Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

S DENGAN
MASALAH KESEHATAN STROKE DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS ABELI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Melakukan Penelitian

Oleh :

GEBRILIYA TIHA

P003200190066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

2022

i
HALAMAN KEASLIAN PENELITI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Gebriliya Tiha

NIM : P003200190066

InstitusiPendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul penelitian : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA


TN.S DENGAN MASALAH KESEHATAN STROKE
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS DI WILAYAHKERJA PUSKESMAS
ABELI

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 26 Juni 2022


Yang Membuat Pernyataan,

Gebriliya Tiha

ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Gebriliya Tiha
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Baula/19 agustus 2001
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Tolaki
6. Alamat : Lorong Ambon
7. No. Telp/ Hp 085340887578

II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri 1 Buala tamat tahun 2013
2. Sekolah Menengah Pertama 1 Baula tamat 2016
3. Madrsa Aliyah Negri 1 Kolaka tamat 2019
4. Poltekkes Kemenkes Kendari 2019-2022

v
MOTTO

“jika bersunggu –sunggu,maka kita bisa memperoleh


kesuksesan”

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan Karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.S dengan masalah
kesehatan stroke dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas diwilayah kerja
puskesmas abeli”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, saya banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak terkhusus dosen pembimbing I dan
pembimbing II yang telah ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing
selama penyusunan karya tulis ilmiah ini pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Teguh Fathurrahman, SKM, MPPM Selaku Direktur Poltekkes


Kemenkes Kendari.
2. Bapak Abd, Syukur Bau, S.Kep., Ns., MM Selaku Ketua Jurusan Keperawatan.
3. Ibu Fitri Wijayanti, S.Kep.,Ns., M.Kep Selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan.
4. Bapak Samsuddin, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan.
5. Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp.,M.Kes dan H. Taamu,
A.Kep.,S.Pd.,M.Kes Selaku pembimbing I dan II yang telah membimbing
saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya proposal penelitian ini.
6. Ibu Lena Atoy, SST.,MPH, Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc, dan
Ibu Prishilla sulupadang, S.Kep.,NS.,M.Kep.,SP.Kep.AN sebagai penguji
proposal karya tulis ilmiah.
7. Kepada Puskesmas Abeli yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
pengambilan data pendahuluan.
8. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.

vi
9. Kepada kedua orang tua saya, yang saya sayangi dan cintai terima kasih telah
mendidik dan mangasuh saya hingga sekarang. Serta keluarga yang telah
memberikan doa dan dukungan selama penulis mengikuti pendidikan.
10. Terimakasih kepada teman-teman terdekat dan teman teman D-3 Keperawatan
angkatan 2019 Yang telah saling berbagi ilmu, saling memberikan masukan
dan telah membantu menghilangkan titik jenuh saat kuliah sampai proses
pembuatan karya tulis ilmiah ini

Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan.Oleh karena itu saran, kiritik dan pendapat yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan.

Kendari, Juni 2022

Gebriliya Tiha

vi
ABSTRAK

Gebriliya Tiha, NIM : P003200190066 “ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA PADA TN.S DENGAN MASALAH KESEHATAN STROKE
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ABELI”, Dibimbing oleh Ibu Hj. Sitti Rachmi
Misbah, S.Kp.,M.Kes dan H. Taamu, A.Kep.,S.Pd.,M.Kes.

Pendahuluan : Stroke adalah suatu gangguan fungsi neurolis akut yang yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah dan terjadi secara mendadak dengan
gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah otak terganggu.Faktor
penyebab terjadinya stroke adalah pola hidup yang tidak sehat, diantara konsumsi
makanan yang seimbang ,tidak melakukan aktivitas fisik, pengaruh lingkungan
,sehingga memicu terjadinya stroke. Hasil riset kesehatan dasar kemenkes RI
tahun 2018 jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan
diagnosis kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (0,7)
.Sedangkan berdasarkan diagnosis nakes atau gejala diperkirakan sebanyak
2.137.941 orang. Kemudian Berdasarkan data yang diperoleh dari wilayah kerja
Puskesmas Abeli pada tahun 2020 terdapat 40 kasus stroke sedangkan pada tahun
2021 terdapat 19 kasus stroke.

Tujuan : Mengatahui gambarkan penerapan pemberian asuhan keperawatan


keluarga pada klien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di bungkutoko wilayah
kerja puskesmas abeli. Metode pada penelitian ini yaitu deskriptif dengan
pendekatan desain studi kasus.

Hasil : Hasil evaluasi pada Tn. S setelah dilakukan implementasi tiga kali 24 jam
menunjukkan masalahmobilitas fisik cukup meningkat.

Kesimpulan : Setelah dilakukan penerapan dukungan ambulasiTn. S selama tiga


kali 24 jam menunjukkan bahwa mobilitas fisik mengalami perubahan kearah
yang cukup meningkat.

Saran : Bagi perawat diharapkan dapat memotivasi pasien serta keluarga tentang
kasus stroke hemoragik sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan secara
biopsikososial dan spiritual,,Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai data pembanding yangberkaitan dengan penyakit penyerta dari
masalah utama stroke hemoragik.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Keluarga, penyakit stroke, kebutuhan


aktivitas.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN..........................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI.........................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................v

MOTTO................................................................................................................vi

KATA PENGANTAR.........................................................................................vii

ABSTRAK............................................................................................................viii

DAFTAR ISI........................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................3
1. Tujuan Umum......................................................................................3
2. Tujuan Khusus.....................................................................................3
D. Manfaat....................................................................................................4
1. Bagi Rumah Sakit................................................................................4
2. Bagi Peneliti........................................................................................4
3. Bagi Institusi........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5

A. Konsep Keluarga.....................................................................................5
1. Definisi................................................................................................5
2. Tipe Atau Batuk Keluarga...................................................................6
3. Struktur Keluarga................................................................................8
4. Fungsi Keluarga...................................................................................9
5. Tahap Pengembangan Keluarga..........................................................10
B. Konsep Stuke...........................................................................................14
1. Definisi................................................................................................14
2. Klasifikasi............................................................................................15
3. Etiologi................................................................................................16

x
4. Manifestasi Klinis................................................................................17
5. Patofisiologi.........................................................................................20
C. Konsep Kebutuhan Aktivitas.................................................................21
1. Pengertian Mobilitas Dan Imobilisasi.................................................21
2. Tujuan Mobilitas.................................................................................21
3. Jenis-Jenis Mobilitas...........................................................................22
4. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas...............................................23
D. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................25
1. Pengkajian..............................................................................................25
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................33
3. Intervensi Keperawatan.........................................................................33
4. Implementasi keperawatan....................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................35

A. Rancangan Penelitian..............................................................................35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................35
C. Populasi Dan Sampel...............................................................................35
D. Fokus Studi Kasus...................................................................................36
E. Definisi Operasional................................................................................36
F. Instrument................................................................................................37
G. Analisis Dan Penyajian Data..................................................................37
H. Etika Penelitian........................................................................................38
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN.................................40
A. Hasil Studi Kasus.......................................................................................40
I. Data Umum...............................................................................................40
II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga................................................41
III.Lingkungan.............................................................................................42
IV. Struktur Keluarga...................................................................................44
V. Fungsi keluarga.......................................................................................45
B. Pembahasan................................................................................................58
1. Pengkajian................................................................................................58
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................59
3. Intervensi Keperawatan............................................................................60
4. Implementasi............................................................................................60
5. Evaluasi....................................................................................................61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................62
A. Kesimpulan.................................................................................................62
B. Saran...........................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................63

LAMPIRAN.........................................................................................................64

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Menurut Health Organization (WHO) stroke adalah
suatu gangguan fungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik)atau
setidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan tanda-tanda
yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Erlita 2017) Selain itu stroke
juga merupakan etiologi kecatatan jangka panjang nomor satu didunia, stroke
dapat mengakibatkan kecacatan bagi penderita yang mampu bertahan hidup
salah satunya adalah ketidakmampuan perawatan diri akibat kelemahan pada
ekstremitas dan penurunan fungsi mobilitas yang dapat menghambat
pemenuhan aktivitas sehari-hari.(Syafrandinel, 2013)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016
diperkiran 5,5 juta orang meninggal akibat stroke dan diperkirakan
diperkirakan tahun 2030 penyakit jantung dan stroke menjadi etiologi utama
kematian di dunia.Stroke awalnya cenderung menyerang usia diatas 40 tahun
,namun kini stroke juga menyerang seseorang diusia yang lebih mudah dan
setiap tahun 15 juta orang diseluruh dunia menderita penyakit stroke.
Hasil riset kesehatan dasar kemenkes RI tahun 2018 jumlah penderita
penyakit stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis kesehatan
(Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang(0,7) .Sedangkan berdasarkan
diagnosis nakes atau gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang(12.1).
Faktor penyebab terjadinya stroke adalah pola hidup yang tidak sehat,
diantara konsumsi makanan yang seimbang ,tidak melakukan aktivitas fisik,
pengaruh lingkungan,sehingga memicu terjadinya stroke. Pecahnya pembuluh
darah di bagian otak atau terjadinya thrombosis dan emboli. Gumpalan darah
akan masuk kealiran darah akibat dari penyakit lain atau dikarenakan adanya
bagian otak yang cedera dan menyumbat arteri otak. Akibatnya fungsi otak

