Anda di halaman 1dari 89

1

ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA
INDAH RSUD dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL

MIRANDA YULIANTI SIAHAAN


A0016027

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
2

ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA
INDAH RSUD dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
di STIKES Bhakti Mandala Husada Slawi

MIRANDA YULIANTI SIAHAAN


A0016027

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
3

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Miranda Yulianti Siahaan
NIM : A0016027
Program Studi : D III Keperawatan
Institusi : STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan/pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Slawi, 23 Mei 2019

Pembuat Penyataan

Miranda Yulianti Siahaan


NIM : A0016027

Mengetahui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ita Nur Itsna, S. Kep., Ns., MAN Fatturokhmi, S. Kep., Ns.


NIPY. 1986.04.05.10.057 NIP. 19790608 200701 2 010

iii
4

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Miranda Yulianti Siahaan NIM A0016027 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA INDAH RSUD

dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL” telah diperiksa dan disetujui untuk

diujikan.

Slawi, 08 Mei 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Ita Nur Itsna, S. Kep., Ns., MAN Fatturokhmi, S. Kep., Ns.


NIPY. 1986.04.05.10.057 NIP. 19790608 200701 2 010

iv
5

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Miranda Yulianti Siahaan NIM A0016027 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA INDAH RSUD

dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL” telah dipertahankan di depan dewan

penguji pada tanggal 10 Mei 2019.

Dewan Penguji

Penguji I,

Uswatun Insani, S. Kep., Ns. M.Kep


NIPY. 1981.07.02.09.046

Penguji II,

Ita Nur Itsna, S. Kep., Ns., MAN


NIPY. 1986.04.05.10.057

Penguji III,

Fatturokhmi, S. Kep., Ns.


NIP. 19790608 200701 2 010

v
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan kasih dan berkat - Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA
INDAH RSUD dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL”. Karya Tulis Ilmiah ini
telah disetujui oleh Tim Penguji Sidang STIKes Bhamada Slawi sebagai salah
satu syarat dalam menempuh ujian akhir program D III Keperawatan di STIKes
Bhakti Mandala Husada Slawi.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat
bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan baik berupa moral maupun
spiritual dari berbagai pihak, maka dengan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Risnanto, M.Kes selaku Ketua STIKes Bhamada Slawi.
2. Ibu Ita Nur Itsna, S. Kep., Ns., MAN selaku Ketua Prodi D III Keperawatan
STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi sekaligus pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta
memberi motivasi dari awal sampai selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Fatturokhmi, S. Kep., Ns selaku pembimbing lahan praktek yang telah
membimbing dan memberikan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Ibu Uswatun Insani, S.Kep., Ns. M. Kep selaku penguji yang telah
memberikan banyak pengarahan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di STIKes Bhamada Slawi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk penulis.
6. Bapak M. Siahaan dan Ibu R. Tambunan selaku orang tua saya tercinta yang
telah memberikan kasih sayang dan motivasi serta bantuan baik secara

vi
7

material maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis


Ilmiah ini.
7. Untuk kakak dan adik tersayang, Kak Anju, Kak Oktaviani, Dek Ramos, dan
Dek Fanca yang selalu memberikan semangat dan penghiburan bagi penulis.
8. Untuk sahabat-sahabatku selama kuliah Syella Monti Apriliana, Finna
Rahmawati, Natasyha Nur Rafiko yang selalu kompak dan memberikan
bantuan serta motivasi bagi penulis.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016, khususnya kelas A yang selalu
memberikan semangat dan bantuan serta membuat suasana yang
menyenangkan bagi penulis selama kuliah.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan demi selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan adanya kekurangan-kekurangan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sebagai keterbatasan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan tugas-tugas yang akan
datang. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Slawi, 20 Mei 2019

Penulis

vii
8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR........................................................................ i


HALAMAN JUDUL DALAM.................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi
ABSTRAK................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 5
C. Tujuan Studi Kasus.............................................................. 5
D. Manfaat Studi Kasus............................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Menometroragia............................. 7
1. Definisi.......................................................................... 7
2. Etiologi ......................................................................... 7
3. Patofisiologi.................................................................. 9
B. Asuhan Keperawatan Menometroragia................................ 11
1. Pengkajian .................................................................... 11
2. Diagnosa Keperawatan ................................................. 18
3. Rencana Keperawatan................................................... 18
4. Tindakan atau Implementasi......................................... 22
5. Evaluasi........................................................................ . 22
C. Gangguan Kebutuhan Cairan............................................... 23
1. Pengertian Kebutuhan Cairan....................................... 23
2. Gangguan Kebutuhan Cairan........................................ 23
3. Pengaturan Cairan......................................................... 24
4. Edukasi Kebutuhan Cairan............................................ 26
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Jenis Penelitian dan Desain ................................................. 29
B. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ........................................... 29
C. Subjek Studi Kasus .............................................................. 30
D. Fokus Studi Kasus................................................................ 30
E. Definisi Operasional Studi Kasus......................................... 30
F. Metode Pengumpulan Data ................................................. 31
G. Analisis dan Penyajian Data ............................................... 33
H. Etika Studi Kasus................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus.................................................................. 36

viii
9

1. Pengkajian....................................................................... 36
2. Diagnosa Keperawatan.................................................... 48
3. Intervensi Keperawatan................................................... 48
4. Implementasi dan Evaluasi.............................................. 49
B. Pembahasan........................................................................... 53
1. Pengkajian........................................................................ 53
2. Diagnosa Keperawatan.................................................... 56
3. Intervensi Keperawatan................................................... 57
4. Implementasi Keperawatan............................................. 58
5. Evaluasi Keperawatan..................................................... 64
C. Keterbatasan.......................................................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................... 66
B. Saran..................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
10

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Hematologi Tanggal 11 Februari 2019 Jam 13.39
WIB
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 13 Februari 2019 jam 22.26
WIB
Tabel 4.3 Terapi Pada Ny. S
Tabel 4.4 Analisa Data

x
11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Untuk Mengikuti Studi Kasus


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Lembar Terjemahan Abstrak
Lampiran 4 Observasi Balance Cairan
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 Lembar Bimbingan Konsul

xi
12

ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Menometroragia dengan


Gangguan Kebutuhan Cairan di Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal

Miranda Yulianti Siahaan (2019)

Program Studi Diploma III Keperawatan Stikes Bhakti Mandala Husada


Slawi
Pembimbing I Ita Nur Itsna, S. Kep., Ns., MAN
Pembimbing II Fatturokhmi, S. Kep., Ns.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Cairan, Menometroragia


Latar Belakang : Menurut penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa
sekitar 30% wanita premenopause mengeluhkan menstruasi yang berlebihan.
WHO mengatakan bahwa 18 juta wanita golongan usia 30-55 tahun merasa
perdarahan berlebihan dalam menstruasinya. Di Jawa Tengah kasus
menometroragia sebesar 11,7% dari kelainan menstruasi yang menimpa wanita.
Penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien menometroragia dilakukan
dengan pengkajian secara komprehensif mengenai terjadinya kekurangan volume
cairan akibat pendarahan. Tujuan : Dapat melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan secara
komprehensif dalam 5 tahap asuhan keperawatan. Metodologi : Rancangan
penulisan menggunakan rancangan deskriptif dengan metode studi kasus. Lokasi
studi kasus di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal, subjek
studi kasus adalah pasien menometroragia, waktu studi kasus dilakukan pada
tanggal 12 – 13 Februari 2019, teknik pengambilan data dengan data primer dan
sekunder. Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari,
didapatkan hasil mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, balance cairan +134 cc,
tekanan darah 120/70 mmhg, nadi = 85 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 10,0 g/dl dan
pasien akan dilakukan kuret diagnostik. Kesimpulan : Masalah keperawatan yang
dikelola pada pasien dengan menometroragia dalam karya tulis ini adalah defisien
volume cairan dimana selama perawatan masalah tersebut dapat teratasi.

xii
13

ABSTRACT

Nursing care in Menometroraghia Patients with


Fluid Needs Disorders at Nusa Indah Room
RSUD dr. Soeselo, Tegal Regency

Miranda Yulianti Siahaan (2019)

Diploma III Nursing Study Program of STIKes Bhakti Mandala Husada


Slawi
Advisor I Ita Nur Itsna, S. Kep., Ns., MAN
Advisor II Fatturokhmi, S. Kep., Ns.

Keywords : Nursing care, Fluid, Menometroraghia


Background : According to the latest gynecological research reports that about
30% of premenopausal women complain of excessive menstruation. The WHO
said that 18 million women aged 30-55 years felt excessive bleeding in their
menstruation. In Central Java cases of menometroraghia amounted to 11.7% of
menstrual abnormalities that afflict women. Management of nursing care in
menometroraghia patients is carried out by a comprehensive assessment of the
occurrence of a lack of fluid volume due to bleeding. Objective : To be able to
implement nursing care in menometroraghia patients with a comprehensive fluid
needs disorders in 5 stages of nursing care. Methodology : The design used a
descriptive design with a case study method. It was located at Nusa Indah Room
of RSUD dr. Soeselo Tegal Regency, the subjects were menometroraghia patients,
the time of the case study was carried out on 12-13 February 2019, the techniques
of collecting data used primary and secondary data. Results : After performed
nursing care for 2 days, it was found that moist lip mucosa, good skin turgor, fluid
balance +134 cc, blood pressure 120/70 mmhg, pulse = 85 x/minute, temperature
= 37 ºC, Hb = 10.0 g/dl and the patient will be undergone a diagnostic curette.
Conclusion : Nursing problems managed in patients with menometroraghia were
deficient fluid volume where the treatment of the problem can be overcome.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan wanita menjadi salah satu faktor penting dalam mencapai

derajat kesehatan yang optimal yaitu dengan memperhatikan kesehatan

wanita, khususnya kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan

kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh serta tidak adanya penyakit

atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi

dan fungsi-fungsinya. Kesehatan reproduksi juga berarti bahwa orang dapat

mempunyai kehidupan sex yang memuaskan dan aman. Oleh karena itu

pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan suatu kumpulan metode teknik

dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan penyelesaian masalah

kesehatan reproduksi (Nugroho & Setiawan, 2010). Namun pada saat ini

masih banyak wanita-wanita yang mengalami gangguan reproduksi.

Menurut penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa sekitar 30%

wanita premenopause mengeluhkan menstruasi yang berlebihan. World Health

Organizations (WHO) mengatakan bahwa 18 juta wanita golongan usia 30-55

tahun merasa perdarahan berlebihan dalam menstruasinya. Diagnosis

ginekologis dalam gangguan menstruasi antara lain menorrhagia, metroragia,

polimenorea, perdarahan karena disfungsi uterus (dysfunctional uterine

bleeding) dan menometroragia (Manuaba, 2009). Menometroragia merupakan

perdarahan berlebihan diluar siklus menstruasi yang berlangsung

1
2

lama/panjang, atau disebut juga perdarahan disfungsional. Perdarahan

disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal tanpa penyebab organik

(gangguan organ saat menstruasi) maupun organik (Manuaba, 2009). Siklus

menstruasi yang normal berlangsung selama 21 sampai 35 hari, darah haid

yang keluar berkisar 20-60 ml/hari selama 2 sampai 8 hari. Penelitian

menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3

wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi (setelah menarche dan

menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang

tidak mengandung sel telur. Adapun gangguan dari siklus menstruasi juga

dapat mengakibatkan gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan

seperti kanker serviks (Kalyani, 2012).

Beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim

disfungsional, antara lain kegemukan (obesitas), faktor kejiwaan, alat

kontrasepsi hormonal, kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip rahim

dan mioma uteri), adanya siklus anovulatoir (ditandai dengan siklus haid yang

memanjang), dan ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus

menstruasi (Safitri, 2009). Dari penelitian multisenter ditemukan hipermenore

dan menometroragia merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Bahkan dari

penelitian yang dilakukan ditemukan gejala perdarahan, mengeluh dismenore,

nyeri perut bagian bawah dan pinggang, gangguan defekasi, gangguan miksi,

dan infertilitas (Arifint, 2019). Sebanyak 2/3 dari wanita yang dirawat

dirumah sakit berumur diatas 40 tahun dan hanya 3% dibawah 20 tahun.

