Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TENTANG “ERITEMA MULTIFORM”

OLEH

SYAIFUL ANWAR R.H

NIM : 144011.01.18.175

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN RS. MARTHEN INDEY

J A Y A P U R A 2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Masa
Nifas”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas
Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Patimah Skep.Ns.Mkep selaku dosen mata kuliah yang telah
membantu penulis selama menyusun makalah ini.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan motivasi dan selalu
mendoakan
Semoga Allah swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin.

Jayapura, 20 juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
BAB I..............................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
A. Latar Belakang....................................................................................................5
B. Tatalaksana kasus..............................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI............................................................................................................6
A. Defenisi..............................................................................................................6
B. Etiologi...............................................................................................................6
C. Klasifikasi...........................................................................................................8
D. Tanda Dan Gejala...............................................................................................8
E. Pathofiologi......................................................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................12
G. Penatalaksanaan..........................................................................................12
H. Komplikasi....................................................................................................13
LAPORAN KEPERAWATAN........................................................................................14
A. Pengkajian........................................................................................................14
C. Intervensi.........................................................................................................15
D. Evaluasi...............................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Erythema multiforme adalah penyakit mukokutaneus akut yang


menyerang kulit dan mukosa sebagai akibat dari reaksi hipersensitivitas.
Secara karakteristik ditandai oleh lesi target pada kulit atau lesi ulserasi
pada mukosa rongga mulut. Etiologi penyakit ini belum jelas, diduga
karena adanya reaksi imunologi. Pencetusnya dikarenakan adanya
pemakaian obat-obatan tertentu seperti antibiotik, antikonvulsan dan
NSAID. Banyak dokter gigi kurang memahami mekanisme timbulnya
penyakit ini, sehingga oleh masyarakat dianggap sebagai malpraktek.

1. Tujuan

Tulisan ini melaporkan kasus pasien pria berusia 46 tahun


dengan keluhan sariawan dan bibir terkelupas dan sakit setelah sehari
meminum obat karbamazepin.

2. Kasus

Diagnosis klinis kasus ini adalah erythema multifome karena


reaksi hipersensitivitas terhadap pemakaian obat karbamazepin.

B. Tatalaksana kasus

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat pemakaian


obat sistemik dan manifestasi klinis dari erythema multiforme pada rongga
mulut. Pengobatan yang diberikan adalah antihistamin, kortikosteroid oral,
obat kumur dengan anastesi topikal, kortikosteroid topikal dan antibiotik
topikal.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Eritema Multiforme merupakan erupsi mendadak dan rekuren pada
kulit dan kadang-kadang pada selaput lendir dengan gambaran bermacam-
macam spektrum dan gambaran khas bentuk iris.Pada kasus yang berat
disertai simtom konstitusi dan lesi viseral.
Erythema Multiforme (EM) adalah merupakan suatu penyakit akut
dari kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan beberapa jenis
lesi kulit, karenanya dinamakan multiforme (Greenberg,2013). Penyakit
ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas, yang karakteristik dengan
adanya lesi target pada kulit atau lesi ulserasi pada mukosa.
Kondisi bervariasi dari ringan, ruam terbatas diri (E. multiforme
minor) Yang parah, bentuk yang mengancam jiwa yang dikenal sebagai
eritema multiforme mayor (atau erythema multiforme mayora) yang juga
melibatkan selaput lendir. Bentuk parah ini mungkin berhubungan
dengan Sindrom Stevens-Johnson.
Bentuk yang ringan biasanya agak gatal, merah muda, bercak-
bercak merah, simetris dan mulai pada ekstremitas. Sering mengambil
klasik "target lesi" penampilan, dengan sebuah cincin merah muda-merah
di sekitar pusat pucat. Resolusi dalam waktu 7-10 hari adalah normal.
B. Etiologi
Pada lebih dari 50% kasus, faktor pemicu tidak diketahui. Yang paling
umum adalah kasus dengan infeksi herpes simpleks (oral atau genital)
yang mendahuluinya, atau dengan infeksi mikoplasma, infeksi bakteri atau
virus yang lain juga telah dibuktikan. Berikut beberapa faktor pemicu yang
menyebabkan eritema multiforme :
1. Infeksi virus
a. Herpes simpleks
b. Pneumonia atipikal primer, infeksi mikoplasma