1
berhenti dan menjadi penurunan fungsi otak Nasution (2020) dalam
(Sudiyanto & Andrio, 2020)
Gangguan pada pasien stroke dapat berupa gangguan aktivitas &
latihan karena adanya kelemahan fisik akibat gangguan neuromuskuler
mengakibatkan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik (Inayah 2021)
Stroke menimbulkan permasalahan yang kompleks,baik dari segi
kesehatan ekonomi,social serta membutuhkan penanganan yang
komperhensif termaksud upaya pemulihan dilakukan dalam jangka lama
bahkan sepanjang masa hidup (indah 2020) dalam (Sudiyanto & Andrio,
2020)
Berdasarkan data yang diperoleh dari wilayah kerja puskesmas abeli
pada tahun 2020 terdapat 8 kasus stroke sedangkan pada tahun 2021 terdapat
19 kasus stroke.
Dukungan besar dari keluarga sangat membantu karena keluarga
sebagai unit pelayanan perawatan yang dapat meningkatkan kemampuan
keluarga dalam memberikn asuhan keperawatan terhadap anggota yang sakit
dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.Pemberian
asuhan keperawatan keluarga dengan terapi latihan penatalaksaannya
menggunakan gerakan aktif atau pasif ,latihan menggerakan persendian
sesuai dengan rentang geraknya. Latihan ROM (Rangen Of Motion)
merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita stroke
(Sugijati,2016) dalam (Sudiyanto & Andrio, 2020).
B. Rumusan Masalah

Bagaimna cara penerapan asuhan keperawatan keluarga pada Tn S


dengan masalah kesehatan stroke dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
diwilayah kerjah puskesmas abeli?

2
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :

Menggambarkan penerapan pemberian asuhan keperawatan


keluarga pada Tn S dengan masalah kesehatan stroke dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas di bwilayah kerja puskesmas abeli.

2. Tujuan Khusus:
a) Menggambarkan pengkajian keperawatan keluarga pada Tn.S
dengan masalah kesehatan stroke dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas di wilayah kerja puskesmas abeli.
b) Menggambarkan diagnosa keperawatan keluarga pada Tn.Sdalam
pemunuhan kebutuhan aktivitas pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan stroke di wilaya kerja puskesmas abeli.
c) Menggambarkan rencana keperawatan keluarga pada Tn.Sdalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan stroke diwilayah kerja puskesmas abeli.
d) Menggambarkan implementasi keperawatan keluarga pada Tn.S
dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan stroke di wilayah keja puskesmas abeli.

Mengajarkan Rom (Rangen Of Motion)pada klien dalam pemenuhan


kebutuhan aktivitas pada anggota keluarga dengan masalah
kesehatan stroke di wilayah kerja puskesmas abeli

e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada Tn.S dalam


pemenuhan kebutuhan aktivitas pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan stroke di wilayah kerja puskesmas abeli

3
D. Manfaat

1. Bagi pihak puskesmas

Diharapkan agar hasil penilitian dapat dijadikan acuan dalam


memberikan asuhan keperawatan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas pada salah satu anggota keluarga dengan masalah kesehatan stroke
di wilayah kerja puskesmas abeli kota kendari serta dengan melakukan
intervensi yang tepat

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menabah pengetahuan bagi


peneliti dalam memberikan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada klien
dengan masalah kesehatan stroke.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini di harapkan sebagai sumber bacaan dan bahan


pustaka pustaka bagi institusi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep keluarga
1. Definisi
Keluarga merupakan suatu arena berlangsungnya interaksi
kepribadian atau sebagai sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat
komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal
dan sistem-sistem lain (Padila,2012). Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga
lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi (Wahit, 15 2009).
Antara keluarga satu dengan keluarga lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Apabila salah satu atau beberapa keluarga mempunyai
masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga
yang lainnya dan dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari
permasalaahan tersebut, maka keluarga merupakan fokus pelayanan
kesehtan yang strategis (Vidianisa, 2019).
a) Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan
b) Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan
seluruh anggota keluarga
c) Masalah kesehatan dalam keluarga saling terkait
d) keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam perawatan
kesehatan
e) Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-
usaha kesehatan masyarakat.
2. Tipe atau Bentuk Keluarga
Menurut Vidianisa, (2019), berbagai bentuk keluarga digolongkan
sebagai keluarga tradisional dan non tradisional.
a. Tipe keluarga tradisional
1. keluarga inti

5
Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah,
ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010).
Sedangkan menurut Padila (2012), keluarga inti adalah keluarga
yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang
tua campuran atau orang tua tiri.
2. keluarga adopsi
Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk
keluarga. Dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab
sebagai orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Di satu pihak
orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasih sayangnya
pada anak adopsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah
keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).
3. keluarga besar
Keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah
tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak atau
adik, dan keluarga dekatlainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan
oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan
membentuk pola perilaku mereka (Friedman,2010). Sedangkan
menurut Padila (2012), keluarga besar terdiri dari keluarga inti
dan orang-orang yang berhubungan.
4. Keluarga orang tua tunggal
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau
ayah sebagai kepala keluarga.Keluarga orang tua tunggal
tradisional adalah keluarga dengan kepala rumah tangga duda
atau janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah.Keluarga
orang tua tunggal nontradisional adalah keluarga yang kepala
keluarganya tidak menikah (Friedman, 2010).
5. Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari
beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini
tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas

6
temanteman. Hewan peliharaan juga dapat menjadi anggota
keluarga yang penting (Friedman, 2010).
6. Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan
yang komplek dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian
yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau
subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi
dengan kecepatan yang tidak sama (Friedman, 2010).
7. Keluarga binuklir
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak
merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas
dua rumah tangga inti, maternal dan paternal dengan keragaman
dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam
setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
b. Tipe keluarga tradisional
1. Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah
2. Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
3. Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah
4. Keluarga gay dan keluarga lesbian
5. Keluarga komuni, keluarga dengan lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak yang secara bersama-saa
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pasangan yang
sama.
3. Struktur keluarga
1. Sistem pendukung keluarga: Termasuk sistem pendukung
keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-
fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan
keluarga mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarkat setempat (Padila,2018). Dalam (Bulchek
et al., 2021)

7
2. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkemunikasi antara anggota keluarga.
a) Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan dan
perasaan mereka dengan jelas.
b) Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respon
dengan baik terhadap pesan.
c) Apakah anggota keluarga mendengar dan menikuti pesan
d) Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga
e) Pola yang digunakan dalam berkomunikasi untuk
menyampaikan pesan (langsung atau tidak langsung)
f) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang terlihat dalam
pola komunikasi keluarga (Padila, 2018). dalam (Bulchek et al.,
2021)
3. Struktur kekuatan keluarga: kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku (Padila, 2018). Dalam (Bulchek et al., 2021)
4. Struktur peran: menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal (Padila, 2018).dalam
(Bulchek et al., 2021)
5. Nilai dan norma keluarga: Menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
(Padila, 2018).dalam (Bulchek et al., 2021).
4. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif: Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri
anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaimana kehangatan tercipta pada keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai (Padila,2018). Dalam (Bulchek et al., 2021)
2. Fungsi sosialisasi: Dikaji bagaimana interkasi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku (Padila,2018).

8
3. Fungsi perawatan kesehatan: Menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, pedlindungan
serta merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
keluarga melaksanakan perawatan dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan lima tugas keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan melakukan tindakan, melakukan perawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan dilingkungan stempat (Padila,
2018).
4. Fungsi reproduksi: Hal yang perlu dikaji yaitu berapa
jumlah anak, apakah rencan keluarga berkaitan dengan
jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan
keluargupaya, dalam mengendalikan jumlah anggota
keluarga (Padila,2018).
5. Fungsi ekonomi:
Hal yang perlu dikaji adalah:
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan.
b)Sejauh mana keluarga memenuhi sumber yang ada dimasyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga (Padila,
2018).dalam (Bulchek et al., 2021)
5. Tahap perkembangan keluarga
1. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan
pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim
yang baru. Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan merencanakan sebuah keluarga (Friedman,
2010 dalam

9
2. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu
kunci dalam siklus keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini
yaitu setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa
tugas perkembangan penting. Suami, istri anak harus mempelajari
peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami perkembangan
fungsi dan tangguang jawab (Friedman,2010 dalam Hanifah, 2019).
3. Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah Tahap ini dimulai ketika
anak pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5
tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,
dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki,
dan putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini
berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan
anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di
sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat
rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan
fasilitas juga harus aman untuk anak-anak (Friedman, 2010 dalam
Hanifah, 2019).
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak Tahap ini dimulai pada saat tertua
memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun,
dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal
dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal menurut Duvall dan
Miller (1985 dalam Friedman, 2010). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak,
dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan (Friedman, 2010 dalam Hanifah, 2019).
5. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,
walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluargalebih
awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih

1
dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal dirumah biasanya
anak usia sekolah. Tujuan keluarga pada tahap ini adalah
melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi
seorang dewasa muda menurut Duvall dan Miller (1985 dalam
Friedman, 2010).
6. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching
center families) Tahap ini dimulai pada saat perginya anak pertama
dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika
anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup
singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tahap
perkembangan keluarga disini adalah keluarga membantu anak tertua
untuk terjun ke duania luar, orang tua juga terlibat dengan anak
terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri (Friedman,
2010 dalam (Hanifah, 2019).
7. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahapan ini
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
dengan pensiunan atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan
berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun
kemudian. Tahap perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap
untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang
sedang berkembang untuk lebih mandiri (Friedman, 2010 dalam
(Hanifah, 2019)
8. Tahap VIII : Keluarga Lanjut Usia dan Pensiunan Tahap terakhir
perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu
pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain menurut
Duvall dan Miller (1985 dalam Friedman, 2010). Tugas

1
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan
penataan kehidupan yang memuaskan. Kembali ke rumah setelah
individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik
(Friedman, 2010 dalam (Hanifah, 2019).
B. Konsep struke
1. Definisi
Stroke hemoragik adalah kondisi otak yang mengalami kerusakan
karena aliran darah atau suplai darah ke otak terhambat oleh pendarahan
(Arum, 2015). Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di
otak sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar
merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya
(Amanda, 2018) dalam (Tsadik et al., 2020).
Stroke hemoragik merupakan disfungsi neurologis fokal yang
akut dan disebabkan oleh perdarahan pada substansi otak yang terjadi
secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, akibat pecahnya
pembuluh arteri dan pembuluh kapiler (Nugraha, 2018). Stroke
hemoragik adalah jenis stroke yang penyebabnya adalah pecahnya
pembuluh darah di otak atau bocornya pembuluh darah otak. Terjadi
karena tekanan darah otak yang mendadak, meningkat dan menekan
pembuluh darah, sehingga pembuluh darah tersumbat, tidak dapat
menahan tekanan tersebut (Wati, 2019). Dalam (G/Tsadik et al., 2020)
Stroke hemoragik yaitu perdarahan intrakanial berdasarkan
tempat perdarahannya yakni dirongga subarakhnoid atau didalam
parenkim otak (intraserebral) ada juga perdarahan yang terjadi bersamaan
pada kedua tempat seperti perdarhan subarakhoid yang bocorkedalam
otak atau sebaliknya (Rahmayanti, 2019). Dalam (G/Tsadik et al., 2020)
2. Klafikasi
Menurut Indrawati dkk., (2016) Klasifikasi stroke hemoragik dibedakan
atas dua kelompok yaitu sebagai berikut :
a) Perdarahan Intraserebral
Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya
pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh

1
darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan otak. Pada stroke jenis
ini pembuluh darah pada otak pecah dan darah membasahi jaringan
otak. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak sehingga
menyebabkan spasme atau menyempitnya arteri di sekitar tempat
perdarahan. Sel-sel otak yang berada jauh dari tempat perdarahan
juga akan mengalami kerusakan karena aliran darah terganggu.
Selain itu, jika volume darah yang keluar lebih dari 50 ml maka
dapat terjadi proses desak ruang yakni rongga kepala yang luasnya
tetap, “diperebutkan” oleh darah “pendatang baru” dan jaringan otak
sebagai “penghuni lama”. Biasanya pada proses desak ruang ini,
jaringan otak yang relative lunak mengalami kerusakan akibat
penekanan oleh jendela darah.
b) Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah masuknya darah ke ruang
subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarachnoid
sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari rongga subarachnoid
itu sendiri/perdarahan subarachnoid primer. Perdarahan yang terjadi
di pembuluh darah yang terdapat pada pembungkus selaput
pembungkus otak.Selanjutnya, darah mengalir keluar mengisi
rongga antara tulang tengkorak dan otak. Sama seperti perdarahan
intraserebral, darah yang keluar dapat menyebabkan spasme arteri
sekitar tempat perdarahan, mengiritasi jaringan sekitar, serta
menyebabkan proses desak ruang.
3. Etiologi
Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah,
darah akan keluar mengisi ruang tengkorak kepala sehingga terjadi
peningkatan tekanan di dalam otak yang akibatnya terjadi penurunan
kesadaran secara tiba-tiba. Keadaan seperti ini disebabkan karena
tekanan darah yang mengalami peningkatan cukup tinggi (Arum, 2015)
dalam (Tsadik et al., 2020)
Selain hal–hal yang disebutkan diatas, ada fakor–faktor lain
yang menyebabkan strokehemoragik (Pudiastuti, 2015), diantaranya :

1
a. Faktor resiko medis
Faktor resiko medis seperti migrain, hipertensi (penyakit
tekanan darah tinggi), diabetes, kolesterol, aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, riwayat stroke
keluarga, penyakit ginjal, dan penyakit vaskuler perifer 80% pemicu
stroke hemoragik disebabkan karena hipertensi dan Aterosklerosis.
b. Faktor resiko perilaku
Faktor resiko perilaku seperti kurang olahraga, merokok
(aktif dan pasif), makanan tidak sehat (junk food, fast food),
kontrasepsi oral, mendengkur, narkoba, obesitas, stress, dan cara
hidup.
c. Faktor lain Data statistik 93% pengidap penyakit trombosis ada
hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
1) Trombosis serebral

Terjadi pada pembuluh darah dimana oklusi terjadi trombosis


dapat menyebabkan iskemik jaringan otak, edema dan kongesti di
area sekitarnya.

2) Emboli serebral

Penyumbatan pada pembuluh darah otak karena bekuan darah,


lemak atau udara.Kebanyakan emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas danmenyumbat sistem arteri serebral.

3) perdarahan intra serebral


Pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi karenaAterosklerosis dan
hipertensi.Pecahnya pembuluh otak akan menyebabkan
penekanan, pergeseran, dan 10 pemisahan jaringan otak yang
berdekatan akibat otak akan bengkan, jaringan otak internal
tertekan sehingga menyebabkan infark otak, edema dan mungkin
terjadi herniasi otak.

1
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Tarwoto, 3013; Nugraha, 2018), manifestasi klinik
stroke hemoragik tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena,
rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolaretal. Pada
stroke akut gejala klinis meliputi (G/Tsadik et al., 2020)
1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau
hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan
terjadi akibat adanyakerusakan pada area motorik di korteks bagian
frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi
kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada
sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan
sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun
fleksi.
2) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan sistem saraf otonom
dan gangguan saraf sensorik

c. Penurunan kesadaran (Konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)


Terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan
batang otak atau terjadinya gangguan metabolik otak akibat
hipoksia

d) Afasia (kesulitan dalam berbicara) Afasia adalah defisit kemampuan


komunikasi bicara, termasuk dalam membaca, menulis memahami
bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat
bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi
pada stroke dengan gangguan pada arteri middle serebral kiri.
Afasia dibagi menjadi tiga bagian yaitu afasia motorik, sensorik
dan afasia global.Afasia motorik atau ekpresif terjadi jika area pada
Area Broca, yang terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis
ini pasien dapat memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat
mengungkapkan lewat bicara.

1
e) Disatria (bicara cadel atau pelo) merupakan kesulitan bicara
terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas.
Namun demikian pasien dapat memahami pembicaraan, menulis,
mendengarkan maupun membaca. Disatria terjadi karena kerusakan
nervus kranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan
laring.Pasien juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan
menelan.

f. Gangguan penglihatan (diplopia) dimana pasien dapat kehilangan


penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda, gangguan lapang
pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada
lobus temporal atau pariental yang dapat menghambat serat saraf
optik ada korteks oksipital. Gangguan penglihatan juga dapat
disebabkan karena kerusakan pada saraf kranial 2, 4 dan 6.
g. Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus
kranial 9. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan gluteus
menutup kemudian makanan masuk keesophagus.
h. Inkontenesia baik bowel maupun bladder serng terjadi hal ini
karena tergangguanya saraf yang mensyarafi bladder dan bowel.
i. Vertigo seperti mual, muntah, dan nyeri kepala, terjadi karena
peningkatan tekanan intrakranial, edema serebri.
5. Patofisiologi
Faktor resiko stroke seperti gaya hidup, Diabetes Melitus, riwayat
penyakit jantung dan sebagainya dapat menyebabkan kerja norepinefrin
dipembuluh darah meningkat sehingga tekanan darah meningkat atau
hipertensi akut. Hipertensi yang terus menerus dapat mengakibatkan
timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang dapat
menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar
dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada
pembuluh darah otak. Perubahan yang terus berlanjut ini dapat
menyebabkan pembuluh darah otak (serebral) pecah sehingga terjadi
stroke hemoragik (Rahmayanti, 2019). Mekanisme yang sering terjadi
pada stroke perdarahan intraserebral adalah faktror dinamik yang