Banyak dijumpai perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi


3

keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri sehingga jarang memerlukan

perawatan di rumah sakit. Kurang lebih 10% perdarahan ovulator dari

perdarahan disfungsional dengan siklus pendek atau panjang (Prawirohardjo,

2007).

Berdasarkan beberapa kasus yang ada di ruang ginekologi,

menometroragia merupakan kasus yang jarang terjadi. Meskipun demikian,

bukan berarti menometroragia tidak berpengaruh terhadap meningkatnya

angka mortalitas dan morbiditas karena menometroragia berhubungan dengan

salah satu faktor penyebab gangguan dalam organ reproduksi wanita. Di

Indonesia kejadian menometroragia bisa menimpa sekitar 20% pada wanita

remaja (sudah menstruasi) dan 40% pada wanita paruh baya atau pre-

menopause (menjelang berakhirnya masa menstruasi). Di Jawa Tengah kasus

menometroragia sebesar 11,7% dari kelainan menstruasi yang menimpa

wanita (Depkes, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis di

Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal tahun 2019 angka

kejadian menometroragia selama bulan Januari terdapat 5 kasus dan rata-rata

dilakukan tindakan curretage.

Sekitar 90% perdarahan uterus disfungsional (perdarahan rahim) terjadi

tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi (Dodds,

2006). Gangguan menstruasi atau perdarahan abnormal menjadi masalah

menarik sehubungan dengan makin meningkatnya usia harapan hidup wanita.

Mengingat perdarahan disfungsional bisa sangat membahayakan bagi nyawa

pasien, maka diperlukan penanganan dan pengobatan yang cepat dan tepat
4

agar tidak lebih membahayakan bagi pasien. Penanganan pada

menometroragia antara lain dengan memberikan estrogen dalam dosis tinggi

atau progesteron jika terjadi pada masa pra pubertas. Sebagai tindakan pada

wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus yaitu curettage atau

bahkan histerektomi (pengangkatan kandungan atau uterus) (Manuaba, 2009).

Kurangnya pasokan darah umumnya dipicu oleh perdarahan, yang salah

satu penyebabnya adalah menstruasi dengan pendarahan yang berlebihan.

Menstruasi yang lama dan berlebihan dapat menyebabkan kadar zat besi

menjadi rendah dan kurangnya zat besi ini membuat pasokan sel darah merah

menurun. Bila jumlah darah yang hilang lebih banyak daripada kemampuan

tubuh untuk menggantinya dengan yang baru maka dapat terkena anemia.

Selain itu, penurunan pasokan darah juga dapat menyebabkan tubuh

kekurangan banyak cairan (Kusmiran, 2011).

Penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien menometroragia

dilakukan dengan pengkajian secara komprehensif mengenai terjadinya

kekurangan volume cairan. Kekurangan cairan sendiri merupakan penurunan

volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini mengacu

pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium

(NANDA, 2018-2020). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

menganjurkan asupan cairan yang adekuat serta memantau intake dan output

cairan pasien selama 24 jam. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dan

mencegah masalah atau komplikasi yang mungkin muncul. Pengkajian serta

penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah


5

komplikasi yang dapat memperlama perawatan pasien di rumah sakit atau

membahayakan diri pasien sendiri. Oleh karena itu peran perawat sangat

dibutuhkan dalam perawatan menometroragia (Patricia, 2010; Potter, 2006).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membuat

karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Menometroragia

Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan Di Ruang Nusa Indah RSUD dr.

Soeselo Kabupaten Tegal”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan menometroragia dengan gangguan

kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan menometroragia dengan gangguan

kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Kabupaten

Tegal.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran pengkajian asuhan keperawatan

menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa

Indah RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal.

b. Menggambarkan diagnosa asuhan keperawatan menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD dr.

Soeselo Kabupaten Tegal.


6

c. Menggambarkan intervensi asuhan keperawatan menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD dr.

Soeselo Kabupaten Tegal.

d. Menggambarkan implementasi asuhan keperawatan menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD dr.

Soeselo Kabupaten Tegal.

e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan menometroragia dengan

gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo

Kabupaten Tegal.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Hasil studi kasus ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

bagi pasien dan keluarga terkait penanganan menometroragia.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi dalam

manajemen cairan secara komprehensif dan berkelanjutan khususnya pada

pasien menometroragia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat memberikan masukan yang positif sebagai

referensi tambahan dalam proses belajar mengajar tentang asuhan

keperawatan pada pasien menometroragia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Menometroragia

1. Definisi

Menometroragia merupakan perdarahan saat menstruasi yang

berlangsung terus menerus/panjang dan dengan jumlah darah yang banyak

(Manuaba, 2009). Menometroragia merupakan perdarahan yang terjadi

dalam masa antara 2 haid. Perdarahan pada menometroragia tampak

terpisah dan dapat dibedakan dari haid. Jenis perdarahan yang pertama

dinamakan metroragia dan yang kedua menometroragia. WHO

memperkirakan bahwa hampir 60% wanita mengalami menometroragia.

Walaupun tidak terlalu signifikan mempengaruhi kehidupan wanita,

namun menometroragia cukup menganggu wanita dalam kehidupan

sehari-hari (Purwoastuti & Walyani, 2014).

2. Etiologi

Penyebab menometroragia dapat berasal dari luar uterus (gangguan

pembekuan darah, infeksi pada uterus) maupun berasal dari uterus itu

sendiri yaitu gangguan hormonal, artinya semata-mata akibat

ketidakseimbangan hormonal dalam siklus menstruasi yang mengaturnya

(Manuaba, 2009). Menurut Purwoastuti & Walyani (2014), etiologi dari

menometroragia antara lain yaitu :

7
8

a. Penyebab Organik

Merupakan perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan oleh

kelainan pada :

1) Servik uteri, seperti karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip

serviks, erosi pada portio, ulkus portio uteri, dan kanker serviks.

2) Vagina, seperti varises pecah, metostase kario, karsinoma

keganasan vagina, karsinoma vagina.

3) Rahim, seperti polip endometrium, karsinoma korpus uteri,

submukosa mioma uteri.

4) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium.

5) Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba,

tumor tuba.

b. Penyebab perdarahan disfungsional

Merupakan perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan

sebab organik. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur

antara menarche dan menopause. Perdarahan disfungsional terbagi

menjadi 3 bentuk yaitu :

1) Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction

bleeding)

Apabila sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari

endometrium tanpa ada sebab-sebab organik, maka harus

diperhatikan sebagai etiologinya, antara lain :


9

a) Korpus luteum persistens yaitu dijumpai perdarahan yang

kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar.

b) Insufisiensi korpus luteum, dikarenakan kurangnya produksi

progesteron yang disebabkan oleh gangguan LH releasing

factor.

c) Apopleksia uteri, wanita dengan hipertensi dapat terjadi

pecahnya pembuluh darah dalam uterus.

d) Kelainan darah, antara lain anemia, purpura trombositopenik,

dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.

2) Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunction

bleeding)

Perdarahan anovulatoir biasanya bersumber pada gangguan

endokrin. Sedangkan pada masa pubertas sesudah menarche,

perdarahan yang tidak normal bisa disebabkan oleh gangguan atau

lambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat

pembuatan releasing factor dan hormon gonadotropin yang tidak

sempurna.

3) Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.

3. Patofisiologi

Menurut Irianto (2015), menometroragia dapat terjadi pada siklus

ovulatoir, anovulatoir maupun pada keadaan folikel persisten.

a. Menometroragia pada pertengahan siklus (ovulatoir), disebabkan

karena rendahnya kadar estrogen sedangkan progesteron terus

terbentuk. Macam-macamnya antara lain :


10

1) Perdarahan pada pertengahan siklus. Biasanya hanya sedikit dan

sebentar, keadaan ini terjadi akibat rendahnya kadar estrogen.

2) Perdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium (irreguler

sheeding). Biasanya lebih banyak dan panjang, penyebabnya

adalah korpus luteum persisten dan progesteron terus membentuk

sedangkan estrogen rendah.

3) Perdarahan bercak (spotting) pra haid dan pasca haid. Pra haid

disebabkan inefisiensi korpus luterum. Sedangkan pasca haid

disebabkan defisiensi estrogen, sehingga terjadi regenerasi

endometrium.

4) Penyebab lain adalah apopleksia uteri wanita hipertensi dan

kelainan darah seperti anemia, gangguan pembekuan darah, dan

lain-lain.

b. Menometroragia pada siklus anovulatoir. Dasar kelainannya adalah

tidak terjadinya ovulasi, tidak ada korpus luteum, progesteron dan

estrogen menurun, dan sering terjadi pada usia pubertas dan

menopause. Pada pubertas proses maturasi hipotalamus mungkin

terlambat, sehingga pembentukan RF dan GnRH tidak sempurna,

lambat laun maturasi akan tercapai dan siklus haid akan menjadi

ovulatoir. Pada premenopause proses berhentinya ovarium tidak selalu

berjalan lancar. Stres dapat menyebabkan perdarahan anovulatoir, tapi

biasanya tidak terganggu.


11

B. Asuhan Keperawatan Menometroragia Dengan Gangguan Kebutuhan

Cairan

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan secara komprehensif pada pasien di rawat inap,

dimana seluruh hal yang berhubungan dengan pasien perlu dilakukan

pengkajian secara seksama (Muttaqin, 2009). Menurut Deswani (2009),

pengkajian umum merupakan pengumpulan semua informasi mengenai

status kesehatan pasien secara sistematis dan terus-menerus, akurat dari

sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, baik bersifat subjektif

maupun yang objektif.

a. Data Subyektif

1) Identitas pasien/klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa, alamat, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, tanggal

masuk RS, nomor register.

2) Identitas penanggungjawab : nama, umur, jenis kelamin, hubungan

dengan pasien, pekerjaan, alamat.

3) Keluhan utama : menanyakan apa keluhan yang sangat dirasakan

pasien menometroragia yang sangat menganggu.

4) Riwayat perkawinan : untuk mengetahui apakah klien sudah

berkeluarga atau belum, sudah punya anak atau belum.

5) Riwayat kesehatan

a) Riwayat penyakit sekarang : ditanyakan untuk mengetahui

keadaan pasien sekarang yang berhubungan dengan


12

penyakit/masalah pasien. Pada pasien dengan menometroragia

biasanya mengeluhkan adanya perdarahan lebih dari 7 hari

pada masa menstruasi ataupun di luar siklus menstruasi, jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak

serta berulang. Tanyakan juga bagaimana mulainya perdarahan,

apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh

oligomenorea/amenore, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-

sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya.

b) Riwayat penyakit dahulu : tanyakan riwayat penyakit yang

pernah diderita seperti DM, penyakit jantung, hipertensi atau

komplikasi lainnya. Tanyakan juga jenis pengobatan yang

sudah dilakukan oleh pasien, pernah dirawat/dioperasi

sebelumnya.

c) Riwayat kesehatan keluarga : Untuk mengetahui adakah

keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien,

penyakit menular, menurun (seperti DM, hipertensi) dan

apakah keluarga pernah ada yang mengalami gangguan haid.

6) Riwayat reproduksi

Tanyakan riwayat kehamilan dan persalinan pasien, riwayat

menstruasi yaitu kapan atau usia berapa mengalami menarche,

keadaan haid, tanyakan apakah siklus haid teratur, banyaknya

darah yang keluar, apakah disertai gangguan saat haid (dismenore,

amenore, dan lain-lain).


13

7) Riwayat KB

Tanyakan untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang digunakan,

kapan, berapa lama penggunaan KB serta masalah/gangguan yang

dialami sejak pemakaian kontrasepsi tersebut.

8) Riwayat psikososial

Tanyakan persepsi pasien mengenai penyakitnya, tingkat

pengetahuan mengenai menometroragia yang dimiliki pasien,

mengenai konsep diri, mekanisme pemecahan masalah yang

dilakukan.

b. Pola Fungsional

1) Persepsi kesehatan dan manajemen

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit

dan mengatasi masalah kesehatan.

2) Pola nutrisi

Perlu ditanyakan utnuk mengetahui pola makan dan minum sehari-

hari pasien yang berpengaruh pada status kesehatan klien. Dalam

hal ini, keseimbangan cairan dalam tubuh pasien perlu

diperhatikan. Pengukuran intake dan output cairan merupakan

tindakan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang

masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairan yang keluar dari

tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output cairan

yaitu untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh pasien.