5
c. AIDS
d. Adenovirus
e. Cytomegalovirus
f. Hepatitis B
g. Mononukleasis infeksius
h. Limfogranuloma inguinal
i. Milker’s nodes
j. Mumps
k. Poliomyelitis
l. Vaccinia
m. Varicella
2. Infeksi bakteri
Rickettsia
3. Infeksi jamur
Histoplasmosis
Vaksinasi
4. Reaksi obat
5. Karsinoma, limfoma, leukemia
6. Lupus eritematosus (Rowell’s syndrome)
7. Pregnansi, premenstrual,’dermatitis progesteron autoimun’
8. Sarkoidosis
9. Wegener’s granulomatosis
10. X-ray terapi
11. Tidak diketahui pada 59% pasien eritema multiforme.
Obat-obatan sering dianggap sebagai penyebab berdasarkan bukti
yang kurang adekuat.; konfirmasi sensitivitas obat memerlukan paparan
ulang terhadap obat tersebut, yang mungkin dapat Eritema multiforme
telah dianggap sebagai contoh yang jelas dari reaksi akibat obat yang
merugikan. Meskipun pada studi prospektif dari kasus-kasus eritema
multiforme hanya 10% yang terkait penggunaan obat-obatan. Pada studi

6
yang lain, riwayat penggunaan obat-obatan, khususnya golongan
sefalosporin, tercatat menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.

C. Klasifikasi
1. Eritema multiforme minor
Terjadi pada kira-kira 80% kasus. Secara klinis lesi berbentuk
makular, papular, atau urtikarial, serta ‘iris’ klasik atau lesi target,
yang tersebar di distal ekstremitas.
2. Eritema multiforme major
Merupakan bentuk penyakit yang lebih parah dengan lesi target
yang lebih besar dengan keterlibatan membran mukosa. Onset
biasanya tiba-tiba, meskipun kemungkinan karena adanya masa
prodromal selama 1-13 hari sebelum erupsi muncul.
D. Tanda Dan Gejala       
Ada berbagai macam variasi dari eritema multiforme, dan semua
diberikan nama yang berhubungan dengan gambaran yang paling jelas
yang menyusun erupsi tersebut. Lesi yang terjadi dapat berupa makula,
papul, nodus, vesikel atau bulla. Bentuknya dapat anular, sirsinar, atau iris
(target, bull’s eye). Sifatnya dapat persisten, purpura atau urtika
1. Berdasarkan  tipe dasar eritema multiforme :
a. Tipe Makula-eritema
Erupsi timbul mendadak, simetrik dengan tempat predileksi
di punggung tangan, telapak tangan, bagian ekstensor ekstremitas,
dan selaput lendir. Pada keadaan berat dapat juga mengenai
badan. Lesi tidak terjadi serentak, tetapi berturut-turut dalam 2-3
minggu.
Gejala khas ialah bentuk iris (Target lesion) yang terdiri
atas 3 bagian, yaitu bagian tengah berupa vesikel atau eritema
yang keungu-unguan, dikelilingi lingkaran konsentris yang pucat
kemudian lingkaran yang merah.
b. Tipe Vesikobulosa

7
Lesi mula-mula berbentuk macula,papul dan urtika yang
kemudian timbul lesi vesikobulosa di tengahnya. Bentuk ini dapat
juga mengenai selaput lendir. Lesi pada membran mukosa terjadi
pada 70% pasien dan seringkali terbatas di rongga mulut.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Laboratorium
Oral Pathology di Universitas Sao Paolo sejak tahun 1974 hingga
2000 di dapatkan bahwa kasus eritema multiforme sebagai
penyakit autoimun yang bermanifestasi oral sebanyak 7,82%.
Kasus terbanyak adalah Liken planus pemfigoid (75,56%),
pemfigus membran mukosa (9,37%). Lesi ditemukan di palatum
durum. Dengan masa evolusi lesi mencapai lebih dari 12 bulan.
2. Berdasarkan jenis/lokalisasi
a. Minor Erythema Multiforme
b. Pada mukosa rongga mulut
Hal ini terjadi pada 20-30 % kasus. Pada tipe eritema
multiforme minor jarang sekali terjadi hanya pada bagian rongga
mulut saja. Lesi berupa vesikula yang banyak dan pecah,
meninggalkan daerah erosi yang sakit dan ditutupi
pseudomembran putih.
3. Bagian mukosa lainnya
Pada mukosa genital, dan jarang terjadi pada konjungtiva. Pada
kulit Biasanya muncul macula papula kemerahan. Paling sering
muncul dengan khas berupa lesi target (Laskaris, 2015).
4. Mayor Erythema Multiforme
Tipe ini melibatkan dua atau lebih membran mukosa dengan lebih
banyak lagi daerah kulit yang terlibat (Scully, 2007)
5. Pada mukosa rongga mulut
Lesi pada mukosa rongga mulut lebih sering terjadi pada kasus EM
tipe mayor. Awalnya adalah daerah kemerahan, berubah dengan cepat
menjadi bentuk vesikula dan segera pecah dan meninggalkan daerah

