komputer menghabiskan waktu untuk menggunakan mouse dan keyboard
komputer sekitar 30-80 % dari seluruh bekerja di depan computer. hampir 80
ribu kasus cedera yang terjadi antara tahun 1994 sampai 2006 terkait
penggunaan komputer harus dirawat di rumah sakit .
Pada karyawan di PT.X yang kebanyakan bekerja menggunakan computer,
banyak yang belum paham tentang posisi ergonomis pada saat mengetik atau
menggunakan keyboard. Karyawan di PT.X belum banyak yang memahami
bagaimana tentang posisi ergonomis dari pergelanganm tangan yang benar saat
menggunakan computer terutama pada saat mengetik menggunakan keyboard.
Dengan posisi ergonomi yang kurang tepat pada saat mengetik, sangat riskan
untuk berisiko terjadi penyakit di pergelangan tangan yang bernama Carpal
Tunnel Syndrome (CTS).
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
pekerja kantoran
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui gambaran risiko kejadian CTS berdasarkan gerakan
berulang
2) Untuk mengetahui gambaran risiko kejadian CTS berdasarkan pekerjaan
menggenggam atau menjepit
3) Untuk mengetahui gambaran risiko kejadian CTS berdasarkan postur janggal
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi pekerja kantoran Sebagai bahan referensi mengenai faktor-faktor risiko
kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja sehingga upaya pencegahan
sedini mungkin dapat dilakukan.
b. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber informasi,
bahan referensi serta dapat menjadi tambahan.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperluas
wawasan tentang Carpal Tunnel Syndrome.
d. Bagi masyarakat pekerja:
Memberikan informasi kepada masyarakat pekerja tentang kejadian Carpal
Tunnel Syndrome sehingga upaya pencegahan dapat dilakukan lebih dini.
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Jurnal Utama
1. Judul jurnal
Hubungan Posisi Pergelangan Tangan Saat Mengetik Terhadap Risiko
Terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Pada Pekerja Kantoran
2. Peneliti
Made Adhi Dharma Setiawan, I Made Niko Winaya, I Made Muliarta
3. Populasi, sampel dan tehnik sampling
Populasi penelitian adalah para pekerja kantoran. Semua sampel laki –
laki dan perempuan berumur 30 sampai 50 tahun dan lama bekerja lebih
dari 1 tahun. Analisis bivariat Pearson Product Moment dan analisis
univariat digunakan pada penelitian ini.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode “ Pra Experimental Design”
dengan jenis “One-group Pretest-Posttest design
Instrument yang digunakan
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulpen, lembar
observasi.
4. Uji statistik yang digunakan
Hasil akhir dari penelitian ini dilakukan uji chi square test
B. Jurnal pendukung
1. Judul jurnal
Aktor Risiko Ergonomi Saat Mengetik Dan Hubungannya Dengan
Carpal Tunnel Syndrome
2. Peneliti
Dwi Septiawati , Hamzah Hasyim , Najmah
3. Hasil penelitian
Terdapat hubungan yang bermakna antara postur tangan, durasi,
frekuensi dan gaya saat mengetik dengan kejadian CTS. Variabel
frekuensi dalam melakukan suatu postur per menit saat mengetik
merupakan variabel yang dominan mempengaruhi kejadian CTS setelah
dikontrol oleh variabel postur tangan, durasi, gaya dan faktor risiko non
pekerjaan. Penelitian ini menyarankan untuk lebih memperhatikan aspek
ergonomisitas baik cara kerja maupun alat bantu kerja saat melakukan
pekerjaan.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode “ Pra Experimental Design”
dengan jenis “One-group Pretest-Posttest design”,
5. Instrument yang digunakan
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulpen, lembar
observasi.