1
berupa peningkatan tekanan darah. Hipertensi kronis menyebabkan
pembuluh darah arteriol yang berdiameter 100-400 mikrometer
mengalami perubahan yang patologik.Perubahan tersebut berupa
lipohyalinosis, fragmentasi, nekrosis, dan mikroaneurisma pada arteri di
otak.Kenaikan tekanan darah secara mendadak ini dapat menginduksi
pecahnya pembuluh darah. Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka
akan menyebabkan perdarahan. (Munir, 2015). Pecahnya pembuluh
darah otak mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan Transient Iskemic
Attack (TIA) yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian
yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan Intraserebral sering
dijumpai di daerah pituitary glad, thalamus, sub kartikal, lobus parietal,
nucleus kaudatus, pons, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid (Perdana, 2017) dalam (G/Tsadik
et al., 2020)

C. Konsep Kebutuhan Aktivitas

1. Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi


Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi.Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami
atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan
immobilisasi berada pada suatu rentang.Immobilisasi dapat berbentuk tirah
baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen
tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu
normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-
rata 3% sehari (atropi disuse) (Potter dan Perry, 2005). Dalam (Rangkuti,
2017).

1
2. Tujuan Mobilisasi
Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan
konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal
(Potter dan Perry, 2005). Dalam (Rangkuti, 2017).

3. Jenis-jenis Mobilitas

a. Mobilisasi Penuh
Merupakan keadaan dimana kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
dan saraf motoris, volunter dan sensoris untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang. (Rangkuti, 2017)
b. Mobilisasi Sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
yang jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi
sebagian dibagi menjadi 2 bagian yaitu: (Rangkuti, 2017)
1) Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskulus skeletal, dislokasi sendi, dan tulang.
2) Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel. Contohnya,
terjadinya hemiplagia karena stroke, praplegi karena cedera tulang
belakang dan khususnya untuk poliomyelitis karena terganggunya
sistem saraf motoris dan sensoris.

1
4. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku/kebiasaan
sehari-hari.
2. Proses penyakit/cedera
Proses penyakit mempengaruhi mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh.
Contoh : orang yang fraktur femur akan mengalami keterbatasan
pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah
3. Kebudayaan

Contoh : orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki


kemampuan mobilitas yang kuat.

4. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar dapat
melakukan mobilitas dengan baik perlu energi yang cukup
5. Usia& status perkembangan
Kemampuan mobilitas berbeda pd tiap tingkat usia, karena
kemampuan & kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan usia.
Latihan mobilisasi yang dilakukan pada klien stroke yaitu
dengan melakukan latihan rentang gerak atau sering disebut Range
Of Motion (ROM).Range Of Motion (ROM) yaitu, latihan gerakan
yang mungkin dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan masssa dan tonus otot sehingga dapat mencegah
kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur.
Rom yang digunakan yaitu rom pasif atau rangsangan
taktil diharapkan dapat digunakan oleh pasien stroke dan keluarga

1
yang memiliki pasien stroke untuk memulihkan anggota gerak
khususnyaanggota gerak atas.
Manfaat ROM yaitu:
a) Menentukan nilai kemampuan sendi, tulang, dan otot dalam
melakukan pergerakan.
b) Mengkaji tulang, sendi, dan otot
c) Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d) Memperlancar sirkulasi darah
e) Memperbaiki tonus otot
f) Meningkatkan mobilitas sendi
g) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
D. Konsep asuhan keperawatan
Menurut Tarwoto (2013) pengkajian keperawatan pada pasien stroke
meliputi:
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin,pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS,nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan
anggotagerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi, nyerikepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan
kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal


yangtidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal
seringkesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak.Pada
seranganstroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saatpasien melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,

2
mual, muntahbahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separohbadan atau gangguan fungsi otak yang lain.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,


anemia,riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obatanti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun


diabetesmellitus.

f. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal.Biaya untuk


pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangankeluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosidan pikiran pasien dan keluarga.

g. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran

Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran


samnolen,apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan GCS <
12 pada awalterserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan
biasanya memilikitingkat kesadaran letargi dan compos metis
dengan GCS 13-15

2) Tanda-tanda Vital

a) Tekanan darah

2
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki
riwayattekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan
diastole >80

b) Nadi

Biasanya nadi normal

c) Pernafasan

Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada

bersihan jalan napas

d) Suhu

Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan

stroke hemoragik

3) Rambut

Biasanya tidak ditemukan masalah

4) Wajah

Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V


(Trigeminal) : biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan
danpada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas
halus,klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus
VII (facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat
alis,mengernyitkan dahi, mengernyitkan hidung,
menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak
simetris kiri dan kanantergantung lokasi lemah dan saat diminta
mengunyah pasien kesulitan untuk mengunyah.

5) Mata

2
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor,kelopak mata tidak oedema. Pada pemeriksaan nervus II
(optikus): biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus
III(okulomotoris) : biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil
kadangisokor dan anisokor, palpebra dan reflek kedip dapat dinilai
jikapasien bisa membuka mata . Nervus IV (troklearis) : biasanya
pasiendapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah.
Nervus VI(abdusen) : biasanya hasil nya pasien dapat mengikuti
arah tanganperawat ke kiri dan kanan

6) Hidung

Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak


adapernapasan cuping hidung. Pada pemeriksan nervus I
(olfaktorius) :

kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang diberikan


perawatnamun ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman
penciuman antarakiri dan kanan berbeda dan pada nervus VIII
(akustikus) : biasanyapada pasien yang tidak lemah anggota gerak
atas, dapat melakukankeseimbangan gerak tangan-hidung.

7) Mulut dan gigi

Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma


akanmengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir
kering. Padapemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah
dapat mendorongpipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat
menyebutkan rasa manisdan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal):
biasanya ovule yangterangkat tidak simetris, mencong kearah
bagian tubuh yang lemahdan pasien dapat merasakan rasa asam dan
pahit. Pada nervus XII(hipoglasus) : biasanya pasien dapat
menjulurkan lidah dan dapatdipencongkan ke kiri dan kanan namun
artikulasi kurang jelas saatbicara

2
8) Telinga

Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan


nervusVIII (akustikus) : biasanya pasien kurang bisa
mendengarkan gesekan jari dari perawat tergantung dimana lokasi
kelemahan dan pasienhanya dapat mendengar jika suara keras dan
dengan artikulasi yangjelas.

9) Leher

Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke


hemragikmengalami gangguan menelan. Pada peemeriksaan kaku
kudukubiasanya (+) dan bludzensky 1 (+).

10) Thorak

a) Paru-paru

Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan

Palpasi : biasanya fremitus sam aantara kiri dan kanan

Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)

Auskultasi: biasanya suara normal (vesikuler)

b) Jantung

Isnpeksi : biasanya iktus cordis tidak

terlihat Palpasi : biasanya ictus cordis

teraba Perkusi : biasanya batas jantung

normal Auskultasi: biasanya suara vesikuler

11) Abdomen

Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites

2
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : biasanya terdapat suara tympani

Auskultasi: biasanya biasanya bising usus pasien tidak terdengar.

Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat perut pasien


digoresbiasanya pasien tidak merasakan apa-apa.

12) Ekstremitas

a) Atas

Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT


biasanyanormal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI
(aksesorius) :biasanya pasien stroke hemoragik tidak dapat
melawan tahananpada bahu yang diberikan perawat. Pada
pemeriksaan reflek,biasanya saat siku diketuk tidak ada respon
apa-apa dari siku,tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-
)) dan padapemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan
supinasi (reflekbicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek
hoffman tromerbiasanya jari tidak mengembang ketika diberi
reflek (reflekHoffman tromer (+)).

b) Bawah

Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan


bluedzensky Ikaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada
saat telapak kakidigores biasanya jari tidak mengembang
(reflek babinsky (+)).Pada saat dorsum pedis digores biasanya
jari kaki juga tidakberesponn (reflek caddok (+)). Pada saat
tulang kering digurutdari atas ke bawah biasanya tidak ada
respon fleksi atau ekstensi(reflek openheim (+)) dan pada saat
betis diremas dengan kuatbiasanya pasien tidak merasakan
apa-apa (reflek gordon (+)).

2
h. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola kebiasaan

Biasanya pada pasien yang pria, adanya kebiasaan merokok


danpenggunaan minumana beralkhohol

2) Pola makan

Biasanya terjadi gangguan nutrisi karena adanya gangguan


menelanpada pasien stroke hemoragik sehingga menyebabkan
penurunan beratbadan.