14

a) Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan

yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum, air dalam

makanan, air hasil oksidasi (metabolisme) dan cairan intravena.

b) Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, cairan

yang keluar dari tubuh terdiri atas urine, insensible water loss

(IWL), feses, dan muntah.

c) Tentukan keseimbangan cairan tubuh pasien dengan rumus

intake-output.

Asupan cairan yang masuk dalam tubuh berasal dari sumber

makanan dan minuman, cairan yang dibutuhkan oleh tubuh

dalam 24 jam antara 1800 – 2500 ml, air dari makanan 750 ml,

air metabolisme 5cc/kgBB/hari, cairan infus, tranfusi produk

darah dan terapi obat injeksi. Sedangkan pengeluaran (output)

didapatkan dalam bentuk urin 1200 – 1500 ml/hari (atau 1 –

2cc/kgBB/jam), pengeluaran feses 100 ml/hari, paru-paru

pengeluaran sekitar 300 ml – 500 ml/hari,

muntah/pendarahan/cairan drainage terbuka/cairan NGT

terbuka serta pengeluaran melalui kulit (IWL). Rumus IWL

untuk dewasa 10-15cc/kgBB/24 jam, anak-anak (30 – usia) x

kgBB/24 jam, sedangkan bila ada kenaikan suhu maka IWL +

200 x (suhu sekarang – 36,8ºC)/24 jam.

3) Pola eliminasi

Untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam pola BAB dan

BAK terutama pada penderita menometroragia.


15

4) Pola aktivitas dan latihan

Untuk mengetahui jenis kegiatan yang dilakukan, kegiatan

perawatan seperti berpakaian, eliminasi, mandi, makan dan minum,

serta mobilisasi.

5) Pola persepsi sensori dan daya ingat

Menggambarkan fungsi pendengaran, penglihatan, pengecapan,

dan penciuman serta daya ingat jangka pendek dan panjang.

6) Pola tidur dan istirahat

Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien pada siang dan malam

hari serta masalah yang ada waktu tidur.

7) Pola konsep diri dan persepsi diri

Menggambarkan sikap terhadap diri sendiri, persepsi kemampuan,

harga diri dan gambaran diri.

8) Pola peran dan hubungan

Untuk mengetahui hubungan dan peran pasien dengan anggota

keluarga lainnya.

9) Pola seksual dan reproduksi

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan pada saat

melakukan hubungan seksual dan gangguan reproduksi seperti

pendarahan atau penyakit reproduksi lainnya, serta untuk

mengetahui jumlah anak pasien.

10) Pola koping stress

Tanyakan bagaimana pasien dalam menangani stress.


16

11) Pola nilai moral dan kepercayaan

Menggambarkan sistem kepercayaan pasien serta nilai moral yang

dianut pasien.

c. Data Obyektif

1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : untuk mengetahui bagaimana keadaan umum

pasien, antara lain tingkat kesadaran pasien, tekanan darah,

suhu, pernafasan, nadi, berat badan serta tinggi badan.

b) Pemeriksaan fisik head to toe

(1) Kepala dan rambut : bentuk kepala, kebersihan kulit kepala,

keadaan rambut rontok atau tidak.

(2) Mata : mata kanan dan kiri simetris/tidak, lihat konjungtiva

apakah anemis/tidak, sklera ikterik/anikterik, reaksi

terhadap cahaya.

(3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, ada tidaknya

polip.

(4) Telinga : lihat kesimetrisan telinga kanan dan kiri, bersih

atau tidak.

(5) Mulut : mukosa bibir kering/tidak, mulut bersih/tidak, ada

tidaknya stomatitis, ada tidaknya pembesaran tonsil.

(6) Leher dan tenggorokan : apakah ada pembesaran kelenjar

tyroid atau vena jugularis, ada gangguan menelan atau

tidak.
17

(7) Jantung : lihat kesimetrisan, ictus cordis nampak atau tidak,

ada luka/tidak, letak terabanya ictus cordis, ada nyeri

tekan/tidak, dengar suara jantung.

(8) Paru - paru : lihat kesimetrisan, apakah pengembangan paru

kanan kiri sama/tidak, ada luka/tidak, ada nyeri tekan atau

tidak, ekspansi paru sama atau tidak, vokal fremitus sama

atau tidak, apakah suara nafas vesikuler/wheezing/ronchi.

(9) Payudara dan ketiak : kebersihan, aerola menghitam atau

tidak, bentuk payudara simetris atau tidak, apakah ada

pembesaran kelenjar susu atau tidak, puting susu klien

menonjol atau tidak, bentuk puting pecah atau tidak, apakah

ada pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau tidak.

(10) Abdomen : lihat apakah ada luka bekas operasi, apakah

ada pembesaran hepar/tidak, frekuensi bising usus, ada

nyeri tekan/tidak, teraba lunak/keras, teraba massa/tidak.

(11) Genetalia : bersih/tidak, ada varises atau tidak, adanya

perdarahan atau tidak, ada tidaknya gangguan pada

genetalia.

(12) Anus : bersih/tidak, ada hemoroid/tidak.

(13) Ektremitas : ada edema/tidak, apakah terjadi

pembengkakan ektremitas atas dan bawah.


18

d. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium, yang perlu dilakukan pemeriksaan

adalah pemeriksaan darah lengkap.

2) Pemeriksaan Pap Smear

3) USG (ultrasonografi)

4) Biopsi Endometrium

5) Foto rontgen, untuk mengetahui apakah ada hidrotorak dan

mengetahui keadaan jantung, paru dan costa.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Muhith (2015), diagnosa keperawatan merupakan penilaian

klinik mengenai respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap

masalah kesehatan atau proses kehidupan yang potensial dan aktual.

Diagnosa keperawatan sebagai dasar pemilihan intervensi dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggungjawab.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

menometroragia antara lain sebagai berikut (NANDA, 2018-2020) :

a. Defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar

suplai dan kebutuhan oksigen.

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

3. Rencana Keperawatan

Rencana atau intervensi keperawatan merupakan rencana tindakan

yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang telah ditemukan/ditentukan

agar kebutuhan pasien terpenuhi.


19

a. Defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan pervagina).

Tujuan : diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan.

Kriteria hasil : terjadi keseimbangan intake dan output cairan dalam 24

jam, turgor kulit baik, dan kelembaban membran mukosa.

Intervensi :

1) Monitor intake dan output cairan pasien selama 24 jam.

2) Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut

nadi adekuat).

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1000-1500 ml

sehari.

4) Berikan produk-produk darah jika diperlukan.

5) Verifikasi kesediaan (inform consent) pasien.

6) Cek kembali nama pasien, tipe darah, tipe Rh, jumlah unit dan

golongan darah dengan benar sebelum diberikan.

7) Monitor adanya reaksi dari transfusi.

8) Monitor tanda-tanda vital.

9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan/obat.

b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar

suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : pasien dapat toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria hasil : pasien dapat terlihat bugar dan tanda-tanda vital dalam

keadaan normal.
20

Intervensi :

1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai

dengan konteks usia dan perkembangan.

2) Bantu pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai

keterbatasan yang dialami.

3) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi

yang adekuat.

4) Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien.

5) Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/nyeri yang dialami

pasien selama aktivitas.

6) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien yang bisa

mempengaruhi fungsi kognitif.

7) Batasi jumlah dan gangguan pengunjung dengan tepat.

8) Tingkatkan tirah baring/pembatasan kegiatan.

9) Bantu pasien dalm aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai

kebutuhan (ambulansi, berpindah, bergerak dan perawatan diri).

10) Instruksikan pasien/orang terdekat mengenai kelelahan.

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

Tujuan : klien dapat melaporkan tingkat nyeri dan mengontrol nyeri.

Kriteria hasil : klien dapat melaporkan bahwa nyeri berkurang atau

bahkan hilang.
21

Intervensi :

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan

faktor pencetus.

2) Monitor tanda-tanda vital.

3) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan

khususnya pada klien yang tidak dapat berkomunikasi secara

efektif.

4) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.

5) Kaji faktor-faktor yang dapat menurunkan dan memperberat nyeri.

6) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa

lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyaman

akibat prosedur.

7) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap nyeri (suhu, pencahayaan, suara bising).

8) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (seperti terapi musik,

terapi bermain, terapi aktivitas, kompres panas/dingin, relaksasi,

distraksi).

9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik.

10) Dukung istirahat tidur yang adekuat untuk membantu penurunan

nyeri.
22

11) Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan

pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri

sebelumnya.

12) Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan

dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri.

4. Tindakan atau Implementasi

Menurut Asmadi (2008), implementasi atau tindakan pelaksanaan

merupakan suatu tahap dimana perawat mengaplikasikan asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan guna membantu memenuhi kebutuhan klien.

Pada tahap implementasi, kemampuan yang harus dimiliki perawat antara

lain kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan melakukan teknik

psikomotor, kemampuan menciptakan hubungan saling percaya dan

membantu, kemampuan melakukan observasi secara sistematis,

kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan

kemampuan mengevaluasi.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari suatu proses

asuhan keperawatan yaitu perbandingan yang sistematis dan sudah

terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan. Dalam melakukan evaluasi di

lakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya (Asmadi, 2008).


23

C. Gangguan Kebutuhan Cairan

1. Pengertian Kebutuhan Cairan

Tarwoto & Wartonah (2010) mengatakan bahwa cairan dan elektrolit

merupakan kebutuhan hidup kedua setelah udara. Tubuh dikatakan

seimbang apabila jumlah keseluruhan air di dalam tubuh dalam keadaan

normal dan relatif konstan. Jika seseorang kehilangan cairan dalam jumlah

yang cukup besar, maka akan terjadi kelainan yang cukup serius pada

fungsi fisiologis. Perlunya mempertahankan jumlah cairan didalam tubuh

secara konstan yaitu karena cairan mempunyai banyak peran penting

didalam tubuh. Cairan sendiri merupakan zat pelarut utama bagi tubuh,

salah satunya melarutkan zat kimia didalam tubuh. Hal ini menunjukan

bahwa kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan salah satu proses

dinamik dalam tubuh, karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan

yang tetap berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.

2. Gangguan Kebutuhan Cairan

Gangguan cairan dan elektrolit sangat umum terjadi pada pasien

yang dirawat di rumah sakit. Cairan intravena dengan jumlah yang besar

sering diperlukan untuk memperbaiki defisit cairan. Cairan dan elektrolit

di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh diatur sedemikan rupa agar

keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan. Gangguan besar

dalam keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dengan cepat mengubah

kardiovaskular, saraf, dan fungsi neuromuskular (Tarwoto & Wartonah,

2010).
24

Kekurangan volume cairan merupakan penurunan volume cairan

intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang mengacu pada

dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

Sedangkan kelebihan volume cairan adalah peningkatan asupan dan/atau

retensi cairan (NANDA, 2018-2020). Kemungkinan yang berhubungan

dengan kehilangan cairan secara berlebihan antara lain berkeringat secara

berlebihan, menurunnya intake oral, penggunaan diuretik, atau

pendarahan. Data yang ditemukan yaitu hipotensi, takikardia, pucat,

kelemahan, konsentrasi urine pekat bahkan anemia. Sedangkan

kemungkinan data yang berhubungan dengan kelebihan cairan antara lain

adanya gangguan pola nafas, cemas, edema, dispnea, ketidakseimbangan

elektrolit, distensi vena jugularis, oliguria, efusi pleura, dan penambahan

berat badan dalam waktu singkat (Tarwoto & Wartonah, 2010).

3. Pengaturan Cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan dan

pengeluaran cairan. Prinsip dasar keseimbangan cairan:

a. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan

interseluler dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali

beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.

b. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut

karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi

konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari

kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis


25

efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan

osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler

(Tarwoto & Wartonah, 2010).

Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), pengaturan keseimbangan

cairan sebagai berikut :

a. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga yaitu :

1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada

akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat

merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang

bertanggung jawab terhadap rasa haus.

2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan

osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat

mengakibatkan sensasi rasa dahaga.

b. Anti diuretik hormon (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohifofisis dari

hifofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah

peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan eksternal. Hormon ini

meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentis, dengan demikian

dapat menghemat air. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang

bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium.

Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium,

natrium, dan sistem angiostensin rennin serta sangat efektif dalam

mengendalikan hiperkalimia.
26

c. Prostaglandin

Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat yang terdapat

dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam merespon radang,

pengendalian tekanan darah, kontraksi usus, dan mobilitas

gastrointestinal.

d. Glukokortikoid

Meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik

dan terjadi retensi urin natrium. Perubahan kadar glukokortikoid

menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.

4. Edukasi Pengaturan Cairan

Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan dua cara,

ditentukan berdasarkan umur dan berat badan. Jika berdasarkan umur

maka dari umur 0-1 tahun memerlukan air sekitar 120 ml/kg BB, 1-3

tahun memerlukan air sekitar 100 ml/kgBB, 3-6 tahun memerlukan air

sekitar 90 ml/kgBB, 7 tahun memerlukan air sekitar 70 ml/kg BB, dan

dewasa memerlukan sekitar 40-50 ml/kgBB. Sedangkan berdasarkan berat

badan mulai dari 0-10 kg kebutuhan cairannya 100 ml/kgBB, 10-20 kg

kebutuhan cairannya 100 ml ditambah dengan 50 ml/kgBB (jika diatas 10

kg), dan jika diatas 20 kg kebutuhan cairannya sekitar 150 ml ditambah 20

ml/kgBB (jika diatas 20 kg), dan jika dewasa memerlukan cairan 40-50

ml/kgBB.

Pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi kebutuhan

cairan pada orang dewasa. Pengeluaran cairan ini dibagi menjadi empat
27

proses yaitu urin, IWL, keringat, dan feses. Dalam kondisi normal, output

urin sekitar 1400-1500 ml per 24 jam atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada

orang sehat kemungkinan produksi urin bervariasi dalam setiap harinya.

Bila aktivitas kelenjar keringat meningkat, maka produksi urin akan

menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam

tubuh. IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui mekanisme difusi.

Pada orang dewasa normal, kehilangan cairan tubuh melalui IWL berkisar

200-400 ml perhari. Tetapi, IWL akan meningkat jika ada proses

peningkatan suhu tubuh dan proses respirasi. Pengeluaran cairan dari

proses berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang

panas, respon ini berasal dari anterior hipothalamus, lalu impulsnya akan

ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan

saraf simpatis pada kulit. Pada pengeluaran air melalu feses, berkisar

antara 1500 ml per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di

dalam mukosa usus besar.

Untuk mengetahui imbang masukan dan keluaran cairan tubuh,

dilakukan penilaian klinis non invasif dan invansif. Untuk penilaian non

invasif dilakukan pencatatan tanda dan gejala klinis sebelum dilakukan

terapi cairan, selama terapi dan sampai terapi dinyatakan berhasil.

Parameter yang dinilai adalah :

1) Perubahan tingkat kesadaran (dilakukan penilaian GCS secara

berkala).

2) Perubahan tekanan darah dan denyut nadi normal.


28

3) Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium.

4) Perubahan perfusi perifer.

5) Produksi urin, diusahakan produksi urin paling sedikit 0,5

ml/kgBB/jam.

Untuk penilaian invasif dilakukan pemasangan kateter vena sentral melalui

vena di lengan atas, vena subklavia, atau vena jugularis. Kanulasi ini

disamping untuk mengukur tekanan vena sentral juga digunakan untuk

jalur infus jangka panjang dan nutrisi parenteral. Apabila dilakukan

kanulasi vena sentral, bisa digunakan sebagai penuntun dalam program

terapi cairan, terutama pada pasien kritis yang memerlukan terapi cairan.

Pilihan cairan yang biasa digunakan adalah cairan jenis kristaloid seperti

RL atau NaCL (Tarwoto & Wartonah, 2010).


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Penelitian Dan Desain

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode studi

kasus dengan desain penelitian deskriptif. Metode studi kasus merupakan

salah satu jenis pelatihan yang meneliti permasalahan melalui suatu kasus

yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal yang menjadi studi kasus dianalisis

secara mendalam yang mencakup berbagai askep yang cukup luas. Studi kasus

merupakan metode penelitian yang fokus menggunakan desain penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu desain yang dilakukan

untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif

dan memusatkan perhatian pada objek tertentu di dalam suatu populasi

tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian studi kasus ini penulis membahas tentang gambaran

gangguan kebutuhan cairan pada pasien menometroragia.

B. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Penulis telah melakukan kelolaan kasus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Soeselo Kabupaten Tegal di Ruang Nusa Indah yang pelaksanaannya

dilakukan pada tanggal 12 - 13 Februari 2019 pada pasien menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan.

29
30

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus merupakan suatu subjek yang dituju untuk diteliti oleh

atau subyek yang menjadi pusat penelitian (Arikunto, 2010). Subjek studi

kasus dalam penulisan karya tulis ini adalah pasien menometroragia.

Kriteria inklusi dan eksklusi yang penulis tetapkan dalam pengambilan subjek

studi kasus adalah :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan.

b. Pasien berusia diatas 40 tahun.

c. Pasien menometroragia yang mendapat perawatan di rumah sakit.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang menolak menjadi responden.

b. Pasien dengan pendarahan <7 hari.

D. Fokus Studi Kasus

Asuhan keperawatan menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan.

E. Definisi Operasional Studi Kasus

Menometroragia merupakan perdarahan yang terjadi dengan interval yang

tidak teratur dan jumlah perdarahan terus menerus/panjang dan banyak.

Menometroragia bisa terjadi pada siklus haid atau diluar masa siklus haid.

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis. Kebutuhan cairan memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh


31

dengan hampir 90% dari total berat badan. Kekurangan volume cairan terjadi

ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang

proporsional, kondisi ini disebut juga hipovolemia. Secara umum, kekurangan

volume cairan disebabkan oleh beberapa hal antara lain kehilangan cairan

abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan

cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk

mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler

istirahat).

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Menurut Riwidikdo (2012), data primer merupakan data yang diambil

langsung dari subjek atau objek penelitian oleh individu ataupun

organisasi. Meliputi :

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak pada suatu gejala atau

gejala-gejala dari obyek penelitian (Sugiyono, 2010). Penulis akan

melakukan observasi pada pasien menometroragia dengan gangguan

kebutuhan cairan.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika penulis

mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden


32

atau bercakap-cakap muka dengan orang tersebut (Sugiyono, 2010).

Dalam wawancara, akan dilakukan dengan pasien dan keluarga.

c. Pemeriksaan Fisik

Menurut Nursalam (2011), pemeriksaan fisik digunakan untuk

mengetahui keadaan umum fisik klien secara sistematis dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam kasus ini, penulis akan

mengaplikasikannya pada pasien menometroragia.

2. Data Sekunder

Menurut Riwidikdo (2012), data sekunder merupakan data yang didapat

secara langsung dari penelitian. Data sekunder yang penulis gunakan

adalah :

a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu bahan tertulis yang dipersiapkan

karena adanya permintaan dari penyidik (Notoatmodjo, 2010).

Instrumen merupakan alat yang digunakan oleh penulis untuk

mengumpulkan data sehingga data lebih mudah diolah (Arikunto,

2010). Meliputi :

1) Format asuhan keperawatan maternitas

Aspek yang dinilai meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi

keperawatan dan catatan asuhan keperawatan.


33

2) Rekam Medis

Rekam medis merupakan kumpulan berkas yang berisi catatan dan

dokumen tentang klien, pemeriksaan, pengobatan dan pelayanan

lain yang sudah diberikan kepada klien (Hidayat, 2008).

b. Studi Kepustakaan

Menurut Notoatmodjo (2010), studi kepustakaan dengan bahan

pustaka untuk menunjukkan latar belakang teoritis dari suatu kasus.

Studi kepustakaan yang digunakan penulis yaitu dari buku-buku dan

jurnal.

G. Analisis dan Penyajian Data

1. Analisis Data

Pada saat penulis melakukan pengkajian biasanya didapatkan data

subjektif yaitu pasien merasa pusing dan badannya lemah serta didapat

data objektif klien terlihat lemas, mukosa bibir kering dan pucat, yang

demikian dapat dirumuskan diagnosa gangguan kebutuhan cairan :

kekurangan volume cairan. Penulis akan memberikan tindakan untuk

mengatasi kekurangan volume cairan yaitu dengan pemberian cairan dan

memonitor input output cairan serta dilakukan evaluasi terhadap tindakan.

2. Penyajian Data

Dalam penulisan studi kasus ini penyajian data disajikan secara narasi dan

dapat disertai dengan cuplikan verbal dari subjek studi kasus sesuai
34

dengan kebutuhan dasar manusia dan dengan kasus menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan.

H. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis

menekankan etika yang meliputi :

1. Hak untuk Self Determination

Klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat keputusan secara sadar

dan dipahami dengan baik. Subyek penelitian berhak memilih untuk ikut

serta dalam penelitian atau tidak, tidak boleh memaksa atau membujuk

terlalu berlebihan (inform consent) (Hidayat, 2008).

2. Hak terhadap privacy and dignity

Klien memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan

apa yang akan dilakukan terhadap mereka. Dalam aplikasinya, penulis

tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas klien untuk

menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek (Hidayat, 2008).

3. Hak anonimity dan confidentially

Menurut Hidayat (2008), masalah dalam etika keperawatan adalah

masalah yang memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian

dengan cara tidak mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan


35

kode pada hasil penelitian yang akan disajikan. Untuk menjaga

kerahasiaan penulis tidak mencantumkan nama lengkap, namun cukup

inisial saja.

4. Hak untuk mendapatkan penanganan yang adil

Klien berhak untuk mendapat perlakuan yang adil, harus diperlakukan

dengan adil tanpa adanya diskriminasi. Dan klien juga berhak mendapat

hak untuk dijaga kerahasiaannya.

5. Hak terhadap perlindungan dari ketidaknyamanan atau kerugian

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subyek dan penulis harus berhati-hati mempertimbangkan resiko dan yang

akan terjadi kepada subyek penelitian.

6. Prinsip Benefience dan Mal-efficence

Dilakukan untuk meyakinkan klien bahwa studi kasus ini bebas dari

bahaya, tidak bersifat memaksa melainkan sukarela, manfaat yang

dirasakan oleh klien maupun oleh penulis, tidak menimbulkan resiko serta

penulis menjamin bahwa studi kasus ini tidak menimbulkan bahaya pada

klien dan klien terlindungi dari setiap resiko (Notoatmodjo, 2010).


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas

Pengkajian dilakukan oleh penulis pada hari Selasa, 12 Februari

2019 pukul 07.00 WIB di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo

Kabupaten Tegal. Berdasarkan hasil pengkajian tersebut didapatkan

identitas pasien dengan nama Ny. S berumur 52 tahun, berjenis kelamin

perempuan, beragama Islam, alamatnya di Kalisapu RT 01/RW 02,

status perkawinan pasien sudah menikah, berpendidikan terakhir SD,

dan bekerja sebagai pegawai pabrik teh. Ny. S masuk rumah sakit pada

hari Senin, 11 Februari 2019 dengan diagnosa medis P0A0

menometroragia disertai anemis dan bernomor register 581439.

Identitas penanggung jawab Ny. S adalah Tn. S, alamatnya di Kalisapu

RT 01/RW 02, bekerja sebagai buruh, dan berpendidikan terakhir

SLTA. Hubungan Tn. S dengan pasien merupakan suami yang

bertanggung jawab atas Ny. S di rumah sakit. Pasien mengatakan alasan

masuk rumah sakit karena mengeluh menstruasinya mengeluarkan

banyak darah selama ± 13 hari.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Pasien mengatakan mengeluarkan banyak darah pervagina dan

merasa badannya sangat lemas dan pusing.

36
37

2) Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan pada tanggal 27 januari 2019 pasien

terkena haid. Pada saat haid, pasien mengatakan keluar darah yang

sangat banyak dan bergumpal-gumpal dari vaginanya dan terus

menerus keluar sampai tanggal 10 Februari 2019 (± 13 hari) hingga

pasien merasa badannya sangat lemas. Lalu pada tanggal 11

Februari 2019 pasien memeriksakan diri ke dokter kandungan dan

dilakukan pemeriksaan USG. Berdasarkan hasil USG pasien

mengatakan ada benjolan di perut kuadran bawah sebelah kiri dan

dokter menyarankan harus dikuret. Dari klinik dokter kandungan

pasien mengatakan dirujuk ke RSUD dr. Soeselo Slawi, dan pada

jam 17.00 WIB pasien dirawat di Ruang Nusa Indah. Saat dikaji

pasien mengatakan merasa pusing dan badannya lemas serta masih

mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya. Didapati hasil

pemeriksaan TTV : TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit, RR =

21 x/menit, suhu = 37°C dan Hb = 7,5 g/dl.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan sudah mengalami keluhan ini selama 4

bulan yang lalu, namun ini pertama kalinya pasien dirawat di

rumah sakit. Pasien mengatakan pernah periksa 4 bulan yang lalu

di RS Adella namun dinyatakan tidak ada kelainan/penyakit.

