Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan Membantu menyusukan bayi pada Ny. P Di


Ruang Mawar RSUD Kota Surakarta

Hari : Senin
Tanggal : 21 Januari 2019
Jam : 16.00 WIB

A. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sedikit kesulitan menyusui anaknya, karena baru pertama
kali.
B. Diagnosa Medis
P1 A0 partus spontan (post partum hari ke 1)
C. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pemberian ASI b/d kesalahan posisi ibu saat menyusui
D. Data yang mendukung diagnosa keperawatan
Ds :
 Ibu mengatakan sedikit kesulitan menyusui anaknya, karena baru
pertama kali.
Do :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 100/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 36oC
RR : 21x/i
4. Kontraksi uterus (+) keras, PPV (+) seperti mens
5. Payudara terasa keras, puting susu menonjol
6. Luka episiotomi dengan jahitan luar sebnyak 3 jahitan
7. Loading RL drib oxitocin 10 IU 20 tpm
8. Lab : Trombosit : 188 ribu/dl; HB: 11,8 g/dl

E. Dasar Pemikiran
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa
nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Sementara menurut Depkes tahun 2009, mengalami
penurunan menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut
didapatkan penurunan angka kematian ibu di Indonesia tahuentara penyebab
kematian ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan
pendarahan pervaginam (Maritalia D, 2012).
Terdapat berbagai penyebab perdarahan yang terjadi di lapangan
seperrti partus lama, efek anastesi, persalinan karena induksi oksitosin, factor
koagulasi, anemia, sisa plasenta, robekan jalan lahir, atonia uteri, infeksi
hingga sepsis, namun dilapangan paling tersering penyebab terjadinya
perdarahan adalah atonia uteri dimana uterus gagal berkontraksi (Sandi,
2017).
Beberapa pengananan yang sering digunakan untuk mencegah
terjadinya perdarahan adalah dengan Manajemen Standar yaitu masase Uterus
Kompresi; Uterus Bimanual; Pemberian Uterotonika, kemudian dengan
manajemen bedah yaitu tampon uterus internal; pelvic pressure pack;
embolisasi; jahitan compression; ligasi arteri iliaka interna (hipogastrika);
histerektomi peripartum (Gondo, 2017). Selain berkolabiorasi dengan tenaga
medis untuk mencegah terjadinya perdarahan yaitu dengan memberikan
obatuterotonika, yaitu perawat harus melakaukan tindakan mandiri sebagai
intervensi keperawatan. Selain beberapa teknik diatas terdapat manfaat
menyusui bagi ibu pasca melahirkan untuk menurunkan resiko perdarahan.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh saxton (2014) yang berjudul
“Effects of skin-to-skin contact and breastfeeding at birth on the incidence of
PPH: A physiologically based theory” bahwa efek bonding kulit ke kulit dan
menyusui dapat menurunkan insiden PPH (Post Partum Hemorargic),
penelitian serupa dan mendukung adalah penelitian pawestri (2017) yang
berjudul Pengaruh Imd Dengan Perdarahan Ibu 2 Jam Post Partum Di Kota
Semarang dan penelitian Wulan (2010) yang berjudul Pengaruh Menyusui
Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum
Primigravida Di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Pada
kasus ini ibu adalah primigravida sehingga perlu edukasi dan pelatihan
menyusui dengan benar.

F. Prinsip Tindakan Keperawatan


Pengertian
Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga
menyusui efektif. Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan
rasa nyaman selama ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi
melakukanisapan yang efektif.

Tujuan
1. Menetukan keberhasilan pemberian ASI
2. Mencegah putting susu lecet
Prosedur:
Posisi menyusui yang benar adalah:
1. Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung
bersandar dan kaki tidak menggantung.
2. Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar
hidung bayi tidak tertutup.

Kemudian tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya :


1. Menyentuhkan putting susu ke bibir bayi.
2. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
3. Segera mendekatkan bayi kearah payudara sedemikian rupa
sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah putting susu.

Posisi menyusui:
1. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya leher dan
bahunya saja.
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Badan bayi menghadap ke dada ibunya Badan bayi dekat ke
ibunya

Evaluasi
1. Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik:
a. Dagu bayi menempel payudara ibu
b. Mulut bayi terbuka lebar
c. Bibir bawah bayi membuka keluar
d. Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak
2. Tanda bayi mengisap dengan efektif adalah bayi mengisap secara
dalam, teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI,
hanya terdengar suara bayi menelan.
Sumber : PKM Mapurujaya