8
erosi kemerahan yang ditutupi pseudomembran putih dan krusta
akibat perdarahan.
6. Bagian mukosa lainnya
Terjadi pada mata, genital, pharyng, laryng, esophagus, dan
bronchial terutama pada kasus yang sangat parah.Pada kulit Lesi ini
lebih sering terjadi, dengan bentukan lesi merah yang edematous,
melepuh, dan adanya lesi target (Laskaris, 2005).
E. Pathofiologi
Erythema Multiformis merupkan suatu jenis reaksi kulit yang
secara histologis ditandai mula-mula adanya infiltrat limfositolitik pada
batas antara dermis dan epidermis dan kemudian dengan adanya vesiculasi
sub – epidermis. Secara klinis ini ditandai oleh adanya berbagai lesi,
termasuk lesi-lesi kulit yang khas seperti iris atau target (sasaran).
Erythema multiformis dianggap sebaga syndrom hipersensitivitas, tetapi
mekanisme imunologisnya yang tepat belumlah diketahui. Penyakit yang
akut sering kambuh ini, paling sering muncul dalam musim dingin dan
awal musim semi pada kanak-kanak dan orang dewasa.
Banyak faktor penyebab yang telah diketemukan, termasuk infeksi
obat-obatan, perubahan hormonal, penyakit-penyakit kanker. Infeksi
herpes simpleks merupakan asal mula penyebab infeksi yang paling
sering, meskipun berbagai penyakit infeksi yang lain seperti virus,bakteri
dan myobakteri. Juga sering dijumpai mycoplasma pnemoniae pernah
dapat dibiakkan dari tenggorokan dan bulo dari bebepa pasien. Penicillin,
barbiturat, sulfonamide dan banyak obat lainnya bisa menimbulkan
gambaran yang sama
Bentuk Erythema Multiformis ringan sembuh dengan sendirinya
dalam    2 – 3 minggu, bentuk yang lebih berat dimana ikut juga terkena
secara luas selaput lendir, disebut sebagai Syndrom Steven Johnson, bisa
berlangsung 6 – 8 minggu dan merupakan penyakit sangat berbahaya dan
sering fatal.

9
Eritema Multoforme terjadi karena adanya peningkatan kadar
kompleks antigen-antibodi (imun) yang menyebabkan vaskulitis. Faktor-
faktor spesifik penyebab vaskulitis kompleks imun adalah alergi makanan,
reaksi terhadap mikroorganisme, radioterapi, penyakit sistemik, dan
keganasan (Greenberg, 2013).
Beberapa penelitian melaporkan keterlibatan beberapa
mikroorganisme sebagai pencetus eritema multiforme termasuk virus dan
terutama herpes simplex virus (HSV) yang prosentasenya mencapai 70%
pada kasus-kasus yang rekuren. Beberapa pasien melaporkan adanya
riwayat infeksi HSV dua minggu sebelumnya serta didapatkannya DNA
HSV (36-81%) dimana HSV-1 66%, HSV-2 28% dan keduanya 6%. HSV
yang mencetuskan terjadinya Erythema Multiforme disebut herpes
associated EM (HAEM). Fragmen DNA HSV pada kulit dan mukosa
merupakan pencetusnya, sel CD4+ mentransport fragmen HSV ke
epitelium dan terjadi akumulasi sel-T yang merespon antigen HSV
sehingga terjadilah kerusakan sel-sel (Scully, 2017).  Pemakaian obat-
obatan juga dapat memicu terjadinya EM, penelitian melaporkan 59%
terjadinya Eritema multiformal oleh karena hal ini. Peningkatan yang
tajam terjadi karena penggunaan cephalosporin. Hal ini dipicu oleh
metabolit obat-obatan reaktif dan adanya peningkatan apoptosis keratinosit
oleh karena peningkatan TNF-α yang dirilis oleh keratinosit, makrofag dan
monosit menyebabkan kerusakan jaringan. Penyebab EM lainnya adalah
penggunaan phenytoin dan pemberian terapi radiasi kranial (Scully, 2017).
Selain itu pada erythema multifore tipe mayor terjadi adanya reaksi
hipersensitivitas tipe III yang diperantarai oleh pengendapan kompleks
antigen-antibodi (imun). Diikuti dengan aktivasi komplemen, dan
akumulasi limfosit polimorfonuklear. Dimanapun kompleks imun
mengendap akan timbul kerusakan jaringan yang membentuk lesi
patologis (Kumar, 2008).
Eritema multiforme merupakan hasil dari T-cell mediated immune
reactions sebagai agen pencetus terjadinya cytotoxic immunological attack