Selama 4 bulan yang lalu pasien hanya meminum jamu-jamuan

untuk menghentikan pendarahannya.


38

4) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami

riwayat penyakit yang serupa dengan pasien. Pasien juga

mengatakan tidak ada penyakit keturunan maupun menular.

5) Riwayat kesehatan reproduksi

a) Riwayat melahirkan sebelumnya

Pasien mengatakan belum pernah hamil maupun melahirkan.

b) Riwayat menstruasi

(1) Menarche : 17 tahun.

(2) Siklus menstruasi : Lama 7 hari dengan siklus 28 hari dan

teratur.

(3) Gangguan pada haid : Pasien mengatakan sudah selama 4

bulan keluar darah bergumpal-gumpal lewat vaginanya dan

kadang terasa nyeri.

c) Riwayat KB

Pasien mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi jenis

apapun.

c. Pola Fungsional

1) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

Pasien mengatakan jika sakit atau pusingnya kambuh pasien hanya

akan membeli obat di warung. Jika sakitnya parah pasien

mengatakan akan periksa ke dokter umum di dekat rumahnya.

2) Pola nutrisi

a) Sebelum sakit
39

Pasien mengatakan makan 3x sehari dan habis (nasi, sayur,

lauk pauk) dan minum air putih 8 – 10 gelas sehari (± 2 liter).

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit makan 3x sehari (nasi, sayur,

lauk, buah) dan jarang habis. Minum air putih ± 3 - 5 gelas

sehari dan kadang minum teh manis 1 gelas.

3) Pola eliminasi

a) BAB

(1) Sebelum sakit : 1 - 2 x/sehari, konsistensi lunak, warna

kuning kecoklatan, tidak ada keluhan dalam BAB.

(2) Selama sakit : Pasien mengatakan belum BAB selama

dirawat di RS.

b) BAK

(1) Sebelum sakit : 5 – 6x /sehari, warna kuning jernih, bau

amoniak, tidak ada keluhan dalam berkemih.

(2) Selama sakit : selama sakit pasien terpasang kateter,

volume (saat dikaji) ± 300 cc, warna urine kuning

keemasan, bau amoniak.

4) Pola aktivitas dan latihan

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu melakukan

aktifitasnya secara mandiri dan pasien bekerja sebagai pegawai

swasta di suatu pabrik, waktu bekerja dari jam 9 pagi sampai

jam 5 sore.
40

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit pasien hanya menghabiskan

waktunya untuk berbaring di tempat tidur.

5) Pola kognitif dan persepsi sensori

Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang sedang

dialaminya. Pasien hanya mengetahui bahwa dirinya mengeluarkan

darah banyak selama 4 bulan. Saat dikaji, pasien mampu menjawab

pertanyaan dengan baik serta daya ingat jangka pendek dan

panjang pasien cukup baik. Fungsi penglihatan normal (tidak

memakai kacamata), fungsi penciuman, pendengaran, pengecapan

dan perabaan normal, tidak ada gangguan.

6) Pola tidur dan istirahat

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan jarang tidur pada siang hari karena harus

bekerja kecuali pada hari libur. Pada malam hari pasien

biasanya mulai tidur mulai jam 20.00  04.00 WIB (± 8 Jam).

Tidak ada gangguan pola tidur dan tidak ada kebiasaan

sebelum tidur.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit tidur ± 5  7 Jam dan tidak

bisa tidur siang karena suasana yang berisik.


41

7) Pola konsep dan persepsi diri

a) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang

sehingga dapat berkumpul dengan keluarga serta bisa bekerja

kembali seperti biasa.

b) Gambaran diri : pasien mengatakan memandang dirinya

sebagai orang yang sakit dan wanita yang tidak pernah

melahirkan. Pasien mengatakan sudah menerima dan ikhlas

dengan keadaannya saat ini.

c) Harga diri : pasien mengatakan sudah tidak malu dengan

keadaannya saat ini kerena pasien sudah menerima keadaannya

saat ini karena sudah merupakan kehendak tuhan.

d) Peran diri : selama dirawat di rumah sakit pasien tidak dapat

menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga.

e) Identitas diri : pasien mengatakan dirinya seorang perempuan

berusia 52 tahun.

8) Pola peranan dan hubungan

Pasien mampu berkomunikasi dan berhubungan baik dengan orang

lain di sekitarnya (keluarga, tetangga, tim kesehatan) dan pasien

juga kooperatif terhadap tindakan yang diberikan petugas

kesehatan.

9) Pola seksual dan reproduksi

Pasien mengatakan sudah tidak pernah melakukan hubungan suami

istri lagi karena kondisi pasien. Pasien sudah menikah 2 kali

selama 27 tahun dan tidak pernah hamil/melahirkan sama sekali.


42

Saat ini pasien memiliki 4 anak tiri laki-laki dari suami yang ke 

2.

10) Pola koping stress

Pasien mengatakan jika merasa stress pasien sholat dan

memanfaatkan waktu untuk bersantai / menonton TV. Setiap kali

ada masalah pasien membicarakan dan meminta bantuan ke suami

dan anak-anaknya.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Pasien beragama Islam. Pasien mengatakan selama sakit tidak

melakukan ibadah karena kondisi fisiknya yang lemah. Pasien

hanya berdoa kepada tuhan agar segera diberi kesembuhan.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : pucat.

a) Kesadaran : composmentis.

b) TTV : TD = 110/70 mmhg

RR = 21 x/menit

HR = 88 x/menit

Suhu = 37°C

2) Pemeriksaan Head to toe

a) Kepala dan rambut

Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada luka

atau cedera kepala, rambut sedikit rontok, rambut beruban.


43

b) Mata

Mata kanan kiri simetris, reaksi terhadap cahaya baik,

konjungtiva anemis, sklera anikterik.

c) Hidung

Lubang hidung kanan kiri simetris, bersih, tidak ada polip.

d) Telinga

Telinga kanan kiri simetris, bersih, tidak ada serumen.

e) Mulut

Mukosa bibir kering, bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada

pembesaran tonsil.

f) Leher dan tenggorokan

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembekakan

vena jugularis, tidak ada gangguan dalam menelan.

g) Dada (Jantung dan Paru-paru)

(1) Jantung

Dada simetris, ictus cordis tidak nampak, tidak ada luka

dan benjolan. Saat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan dan ictus

cordis teraba di ICS 5. Bunyi pekak saat diperkusi dan

bunyi jantung lup dup (S1 & S2), tidak ada bunyi tambahan

(S3) saat diauskultasi.

(2) Paru-paru

Paru kanan kiri simetris, pengembangan paru kanan kiri

sama, tidak ada luka dan benjolan, serta tidak ada luka

atelectasis. Pada saat dipalpasi, ekspansi paru kanan kiri


44

dan vocal fremitus sama serta tidak ada nyeri tekan. Bunyi

sonor saat diperkusi dan suara paru vesikuler, tidak ada

bunyi wheezing/mengi/ronkhi, RR = 20 x/menit.

h) Payudara dan ketiak

Bersih, aerola menghitam, bentuk payudara kanan kiri simetris,

puting susu menonjol, tidak ada pembesaran kelenjar susu,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe di ketiak.

i) Abdomen

Saat diinspeksi ada benjolan, tidak ada luka bekas operasi dan

tidak ada pembesaran hepar. Bising usus 11 x/menit, saat

dipalpasi ada nyeri tekan pada kuadran bawah perut sebelah

kiri dan teraba keras serta hipertimpani saat diperkusi.

j) Genetalia

Tidak ada varises, terpasang kateter volume (saat dikaji) ± 300

cc, ada pendarahan pervagina dengan volume 1 pembalut

penuh ± 30 cc, darah merah bergumpal.

k) Anus

Normal, tidak ada hemoroid.

l) Integumen

Warna kulit sawo matang, tidak ada luka, turgor kulit baik.

m) Ekstremitas

Pada ekstremitas atas yaitu di tangan kanan terpasang infus RL

20 tpm, kekuatan otot tangan baik (5¿5), akral hangat, tidak ada
45

edema. Sedangkan pada ekstremitas bawah ditemukan otot kaki

pasien lemah, pasien dibantu keluarga jika berjalan, dan tidak

ada edema.

e. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Hematologi Tanggal 11 Februari

2019 Jam 13.39 WIB

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Leukosit 8.2 10^3 / uL 3.6 – 11.0
Eritrosit L 3.5 10^6 / uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin L 7.5 g / dL 11.7 – 15.5
Hematokrit L 25 35 – 47
MCV L 71 fL 80 – 100
MCH L 21 P9 26 – 34
MCHC L 30 9 / dL 32 – 36
Trombosit 362 10^3 / uL 150 – 400
DIFF COUNT
Eosinofil 2.30 2.00 – 4.00
Basofil 0.59 0–1
Netrofil 69.00 50 – 70
Limfosit L 20.60 25 – 40
Monosit 7.60 2–8
MPV 10.3 fL 7.2 – 11.1
RDW – SD 39.2 fL 35.1 – 43.9
RDW – CV H 15.7 11.5 – 14.5
Golongan darah O
Rhesus Faktor Positive

Sumber : Rekam Medis RSUD dr. Soeselo Slawi


46

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Hematologi Tanggal 13 Februari

2019 Jam 22.26 WIB

SATUA
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
N

HEMATOLOGI
Paket Darah Rutin
Leukosit H 12.2 10^3 / uL 3.6 – 11.0
Eritrosit 4.3 10^6 / uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin L 10.0 g / dL 11.7 – 15.5
Hematokrit L 32 35 – 47
Trombosit 394 10^3 / uL 150 – 400
APTT TEST 31.5 Detik 25.5 – 42.1
PT TEST L 9.2 Detik 9.3 – 11.4

Sumber : Rekam Medis RSUD dr. Soeselo Slawi

f. Terapi

Tabel 4.3 Terapi Pada Ny. S

Jenis Pemberian Indikasi Kontraindikasi


Kalnex 3 × 500mg Untuk membantu Memiliki hipersensitif,
Melalui IV menghentikan pendarahan terhadap asam
pada sejumlah kondisi, traneksamat, penderita
misal mimisan, cedera, pendarahan di otak,
pendarahan akibat penderita di riwayat
menstruasi berlebihan & tromboembolik,
pendarahan pada penderita memiliki masalah
angio-edema turunan. pembuluh darah,
penderita hematuria.
Ranitidine 2 × 50 mg Untuk penderita sakit hipersensitivitas
Melalui IV maag, pengobatan radang terhadap ranitidine atau
saluran pencernaan, komponen produk
mengatasi & mencegah lainnya.
rasa panas perut (Heart
Burn)
Infus Untuk mengganti cairan Hiperhidrasi,
NaCL tubuh yang hilang karena hipernatremiam,
beberapa faktor, pengatur hipokalemia, hipertensi,
keseimbangan cairan kondisi asidosis.
tubuh, mengatur kerja &
47

fungsi otot jantung.