G. Analisis Tindakan
Hormon Oksitosin merupakan hormon yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis. Hormone ini akan menimbulkan kontraksi uterus yang
efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan
timbulnya reseptor oksitosin. Kadar oksitosin akan meningkat pada kala III
oleh karena pengurangan metabolisme secara tiba-tiba karena pelepasan
plasenta, dimana plasenta merupakan sumber utama oksitosin. Akibat
pelepasan plasenta, hipotalamus terstimulasi untuk menghasilkan hormon
oksitosin (Gondo, 2017).
Hormon oksitosin sendiri dapat dirangsang melalui IMD karena
Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
involusi uterus dimana saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya
hormon antara lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot-
otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan(Wulan,
2010) .
Pada ibu dengan post partus pengaruh tekanan dari estrogen dan
progesteron terhadap hipofise hilang sehingga timbul pengaruh hormone
hipofise antara lain LH (Lactogenic Hormon), pengaruh oksitoksin
mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga
pengeluaran ASI berjalan. Selain pengaruh hormonal di atas, salah satu
rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi
itu sendiri dan rangsangan isapan akan terbentuk prolaktin oleh adenohipofise.
Rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian akan menstimulasi
oksitoksin.

H. Bahaya dilakukannya tindakan


Secara umum ibu menyusui tidak akan menimbulkan efek negative,
namun ibu sering mengalami masalah seperti Puting susu ibu lecet . Pada
puting susu ibu lecet, seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena
putingnya sakit. Penyebab dari puting susu ibu lecet diantaranya adalah posisi
dan pelekatan yang salah, melepaskan penghisapan bayi salah, membersihkan
putting dengan sabun/alkohol dan bayi dengan tongue tie.

I. Tindakan Keperawatan Lain sesuai NIC (Nurse Intervention Criteria)


1. Memonitor Adanya tanda tanda perdarahan, kontaksi dan tinggi fundus uteri
2. Memonitor TTV
3. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
4. Mengajarkan ibu untuk memasase fundus ketika lembek

J. Hasil yang di dapatkan setelah dilakukan tidakan


Jam evaluasi : 17.00 / 21-01-2019
Ds :Ibu mengatakan anaknya sudah mau menyusu, dan ibu sudah mampu
menyusui dengan baik
DO : Keadaan umum : baik
 Kesadaran : composmentis
 TTV :
TD : 110/70 mmHg, Nadi:86x/menit, Suhu : 36,8oC, RR : 20x/Menit.
 Uc (+) keras, PPV (+) Merah segar
 BAK spontan. TFU 2 Jari dibawah pusat
 Loading RL drib Oxytocin 10i\IU 20 tpm
 Bayi menyusu dengan kuat
 Ibu tampak mengerti cara menyusui dengan baik dan benar
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

K. Evaluasi diri
SOP dilakukan sesuai prosedur, selain itu pada ibu dengan psot partum
harus dipantau dengan ketat, karena pada fase ini merupakan fase kritis dimana
ibu beresiko tinggi mengalami perdarahan.

L. Daftar Pustaka / referensi

Bulechek, Gloria M et all. 2016. Nursing Intervention Clasification (NIC) Edisi


Bahasa Indonesia, Edisi 6. Elsevier

Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC

Maritalia et al 2012.Biologi reproduksi.Pustaka Pelajar.Yogyakarta

Saifuddin, Abdul, et.al. (2010). Buku AcuanNasional Pelayanan


KesehatanMaternal Dan Neonatal. Jakarta:YBPSP

Maritalia D, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: 55167

Sandi, 2017. Apa yang dimaksud dengan Perdarahan postpartum atau


Perdarahan pasca persalinan, (https://www.dictio.id/t/apa-yang-
dimaksud-dengan-perdarahan-postpartum-atau-perdarahan-pasca-
persalinan/14772). Diakses pada tanggal 13 Nopember 2018.

Gondo, 2017. Penanganan Perdarahan Post Partum (Haemorhagi Post Partum,


HPP),
(https://www.academia.edu/7503123/PENANGANAN_PERDARAHA
N_POST_PARTUM_HAEMORHAGI_POST_PARTUM_HPP).
Diakses pada tanggal 13 Nopember 2018.

Wulan, 2010. Pengaruh Menyusui Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri


Pada Ibu Post Partum Primigravida Di RSUD Dr. R. Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro.
(https://media.neliti.com/media/publications/56403-ID-pengaruh-
menyusui-terhadap-penurunan-tin.pdf). Diakses pada tanggal 13
Nopember 2018.

Saxton, 2014. Effects Of Skin-To-Skin Contact And Breastfeeding At Birth On


The Incidence Of Pph: A Physiologically Based Theory,
(Https://Www.Sciencedirect.Com/Science/Article/Pii/S1871519214000
572). C

Pawestri, 2017. Pengaruh Imd Dengan Perdarahan Ibu 2 Jam Post Partum
Di Kota Semarang dan penelitian,
(https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/2
876/2794). berjudul Pengaruh Imd Dengan Perdarahan Ibu 2 Jam Post
Partum Di Kota Semarang dan penelitian
Mengetahui
Mahasiswa Praktikan Pembimbing
Klinik/CI

Farah Luqyana

Anda mungkin juga menyukai