10
pada keratinosit yang mengekpresikan non-self antigen yang kemudian
akan terjadi vesikulasi subepitelial dan intraepitelial dan akhirnya
terjadilah blister dan erosi yang meluas (Scully,2007).
F. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk eritema
multiforme. Pada kasus yang berat dapat terjadi elevasi tingkat
sedimentasi eritrosit, leukositosis moderat, peningkatan level protein fase
akut, dan dapat pula terjadi elevasi aminotranferase hati yang ringan.
Apabila terdapat tanda-tanda kelainan di saluran pernapasan maka
pemeriksaan radiologi dibutuhkan.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi secara sistemik
Menghindari faktor penyebab atau mengobatinya, terutama karena
adanya reaksi hipersensitivitas karena pemakaian obat.
Pemakaian kortikosteroid secara oral, terutama setelah hari ke2-4,
untuk mengurangi periode erupsi akut dan gejala. Tipe minor
pemberian kortikosteroid oral antara 20-40 mg/hari selama 4-6 hari
lalu diberikan secara tapering dosis tak lebih dari 2 minggu. Pada tipe
mayor perlu pemberian antara 40-80 mg/hari selama 2-3 minggu.
Pemberian antibiotik untuk menghindari infeksi sekunder (Laskaris,
2015)
Obat-obat antivirus diindikasikan untuk pasien HAEM, dengan
pemberian acyclovir 200 mg, lima kali sehari sejak terlihat pertamakali
munculnya lesi atau 400 mg, empat kali sehari selama 6 bln atau
melanjutkan terapi menggunakan valacyclovir, pemberian 500 mg dua
kali sehari disarankan sebagai profilaksis (Scully)
2. Terapi secara topical
Instruksi pada pasien untuk diet lunak, pemakaian anastesi topikal,
obat kumur yang berisi antibiotik, dan kortikosteroid topikal untuk
mengurangi ketidaknyamanan pada pasien (Laskaris, 2005).

11
Kemungkinan penyebab yang banyak pada kasus eritema
multiforme menghalangi pengobatan yang spesifik, kecuali penyebab
spesifik telah diketahui.  Tujuan pengobatan dari eritema multiforme
ialah untuk mengurangi lamanya waktu demam, erupsi maupun
perawatan di rumah sakit.
Pada kasus ringan diberi pengobatan simtomatik, meskipun
sedapat-dapatnya perlu dicari penyebabnya. Pemberian kortikosteroid
sistemik dihindari mengingat komplikasi yang dapat timbul.
Pengobatan simptomatik meliputi pemberian analgesic atau NSAID;
kompres dingin dengan menggunakan larutan saline;pengobatan oral
seperti saline kumur; lidokain dan diphenhydramine.
Pada kasus-kasus berat, dapat diberikan kortikosteroid
(prednisolon) dengan dosis awal 30-60 mg/hari, kemudian dosis
diturunkan dalam 1-4 minggu. Kegunaan kortikosteroid hingga saat ini
masih diperdebatkan, namun perbaikan gejala sistemik seperti demam
dapat tercapai dengan kortikosteroid.
Tujuan pemberian antivirus adalah untuk mempersingkat
perjalanan klinis penyakit, mencegah komplikasi, mencegah
perkembangan rekurensi yang tersembunyi dan atau yang muncul
kemudian, mengurangi penyebaran serta mengeliminasi rekurens laten
yang tidak dapat dihindari. Acyclovir mengurangi lamanya gejala lesi.
Diberikan pada pasien dengan lesi yang muncul dalam waktu 48 jam.
Pasien yang diberikan acyclovir merasakan nyeri berkurang dan
penyembuhan yang cepat dari lesi pada kulit.
H. Komplikasi
Pada situasi yang jarang, erosi okular pada eritema multiforme
dapat menyebabkan jaringan parut yang parah pada mata. Eritema
multiforme yang berhubungan dengan infeksi pneumonia dapat
dihubungan dengan bronkitis erosif.

