Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Data
dari Institute for Health Metrics and Evaluation, lembaga statistik kesehatan asal
Amerika Serikat menyebutkan kematian akibat penyakit kardiovaskular mencapai
36,3 persen dari total kematian di Indonesia pada 2016. Serangan jantung biasanya
merupakan kejadian akut dan terutama disebabkan oleh penyumbatan yang
mencegah darah mengalir ke jantung. Alasan paling umum untuk ini adalah
penumpukan simpanan lemak pada dinding bagian dalam pembuluh darah yang
memasok jantung. Penyebab serangan jantung biasanya adalah adanya kombinasi
faktor risiko, seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat dan obesitas,
aktivitas fisik dan penggunaan alkohol yang berbahaya, hipertensi, diabetes dan
hiperlipidemia.
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk penyakit
Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari prevalensi
tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan terendah
di Provinsi Riau (0,3%), kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, Kemenkes RI, dr. Lily S Sulistyowati, MM usai konferensi pers terkait
peluncuran obat jantung baru di Jakarta, Sabtu (29/7). Menurut kelompok umur, PJK
paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti kelompok
umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun (2,1%) dan kelompok
umur 35-44 tahun (1,3%).

Untuk mengetahui kondisi pembuluh darah arteri koroner, tingkat penimbunan lipid
atau stenosis diperlukan pemeriksaan diagnostik baik itu secara invasif maupun non
invasif, pemeriksaan non invasif merupakan pemeriksaan yang dilakukan tanpa
menimbulkan perlukaan pada tubuh pasien, seperti elektrokardiograpi kelemahan
pemeriksaan ini tidak dapat menentukan berapa persen penyempitan atau stenosis
arteri koroner, sehingga diperlukan tindakan invasif yaitu kateterisasi jantung atau
coronary angiography. Kateterisasi jantung merupakan prosedur invasif dengan
memasukkan satu atau lebih kateter ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk
memvisualisasikan ruang jantung, katup, pembuluh darah besar, dan arteri koroner.
Prosedur ini untuk membantu dalam diagnosis, pencegahan perkembangan kondisi
jantung dan evaluasi yang akurat serta pengobatan yang kritis pada pasien (Brunner
& Suddart, 2009).. tindakan kateterisasi jantung adalah tindakan yang berbahaya
sehingga sebagai perawat kita perlu menjelaskan Hal-hal yang kemungkinan bisa
terjadi akibat tindakan kateterisasi jantung menurut Farouque, et al ( 2005):
Komplikasi mayor antara lain: akibat dari masuknya selang kateter kedalam
pembuluh darah dapat menyebabkan tromboemboli, gesekan selang cateter di
pembuluh arteri koroner dapat memungkinkan terlepasnya trombus di arteri koroner
bila menutup arteri oroner dapat menyebabkan akut miokard infark , media kontras
digunakan untuk memperjelas bentuk pembuluh darah dibeberapa pasien dapat
menimbulkan reaksi alergi seperti: spasme laring, spasme bronkus, hipotensi berat
atau henti jantung, aritmia berat seperti: ventrikel fibrilasi, kematian. Komplikasi
minor: gesekan selang kateter terutama diarea arteri koroner kanan atau RCA yang di
sekitarnya ostium RCA terdapat sinus coronarius dapat menimbulkan Kateterisasi
jantung umumnya merupakan prosedur elektif di mana pasien simptomatik dengan
penyakit jantung mengikuti protokol yang mengharuskan masuk ke rumah sakit.
Menunggu prosedur bisa menjadi sumber utama stres dan kecemasan. Perasaan
cemas secara langsung berkaitan dengan sifat invasif dari prosedur dan
ketidakpastian yang terkait dengan diagnosis.