3) Pola tidur dan istirahat

Biasanya pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena


adanyakejang otot/ nyeri otot

4) Pola aktivitas dan latihan

Biasanya pasien tidak dapat beraktifitas karena mengalami


kelemahan,kehilangan sensori , hemiplegi atau kelumpuhan

5) Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urin dan pada pola defekasi biasanya

terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus

6) Pola hubungan dan peran

Biasanya adanya perubahan hubungan dan peran karena


pasienmengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara

7) Pola persepsi dan konsep diri

2
Biasanya pasien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,
mudahmarah, dan tidak kooperatif(Batticaca, 2008).

2. Diagnose keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal dibuktikan dengan klien sulit menggerakkan
ekstremitas atas dan bawah
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
No
1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x24 jam maka 1. Identifikasi
mobilitas fisik toleransi fisik
meningkat dengan melakukan
kriteria hasil: ambulasi
1. Peregerakkan 2. Monitor kondisi
ekstremitas dari umum selama
menurun melakukan
menjadi sedang ambulasi
2. Kekuatan oto Terapeutik :
dari menurun 1. Fasilitasi
menjadi sedang aktivitas
3. Rentang gerak ambulasi dengan
(ROM) dari alat bantu
menurun 2. Libatkan
menjadi sedang keluarga untuk
4. Gerakkan membantu
terbatas dari pasien dalam
menurun meningkatkan
menjadi sedang ambulasi
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan

2
dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan
ambulasi
sederaha yang
harus dilakukan

4. Implemetasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawatmengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telahditetapkan (Asmadi, 2008).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. evalusi keperawatan
5. evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan
yangdidasarkan pada tujuan keperawatan yang
ditetapkan.Penetapankeberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan
pada perubahanperilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinyaadaptasi ada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi
keperawatandilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

2
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan
deskriptif dengan desain studi kasus. Studi kasus adalah penulisan yang
dilakukan dengan metode deskriptif (Notoatmodjo, 2012) dalam Febrianti,
2018).
Studi ini menggunakan asuhan keperawatan dengan rancangan
penelitian studi kasus yakni asuhan keperawatan dimana penulis
mengumpulkan data yang dimulai dari melakukan pengkajian, menentukan
diagnosis keperawatan, melakukan intervensi keperawatan, melakukan
implementasi keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan dalam
keluarga dengan masalah kesehatan stroke.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota
Kendari.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 s/d 12 julii 2022.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan masalah
kesehatan stroke dengan kebutuhan aktivitas
2 Sampel
Sampel dalam studi kasus ini yaitu kliendengan masalah kesehatan
stroke yang mengalami gangguan kebutuhan aktivitas di Wilayah Kerja
Puskesmas Abeli Kota Kendari.
D. Fokus Studi Kasus
Asuhan Keperawatan Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas pada Salah Satu Anggota Keluarga dengan Masalah Kesehatan
stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.

2
E. Definisi Operasional
1. Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang terkumpul dan tinggal
disuatu tempat atau dirumah secara bersama.
2. Kebutuhan aktivitas
Mobilisasi adalah suatu kegitaan yang dilakukan dengan cara
bergerak atau melakukan sesuatu . Immobilisasi adalah keadaan dimana
seseorang mengalami keterbatasan dalam bergerak dikarenakan adanya
gangguan pada organ tubuh.

3. Stroke

Stroke adalah keadaan dimana pembuluh darah otak mengalami


penyumbatan.
4. Asuhan Keperawatan
Studi kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan adalah
rangkaian proses keperawatan pada individu yang mengalami gangguan
metabolisme dengan melalui pengkajian, menetapkan diagnosis,
menyusun intervensi, melakukan implementasi serta melakukan evaluasi
pada klien.
F. Instrumen
1. Format pengkajian keperawatan keluarga
2. Format diagnosa keperawatan keluarga
3. Format intervensi keperawatan keluarga
4. Format implementasi keperawatan keluarga
5. Format evaluasi keperawatan keluarga
G. Analisis dan Penyajian Data
Pengolahan hasil analisa data ini menggunakan anilisis statistic
deskriptif.Analisis deskriptif adalah pendekatan penulisan deskriptif dengan
menggunakan rancangan studi kasus. (Notoatmodjo, 2012 dalam Febrianti,
2018).
Analisa data dilakukan sejak pengumpulan data sampai dengan semua
data terkumpul.Analisa data dilakukan dari awal dan didokumentasikan

3
setiap hari untuk menilai perkembangan pasien. Analisis data dilakukan
dengan menyajikan fakta-fakta serta membandingkan dengan teori yang ada
dan catat dalam opini pembahasan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban
dari data yang diperoleh. Selanjutnya di interpretasikan oleh penulis dan
dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi keperawatan tersebut.
H. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin
kepada Kepala Puskesmas Abeli dengan memperhatikan masalah etika
sebagai berikut:
1. Beneficence
Penelitian harus memberikan keuntungan bagi responden dengan
cara memperhatikan hak responden untuk bebas dari kerugian dan
ketidaknyamanan serta memperhatikan hak responden untuk
mendapatkan perlindungan dari eksploitasi dengan cara memberikan
informasi kepada responden bahwa informasi yang mereka berikan hanya
akan digunakan pada penelitian ilmu keperawatan.
2. Non-Maleficence
Penelitian ini tidak menimbulkan bahaya bagi responden maupun
pasien.
3. Automomy
Penelitian ini memberikan kebebasan bagi responden
menentukan keputusan sendiri bersedia ikut atau tidak untuk menjadi
responden dalam penelitian ini tanpa adanya unsur paksaan atau
pengaruh dari peneliti atau siapapun.
4. Anonimity
Demi menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden tetapi diganti dengan non responden.
5. Confidentiality

3
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik
informasi maupusn masalah-masalah lainnya dengan cara menggunakan
responden.
6. Informed Concent
Bentuk persetujuan antara responden dan peneliti dengan
memberikan lembar persetujuan, setelah responden memutuskan untuk
berpartisipasi dalam penelitian, peneliti memberikan sebuah surat
persetujuan yang akan ditandatangani oleh responden sebagai bukti
bahwa mereka berpartisipasi dalam penelitian.

3
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. Nama KK :Tn.S
2. Pekerjaan KK :WIRASWASTA
3. Pendidikan KK :SMA
4. Agama KK :ISLAM
5. Alamat :KELURAHAN BENUA NIRAE KEC,ABELI
6. Komposisi Anggota Keluarga :
No Nama JK Umur ddkn Status Imunisasi
POLIO Hepatitis Campak Penyakit/
BCG DPT keluhan

Stroke
√ dibagian
1 Tn.S L 59 SMA mulut kiri
sampe kaki
Tidak ada
√ keluhan
2 Ny.D P 49 SD

Tidak ada
√ keluhan
3 Tn.A L 29 SMA

Tidak ada
√ keluhan
4 Ny.A P 26 SMA

Tidak ada
√ keluhan
5 Tn.A L 22 SMA

Tidak ada
√ keluhan
6 Tn.A L 21 SMA

3
7. Genogram :

Keterangan : : perempuan

: laki-laki

: pasien

8. Tipe Keluarga
Keluaraga Tn.s bertipe keluarga inti
9. Suku Bangsa
Suku ayah:Tn.S adalah suku bugis
Suku ibu: Ny.D adalah suku muna
10. Agama
Agama keluarga Tn.S beragamaislam
11. Status Sosial Ekonomi
Pendapatan Tn. S dalam sebulan sebelum sakit adalah > 500.000
12. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Aktivitas rekreasi keluarga adalah pada saat libur raya idul fitri dan
jika dirumah aktivitas yang dilakukan adalah hanya menonton tv

I. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.S adalah keluarga dengan anak
dewasa
2. Tugas Perkembangan Keluarga

3
Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :
 memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
yang baru yang didapat memaluli perkawinan anak
 melanjutkan untuk memperbaruhi dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
 membantu orang tua lanjut usia dari suami maupun istri

3. Riwayat keluarga inti


Ayah :Tn.S mengatakan
Ibu :Ny.D tidak mempunyai keluhan masalah kesehatan
Anak : Ny.D anaknya tidak mempunyai penyakit turunan maupun
keluhan masalah kesehatan lainnya
(1) Apakah gejala penyakit anggota keluarga semakin memburuk ?
Ny.D mengatakan gejala yang dirasakan membaik
(2) Apakah terdapat kekerasan dalam rumah tangga ?
Ny.D mengatakan tidak ada kekerasan dalam rumah tangga
(3) Apakah terdapat kehamilan yang tidak diinginkan/direncanakan?
Ny.D mengatakan tidak terdapat kehamilan yang tidak diinginkan
dan murni kehamilan yang direncanakan
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny.D mengatakan tidak mempunyai anggota keluarga yang
memiliki penyakit keturunan dari pihak keluarga suami maupun
keluarga istri misalnya stroke
II. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Tn.S tinggal dirumah bersama istri dan satu anaknya ,rumah yang
ditinggali oleh Tn.S berukuran 10x9m. Rumah yang dimiliki berdiding
tembok dan berlantai semen terdiri atas ruang kamar tidur 3,1 ruang
tamu,1ruang keluarga, dan 1 dapur serta 1wc dan jamban.
2. Denah Rumah