6. Uji statistik yang digunakan
Hasil akhir dari penelitian ini dilakukan uji chi square test
C. Jurnal Pembanding
1. Judul jurnal
Carpal Tunnel Syndrome pada Kehamilan
2. Peneliti
Purnama Simbolon, Rodiani, Anggaraini Janar Wulan, Catur
Ariwibowo, Arif Yudho Prabowo
3. Hasil penelitian
Penyebab CTS yang terjadi saat hamil bersifat multifaktor, tetapi
sebagian besar kasus CTS disebabkan karena retensi cairan akibat
fluktuasi hormon. Penegakan diagnosis CTS berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan CTS saat
kehamilan, sama dengan terapi pada CTS lainnya bergantung pada
tingkat keparahan. Namun pada umumnya pada wanita hamil, CTS nya
ringan sehingga penanganan dengan terapi konservatif gejalanya sudah
membaik. CTS tidak langsung sembuh setelah melahirkan, namun
membutuhkan waktu beberapa minggu hingga gejala benar-benar hilang.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode “ Pra Experimental Design”
dengan jenis “One-group Pretest-Posttest design”, Hasil akhir dari
penelitian ini dilakukan uji chi square test
Instrument yang digunakan
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulpen, lembar
observasi.
7. Uji statistik yang digunakan
Hasil akhir dari penelitian ini dilakukan uji chi square test
D. Analisa PICO
1. Problem
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau biasa juga disebut Sindrom
Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau cerutan
terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan
tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga
disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial
thenar atrophy. Prevalensi Sindrom Terowongan Karpal bervariasi. Di
Mayo Clinic, Amerika pada tahun 1976-1980 insidensinya 173 per
100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di
Maastricht, Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari
tidurnya akibat parestesia jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang
mengalami gejala ini terbukti menderita CTS. Dari pengambilan data
awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 April 2014, terlihat bahwa
jenis pekerjaan di bagian produksi PT. Bogatama Marinusa merupakan
jenis pekerjaan dengan gerakan cepat dan berulang, serta dilakukan
dengan posisi berdiri. Terlebih pekerjaan tersebut dilakukan terus
menerus selama 8-10 jam kerja. Setelah dilakukan diagnosis dengan tes
provokatif yaitu tes Phalen, diperoleh hasil 61% dari 36 orang pekerja
(22 orang) yang berhasil ditemui positif mengalami gejala CTS dengan
gejala terbanyak adalah nyeri, parestesia, mati rasa dan kram. Dari hasil
tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai
kejadian Carpal Tunnel Syndrome.
2. Intervention
Selain anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes tinel dan
tes phalen dan pemeriksaan penunjang yaitu electro diagnostic studies
(EDS)
3. Comparison
Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Subandiyo pada tahun
2017 dengan judul “ Carpal Tunnel Syndrome pada Kehamilan Purnama
Simbolon , Rodiani , Anggaraini Janar Wulan , Catur Ariwibowo , Arif
Yudho Prabowo , dengan hasil Fluktuasi hormon saat hamil berperan
dalam terjadinya CTS. Penyebab CTS yang terjadi saat hamil bersifat
multifaktor, tetapi sebagian besar kasus CTS disebabkan karena retensi
cairan akibat fluktuasi hormon. Penegakan diagnosis CTS berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan
CTS saat kehamilan, sama dengan terapi pada CTS lainnya bergantung
pada tingkat keparahan. Namun pada umumnya pada wanita hamil, CTS
nya ringan sehingga penanganan dengan terapi konservatif gejalanya
sudah membaik.
4. Outcome
Hubungan Posisi Pergelangan Tangan Pada Saat Mengtik Terhadap
Risiko Terjadinya CTS (Carpal Tunnel Syndrome) Postur Kerja dengan
Risiko CTS (Carpal Tunnel Syndrome) dapat diketahui menggunakan
Chi-Square Test dapat terlihat hasil Pearson Chi Square .dengan Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara Postur Kerja
yang tidak ergonomis dengan Risiko CTS (Carpal Tunnel Syndrome).