Infus RL 20 tpm Digunakan sebagai sumber Hipernatremia, kelainan
elektrolit dan air untuk ginjal, kerusakan sel
hidrasi. hati, asidosis laktat.
Tranfusi 2 Kolf Kehilangan darah akut, Hipersensitivitas
darah PRC anemia berat, syok septik, terhadap produk
(Packed memberikan plasma & komponen darah yang
Red Cell) trombosit, transfusi tukar diberikan.
@250 ml pada neonatus dengan
Golongan ikterus berat.
darah O

Sumber : Rekam Medis RSUD dr. Soeselo Slawi

Tabel 4.4 Analisa Data

No. Hari/Tgl/Jam Data Problem Etiologi

1. Selasa, DS : Defisien Kehilangan


12 Februari - Pasien mengatakan keluar Volume cairan aktif
2019 darah banyak dan cairan (Pendarahan
08.00 bergumpal dari (Domain 2 per vagina)
vaginanya. Kelas 5
- Pasien mengatakan Kode
merasa pusing dan 00027)
badannya sangat lemas.
- Pasien mengatakan
minum air putih 5 gelas
dan makan 3 kali, jarang
habis (± 1.400 cc)
- Pasien mengatakan hari
ini sudah ganti pembalut 6
kali dengan konsistensi
pembalut penuh ± 180 cc.
DO :
- Pasien tampak lemas dan
pucat, konjungtiva
anemis.
- Turgor kulit baik, mukosa
bibir kering.
- TD = 110/70 mmhg
Suhu = 37°C
Nadi = 88× /menit
48

RR = 21× /menit
Hb = 7,5 g/dl
BB = 73 kg
CRT = < 2 detik

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. S adalah defisien

volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (perdarahan

per vagina).

3. Intervensi Keperawatan

Setelah melakukan perumusan diagnosa keperawatan dari hasil analisa

data pada tanggal 12 Februari 2019 jam 08.00 WIB yang muncul yaitu

defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(pendarahan per vagina), tujuan yang ingin dicapai penulis adalah

keseimbangan cairan (0601). Penulis berharap, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan tidak terjadi kekurangan

volume cairan dengan kriteria hasil tekanan darah normal, keseimbangan

intake dan output dalam 24 jam, turgor kulit baik, kelembaban membran

mukosa.

Intervensi keperawatan yang telah disusun oleh penulis terdiri dalam

dua sub. Intervensi manajemen cairan meliputi : monitor intake dan output

cairan pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi (misalnya membran

mukosa lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan pasien untuk

meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Sedangkan

intervensi pemberian produk – produk darah meliputi : berikan produk-


49

produk darah; verifikasi kesediaan (informed consent) pasien; cek kembali

nama pasien, tipe darah, tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan

benar sebelum diberikan; monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV;

serta kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi cairan/obat.

4. Implementasi dan Evaluasi

a. Implementasi dan evaluasi hari pertama tanggal 12 Februari 2019

Pada pukul 08.30 WIB, penulis memasukkan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml dengan data subjektifnya

pasien mengatakan terimakasih, data objektif Kalnex 500 mg/5 ml dan

Ranitidine 50 mg/2 ml masuk dan tidak ada tanda-tanda alergi. Pada

pukul 08.40 WIB penulis melakukan tindakan memantau status hidrasi

dengan data subjektifnya pasien mengatakan pendarahannya belum

berhenti, data objektifnya mukosa bibir pasien kering, nadi 88 x/menit.

Pada pukul 08.50 WIB penulis melakukan tindakan yaitu

menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500

ml sehari dengan data subjektifnya pasien mengatakan hanya minum

air putih ± 5 gelas sehari, data objektifnya pasien terlihat kooperatif.

Penulis melakukan tindakan mengukur tanda-tanda vital pada pukul

09.00 WIB dengan data objektifnya TD = 110/70 mmhg, nadi = 88

x/menit, RR = 21 x/menit, suhu = 37 ºC. Pada pukul 12.00 WIB

perawat meminta pasien untuk menandatangani informed consent

kesediaan tranfusi dengan data subjektifnya pasien mengatakan


50

bersedia untuk ditranfusi, data objektif pasien menandatangani

informed consent.

Pada pukul 14.00 WIB penulis melakukan tindakan mengecek

kecocokan produk darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh,

jumlah unit dan golongan darah dengan data objektifnya produk darah

cocok dengan identitas dan golongan darah pasien. Pada pukul 14.05

WIB penulis melakukan tindakan memberikan transfusi darah PRC

pertama 250 cc golongan darah O melalui IV dengan data objektifnya

darah PRC masuk kolf pertama 20 tpm. Pada pukul 14.10 WIB penulis

melakukan tindakan memantau adanya reaksi transfusi (kemerahan,

rasa panas, syok, dll) dengan data subjektifnya pasien mengatakan

tidak merasa gatal/panas pada tubuhnya, data objektif tidak ada tanda-

tanda alergi pada pasien. Pada pukul 15.00 WIB penulis menghitung

intake dan output cairan pasien (balance cairan) dengan data

subjektifnya pasien mengatakan mengeluarkan banyak darah lewat

vaginanya, sudah ganti pembalut 6 kali (dalam sehari) dengan volume

± 180 cc, makan dan minum ± 1.400 cc, data objektifnya intake : infus

1.000 cc, PRC kolf pertama 250 cc, makan & minum 1.400 cc, obat

injeksi 19 cc, air metabolisme 365 cc, output : urine (24 jam) 1.800 cc,

pendarahan 180 cc, IWL 1.095 cc, hasil balance cairan 3.034 cc –

3.075 cc = - 41 cc.

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada hari

pertama tanggal 12 Februari 2019 pukul 18.30 WIB catatan


51

perkembangan pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih

mengeluarkan darah banyak lewat vaginanya; pasien juga mengatakan

masih pusing dan badannya lemas. Data objektifnya mukosa bibir

pasien kering, turgor kulit baik, TD = 120/80 mmhg, nadi = 86

x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 7,5 g/dl; balance cairan

- 41 cc. Hasil dari assesmentnya belum masalah teratasi. Rencana

tindak lanjutnya yaitu pertahankan intervensi antara lain monitor

intake dan output cairan pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi

(misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan

pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari;

berikan produk-produk darah; cek kembali nama pasien, tipe darah,

tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum

diberikan; monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan/obat.

b. Implementasi dan evaluasi hari kedua tanggal 13 Februari 2019

Pada pukul 07.00 WIB, penulis memasukkan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml dengan data subjektifnya

pasien mengatakan terimakasih, data objektif Kalnex 500 mg/5 ml dan

Ranitidine 50 mg/2 ml masuk serta tidak ada tanda-tanda alergi. Pada

pukul 07.10 WIB penulis melakukan tindakan memantau status hidrasi

dengan data objektifnya mukosa bibir pasien sedikit lembab, nadi 86

x/menit, akral hangat, turgor kulit baik. Pada pukul 07.15 WIB penulis

melakukan tindakan mengajurkan pasien untuk meningkatkan asupan

cairan 1.000 – 1.500 ml sehari dengan data subjektifnya pasien


52

mengatakan hari ini minum air putih ± 6 gelas, data objektifnya pasien

kooperatif. Pada pukul 07.20 WIB penulis melakukan tindakan

mengukur tanda-tanda vital dengan data objektifnya TD = 110/80

mmhg, nadi = 86 x/menit, RR = 21 x/menit, suhu = 37,1 ºC.

Pada pukul 08.00 WIB penulis melakukan tindakan mengecek

kecocokan produk darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh,

jumlah unit dan golongan darah dengan data objektifnya produk darah

cocok dengan identitas dan golongan darah pasien. Pada pukul 08.05

WIB penulis melakukan tindakan memberikan transfusi darah PRC

kedua 250 cc golongan darah O melalui IV dengan data objektifnya

darah PRC masuk kolf kedua 20 tpm. Pada pukul 08.10 WIB penulis

memantau adanya reaksi transfusi (kemerahan, rasa panas, syok, dll)

dengan data subjektifnya pasien mengatakan tidak merasa gatal/panas

pada tubuhnya, data objektif tidak ada tanda-tanda alergi pada pasien.

Pada pukul 14.00 WIB penulis menghitung intake dan output cairan

pasien (balance cairan) dengan data subjektifnya pasien mengatakan

masih mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya namun berkurang

dari hari kemaren, sudah ganti pembalut 5 kali (dalam sehari) dengan

volume ± 150 cc, makan dan minum ± 1.650 cc, data objektifnya

intake : infus 1.000 cc, PRC kolf kedua 250 cc, makan & minum 1.650

cc, obat injeksi 14 cc, air metabolisme 365 cc, output : urine (24 jam)

1.900 cc, pendarahan 150 cc, IWL 1.095 cc, hasil balance cairan 3.279

cc – 3.145 cc = +134 cc.


53

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada hari kedua

tanggal 13 Februari 2019 pukul 19.00 WIB catatan perkembangan

pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih mengeluarkan

darah lewat vaginanya namun sedikit berkurang, pasien juga

mengatakan pusingnya berkurang dan masih lemas. Data objektifnya

mukosa bibir pasien lembab, turgor kulit baik, akral hangat, TD =

120/70 mmhg, nadi = 85 x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb

= 10,0 g/dl; balance cairan +134 cc. Hasil dari assesmentnya masalah

teratasi. Planning akhir untuk pasien adalah pada hari Kamis, 14

Februari 2019 jam 00.00 WIB pasien puasa dan akan dilakukan

kuretase diagnostik.

B. Pembahasan

Dalam pembahasan penulis membahas tentang studi kasus dan

mengemukakan kesenjangan yang ditemukan antara teori yang ada dengan

kasus selama pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan

menometroragia masalah gangguan kebutuhan cairan selama 2 hari yang

dilakukan pada tanggal 12 – 13 Februari 2019 di RSUD dr. Soeselo

Kabupaten Tegal. Penulis membahas pelaksanaan asuhan keperawatan dengan

memperlihatkan aspek-aspek tahapan keperawatan dimulai dari tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan

serta evaluasi.

1. Pengkajian
54

Pengkajian adalah tahap awal yang penulis lakukan dalam aspek

keperawatan. Pengkajian yang dilakukan penulis sesuai dengan format

asuhan dan pola fungsional yang sesuai dengan teori yang ada. Pengkajian

keperawatan dilakukan mulai dari biodata, keluhan utama, riwayat penyakit,

pola fungsional, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, didukung

dengan hasil pemeriksaan penunjang dan terapi yang diberikan (Nursalam,

2008). Berdasarkan pengkajian, penulis mendapati data yaitu pasien

mengatakan menstruasinya mengeluarkan banyak darah dan bergumpal

selama ± 13 hari, konjungtiva anemis, Hb = 7,5 g/dl serta ada benjolan

pada bagian kuadran bawah perut sebelah kiri dan teraba keras.

Hal ini sesuai dengan penjelasan oleh Manuaba (2009) yaitu pada

pasien dengan menometroragia biasanya mengeluhkan adanya perdarahan

lebih dari 7 hari pada masa menstruasi ataupun di luar siklus menstruasi,

jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak serta

berulang yang dapat menyebabkan penderitanya anemis. Menurut Marmi

(2014), tanda dan gejala pada pasien menometroragia antara lain sering

mengganti pembalut atau tampon, pendarahan lebih dari 8 hari,

pendarahan di luar siklus menstruasi, adanya gumpalan darah, mengalami

sakit punggung dan perut selama menstruasi, merasa lelah, lemah, atau

sesak napas, yang mungkin merupakan tanda bahwa perdarahan yang

berlebihan telah mengurangi jumlah zat besi dalam darah yang

menyebabkan anemia.
55

Menurut Goodwin (2009), kemungkinan penyebab menometroragia

adalah penyebab organik, seperti mioma uteri maupun kanker rahim.

Biasanya penderita mioma uteri mengeluhkan adanya massa atau benjolan

di perut bagian bawah. Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri

mengalami kelainan menstruasi, seperti menoragia maupun

menometroragia. Memang belum ditemukan bukti yang menyatakan

perdarahan ini berhubungan dengan peningkatan luas permukaan

endometrium atau karena meningkatnya insidens disfungsi ovulasi.

Perdarahan yang disebabkan mioma uteri mengakibatkan terjadi

perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang

menyebabkan terjadinya venule ectasia. Growth factor yang merangsang

stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki

reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus

abnormal dan menjadi target terapi potensial. Sebagai pilihan,

berkurangnya angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting factor

dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan

uterus yang abnormal. Pendarahan menstruasi yang berlebihan juga dapat

menjadi gejala dari beberapa kanker reproduksi dan kondisi yang

mempengaruhi kesuburan. Penting untuk mendapatkan perhatian medis

ketika mengalami pendarahan yang berlebihan.

Berdasarkan hasil pengkajian, ditemukan pada tanggal 12 Februari

2019 pada pemeriksaan laboratorium, hasil leukosit 8,2 10^3/ul sedangkan

pada tanggal 13 Februari 2018 leukosit meningkat menjadi 12,2 10^3/ul.