12
LAPORAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien
dengan Steven Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise,
kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit
tenggorokan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan
dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami
penyakit yang sama.
e. Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi
sosial.

B. Pengkajian fisik
1. Kaji riwayat adanya alergi obat
2. Inspeksi kulit dengan cermat untuk mengetahui adanya lesi, dan
penyebarannya
3. Inspeksi rongga mulut untuk mengetahui adanya lesi
4. Inspeksi keadaan genetalia untuk mengetahui adanya les
5. Kaji kemampuan menelan dan meminum cairan
6. Kaji kemampuan klien untuk bernafas
7. Kaji kemampuan visual klien, gangguan penglihatan, adanya
peradangan,
8. Monitor tanda vital terutama suhu untuk mengetahui karakter demam
9. Catat volume urine, berat jenis, dan warnanya

13
10. Kaji tingkat kecemasan, kemampuan koping

C. Intervensi
1. Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
Tujuan : Dalam 5 x 24 jam itegritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria hasil : pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis
berkurang.

Intervansi Rasional
Kaji kerusakan Menjadi data dasar untuk memberikan informasi
jaringan kulit yang intervensi perawatan yang akan digunakan.
terjadi pada klien
Lakukan tindakan Perawatan lokal kulit merupakan penatalaksanaan
peningkatan integritas keperawatan yang penting. Jika diperlukan berikan
jaringan kompres hangat, tetapi harus dilaksanakan dngan hati-
hati sekali pada daerah yang erosif atau terkelupas. Lesi
oral yang nyeri akan membuat higiene oral dipelihara.
Lakukan oral hygiene Tindakan oral higiene perlu dilakukan untuk menjaga
agar mulut selalu bersih. Obat kumur larutan anastesi
atau agen gentian violet dapat digunakan dengan sering
untuk membersikan mulut dari debris, mengurangi rasa
nyari pada daerah ulserasi dan mengendalikan bau
mulut yang amis. Rongga mulut harus diinspeksi
beberapa kali sehari dan tiap perubahan harus dicacat
serta dilaprokan. Vaselin (atau salep yang resepkan
dokter) dioleskan pada bibir.
Tingkatkan asupan Diet TKTPdiperlukan untuk meningkatkan asupan dari
nutrisi kebutuhan pertumbuhan jaringan.
Evaluasi kerusakan Apabila masih belum mencapai dari kriteria evaluasi 5
jaringan dan x24 jam, maka perlu dikaji ulang faktor-faktor
perkembangan penghambat pertumbuhan danperbaikkan dari lesi.
pertumbuhan jaringan
Lakukan itervensi Perawatan ditempat khusus untuk mencegah infeksi.
untuk mencegah Monitor dan evaluasi adanya tanda dan gejala

14
komplikasi komplikasi.pemantauan yang ketat terhadap tenda-
tanda vital dan pencatatan setiap perubahan yang
serius pada fungsi repiratorius, renal, atau
gastrointestinal dapat menditeksi dengan cepat
dimulainya suatu infeksi. Tindakan asepsis yang mutlak
harus selalu dipertahankan selama pelaksanaan
perawatan kulit yang rutin. Memcuci tangan dan
menggunakan sarung tangan steril ketikan dilaksankan
prosedur tersebut diperlukan setiap saat.ketika
keadaannya meliputi bagian tubuh yang luas, pasien
harus dirawat dalam sebuah kamar pribadi untuk
mecegah kemugkinan infeksi silang dari pasien-pasien
lain. Pada penunjung harus mengenakan pakaian
pelindung dan mencuci tangan mereka sebelum
meyentuh pasien. Orang-orang yang menderita
penyakit menular tidak boleh mengunjingi pasien
sampai mereka sudah tidak lagi berbahaya bagi
kesehatan pasien tersebut.
Kolaborasi untuk Kolaborasi pemberian kostikosteroid misalnya metil
pemberian prednisolon 80-120 mg peroral (1,5-2 mg/Kg BB/hari)
kostikosteroid atau pemberian deksametaon injeksi (0,15-0,2 mg/Kg
BB/hari)
Kolaborasi untuk Pemberian antibiotik untuk infeksi dengan catatan
pemberian antibiotic menhindari pemberian sulfonamide dan antibiotik yang
sering juga sebagai penyebab SJS misalnya penisilin,
cephalosporin. Sebaiknya antibiotik yang diberikan
berdasarkan kultur kulit, mukosa, dan sptum. Dapat
dipakai injeksi gentamisin 2-3 x 80 mg iv (1-1,5 mg/Kg
BB/kali (setiap pemberian) )

a. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh intake tidak


ad kuat respons sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut.