3
Dapur Teras

Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3


Ruang Ruang
wc
makan Tamu Ruang Keluarga

3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun


Ny.D mengatakan tiggal di lingkungan yang berpenduduk
padat,mayoritas bersuku moronene dan tolakiTn.S dan Ny.D akrab
dengan tetangga serta saling tolong menolong bila ada kesusahan
4. Mobilitas Geografis Keluarga
Ny.D mengatakan sudah 12 tahun tinggal dilingkuan tersebut
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Ny.D mengatakan interaksi dengan keluarga dan masyarakat sangat
baik dan sering mengikuti perkumpulan dan kegiatan dilingkungan
rumahnya
 Apakah keluarga merasa tidak nyaman dengan situasi sosial ?
Ny.D mengatakan merasa nyaman dengan situasi social yang berada
dilingkuan rumahnya
 Apakah Keluarga kurang tertarik/responsive terhadap orang
lain ? Keluarga sangat tertarik terhadap orang lain
 Apakah keluarga tidak berminat melakukan kontak fisik dan emosi
dengan orang lain ?
Keluarga berminat melakukan kontak fisik dengan orang lain dalam
hal yang positif seperti bersalaman dengan orang lain
6. Sistem Pendukung Keluarga
Ny.D mengatakan keluarga mempunyai kartu keanggotaan BPJS yang
digunakan untuk berobat ke fasilitas kesehatan
III. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
 Ny.D mengatakan tidak ada konflik yang muncul dalam keluarga

3
 Ny.D mengatakan tidak ada anggota keluarga yang merasa
kesulitan dalam Mengkomunikasikan masalah
 Ny.D mengatakan tidak ada batas komunikasi orang terdekat
dengan anggota keluarga yang sakit
 Ny.D mengatakan keluarga mampu berkomunikasi secara terbuka
diantara anggota keluarga yang lain.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Ny.D mengatakan pengambilan keputusan adalah Tn.S sendiri selaku
kepala keluarga
3. Struktur Peran
a. Ny.D mengatakan peran keluarga fleksibel dan sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga saat ini,sebelum terkena stroke ayah
melakukan perannya sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari,ibu juga melakukan
tugas dan perannya sebagai ibu rumah tangga dan anak melakukan
perannya sebagai anak yaitu membantu orang tua dalam pekerjaan
sehari-hari
b. Keluarga menunjukan aktivitas untuk mendukung keselamatan dan
pertubuhan
c. Ny.D mengatakan anggota keluarganya tidak merasa kebingungan
terhadap menjalankan peran mesing-masing
d. Ny.D mengatakan semua harapan keluarga terpenuhi
e. Ny.D mengatakan anggota keluarga merasa puas dalam menjalankan
perannya masing-masing
4. Nilai dan Norma Keluarga
Ny.D mengatakan tidak ada nilai dan norma atau kepercayaan oleh
keluarga yang bertetangan dengan kesehatan
IV. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
a. Ny.D mengatakan kebutuhan psikologis anggota keluarga
terpenuhi
b. Ny.D menganatakan anggota keluarganya saling menghargai

3
c. Ny.D mengatakan tidak ada anggota keluarga yang diabaikan
d. Ny.D mengatakan tidak ada anggota keluarga yang merasa
tertekan
e. Ny.D tidak ada anggota keluarga yang menarik diri apabila ada
salag satu anggota keluarganya yang sakit

2. Fungsi Sosialisasi
a. Ny.D mengatakan mengatakan kebutuhan anggota yang lainnya
terpenuhi
b. Ny.D mengatakan keluarga berinteraksi dengan sangat baik
terhadap tetangga dan lingkungan rumahnya
c. Ny.D mengatakan keluarga bersikap toleran dengan kondisi
lingkungan sekitar rumahnya
3. Fungsi reproduksi
Ny.D mengatakan jumlah anak ada 4 tetapi 2 sudah menikah
4. Fungsi ekonomi
a. Ny.D mengatakan Tn S mampu memenuhi kebutuhan anggota
keluarganya
b. Ny.D mengatakan mempunyai persiapan anggaran untuk berobat
walaupun keluarga mempunyai kartu keanggotaan BPJS
5. Fungsi perawatan kesehatan keluarga
Masalah \penyakit : Ny.D mengatakan suaminya Tn.S
mengalami penyakit stroke
a. Kemampuan keluarga menggenal masalah
1) Ny.D mengatakan memahami masalah ksehatan yang diderita
oleh Tn.S
2) Ny.D menunjukan pemahaman terhadap perilaku sehat
seperti menjaga kebersihan rumah dan mencegah agar
penyakit yang diderita Tn.S tidak semakin memburuk
3) Keluarga tidak menunjukan penolakan terhadap perubahan
status kesehatan

3
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
yang tepat
1) Keluarga mengetahui dampak atau komplikasi jika
stroketidak diatasi
2) Ny.D mengatakan sudah menetapkan tujuan untuk
meningkatkan gaya hidup sehat.
3) Ny.D sudah menetapkan sasaran untuk meningkatkan
kesehatan
4) Keluarga ingin melakukan pencegahan dan mengelola
masalah kesehatan dengan baik
5) Ny.D tidak menolak untuk menjalani perawatan
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
1) Ny.D mengatakan keluarga mengetahui cara pencegahan
dan perawatan masalah kesehatan pada anggota keluarga
2) Keluarga menunjukan upaya peningkatan status kesehatan
yang minimal seperti
3) Pilihan hidup sehari-hari keluarga Tn.S tepat untuk
memenuhi tujuan program kesehatan
4) Ny.D menyatakan tidak kesulitan dalam menjalankan
perawatan yang ditetapkan
5) Ny.D mengatakan tidak gagal dalam melakukan tindakan
pencegahan masalah
6) Ny.D mengatakan keluarga mampu dalam menjalankan
perilaku sehat
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan \memelihara
lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga
yang sakit
1) Ny.D mengatakan mengetahui lingkungan yang tepat
untuk peningkatan kesehatan keluarga
2) Ny.D mengatakan sudah melakukan modifikasi
lingkungan yang sesuai untuk peningkatan kesehatan
keluarga seperti tidak membuat tidak membuat tumpukan

3
sampah di lingkungan rumah dan sering menyapu di
halaman rumah
3) Ny.D mengatakan puas dengan lingkungan rumahnya
4) Keluarga tidak menunjukan adaptasi yang tidak
menyenangkang terhadap perubahan situasi lingkungan
e. Kemampuan keluarga menggunakaan fasilitasi pelayanan
kesehatan di masyarakat
1) Ny.D mengatakan keluarga terpapar dengan informasi
kesehatan
2) Ny.D akses pelayanan kesehatan terjangkau
3) Ny.D mengatakan mengetahui jenis dan jadwal pelayanan
kesehatan yang tersedia di lingkungan
4) Ny.D mengatakan menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada seperti mengecek kesehatan besesrta
keluarganya
5) Ny.D mengatakan keluarga memiliki kartu keanggotaan
BPJS untuk berobat
f. Stress dan koping keluarga
1) Stessor jangka pendek dan jangka panjang
a) Stressor jangka pendek (<6bln)
i. Ny.D mengatakan ada anggota keluarga yang sakit
dengan masalah kesehatan stroke
ii. Ny.D mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
dirawat di rs
iii. Ny.D mengatakan tidak ada kekerasan dalam rumah
tangga
iv. Ny.D mengatakan khawatir apabila ada anggota
kluarga yang sakit dirawat di RS
v. Ny.D mengatakan khawatir terhadap kelanjut
perawatan Tn.S
vi. Ny.D mengatakan khawatir tidak mampu merawat
Tn.S yang sedang sakit

4
b) Stressor jangka panjang(≥6bln)
i. Ny.D mengatakan tidak ada kecacatan dalam
anggota keluarga
ii. Ny.D mengatakan tidak ada penyalahgunaan obat
dalam keluarga
iii. Ny.D tidak memiliki utang pada orang lain
iv. Ny.D mengatakan tidak ada masalah ekonomi
dalam keluarga
c) Respon keluarga terhadap stressor dan mekanisme
koping
i. Respon keluarga terhadap stressor Ny.D memikirkan
bagaimana agar Tn.S bias sehat seperti dulu lagi
sebelum terkena stroke
g. Harapan keluarga
Ny.D mengatakan harapan terhadap petugas kesehatan dan
mahasiswa kesehatan yang melakukan praktek yaitu semoga
bias menyembuhkan penyakit suaminya Tn.D yaitu stroke
h. Pemeriksaan fisik
FORMAT PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

DATA Tn.S Ny.D Nn.A


TD :130/70 TD :120/60 TD: 110/70
TTV mmHg mmHg mmHg
S:36,50C S:36,6oC S:36,00C
N:78/menit N:80x/menit N:88x/menit
RR:20x/menit RR:20x/menit RR:20x/menit
Rambut Rambut Rambut
Kepala Nampak hitam Nampak hitam Nampak hitam
tidak ada tidak ada ,rambut tidak
ketombe, tidak ketombe mudah rontok
ada lesi, tidak
simetris
Tidak ada Tidak ada Tidak afa
Leher pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Normal Normal normal
Aksila