56

Hal ini menunjukan adanya infeksi. Leukosit atau sel darah putih berasal

dari sumsum tulang dan beredar di seluruh aliran darah dan bagian penting

dalam sistem kekebalan tubuh. Bagian darah yang satu ini mampu

menghasilkan antibodi untuk melawan organisme asing (virus, bakteri, dan

parasit) sebagai pertahanan terhadap infeksi, merespons alergi, serta

menunjang fungsi kekebalan tubuh. Gejala umum jika leukosit mengalami

peningkatan antara lain : demam, perdarahan, tubuh terasa lemah, merasa

pusing, serta tangan dan kaki terasa kesemutan.

Masalah yang terjadi pada pasien menometroragia salah satunya

adalah gangguan kebutuhan cairan yang disebabkan oleh pendarahan yang

berlebihan. Pengkajian yang dilakukan pada Ny. S ditemukan pasien

mengalami kekurangan volume cairan dengan batasan karakteristiknya

adalah penurunan tekanan darah, penurunan turgor kulit,

peningkatan/penurunan frekuensi nadi, peningkatan suhu tubuh, membran

mukosa kering, haus, kelemahan (NANDA International, 2018-2020).

Berdasarkan batasan karakteristik yang ada, pada saat pengkajian pada Ny.

S ditemukan pasien mengatakan badannya lemas, turgor kulit baik,

membran mukosa kering, TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit, RR = 21

x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 7,5 g/dl, dan balance cairan tanggal 12

Februari 2019 – 41 cc, sedangkan tanggal 13 Februari 2019 + 134 cc.

Sehingga pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus di

lapangan yaitu diteori ada perubahan turgor kulit, peningkatan suhu tubuh
57

dan peningkatan frekuensi nadi sedangkan dikasus turgor kulit baik, suhu

serta nadi dalam batas normal.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian penulis selama 2 hari diagnosa yang

didapatkan pada asuhan keperawatan Ny. S dengan gangguan kebutuhan

cairan sesuai dengan teori, karena pada saat pengkajian ditemukan data

yang mendukung untuk menegakkan diagnosa sesuai yang ada pada teori

yaitu defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan per vagina). Kekurangan volume cairan merupakan penurunan

volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang

mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar

natrium. Secara teori untuk memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat

salah satu batasan karakteristik diantaranya penurunan tekanan darah,

penurunan turgor kulit, peningkatan/penurunan frekuensi nadi,

peningkatan suhu tubuh, membran mukosa kering, haus, kelemahan

(NANDA International, 2018-2020).

Dalam pengkajian penulis menemukan bahwa pasien terlihat lemah,

mukosa bibir kering, TD = 110/70 mmhg, nadi 88 x/menit dan hasil

balance cairan setelah dilakukan tindakan lebih dari nol yaitu + 134 cc.

Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara kasus di lapangan dan

teori.

3. Intervensi Keperawatan

Penulis menggunakan buku Nursing Intervention Classification (NIC)

untuk merencanakan keperawatan yang penulis susun selama 2 x 24 jam.


58

Dalam perencanaan keperawatan diharapkan tidak terjadi kekurangan

volume cairan dengan kriteria hasil tekanan darah normal, keseimbangan

intake dan output cairan dalam 24 jam, turgor kulit baik, kelembaban

membran mukosa. Intervensi keperawatan yang disusun oleh penulis

sesuai dengan teori. Intervensi manajemen cairan meliputi : monitor intake

dan output cairan pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi (misalnya

membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan pasien untuk

meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Intervensi pemberian

produk – produk darah meliputi : berikan produk-produk darah; verifikasi

kesediaan (informed consent) pasien; cek kembali nama pasien, tipe darah,

tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum diberikan;

monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta kolaborasi dengan

dokter dalam memberikan terapi cairan/obat.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun selama 2 x 24 jam. Penulis melakukan tindakan

keperawatan yang pertama adalah memantau status hidrasi yang bertujuan

untuk menentukan tingkat hidrasi. Penulis memantau adanya tanda – tanda

hidrasi bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien yang diakibatkan

karena kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Menurut Hendarto

(2011), tanda- tanda hidrasi seperti kelemahan, perubahan turgor kulit,

membran mukosa kering, suhu tubuh meningkat, penurunan tekanan darah

dan peningkatan frekuensi nadi. Dehidrasi atau kurangnya cairan tubuh


59

tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh, tetapi juga

dapat memicu kondisi yang serius, seperti syok hipovolemik.

Syok hipovolemik adalah kondisi darurat ketika jantung tidak mampu

memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang

kurang yang dapat dipicu karena terjadi dehidrasi. Kurangnya pasokan

darah ini umumnya dipicu oleh perdarahan, seperti cedera/luka

(perdarahan luar) dan perdarahan dalam, misalnya akibat perdarahan

reproduksi. Darah mengandung oksigen dan zat penting lainnya yang

dibutuhkan oleh organ dan jaringan tubuh agar bisa berfungsi dengan baik

(Hendarto, 2011). Pada pasien menometroragia, sekitar 90% perdarahan

terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.

Pada siklus ovulasi perdarahan rahim bisa terjadi pada pertengahan

menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini

terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon

progesteron tetap terbentuk. Sedangkan pada siklus tanpa ovulasi

(anovulation), perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-

menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi,

sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon

progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami

penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh

darah dan kelenjar) yang memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya

perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh (Manuaba, 2009).


60

Bila perdarahan hebat terjadi, maka pasokan darah yang dipompa oleh

jantung akan berkurang secara drastis dan organ tidak mendapat pasokan

zat-zat yang dibutuhkan dengan cukup. Akibatnya, organ-organ dalam

tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Keadaan inilah yang disebut

syok hipovolemik yang ditandai dengan penurunan tekanan  darah. Jika

tidak ditangani secara cepat dan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan

kematian. Tingkat keparahan gejala syok hipovolemik ditentukan oleh

seberapa cepat dan seberapa banyak volume darah atau cairan berkurang

dari tubuh (Hendarto, 2011). Pada saat dikaji didapatkan hasil sesuai

dengan teori karena pasien tampak lemah, konjungtiva anemis, turgor kulit

baik, membran mukosa bibir kering, nadi 88 x/menit.

Tindakan yang kedua adalah penulis menganjurkan pasien untuk

meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Air dinyatakan

esensial karena tubuh tidak dapat menghasilkan air untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, air harus diperoleh dari luar tubuh

dengan cara mengonsumsi air. Air dapat mengembalikan cairan tubuh

yang hilang. Pada saat dikaji tindakan tersebut sesuai dengan teori, karena

Ny. S selalu minum air putih.

Tindakan yang ketiga adalah mengukur tanda-tanda vital yang

bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. Penulis mengkaji

tanda-tanda vital pada pasien digunakan untuk mengkaji adanya dehidrasi.

Tanda-tanda vital terdiri dari tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan.

Tanda-tanda dehidrasi pada tanda-tanda vital yaitu ditandai dengan


61

meningkatnya suhu tubuh dan frekuensi nadi (Smeltzer & Bare, 2012).

Pada pasien dengan kasus ini tidak sesuai dengan teori, karena saat diukur

tanda-tanda vital pasien dalam batasan normal dengan hasil TD = 110/70

mmhg, RR = 21 x/menit, suhu 37 ºC dan nadi 88 x/menit.

Tindakan yang keempat adalah penulis meminta pasien untuk

menandatangani informed consent kesediaan tranfusi. Menurut Potter &

Perry (2010), informed consent atau persetujuan tindakan adalah

persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi

(misalnya operasi, transfusi darah, prosedur invasif). Surat persetujuan

berarti bahwa pasien telah memiliki pengetahuan yang diperlukan yaitu

sifat prosedur yang akan dilakukan, pilihan dan resiko yang berkaitan

dengan tiap pilihan. Surat ijin yang ditandatangani melindungi pasien dari

pelimpahan wewenang, melindungi tenaga medis dan rumah sakit

terhadap pengaduan tindakan yang tidak disertai wewenang. Pada pasien

menometroragia tranfusi darah diperlukan untuk mengganti volume darah

yang hilang akibat pendarahan. Pendarahan yang hebat pada pasien

menometroragia bisa menyebabkan anemia dan berpengaruh terhadap

sistem imun tubuh (kekurangan sel darah merah) serta dapat

membahayakan jiwa (Manuaba, 2009). Pada kenyataannya tindakan

tersebut sesuai dengan teori, karena pasien dan keluarga bersedia

dilakukan transfusi dan menandatangani informed consent.

Tindakan yang kelima adalah penulis mengecek kecocokan produk

darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh, jumlah unit dan golongan
62

darah yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan

produk darah. Tindakan ini sesuai dengan teori karena produk darah yang

akan diberikan cocok dengan identitas dan golongan darah pasien.

Tindakan yang keenam adalah penulis memberikan transfusi darah

PRC dua kolf @250 cc golongan darah O melalui IV. Menurut Setyati

(2010), transfusi darah adalah tindakan mentransferkan komponen darah

atau darah dari satu orang (donor) ke dalam aliran darah orang lain

(penerima). Transfusi dilakukan sebagai tindakan menyelamatkan hidup

dengan menggantikan sel darah atau produk darah yang hilang akibat

perdarahan. Tujuan utama resusitasi pada perdarahan adalah menghentikan

sumber perdarahan dan menggembalikan volume darah intravaskuler yang

bersirkulasi, karena oksigenasi jaringan tidak akan terganggu selama

volume yang bersirkulasi terjaga walaupun kadar hemoglobin rendah.

Jumlah cairan resusitasi yang bisa diberikan kepada penderita sangat

tergantung kepada jumlah perdarahannya. Pada kenyataannya masuk PRC

dua kolf @250 cc 20 tpm kepada Ny. S.

Tindakan yang ketujuh adalah penulis memantau adanya reaksi

transfusi (kemerahan, rasa panas, syok, dll) yang bertujuan untuk

mengetahui adakah reaksi alergi terharap produk darah yang diberikan.

Tumbuhnya kesadaran penting untuk menghindari resiko reaksi transfusi,

meningkatkan  pelaporan resiko transfusi sehingga dibuat prosedur

keselamatan yang lebih baik serta langkah-langkah untuk meminimalkan

penggunaan transfusi (Zubairi, 2009). Menurut Setyati (2010), gejala atau


63

tanda-tanda seperti menggigil, kemerahan, rasa gatal/panas, nyeri pada

daerah infus set, dan lain-lain mungkin terjadi setelah 5-10 ml transfusi

darah yang tidak sesuai di transfusikan sehingga pasien harus diperhatikan

dengan seksama pada awal setiap unit transfusi darah. Pada hasil

pengkajian tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori, karena saat

ditransfusi tidak ditemukan tanda-tanda alergi pada Ny. S.

Tindakan kedelapan yaitu penulis menghitung intake dan output

cairan pasien (balance cairan) yang bertujuan untuk mengetahui status

keseimbangan cairan. Tarwoto & Wartonah (2010) mengatakan tubuh

dikatakan seimbang apabila jumlah keseluruhan air di dalam tubuh dalam

keadaan normal dan relatif konstan. Jika seseorang kehilangan cairan

dalam jumlah yang cukup besar, maka akan terjadi kelainan yang cukup

serius pada fungsi fisiologis. Perlunya mempertahankan jumlah cairan

didalam tubuh secara konstan yaitu karena cairan mempunyai banyak

peran penting didalam tubuh. Balance cairan terdiri dari intake dan output.

Intake terdiri dari infus, minum & makan, transfusi produk darah, cairan

injeksi, dan air metabolisme. Sedangkan output terdiri dari urine, feses,

cairan darah/drainase, dan IWL. Perhitungan balance cairan berfungsi

untuk mengetahui status cairan pasien. Cara perhitungan balance cairan

adalah intake cairan dikurangi output cairan. Pada kenyataan tindakan

tersebut sesuai dengan teori karena penulis menghitung balance cairan

pada Ny. S. Hasil balance cairan Ny. S setelah di lakukan tindakan medis
64

dan keperawatan yaitu pada tanggal 12 Februari 2019 adalah - 41 cc,

sedangkan pada tanggal 13 Februari 2019 +134 cc.

Tindakan yang kesembilan adalah memberikan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml. Pada pasien menometroragia

akan mengeluarkan darah banyak di siklus menstruasi atau diluar siklus

menstruasi. Kalnex berfungsi membantu menghentikan pendarahan pada

sejumlah kondisi, misalnya mimisan, cedera, pendarahan akibat

menstruasi berlebihan (Ikatan Apoteker Indonesia, 2014). Pada

kenyataannya tindakan tersebut tidak sesuai dengan teori karena Ny. S

mengatakan masih mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi pada Ny. S dengan menometroragia adalah setelah dilakukan

asuhan keperawatan selama 2 hari diharapkan tidak terjadi kekurangan

volume cairan dengan kriteria hasil tekanan darah normal, keseimbangan

intake dan output cairan dalam 24 jam, turgor kulit baik, kelembaban

membran mukosa.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari didapati hasil

data subjektifnya pasien mengatakan masih mengeluarkan darah lewat

vaginanya namun sedikit berkurang, pasien juga mengatakan pusingnya

berkurang dan lemas. Data objektifnya mukosa bibir pasien lembab, turgor

kulit baik, akral hangat, TD = 120/70 mmhg, nadi = 85 x/menit, RR = 20

x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 10,0 g/dl dan balance cairan +134 cc. Hasil

dari assesmentnya masalah teratasi. Planning akhir adalah pada hari


65

Kamis, 14 Februari 2019 jam 00.00 WIB pasien puasa dan akan dilakukan

kuretase diagnostik.

C. Keterbatasan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis memiliki keterbatasan

dalam beberapa hal, antara lain :

1. Aspek teoritis

Penulis kesulitan dalam mencari literature buku atau jurnal tahun terbaru

untuk pengembangan teori dan tindakan pada pasien dengan

menometroragia karena tahun yang masih lama.

2. Aspek metodelogis

Penulis kesulitan dalam mencari kasus yang sesuai dengan kriteria inklusi

karena jarangnya kasus menometroragia di rumah sakit. Faktor yang

menghambat dalam pengelolaan kasus pada Ny. S yaitu keterbatasan

waktu. Penulis tidak sepenuhnya memantau pasien dalam 24 jam sehingga

dalam menghitung balance cairan penulis hanya mendapatkan informasi

dari keluarga pasien dan lampiran instrumen balance cairan serta hanya

mengelola diagnosa keperawatan utama yang muncul pada pasien yaitu


66

defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan per vagina).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil dari asuhan keperawatan pada kasus pasien menometroragia dengan

gangguan kebutuhan cairan pada Ny. S selama dua hari yaitu pada tanggal 12

– 13 Februari 2019 di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Slawi dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penulis melakukan pengkajian terhadap Ny. S pada tanggal 12 Februari

2019 jam 07.00 WIB. Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit

karena mengeluh menstruasinya mengeluarkan banyak darah dan

bergumpal selama ± 13 hari. Pasien mengatakan mengeluarkan banyak

darah pervagina dan merasa badannya sangat lemas dan pusing. Didapati

hasil pemeriksaan konjungtiva anemis, turgor kulit baik, membran mukosa

kering serta tanda – tanda vital : TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit,

RR = 21 x/menit, suhu = 37°C dan Hb = 7,5 g/dl.

2. Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada Ny. S adalah defisien

volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (perdarahan

per vagina).

3. Intervensi manajemen cairan meliputi : monitor intake dan output cairan

pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa

lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan pasien untuk meningkatkan

asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Sedangkan intervensi pemberian

67
68

produk – produk darah meliputi : berikan produk-produk darah; verifikasi

kesediaan (informed consent) pasien; cek kembali nama pasien, tipe darah,

tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum diberikan;

monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta kolaborasi dengan

dokter dalam memberikan terapi cairan/obat.

4. Dalam melakukan implementasi penulis melaksanakan sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah disusun. Pada saat melakukan tindakan

keperawatan pada pasien tidak lepas dari kerjasama dengan petugas

kesehatan yang lain yaitu perawat, bidan, dokter, kepala ruang, petugas

laboratorium, farmasi dan gizi serta adanya kerjasama yang baik antara

penulis dengan pasien dan keluarga.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari didapatkan hasil

turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tanda – tanda vital dalam

batasan normal, tidak terjadi kekurangan volume cairan dan pasien akan

dilakukan tindakan kuretase diagnostik.

B. Saran

1. Bagi Pasien dan keluarga

Diharapkan pasien untuk rajin kontrol sesuai advis dokter untuk memantau

penyakit yang dialami pasien serta diharapkan keterlibatan keluarga dalam

memberikan dorongan dan motivasi dalam mempercepat pemulihan

kesehatan dan permasalahan kesehatan Ny. S.


69

2. Bagi Perawat

a) Diharapkan perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait

penyakit yang dialami pasien khususnya pada pasien dengan

menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan.

b) Perawat diharapkan mampu meningkatkan tindakan asuhan

keperawatan seperti memonitor balance cairan khususnya pada pasien

menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar Stikes Bhamada Slawi lebih meningkatkan mutu

pendidikan di bidang ilmu kesehatan khususnya di bidang ilmu kesehatan

reproduksi wanita serta meningkatkan bimbingan agar mahasiswa mampu

berdiskusi lebih baik.


70

DAFTAR PUSTAKA

Arifint Hana, Freddy .W, Wagey, Hermie .M, & M Tendean. (2019).
KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP PROF.
DR. R.D. KANDOU MANADO. Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR),
Volume 1,Nomor 3.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmr/article/view/22540/22231.
Diakses pada tanggal 18 Mei 2019.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Mioma Uteri.
http://www.depkes.go.id/...2013/14. ProfilKes.Prov.JawaTengah
2014.pdf. Diakses tanggal 20 Februari 2019.
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta : Salemba
Medika.
Dodds, Nedra. (2006). Dysfunctional Uterine Bleeding.
http://www.emedicine.com/emerg/topic155.html. Diakses tanggal 18
Februari 2019.
Goodwin SC & Spies TB. (2009). Uterin Fibroid Embolization. 361: 690-697.
Hidayat. (2008). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Hendarto, H. (2011). Gangguan Haid atau Perdarahan Uterus Abnormal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). (2014). Pedoman Pelaksanaan Gerakan
Keluarga Sadar Obat. Jakarta : PP IAI.
Irianto, K. (2015). Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfabeta.
Kalyani, M. (2012). Menometroragia.
https://www.academia.edu/12041100/44078075MENOMETRORAGIA
. Diakses pada tanggal 14 Mei 2019.
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta :
Salemba Medika.
Marmi. (2014). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Manuaba, I.B.G. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita (Edisi
Kedua). Jakarta : EGC.
71

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : EGC.
Muttaqin, A. (2009). Pengkajian Keperawatan dan Aplikasi pada Praktik Klinik.
Jakarta : Salemba Medika.
NANDA. (2018-2020). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Notoadmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho & Setiawan. (2012). Obsgyn : Obstetri dan Gynekologi. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodeologi Penelitian Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Patricia A., Potter & Perry, dan Anne G. (2010). Fundamental of Nursing :
Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika.
Purwoastuti & Walyani. (2014). Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Riwidikdo, H. (2012). Statistika Kesehatan. Yogyakarta : Nuha medika.
Safitri, A. (2009). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Menopause Pada
Wanita. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14625. Diakses
tanggal 18 Februari 2019.
Setyati J., Soemantri A. (2010). Transfusi Darah Yang Rasional. Semarang :
Pelita Insani.
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed. 8, Vol. 1 & 2). Jakarta : EGC.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung :
Alfabeta.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Zubairi, Djoerban. (2009). Dasar-Dasar Transfusi Darah Dalam : Hematologi
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.
72

Lampiran 1

Penjelasan Untuk Mengikuti Studi Kasus

1. Saya adalah penulis berasal dari program Diploma III Keperawatan dengan ini
meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam studi kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Menometroragia Dengan Gangguan
Kebutuhan Cairan Di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Kabupaten
Tegal”.
2. Tujuan dari studi kasus ini adalah memberikan dan menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan
dapat memberi manfaat bagi pasien untuk dapat meningkatkan pengetahuan
dan pengalaman bagi pasien khususnya tentang penyakit, penyebab, dan
penatalaksanaan penyakit menometroragia serta mengetahui cara perawatan
pasien di rumah. Studi kasus ini akan berlangsung selama 2 hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 30
menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak
perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan
atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam ke ikut sertaan anda pada studi kasus ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan yang
diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan studi kasus ini,
silahkan menghubungi penulis pada nomor HP 082219292956.

Penulis
Miranda Yulianti Siahaan
73

Lampiran 2

INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi Responden)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci telah mengerti mengenai penulisan yang akan
dilakukan oleh Miranda Yulianti Siahaan dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini secara
sukarela tanpa paksaan.

Slawi, 12 Februari 2019

Saksi Yang memberikan


pernyataan

.................................. .......................................

Penulis

Miranda Yulianti Siahaan


74

Lampiran 3

LEMBAR TERJEMAHAN ABSTRAK

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Fiqih Kartika Murti, M. Pd.

Lembaga/Perorangan : Fiqih Kartika Murti, M. Pd.

Menerangkan bahwa saya telah menterjemahkan naskah abstrak yang berjudul

asuhan keperawatan menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan di

Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal dari bahasa Indonesia ke

bahasa Inggris dengan benar berdasarkan naskah aslinya untuk kebutuhan karya

tulis ilmiah atas nama mahasiswa Miranda Yulianti Siahaan NIM A0016027.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Slawi, 22 Mei 2019

Fiqih Kartika Murti, M. Pd.


75

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI CAIRAN

Selasa, 12 Februari 2019


BB = 73 kg
Air metabolisme : 5 x 73 kg = 365 cc
IWL : 15 x 73 kg = 1.095 / 24 jam = 45,625 cc
Obat : - Kalnex = 3 x 500 mg
- Ranitidin = 2 x 50 mg
Intake Output
Waktu Makan
Produk Air
Infus & Obat Urine Pendarahan IWL
Darah metabolisme
Minum
07.00 30 cc 45,625 cc
08.00 300 cc 7 cc 45,625 cc
09.00 45,625 cc
10.00 45,625 cc
11.00 300 cc 30 cc 45,625 cc
12.00 45,625 cc
13.00 500 cc 5 cc 30 cc 45,625 cc
14.00 250 cc 250 cc 45,625 cc
15.00 45,625 cc
16.00 30 cc 45,625 cc
17.00 300 cc 45,625 cc
18.00 45,625 cc
19.00 30 cc 45,625 cc
20.00 45,625 cc
21.00 45,625 cc
22.00 500 cc 250 cc 30 cc 45,625 cc
23.00 45,625 cc
24.00 7 cc 45,625 cc
01.00 45,625 cc
02.00 45,625 cc
03.00 45,625 cc
04.00 45,625 cc
05.00 45,625 cc
1.800
06.00 365 cc 45,625 cc
cc
TOTAL 3.034 cc 3.075 cc
BALANCE CAIRAN : - 41 cc
76

Rabu, 13 Februari 2019


BB = 73 kg
Air metabolisme : 5 x 73 kg = 365 cc
IWL : 15 x 73 kg = 1.095 / 24 jam = 45,625 cc
Obat : - Kalnex = 3 x 500 mg
- Ranitidin = 2 x 50 mg
Intake Output
Makan
Waktu Produk Air
Infus & Obat Urine Pendarahan IWL
Darah metabolisme
Minum
07.00 500 cc 7 cc 30 cc 45,625 cc
08.00 250 cc 45,625 cc
09.00 300 cc 45,625 cc
10.00 45,625 cc
11.00 30 cc 45,625 cc
12.00 300 cc 45,625 cc
13.00 45,625 cc
14.00 250 cc 45,625 cc
15.00 30 cc 45,625 cc
16.00 250 cc 45,625 cc
17.00 500 cc 45,625 cc
18.00 45,625 cc
19.00 300 cc 30 cc 45,625 cc
20.00 45,625 cc
21.00 30 cc 45,625 cc
22.00 250 cc 45,625 cc
23.00 45,625 cc
24.00 7 cc 45,625 cc
01.00 45,625 cc
02.00 45,625 cc
03.00 45,625 cc
04.00 45,625 cc
05.00 45,625 cc
1.900
06.00 365 cc 45,625 cc
cc
TOTAL 3.279 cc 3.145 cc
BALANCE CAIRAN : + 134 cc

Anda mungkin juga menyukai