Penerapan sikap kerja yang ergonomis, bisa menjadikan seseorang
mengalami penurunan fungsi muskuloskeletal dengan berkurangnya
ketegangan otot. Pada operator komputer ditemukan berkuragnya
aktivitas listrik otot juga bisa menurunkan keluhan pada muskuloskeletal
. Terjadinya CTS biasanya berawal dari penekanan dan penegangan pada
saraf median di pergelangan tangan, ketika pergelangan tangan berada
dalam posisi ekstrim . Karyawan kantoran sebaiknya melakukan
aktivitas ringan kurang lebih selama lima menit sebelum melakukan
aktivitas di depan computer. Senam ringan telah sebelum bekerja sangat
penting bagi karyawan dengan gerakan ringan maupun peregangan akan
membuat bagian pergelangan menjadi lebih ringan dalam melakukan
pekerjaan dan mengurangi risiko terjadinya CTS. Pada karyawan bisa
memberikan arahan berupa pamphlet maupun pengumuman dalam
mencegah terjadinya CTS dengan baiknya posisi dalam melakukan
aktivitas bekerja menggunakan komputer akan meningkatkan kualitas
kerja dari karyawan tersebut .
BAB III
TINJAUAN TEORI
3.1Definisi Operasional
a. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
b. Gerakan Berulang
Kriteria objektif
d. Postur Janggal
Kriteria objektif
e. Umur
f.Obesitas
Kriteria objektif
g. Diabetes Mellitus
Kriteria objektif
h. Arthritis Rheumatois
Kriteria objektif
rheumatoid
(Davis, 2005)
Rampen (1995) mengemukakan CTS adalah kelainan yang
merupakan sekumpulan gejala yang disebabkan oleh reaksi
inflamasi,
24
5) Hipotiroidisme
Hipotiroid merupakan salah satu penyakit hormonal. Gangguan
hormonal
pada tubuh dapat menyebabkan meningkatnya tekanan pada karpal
kanal
(Armstrong et al,. 1993:74). Hipotiroid dapat menimbulkan kerusakan
pada
saraf perifer, nyeri, kekakuan dan pembengkakan pada sendi
(Laboratorium
Klinik Prodia). Kerusakan pada saraf perifer (mononeuropati) dapat
menyebabkan CTS (Ginsberg, 2008).
6) Arthrtitis Rheumatoid
Menurut American Society for Surgery of The Hand (2011) Arthritis
Rheumatoid dapat mempersempit terowongan karpal. Terowongan
karpal
yang menyempit secara langsung dapat menyebabkan CTS karena
terjadinya penekanan pada saraf medianus.
3. Patologi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan pada nervus
medianus.
Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan
peninggian
tekanan intravasikuler. Akibatnya aliran darah vena intravasikuler
melambat.
Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intravasikuler lalu
diikuti
anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan
mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural.
Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul
terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan
yang
terlibat digerak-gerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya
perbaikan
sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan
terjadi
25
fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf
menjadi
atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi
nervus
medianus terganggu secara menyeluruh (Moeliono, 1993 dan Davis,
2005
dalam Baharuddin (2011:9)
Sedangkan menurut Lukman dan Ningsih (2009:162) saraf
medianus lewat melalui kumparan tunnel pada tulang, yang terjadi
karena
karpal dorsalis dan ligament transversal pada karpal mengalami
peradangan.
Tendon fleksor bergerak melalui paralel tunnel menuju saraf
medianus.
Radang dan pembengkakan dari garis synovial selaput tendon
mempersempit
ruang yang ada dan menyebabkan tekanan pada saraf medianus.
Gangguan
kesehatan dengan gejala kesemutan dan nyeri akan muncul, hal ini
diakibatkan oleh pembengkakan saraf yang melewati terowongan
karpal di
pergelangan tangan. Penekanan yang berulang-ulang akan
menyebabkan
terjadinya peninggian tekanan intravasikuler, akibatnya aliran vena
melambat
dan menyebabkan anoksia serta kerusakan endotel karena gangguan
pemenuhan nutrisi ke dalam sel. Apabila kondisi ini terus berlanjut,
akan
terjadi fibrosis epineural yang menyebabkan nekrosis serabut saraf.
Lama
kelamaan saraf akan atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang
mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh.
4. Gejala Klinis Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Gejala dini penyakit ini adalah mati rasa dan kesemutan di ibu jari,
telunjuk dan jari tengah yang seringkali membangunkan pasien pada
saat
tidur malam. Gangguan sensasi ini akan menyebar ke seluruh tangan
dan
lengan sehingga menimbulkan kesukaran untuk memungut benda-
benda
26
parestesia, hipotesia pada ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Keluhan
terasa
hebat setelah terjadi fleksi yang dipaksakan pada tangan dan
berlangsung
lama, seperti setelah mengetik. Gejala dapat terasa bila diketuk saraf
median
pada pergelangan tangan (tunnel’s sign). Klien merasa tangannya
membengkak, kaku bila memegang, terutama memegang benda kecil.
Juga
ditemukan rasa nyeri yang menjalar ke lengan atas, pada tingkat lanjut
ditemukan adanya atropi.
Lubis (2006:200) mengemukakan keluhan-keluhan yang timbul
pada Sindrom Terowongan Karpal yang umumnya terjadi secara
berangsur
angsur dan spesifik adalah:
a. Rasa nyeri di tangan, yang biasanya timbul malam atau pagi hari.
Penderita sering terbangun karena rasa nyeri ini.
b. Rasa kebas, kesemutan, kurang berasa pada jari-jari. Biasanya jari
ke
1,2,3, dan 4 (kecuali jari kelingking)
c. Kadang-kadang rasa nyeri dapat menjalar sampai lengan atas dan
leher,
tetapi rasa kebas hanya terbatas di distal pergelangan tangan saja.
d. Gerakan jari kurang terampil, misalnya ketika menyulam atau
memungut benda kecil.
e. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan otot telapak
tangannya
mengecil dan makin lama semakin menciut.
5
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
6.2 Saran
1. Saran bagi manajemen rumah sakit
Adler, S.S. Beckers, D. and Buck, M.2008.PNF in Practice an illustrated and guide
third edition. Springer.Germany
Kusuma, Septyana Ambar. 2016. Perbedaan Pengaruh Antara Hold Relax Dan
Contract Relax Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Lutut Pada
Kondisi Post Fraktur Femur Sepertiga Bawah Dengan Pemasangan Fiksasi
Internal. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Myers, E. 2009. Ketrampilan Klinis untuk Perawat: Seri Panduan Klinis. Edisi 3.
Jakarta: Erlangga
DAFTAR PUSTAKA
Adam R.D., Victor M., Ropper A.H. 2005. Principles of Neurology.8th ed.
McGraw Hill. New York.
Ali, K., Sutaryo, Purwanto, I., Mulatsih, S., Supriyadi, E., et al., 2010.
Yogyakarta Pediatric Cancer Registry: An International Collaborative Project
of University Gadjah Mada, University of Saskatchewan, and the Saskatchewan
Cancer Agency. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention, Volume 11, pp.
131-136
Amawidyati, S.A.G., & Utami, M.S. Religiusitas dan Psychological Well‐Being
pada Korban Gempa. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Jurnal
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Vol. 34, 164–176
Andreou, E., Alexopoulus, E.C., Lionis, C., Varvogli, L., Gnardellis, C.,
Chrousos, G.P., Darviri, C., 2011. Perceived stress scale: reliability and validity
study in Greece. International journal of environmental research and public
health. Vol.8: 3286-3298.
Corwin, EJ 2009, Buku saku patofisiologi, 3 edn, EGC, Jakarta.
Dalimartha, S. et al. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Faiza Audah. 2011. Dahsyatnya Teknik Pernapasan. Yogyakarta: Interprebook.
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Irianto Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabet.
Mujahidullah Khalid. (2012). Keperawatn Gerontik. Jogjakarta : Pustaka
Pelajar.
Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Setyani, 2011. Penatalaksanaan Hipertensi.http://www.scribd.com/doc/37
718854/penatalaksanaan-hipertensi. (Diakses 2 September 2018).
Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Dialihbahasakan
Oleh Kapoh R.P dan Yuda E.K. Jakarta: EGC.