4
Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Dada paru-paru paru-paru paru-paru
Nampak Nampak Nampak
simetris,tidak simetris,tidak simetris,tidak
ada dispnea ada dispnea ada dispnea
,tidak ada ,tidak ada ,tidak ada
nyeri pada nyeri pada nyeri pada
dada dada dada
Tidak ada Tidak Nampak Tidak Nampak
Abdomen nyeri tekan jejas,tidak jejas,tidak ada
pada perut ada nyeri nyeri tekan
tekan pada pada perut
perut
Pergerakan Pergerakan Pergerakan
Ekstremitas terbatas bebas bebas
atas
Keterbatasan Pergerakan Pergerakan
Ekstremitas gerak bebas bebas
bawah

No Indicator Ya Tidak Nilai


Keluarga mengikuti √
program KB
Ibu hamil melahirkan di √
fasyankes
Bayi usia 0-11 bulan √
diberikan imunisasi lengkap
Pemberian ASI eksklusif √
bayi 0-6 bulan
Pe memantauan √
pertumbuhan Balita
Pependerita TB baru yang √
berobat sesuai standar
Pependerita hipertensi yang √
berobat teratur

4
Tittidak ada anggota √
keluarga yang merokok
Sekeluarga sudah menjadi √
anggota JKN
memempunyai dan √
.
menggunakan sarana air
bersih
Menggunakan jamban √
.
keluarga
Penderita gangguan jiwa √
.
berat berobat dengan benar

Indikator Keluarga sehat :Jumlah Ya x 100 %


(Jumlah Y + T)

Kategori :
Tidak sehat : < 50%
Pra sehat : 50% - 80%
Sehat : > 80

4
A. Analisa data

Data Etiologi Masalah

Data subjektik : Penurunan Gangguan mobilitas


kendali otot fisikberhubungan
1. Ny. D mengatakan dengan gangguan
bahwa suaminya sulit muskoloskeletal
menggerakkan
ekstremitas atas dan Penurunan massa
ekstremitas bawah otot
2. Ny. D mengatakan
bahwa kekuatan otot
menurun selama
mengalami Gangguan
kelumpuhan muskoloskeletal
3. Ny. D mengatakan
gerakan terbatas selama
mengalami
kelumpuhan
Data objektif : Gangguan
1. Klien Nampak lemah mobilitas fisik
2. Klien Nampak susah
menggerakan anggota
badannya
3. Ttv : td :130/70

S:36,9◦c

RR:20x/menit

Data subjektif : Keluarga minat Kesiapan peningkatan


1. Ny. D mengatakan mengetahui pengetahuan
keluraga minat dalam tentang stroke dibuktikan dengan
mengetahui tentang hemoragik keluarga minat dalam
stroke hemoragik mengetahui tentang
Data objektif : stroke hemoragik
1. Keluarga tidak
menunjukkan
penolakkan terhadap
perubahan status Kesiapan
kesehatan peningkatan
pengetahuan

4
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan mobilits fisik dibuktikan dengan gangguan musculoskeletal
ditandai dengan sulit menggerakan ekstremitas tas dan bawah
2. Kesiapan peningkatan pengetahuan dibuktikan dengan keluarga minat
dalam mengetahui tentang stroke hemoragik

C. Intervensi keperawatan
Tabel : intervensi keperawatan
N0 Diagnosa Luaran keperawatan Intervensi
keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
1. mobilitas fisik tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x24 jam 1. Identifikasi
maka mobilitas fisik toleransi fisik
meningkat dengan melakukan
kriteria hasil: ambulasi
1. Peregerakkan 2. Monitor kondisi
ekstremitasdari umum selama
menurun menjadi melakukan
sedang ambulasi
2. Kekuatan oto dari Terapeutik :
menurun menjadi 1. Fasilitasi
sedang aktivitas
3. Rentang gerak ambulasi dengan
(ROM) dari alat bantu
menurun menjadi 2. Libatkan
sedang keluarga untuk
4. Gerakkan terbatas membantu
dari menurun pasien dalam
menjadi sedang meningkatkan
ambulasi
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan
ambulasi
sederaha yang
harus dilakukan

4
Kesiapan Setelah dilakukan Promosi kesiapan
2. peningkatan intervensi penerimaan informasi
pengetahuan d.d keperawatan selama a) Observasi
keluarga minat 3x24 jam, maka 1) Identifikasi
dalam tingkat pengetahuan pemahaman
mengetahui meningkat dengan tentang kondisi
tentang stroke kriteria hasil : kesehatan saat
hemoragik a) Perilaku sesuai ini
anjuran dari 2) Identifikasi
sedang menjadi kesiapan
cukup meningkat menerima
b) Perilaku sesuai informasi
dengan b) Terapeutik
pengetahuan dari 1) Libatkan
sedang menjadi pengambil
cukup meningkat keputusan
dalam keluarga
untuk
menerima
informasi
2) Dahulukan
menyampaikan
informasi baik
sebelum
menyampaikan
informasi
kurang baik
3) Catat identitas
dan nomor
kontak pasien
untuk
mengingatkan
kondisi pasien
c) Edukasi
1) Berikan
informasi
berupa alur
untuk
memudahkan
pasien
mendapatkan
informasi
pasien

4
D. Implementasi keperawatan
Tabel : implementasi dan evaluasi keperawatan
 Hari pertama
Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi
keperawatan tanggal
Minggu 1. Mengidentifikasi : S : istri klien
Gangguan /10 juli toleransi melakukan mengatakan
mobilitas fisik 2022 ambulasi bahwa
Hasil : klien jarang suaminya
melakukan aktivitas susah
2. Memonitor kondisi menggerakka
umum selama n ekstremitas
melakukan ambulasi bawah dan
Hasil : selama melakukan tas
ambulasi klien Nampak
bias mengangkat O : klien
tangannya walaupun Nampak
terasa sakit lemah dan
3. Memfasilitasi aktivitas terbaring
ambulasi dengan alat dikamar
bantu
Hasil : klien Nampak A : masalah
menguunakan kursi belum
roda saat melakukan teratasi
aktivitas
4. Melibatkan keluarga P : intervensi
untuk membantu pasien dilanjutkan
dalam meningkatkan
ambulasi
Hasil : saat melakukan
aktivitas pasien
Nampak dibantu oleh
istrinya atai
keluarganya
5. Menjelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
Hasil : istri pasien Nampak
paham saat dijelaskan
prosedur ambulasi
6. Menganjurkan
melakukan ambulasi
dini
Hasil : klien masih enggan
melakukan aktivitas
7. Mengajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan

4
Hasil : klien Nampak
mendengarkan
penjelasan yang
dijelaskan oleh perawat

Kesiapan
peningkatan Mimingg 1) Mengidentifikasi
pengetahuan u/10 juli pemahaman tentang
2022 kondisi kesehatan saat
ini S:
2) Mengidentifikasi 1) Keluarga
kesiapan menerima mengatakan
informasi belum
3) Melibatkan pengambil berperilaku
keputusan dalam sesuai
keluarga untuk anjuran yang
menerima informasi akan di
4) Mendahulukan berikan
menyampaikan 2) Keluarga
informasi baik mengatakan
sebelum sangat siap
menyampaikan untuk
informasi kurang baik menerima
5) Mencatat identitas dan informasi
nomor kontak pasien terkait stroke
untuk mengingatkan hemoragik
kondisi pasien
6) Memberikan informasi
berupa alur untuk O : Keluarga
memudahkan pasien nampak
mendapatkan informasi antusias
pasien untuk
mendapatkan
informasi
terkait stroke
hemoragik

A :Masalah
belum teratas

P :Intervensi 1
dilanjutkan

4
 Hari kedua
Diagnosa Hari/tanggal Implementasi keperawatan Evaluasi
keperawatan
Senin /11 j 1. Mengidentifikasi S : istri klien
Gangguan 2022 toleransi melakukan mengatakan
mobilitas fisik ambulasi ekstremitas
Hasil : klien sudah mulai bawah dan
melakukan aktifitas atas masih
walaupu harus di susah
paksa oleh istrinya digerakkan
2. Memonitor kondisi O : klien
umum selama Nampak
melakukan ambulasi lemah
Hasil : selama A : masalah
melakukan ambulasi belum teratasi
klien Nampak biasa P : intervensi
mengangkat dilanjutkan
tangannya walaupun
terasa sakit
3. Mengajarkan
ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
Hasil : perawat
mengajarkan teknik
ROM

Senin/11 1. Mengidentifikasi
Kesiapan juli 2022 pemahaman tentang S :Keluarga
peningkatan kondisi kesehatan mengatakan
pengetahuan saat ini Tn. S sudah
berperilaku
sesuai dengan
anjuran yang
diberikan