Tujuan:dalam waktu 5x24 jam setelah diberikan asupan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria evaluasi :

1. Pasien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat.

15
2. Pernyataan motifasi kuat untuk memenuhi keutuhan nutrisinya.
3. Penurunan berat badan selama 5x24 jam tidak melebihi dari 0,5 kg.

Intervensi Rasional

Kaji status nutrisi Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah


pasien, turgor kulit, berat untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.
badan dan derajat Berat badan pasien di timbang setiap hari (jika perlu
penurunan berat badan, gunakan timbangan tempat tidur). Lasi oral dapat
integritas mukosa oral, mengakibatkan disfagia sehingga memerlukan
kemampuan menelan, serta pemberian makanan melalui sonde atau terapi nutrisi
riwayat mual/muntah parenteraltotal. Formula enteral atau suplemen enteral
yang di programkan diberikan melalui sonde sampai
pemberian peroral dapat di toleransi. Penghitungan
jumlah kalori perhari dan pencatatan semua intake,
serta output yang akurat sangat penting.
Evaluasi adanya Beberapa pasien mungkin mengalami alergi
alergi makanan dan terhadap beberapa komponen makanan tertentu dan
kontraindikasi makanan beberapa penyakit lain, seperti diabetes melitus,
hipertensi, gout, dan lainnya yang memberikan
menifestasi terhadap persiapan komposisi makanan
yang akan diberikan.
Fasilitasi pasien Memperhitungkan keinginan individu dapat
memperoleh diet biasa yang memperbaiki asupan nutrisi.
disukai pasien (sesuai
indikasi)
Lakukan dan Menurunkan rasa tak enak karena sisa
ajarkan perawatan mulut makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat
sebelum dan sesudah muntah.
makan, serta sebelum dan
sesudah
intervensi/pemeriksaaan
peroral

16
Fasilitasi pasien Asupan minuman mengandung kafein
memperoleh diet sesuai dihindari karena kafein adalah setimulan sistem saraf
indikasi dan ajurkan pusat yang meningkatkan aktivitas lambung dan
menghindari asupan dari sekresi pepsin.
agen iritan
Berikan makan Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme
dengan perlahan pada makanan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar.
lingkungan yang tenang
Ajurkan pasien dan Meningkatkan kemandirian dalam pemenuhan
keluarga untuk asupan nutrisi sesuai dengan tingkat toleransi
berpartisipasi dalam individu.
pemenuhan nutrisi
Kolaborasi dengan Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi
ahli gizi untuk menetapkan yang adekuat untuk memenuhi peningkatan
komposisi dan jenis diet kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan
yang tepat status hipermetabolik pasien.

b. Nyeri berhubngan dengan kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan


lunak

Tujuan                   : Dalam waktu 1 x 24jam nyari berkurang/hilang atau 


teradaptasi

Kriteria evaluasi       :

1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat  diadaptsi.

2. Skala nyari 0-1 (0-4) dapat mengidentifikasi aktivitas yang menigkatkan atau
menurunkan nyeri.

3. Pasien tidak gelisah.

17
Intervensi Rasional

Keji nyeri Menjadi para meter dasar untuk mengetahui


dengan pendekatan sejauh mana interfensi yang diperlukan dan sebagai
PQRST evaluasi keberhasilan dari interfensi manajemen nyari
keperawatan.
Jelaskan dan Pendekatan dengan mengunakan relaksasi dan
bantu pasien dengan non farmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan
tindakan pereda nyeri dalam mengurangi nyeri.
non farmakologi dan
monivasif
Lakukan Posisi fisiologis akan menigkatkan asupan
manajemen nyri O2kejaringan yang mengalami peradangan. Pengaturan
keperawatan posisi idealnya adalah pada arah berlawanan dengan letak
Atur posisi dari lesi. Bagian tuuh yang mengalami inflamsi lokal
fisiologis dilakukan imobilisasi untuk menurunkan respons
peradangan dan meningkatkan kesembuhan.
Istirahatkan Istirahan diperlukan selama fase akut. Kondisi ini
klien akan meningkatkan suplai darah pada jaringan yang
mengalami peradangan.
Bila perlu Kompres yang basah dan sejuk atau terapi
premedikasi sebelum rendaman merupakan tindakan protektif yang dapat
melakukan perawatan mengrangi rasa nyeri. Pesien dengan lesi yang luas dan
luka nyeri harus mendapatkan premedikasi dahulu dengan
prepart analgesik sebelum perawatan kulit mulai
dilakukan.
Manajemen Lingkungan tenag akan menurunkan stimulus
lingkungan : lingkungan nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan
tenang dan batasi membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan
pengunjung berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di
ruangan.
Ajarkan teknik Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
relaksasi pernapasan menurunkan nyeri sekunder dari peradangan

18
dalam
Ajarkan teknik Distraksi (penglihatan perhatian) dapat
distraksi pada saat nyeri menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks selebri sehingga menurunkan presepsi nyeri.
Lakukan Menajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
menajemen sentuhan sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah
dan oksigen ke aliran nyeri dan menurunkan sensasi
nyeri.
Kolaborasi Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
dengan dokter, akan berkurang.
pemberian analgetik

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, adanya


port de entree pada lesi.

Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi


Kriteria hasil :

1. tidak ada tanda – tanda infeksi ( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )

2. tidak timbul luka baru

Intervensi Rasional

monitor TTV Deteksi dini terhadap perkembangan kondisi


pasien dan adanya tanda-tanda infeksi.
kaji tanda – tanda Mengidentifikasi kondisi luka yang terbebas
infeksi dari infeksi
motivasi pasien Asupan karbohidrat & protein yang tinggi
untuk meningkatkan dapat mempercepat penyembuhan dan memperbaiki
nutrisi TKTP jaringan yang rusak

19
jaga kebersihan Daerah luka yang kotor mempermudah
luka penyebaran infeksi
kolaborasi Dugaan adanya infeksi/terjadinya lesi yang
pemberian antibiotic parah dan Menurunkan resiko penyebaran bakteri.

e)    Devisit prawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.

Tujuan      : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan klien dan


keluarga   mampu merawat diri sendiri

Kriteria hasil: klien mampu merawat diri sendiri

Intervensi Rasional

Ganti pakaian yang Untuk melindungi klien dari kuman dan


kotor dengan yang bersih. meningkatkan rasa nyaman
Berikan HE pada Agar klien dan keluarga dapat termotivasi
klien dan keluarganya untuk menjaga personal hygiene.
tentang pentingnya
kebersihan diri.
Berikan pujian Agar klien merasa tersanjung dan lebih
pada klien tentang kooperatif dalam kebersihan
kebersihannya.
Bimbing keluarga Agar keterampilan dapat diterapkan
klien memandikan /
menyeka pasien
Bersihkan dan atur Klien merasa nyaman dengan tenun yang
posisi serta tempat tidur bersih serta mencegah terjadinya infeksi.
klien.

d. Gangguan gambaran diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan


struktur kulit, perubahan peran keluarga.

Intervensi Rasional

20
Dorong membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang
pasien untuk tidak biasa
mengekspresikan
perasaan
khususnya
mengenai
pikiran,
perasaan,
pandangan
dirinya.
Catat Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan
prilaku menarik evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
diri. Peningkatan
ketergantungan,
manipulasi atau
tidak terlibat
pada perawatan.
Pertahan Membangun hubungan baik dengan klien
kan pendekatan
positif selama
aktivitas
perawatan.

D. Evaluasi

1. Kondisi kulit tampak membaik

2. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan baik

3. Nyeri hilang atau berkurang

21
4. Infeksi tidak terjadi

5. Pasien mampu melakukan perawatan diri sesuai dengan kondisinya

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.R.S Siregar,Sp.KK. 2013. ILMU PENYAKIT KULIT. Palembang. Buku


Kedokteran EGC

22
http://www.Dagul.2009.Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan-Eritemat-
Multiforme.pdf

www.Royal.ResetToReachMyGoal-AllAboutNursing.scrib

http://www.Damri.2010.Asuhan–Keperawatan-Klien-Eritema-Multiform.html

23

Anda mungkin juga menyukai