Kecemasan merupakan tanda datangnya bahaya, kecemasan merupakan pengantar


yang berhubungan dengan proses somatic yang dimana dalam aktifitas dari situsi
yang membahayakan yang diartikan bila bahaya datang maka dalam diri individu
akan terjadi proses untuk mampu menyeimbangkan kondisi tubuh (Spielberger,
1966), kecemasan dapat menimbulkan reaksi psikologis pada pasien respon
kecemasan yang dialami pasien merupakan mekanisme protektif dan adaftif untuk
menyesuaikan diri atau untuk memelihara keseimbangan homeostasis yang
diintegrasikan oleh hipotalamus, masalah yang muncul pada psikologisnya berupa
perasaan tegang, gelisah, khawatir dan perasaan tidak nyaman (Potter & Perry, 2005,
dalam Andrija Rahmatika : 2014). Kecemasan dikontrol oleh medula oblongata,
formasi retikuler dan kelenjar hipofisis, medula oblongata mengontrol fungsi vital
yang diperlukan untuk bertahan, fungsi ini termasuk frekuensi jantung, tekanan
darah dan pernafasan, apabila terjadi peningkatan fungsi vital, khususnya tekanan
darah dan denyut jantung, dapat mempercepat kerja sistem kardiovaskuler dengan
manifestasi peningkatan denyut jantung, vasokonstriksi pembuluh darah arteri,
sehingga bila hal ini terjadi maka tindakan kateterisasi jantung tidak dapat dilakukan
atau perlu penjadwalan ulang (Potter & Perry, 2005, dalam Andrija Rahmatika :
2014). Dalam praktek sehari-hari diamati bahwa pasien tidak memahami dengan
jelas informasi yang diberikan oleh tim kesehatan karena stres dan kecemasan. Stres
dan kecemasan dapat dipicu akibat kurangnya pengetahuan pasien akan prosedur
tindakan yang kana dilakukan. Dalam menghadapi situasi ini, perawat harus dapat
memberikan informasi terbaik yang tersedia untuk memberikan perawatan yang
lebih baik, sehingga mengurangi faktor stres untuk mengurangi kecemasan pasien
dan kerabat. Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi: Pendidikan, Informasi Media Massa, sosial budaya dan
ekonomi, lingkungan, pengalaman
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013).

nformasi/ Media Massa


Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan
bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering
mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah
pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima
informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

Sosial, Budaya dan Ekonomi


Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu karena
adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai
pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang
didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang
didapat juga akan kurang baik.

1. Pengalaman
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan
bertambah. pasien juga banyak bertanya tentang prosedur tindakan, apa manfaat
yang didapat setelah tindakan, bagaimana akibatnya bila tidak dilakukan kateterisasi
jantung. Beberapa pasien setelah malah menolak dilakukan tindakan kateterisasi
jantung dengan berbagai alasan seperti nyeri dada telah berkurang setelah minum
obat yang diberikan oleh dokter jantung, merasa belum siap dengan tindakan
kateterisasi jantung dan sebagainya.

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk menuangkannya dalam suatu
penelitian yang berjudul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan kecemasan pasien
kateterisasi jantung di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah
Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia.
Data dari Institute for Health Metrics and Evaluation, lembaga statistik
kesehatan asal Amerika Serikat menyebutkan kematian akibat penyakit ini
mencapai 36,3 persen dari total kematian di Indonesia pada 2016.

Untuk mengetahui kondisi pembuluh darah arteri koroner, tingkat penimbunan


lipid atau stenosis diperlukan pemeriksaan diagnostik yaitu kateterisasi jantung
atau coronary angiography.

Kurangnya pengetahuan pasien akan prosedur kateterisasi jantung dapat


menimbulkan kecemasan dan perasaan takut. Dampak dari kecemasdapat
mempengaruhi tanda-tanda vital pasien seperti frekuensi jantung, tekanan darah
dan pernafasan, apabila terjadi peningkatan fungsi vital, khususnya tekanan darah
dan denyut jantung, dapat mempercepat kerja sistem kardiovaskuler dengan
manifestasi peningkatan denyut jantung, vasokonstriksi pembuluh darah arteri,
sehingga bila hal ini terjadi maka tindakan kateterisasi jantung tidak dapat
dilakukan atau perlu penjadwalan ulang (Potter & Perry, 2005, dalam Andrija
Rahmatika : 2014), Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah Pendidikan, Informasi/ Media
Massa, Sosial, Budaya dan Ekonomi, Lingkungan, Pengalaman, Usia.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan
tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien yang menjalani prosedur
kateterisasi di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan tahun 2018 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien dengan kecemasan
pasien yang mejalani prosedur kateterisasi di RS Pertamina Balikpapan.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan karakteritik (Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan) pasien
yang mejalani prosedur kateterisasi jantung di RS Pertamina Balikpapan.
b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan pasien tentang prosedur
kateterisasi Jantung di RS Pertamina Balikpapan.
c. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pasien pasien yang mejalani
prosedur kateterisasi jantung di RS Pertamina Balikpapan.
d. Mendiskripsikan hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan
pasien kateterisasi jantung di RS Pertamina Balikpapan.

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Keperawatan
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar perawat dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya bidang
kardiovaskular invasif. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah pada pasien dengan
kecemasan terkait prosedur kateterisasi jantung.

Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi perawat terkait penanganan
pasien yang mengalami kecemasan pra tindakan kateterisasi jantung.

Anda mungkin juga menyukai