O : Keluarga
nampak
paham apa
yang
diberikanoleh
perawat

A :Masalah
teratasi

4
P :Intervensi
dilanjutkan

 Hari ketiga
Diagnosa Hari/ Implemetasi keperawatan Evaluasi
keperawatan tanggal
Selasa/ 12 1. Mengidentifikasi S : istri klien
Gangguan juli 2022 toleransi melakukan mengatakan
mobilitas fisik ambulasi ekstremitas
Hasil : klien sudah mulai bawah dan
melakukan aktifitas atas masih
walaupu harus di susah
paksa oleh istrinya digerakkan
2. Memonitor kondisi O : klien
umum selama Nampak
melakukan ambulasi lemah
Hasil : selama A : masalah
melakukan ambulasi belum
klien Nampak biasa teratasi
mengangkat P : intervensi
tangannya walaupun dilanjutkan
terasa sakit
3. Mengajarkan
ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
Hasil : perawat
mengajarkan teknik
ROM dan
menganjurkan
mengubah posisi
pasien setiap 2-4 jam

lasa/ 12 juli 1. Mengidentifikasi


Kesiapan 2022 pemahaman tentang S : keluarga
peningkatan kondisi kesehatan menagatak
pengetahuan saat ini an sudah
paham
mengenai
penyakit
yang
diderita
Tn. S

O : keluarga
klien

5
nampak
paham

A : Masalah
teratasi

P : Intervensi
dilanjutka
n

B. Pembahasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn. S melalui
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi, implemetasi dan evaluasi keperawatan , maka
padabab ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori
dengankenyataan yang ditemukan dalam perawatan kasus Stroke
Hemoragik padaTn. S yang telah dilakukan asuhan keperawatan mulai
tanggal 10 juni sampai 12 juni diwiliyah kerja puskesmas abeli, yang dapat
di uraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses
keperawatan,dari pengkajian ini dapat kita lihat perbedaan kasus dengan
teori yaitu:
Pada kasus diatas, terdapat, bahwa umur klien yaitu 59 tahun menurut
teori Arum (2015) bahwa semakin bertambahnya usia, semakin besar pula
risiko terjadinya stroke. Hal ini terkait dengan proses degenerasi (penuaan)
yang terjadi secara alamiah. Pada orang orang-orang lanjut usia, pembuluh
darah lebih kaku karena banyak penimbunan plak.Penimbunan plak yang
berlebih akan mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke tubuh
termasuk otak .

Menurut asumsi peneliti hal ini sama dengan s kejadian yang


terjadi pada tn. S dimana usianya 59 tahun. Maka pada usia tersebut sangat
rentan terhadap penimbunan plak sehingga aliran darah tidak lancar
sehingga menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Saat dilakukan

5
pengkajian pada hari minggu tanggal 10 juli 2022 dan didapatkan data :
Ny.D selaku istri dari TN .S megatakan suaminya sulit menggerakan
ekstremitas atas dan bawah dan sulit untuk berbicara.

Menurut penelitian Misbach (2013) manifestasi seorang stroke diantaranya


adalah gangguan motorik (kelemahan otot, gangguan mobilitas fisik),
gangguan sensorik.

Pada hasil pemeriksaan TTV,TD:130/70,S:36,9◦C,RR:20x/menit.


Tn.S dan Ny. D mempunyai 4 anak tetapi dua anak sudah menikah tipe
keluarga Tn S merupakan keluarga inti dan masuk dalam tahap
perkembangan anak dewasa.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian kritis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang aktual maupun potensial
Menurut SDKI diagnosis yang mungkin muncul dengan masalah
kesehatan stroke adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan musculoskeletal,defisit nutrisi,dan gangguan perfusi jaringan
serebal .Tetapi penulisan hanya mengambil 1 diagnosis individu karena
dari pengkajian pada Tn.S didapatkan hasil istri Tn.S mengatakan
suaminya sulit menggerakkan ekstremitas atas dan bawah.
Diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal ini ditandai dengan hasil pemeriksaan kekuatan otot. Pada
Tn S kekuatan otot :terdapat beberapa kelainan berupa reflek bisep kiri (-),
reflek trisep kiri (-), reflek patella kiri (-), reflek caddok kiri (-), reflek
openhem kiri (-), reflek Gordon kiri.Aktifitas pasiendilakukan diatas
tempat tidur dan ADL dibantu oleh keluarga.

5
3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan
mobilitasfisik diantaranya pertama melakukan tindakan ROM pasif.
Menurut Tarwoto (2013), mobilisasi sangat penting untuk meningkatkan
kekuatan otot, jantung dan pengembangan paru pasien stroke sehingga
dapat meminimalkan terjadinya stroke kedua. Teori ini diperkuat oleh
penelitan Ariyanti (2010) bahwa kekuatan otot dan kemampuan fungsional
meningkat secara signifikan setelah diberikan latihan. Intervensi kedua
adalah ubah posisi pasien setiap 2-4 jam gunanya untuk mencegah
terjadinya luka tekan akibat terlalu lama tidur pada satu sisi sehingga
jaringan yang tertekan akan kekuranga nutrisi yang dibawa darah
melaluioksigen. Rencana ketiga pada pasien bedrest letakkan telapak kaki
di penyangga tempat tidur, sanggah tangan dan pergelangan pada
kelurusan alamiah fungsinya adalah untuk mencegah deformitas dan
mencegah komplikasi seperti footdrop. Rencana keempat yaitu bantu
pasien menggunakan kurai roda. Rencana keenam ajarkan pasien teknik
mobilisasi, latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL dan rencana
ketujuh yaitu ajarkan keluarga cara latihan ROM dan perubahan posisi
setiap 2-4 jam pada pasien.
4. Implemetasi
Pada diagnosa gangguan mobilitas fisik pada Tn S, tindakan
keperawatan yang dilakukan peneliti adalah melakukan ROM pasif
secaralembut/tidak kasar, mengubah posisi pasien setiap 2-4 jam,
mengajarkan keluarga cara merubah posisi pasien,cara mobilisasi ROM
dan memfasilitasi ambulasi dengan kursi roda.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan
untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang
diberikan.Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi disusun
berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai.Pada kasus penulis
melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan dilakukan dari tangal 10
juni sampai tangal 12 juni 2022.evaluasi yang peneliti lakukan pad Tn. S

5
meliputi: Peregerakkan ekstremitas dari menurun menjadi sedang,
Kekuatan oto dari menurun menjadi sedang , Rentang gerak (ROM) dari
menurun menjadi sedang/ Gerakkan terbatas dari menurun menjadi
sedang.S : istri klien mengatakan ekstremitas bawah dan atas masih susah
digerakkan, O : klien Nampak lemah, A : masalah belum teratasi, P :
intervensi dilanjutkan.

5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang telah disusun dan


dilaksanakan kepada Tn S dimiliki dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
luaran keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan
hingga evaluasi keperwatan.didapat hasil bahwa Tn S dengan keluhan utama
klien sulit menggerakan ekstremitas atas dan bawah, sulit berbicara. Dari
masalah diatas maka diperoleh prioritas masalah yang diangkat adalah
gangguan mobilitas fisik kemudian diberkan intervensi yaitu dukungan
ambulasi.Dari hasil implementasi semua intervensi sudah dilakukan seperti
klien sudah mulai melakukan ambulasi.
B. Saran
1. Bagi perawat
Diharapkan dapat memotivasi pasien serta keluarga tentang kasus
strokehemoragik sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan
secarabiopsikososial dan spiritual.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding
yangberkaitan dengan penyakit penyerta dari masalah utama stroke
hemoragik.

5
DAFTAR PUSTAKA

Bulchek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2021). Kozier. (2010).
Buku Ajar Fundamental Keperawtaan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2010, 2009–2010.

Febrianti, R. (2018). Asuhan Keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis.


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi D-
Iii Keperawatan Samarinda, 10(2), 69–72.

G/Tsadik, D., Berhane, Y., Worku, A., Luo, D., Cheng, Y., Zhang, H. H., Ba, M.,
Chen, P., Li, H., Chen, K., Sha, W., Zhang, C., Chen, H. H., Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Ansar J, Dwinata I, M. A.,
Agus Triono, I. H., Fitriayani, Y., Wuni, C., Wolfe, D. T., … Haris, A.
(2020). Asuahan Keperawatan Pada Keluarga Tn.A Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Aktivitas. International Journal of Hypertension, 1(1), 1–171.
http://etd.eprints.ums.ac.id/14871/

Hanifah, A. M. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Lansia dengan


Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Karya Tulis
Ilmiah Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.

Rangkuti, A. M. (2017). Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Prioritas


Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi di Kelurahan Siti RejoIII Kec.Medan
Amplas. 1–56.
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2549/132500085.pdf
?sequence=1&isAllowed=y

Sudiyanto, H., & Andrio. (2020). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan


Anggota Keluarga Mengalami Gangguan Mobilitas Fisik Pasca Stroke Di
Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Sooko Kec. Sooko Kab. Mojokerto. Jurnal
Medica Majapahit, 12(2), 59–77

5
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai