Anda di halaman 1dari 83

1

ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA


DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI
RUANG NUSA INDAH RSUD Dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
di STIKES Bhakti Mandala Husada Slawi

MIRANDA YULIANTI SIAHAAN


A0016027

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
2

ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA


DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI
RUANG NUSA INDAH RSUD Dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
di STIKES Bhakti Mandala Husada Slawi

MIRANDA YULIANTI SIAHAAN


A0016027

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
3

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Miranda Yulianti Siahaan NIM A0016027 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA INDAH RSUD

Dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL” telah diperiksa dan disetujui untuk

diujikan.

Slawi, 08 Mei 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Ita Nur Itsna, S. Kep., Ns., MAN Fatturokhmi, S. Kep., Ns.


NIPY. 1986.04.05.10.057 NIP. 19790608 200701 2 010

iii
4

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Miranda Yulianti Siahaan NIM A0016027 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA INDAH RSUD

Dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL” telah dipertahankan di depan dewan

penguji pada tanggal 10 Mei 2019.

Dewan Penguji

Penguji I,

Uswatun Insani, S. Kep., Ns. M.Kep


NIPY. 1981.07.02.09.046

Penguji II,

Ita Nur Itsna, MAN


NIPY. 1986.04.05.10.057

Penguji III,

Fatturokhmi, S. Kep., Ns.


NIP. 19790608 200701 2 010

iv
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas limpahan kasih dan berkat - Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA INDAH

RSUD Dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL”. Karya Tulis Ilmiah ini telah

disetujui oleh Tim Penguji Sidang STIKes Bhamada Slawi sebagai salah satu

syarat dalam menempuh ujian akhir program D III Keperawatan di STIKes Bhakti

Mandala Husada Slawi.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat

bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan baik berupa moral maupun

spiritual dari berbagai pihak, maka dengan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Risnanto, M.Kes selaku Ketua STIKes Bhamada Slawi.

2. Ibu Ita Nur Itsna, S. Kep., Ns., MAN selaku Ketua Prodi D III Keperawatan

STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi sekaligus pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta

memberi motivasi dari awal sampai selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ibu Fatturokhmi, S. Kep., Ns selaku pembimbing lahan praktek yang telah

membimbing dan memberikan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

4. Ibu Uswatun Insani, S.Kep., Ns. M. Kep selaku penguji yang telah

memberikan banyak pengarahan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

v
6

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di STIKes Bhamada Slawi yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk penulis.

6. Bapak M. Siahaan dan Ibu R. Tambunan selaku orang tua saya tercinta yang

telah memberikan kasih sayang dan motivasi serta bantuan baik secara

material maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

7. Untuk kakak dan adik tersayang, Kak Anju, Kak Oktaviani, Dek Ramos, dan

Dek Fanca yang selalu memberikan semangat dan penghiburan bagi penulis.

8. Untuk sahabat-sahabatku selama kuliah Syella Monti Apriliana, Finna

Rahmawati, Natasyha Nur Rafiko yang selalu kompak dan memberikan

bantuan serta motivasi bagi penulis.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016, khususnya kelas A yang selalu

memberikan semangat dan bantuan serta membuat suasana yang

menyenangkan bagi penulis selama kuliah.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan demi selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya akan adanya kekurangan-kekurangan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sebagai keterbatasan yang dimiliki penulis.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan tugas-tugas yang akan

datang. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Slawi, 08 Mei 2019

Penulis

vi
7

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR........................................................................ i

HALAMAN JUDUL DALAM.................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................. v

DAFTAR ISI................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................ 4

C. Tujuan Studi Kasus.............................................................. 5

D. Manfaat Studi Kasus............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Menometroragia............................. 7

1. Definisi.......................................................................... 7

2. Etiologi ......................................................................... 7

3. Patofisiologi.................................................................. 9

B. Asuhan Keperawatan Menometroragia................................ 11

1. Pengkajian .................................................................... 11

2. Diagnosa Keperawatan ................................................. 18

vii
8

3. Rencana Keperawatan................................................... 19

4. Tindakan atau Implementasi......................................... 22

5. Evaluasi........................................................................ . 22

C. Gangguan Kebutuhan Cairan............................................... 23

1. Pengertian Kebutuhan Cairan....................................... 23

2. Gangguan Kebutuhan Cairan........................................ 23

3. Pengaturan Cairan......................................................... 24

4. Edukasi Kebutuhan Cairan............................................ 26

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Jenis Penelitian dan Desain ................................................. 29

B. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ........................................... 29

C. Subjek Studi Kasus .............................................................. 30

D. Fokus Studi .......................................................................... 30

E. Definisi Operasional............................................................. 30

F. Metode Pengumpulan Data ................................................. 31

G. Analisis dan Penyajian Data ............................................... 33

H. Etika Studi Kasus................................................................. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus.................................................................. 36

1. Pengkajian....................................................................... 36

2. Diagnosa Keperawatan.................................................... 48

3. Intervensi Keperawatan................................................... 48

4. Implementasi dan Evaluasi.............................................. 49

viii
9

B. Pembahasan........................................................................... 53

1. Pengkajian........................................................................ 53

2. Diagnosa Keperawatan.................................................... 55

3. Intervensi Keperawatan................................................... 56

4. Implementasi.................................................................... 56

5. Evaluasi............................................................................ 61

C. Keterbatasan.......................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan........................................................................... 64

B. Saran..................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
10

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Hematologi Tanggal 11 Februari 2019 Jam 13.39
WIB
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 13 Februari 2019 jam 22.26
WIB
Tabel 4.3 Terapi Pada Ny. S
Tabel 4.4 Analisa Data

x
11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Untuk Mengikuti Studi Kasus


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Observasi Balance Cairan
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Bimbingan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan wanita menjadi salah satu faktor penting dalam mencapai

derajat kesehatan yang optimal yaitu dengan memperhatikan kesehatan

wanita, khususnya kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan

kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh serta tidak adanya penyakit

atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi

dan fungsi-fungsinya. Kesehatan reproduksi juga berarti bahwa orang dapat

mempunyai kehidupan sex yang memuaskan dan aman. Oleh karena itu

pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan suatu kumpulan metode teknik

dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan penyelesaian masalah

kesehatan reproduksi (Nugroho & Setiawan, 2010). Namun pada saat ini

masih banyak wanita-wanita yang mengalami gangguan reproduksi.

Menurut penelitian ginekologis terbaru melaporkan bahwa sekitar 30%

wanita premenopause mengeluhkan menstruasi yang berlebihan. World Health

Organizations (WHO) mengatakan bahwa 18 juta wanita golongan usia 30-55

tahun merasa perdarahan berlebihan dalam menstruasinya. Diagnosis

ginekologis dalam gangguan menstruasi antara lain menorrhagia, metroragia,

polimenorea, perdarahan karena disfungsi uterus (dysfunctional uterine

bleeding) dan menometroragia (Manuaba, 2009).

1
2

Menometroragia merupakan perdarahan berlebihan diluar siklus

menstruasi yang berlangsung lama/panjang, atau disebut juga perdarahan

disfungsional. Perdarahan disfungsional merupakan perdarahan rahim

abnormal tanpa penyebab organik (gangguan organ saat menstruasi)

(Manuaba, 2009). Beberapa penyebab perdarahan ini antara lain karena

kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip rahim dan mioma uteri), adanya

siklus anovulatoir (ditandai dengan siklus haid yang memanjang), dan

ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi (Safitri,

2009). Sebanyak 2/3 dari wanita yang dirawat dirumah sakit berumur diatas

40 tahun dan hanya 3% dibawah 20 tahun. Faktanya dalam praktek banyak

dijumpai perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi keadaan

ini biasanya dapat sembuh sendiri sehingga jarang memerlukan perawatan di

rumah sakit. Kurang lebih 10% perdarahan ovulator dari perdarahan

disfungsional dengan siklus pendek atau panjang (Prawirohardjo, 2007).

Dari beberapa kasus yang ada di ruang ginekologi, menometroragia

merupakan kasus yang jarang terjadi. Meskipun demikian, bukan berarti

menometroragia tidak berpengaruh terhadap meningkatnya angka mortalitas

dan morbiditas karena menometroragia berhubungan dengan salah satu faktor

penyebab gangguan dalam organ reproduksi wanita. Di Indonesia kejadian

menometroragia bisa menimpa sekitar 20% pada wanita remaja (sudah

menstruasi) dan 40% pada wanita paruh baya atau pre-menopause (menjelang

berakhirnya masa menstruasi). Di Jawa Tengah kasus menometroragia sebesar

11,7% dari kelainan menstruasi yang menimpa wanita (Depkes, 2010).


3

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis RSUD Dr. Soeselo

Kabupaten Tegal tahun 2019 angka kejadian menometroragia di rumah sakit

selama bulan Januari sampai April terdapat 14 kasus dan rata-rata dilakukan

tindakan curret.

Sekitar 90% perdarahan uterus disfungsional (perdarahan rahim) terjadi

tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi (Dodds,

2006). Gangguan menstruasi atau perdarahan abnormal menjadi masalah

menarik sehubungan dengan makin meningkatnya usia harapan hidup wanita.

Mengingat perdarahan disfungsional bisa sangat membahayakan bagi nyawa

pasien, maka diperlukan penanganan dan pengobatan yang cepat dan tepat

agar tidak lebih membahayakan bagi pasien. Penanganan pada menotroragia

antara lain dengan memberikan estrogen dalam dosis tinggi atau progesteron

jika terjadi pada masa pra pubertas. Sebagai tindakan pada wanita dengan

perdarahan disfungsional terus menerus yaitu curettase atau bahkan

histerektomi (pengangkatan kandungan atau uterus) (Manuaba, 2009).

Kurangnya pasokan darah umumnya dipicu oleh perdarahan, yang salah

satu penyebabnya adalah menstruasi dengan pendarahan yang berlebihan.

Menstruasi yang lama dan berlebihan dapat menyebabkan kadar zat besi

menjadi rendah dan kurangnya zat besi ini membuat pasokan sel darah merah

menurun. Bila jumlah darah yang hilang lebih banyak daripada kemampuan

tubuh untuk menggantinya dengan yang baru maka dapat terkena anemia.

Selain itu, penurunan pasokan darah juga dapat menyebabkan tubuh

kekurangan banyak cairan (Kusmiran, 2011).


4

Penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien menometroragia

dilakukan dengan pengkajian secara komprehensif mengenai resiko terjadinya

kekurangan volume cairan. Resiko kekurangan cairan sendiri merupakan

keadaan rentan mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial,

dan/atau intraseluler yang dapat menggangu kesehatan (NANDA, 2018-2020).

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menganjurkan asupan cairan yang

adekuat serta memantau intake dan output cairan pasien selama 24 jam. Hal

ini dilakukan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah atau komplikasi

yang mungkin muncul. Pengkajian serta penanganan yang cepat dan akurat

sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang dapat memperlama

perawatan pasien di rumah sakit atau membahayakan diri pasien sendiri. Oleh

karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam perawatan menometroragia

(Patricia, 2010; Potter, 2006).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membuat

karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Menometroragia

Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan Di Ruang Nusa Indah RSUD Dr.

Soeselo Kabupaten Tegal”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan menometroragia dengan gangguan

kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
5

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan menometroragia dengan gangguan

kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD Dr. Soeselo Kabupaten

Tegal.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran pengkajian asuhan keperawatan

menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa

Indah RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.

b. Menggambarkan diagnosa asuhan keperawatan menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD Dr.

Soeselo Kabupaten Tegal.

c. Menggambarkan intervensi asuhan keperawatan menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD Dr.

Soeselo Kabupaten Tegal.

d. Menggambarkan implementasi asuhan keperawatan menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD Dr.

Soeselo Kabupaten Tegal.

e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan menometroragia dengan

gangguan kebutuhan cairan di Ruang Nusa Indah RSUD Dr. Soeselo

Kabupaten Tegal.
6

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Hasil studi kasus ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

bagi pasien dan keluarga terkait penanganan menometroragia.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi dalam

manajemen cairan secara komprehensif dan berkelanjutan khususnya pada

pasien menometroragia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat memberikan masukan yang positif sebagai

referensi tambahan dalam proses belajar mengajar tentang asuhan

keperawatan pada pasien menometroragia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Menometroragia

1. Definisi

Menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang

berlangsung terus menerus/panjang dan dengan jumlah darah yang banyak

(Manuaba, 2009). Menometroragia merupakan perdarahan yang terjadi

dalam masa antara 2 haid. Perdarahan pada menometroragia tampak

terpisah dan dapat dibedakan dari haid. Jenis perdarahan yang pertama

dinamakan metroragia dan yang kedua menometroragia. WHO

memperkirakan bahwa hampir 60% wanita mengalami menometroragia.

Walaupun tidak terlalu signifikan mempengaruhi kehidupan wanita,

namun menometroragia cukup menganggu wanita dalam kehidupan

sehari-hari (Purwoastuti & Walyani, 2014).

2. Etiologi

Penyebab menometroragia dapat berasal dari luar uterus (gangguan

pembekuan darah, infeksi pada uterus) maupun berasal dari uterus itu

sendiri yaitu gangguan hormonal, artinya semata-mata akibat

ketidakseimbangan hormonal dalam siklus menstruasi yang mengaturnya

(Manuaba, 2009). Menurut Purwoastuti & Walyani (2014), etiologi dari

menometroragia antara lain yaitu :

7
8

a. Penyebab Organik

Merupakan perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan oleh

kelainan pada :

1) Servik uteri, seperti karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip

serviks, erosi pada portio, ulkus portio uteri, dan kanker serviks.

2) Vagina, seperti varises pecah, metostase kario, karsinoma

keganasan vagina, karsinoma vagina.

3) Rahim, seperti polip endometrium, karsinoma korpus uteri,

submukosa mioma uteri.

4) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium.

5) Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba,

tumor tuba.

b. Penyebab perdarahan disfungsional

Merupakan perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan

sebab organik. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur

antara menarche dan menopause. Perdarahan disfungsional terbagi

menjadi 3 bentuk yaitu :

1) Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction

bleeding)

Apabila sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari

endometrium tanpa ada sebab-sebab organik, maka harus

diperhatikan sebagai etiologinya, antara lain :


9

a) Korpus luteum persistens yaitu dijumpai perdarahan yang

kadang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar.

b) Insufisiensi korpus luteum, dikarenakan kurangnya produksi

progesteron yang disebabkan oleh gangguan LH releasing

factor.

c) Apopleksia uteri, wanita dengan hipertensi dapat terjadi

pecahnya pembuluh darah dalam uterus.

d) Kelainan darah, antara lain anemia, purpura trombositopenik,

dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.

2) Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunction

bleeding)

Perdarahan anovulatoir biasanya bersumber pada gangguan

endokrin. Sedangkan pada masa pubertas sesudah menarche,

perdarahan yang tidak normal bisa disebabkan oleh gangguan atau

lambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat

pembuatan releasing factor dan hormon gonadotropin yang tidak

sempurna.

3) Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.

3. Patofisiologi

Menurut Irianto (2015), menometroragia dapat terjadi pada siklus

ovulatoir, anovulatoir maupun pada keadaan folikel persisten.


10

a. Menometroragia pada pertengahan siklus (ovulatoir), disebabkan

karena rendahnya kadar estrogen sedangkan progesteron terus

terbentuk. Macam-macamnya antara lain :

1) Perdarahan pada pertengahan siklus. Biasanya hanya sedikit dan

sebentar, keadaan ini terjadi akibat rendahnya kadar estrogen.

2) Perdarahan akibat gangguan pelepasan endometrium (irreguler

sheeding). Biasanya lebih banyak dan panjang, penyebabnya

adalah korpus luteum persisten dan progesteron terus membentuk

sedangkan estrogen rendah.

3) Perdarahan bercak (spotting) pra haid dan pasca haid. Pra haid

disebabkan inefisiensi korpus luterum. Sedangkan pasca haid

disebabkan defisiensi estrogen, sehingga terjadi regenerasi

endometrium.

4) Penyebab lain adalah apopleksia uteri wanita hipertensi dan

kelainan darah seperti anemia, gangguan pembekuan darah, dan

lain-lain.

b. Menometroragia pada siklus anovulatoir. Dasar kelainannya adalah

tidak terjadinya ovulasi, tidak ada korpus luteum, progesteron dan

estrogen menurun, dan sering terjadi pada usia pubertas dan

menopause. Pada pubertas proses maturasi hipotalamus mungkin

terlambat, sehingga pembentukan RF dan GnRH tidak sempurna,

lambat laun maturasi akan tercapai dan siklus haid akan menjadi

ovulatoir. Pada premenopause proses berhentinya ovarium tidak selalu


11

berjalan lancar. Stres dapat menyebabkan perdarahan anovulatoir, tapi

biasanya tidak terganggu.

B. Asuhan Keperawatan Menometroragia Dengan Gangguan Kebutuhan

Cairan

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan secara komprehensif pada pasien di rawat inap,

dimana seluruh hal yang berhubungan dengan pasien perlu dilakukan

pengkajian secara seksama (Muttaqin, 2009). Menurut Deswani (2009),

pengkajian umum merupakan pengumpulan semua informasi mengenai

status kesehatan pasien secara sistematis dan terus-menerus, akurat dari

sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien, baik bersifat subjektif

maupun yang objektif.

a. Data Subyektif

1) Identitas pasien/klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa, alamat, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, tanggal

masuk RS, nomor register.

2) Identitas penanggungjawab : nama, umur, jenis kelamin, hubungan

dengan pasien, pekerjaan, alamat.

3) Keluhan utama : menanyakan apa keluhan yang sangat dirasakan

pasien menometroragia yang sangat menganggu.

4) Riwayat perkawinan : untuk mengetahui apakah klien sudah

berkeluarga atau belum, sudah punya anak atau belum.


12

5) Riwayat kesehatan

a) Riwayat penyakit sekarang : ditanyakan untuk mengetahui

keadaan pasien sekarang yang berhubungan dengan

penyakit/masalah pasien. Pada pasien dengan menometroragia

biasanya mengeluhkan adanya perdarahan lebih dari 7 hari

pada masa menstruasi ataupun di luar siklus menstruasi, jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak

serta berulang. Tanyakan juga bagaimana mulainya perdarahan,

apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh

oligomenorea/amenore, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-

sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya.

b) Riwayat penyakit dahulu : tanyakan riwayat penyakit yang

pernah diderita seperti DM, penyakit jantung, hipertensi atau

komplikasi lainnya. Tanyakan juga jenis pengobatan yang

sudah dilakukan oleh pasien, pernah dirawat/dioperasi

sebelumnya.

c) Riwayat kesehatan keluarga : Untuk mengetahui adakah

keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien,

penyakit menular, menurun (seperti DM, hipertensi) dan

apakah keluarga pernah ada yang mengalami gangguan haid.

6) Riwayat reproduksi

Tanyakan riwayat kehamilan dan persalinan pasien, riwayat

menstruasi yaitu kapan atau usia berapa mengalami menarche,


13

keadaan haid, tanyakan apakah siklus haid teratur, banyaknya

darah yang keluar, apakah disertai gangguan saat haid (dismenore,

amenore, dan lain-lain).

7) Riwayat KB

Tanyakan untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang digunakan,

kapan, berapa lama penggunaan KB serta masalah/gangguan yang

dialami sejak pemakaian kontrasepsi tersebut.

8) Riwayat psikososial

Tanyakan persepsi pasien mengenai penyakitnya, tingkat

pengetahuan mengenai menometroragia yang dimiliki pasien,

mengenai konsep diri, mekanisme pemecahan masalah yang

dilakukan.

b. Pola Fungsional

1) Persepsi kesehatan dan manajemen

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit

dan mengatasi masalah kesehatan.

2) Pola nutrisi

Perlu ditanyakan utnuk mengetahui pola makan dan minum sehari-

hari pasien yang berpengaruh pada status kesehatan klien. Dalam

hal ini, keseimbangan cairan dalam tubuh pasien perlu

diperhatikan. Pengukuran intake dan output cairan merupakan

tindakan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang

masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairan yang keluar dari
14

tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output cairan

yaitu untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh pasien.

a) Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan

yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum, air dalam

makanan, air hasil oksidasi (metabolisme) dan cairan intravena.

b) Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, cairan

yang keluar dari tubuh terdiri atas urine, insensible water loss

(IWL), feses, dan muntah.

c) Tentukan keseimbangan cairan tubuh pasien dengan rumus

intake-output.

Asupan cairan yang masuk dalam tubuh berasal dari sumber

makanan dan minuman, cairan yang dibutuhkan oleh tubuh

dalam 24 jam antara 1800 – 2500 ml, air dari makanan 750 ml,

air metabolisme 5cc/kgBB/hari, cairan infus, tranfusi produk

darah dan terapi obat injeksi. Sedangkan pengeluaran (output)

didapatkan dalam bentuk urin 1200 – 1500 ml/hari (atau 1 –

2cc/kgBB/jam), pengeluaran feses 100 ml/hari, paru-paru

pengeluaran sekitar 300 ml – 500 ml/hari,

muntah/pendarahan/cairan drainage terbuka/cairan NGT

terbuka serta pengeluaran melalui kulit (IWL). Rumus IWL

untuk dewasa 10-15cc/kgBB/24 jam, anak-anak (30 – usia) x

kgBB/24 jam, sedangkan bila ada kenaikan suhu maka IWL +

200 x (suhu sekarang – 36,8ºC)/24 jam.


15

3) Pola eliminasi

Untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam pola BAB dan

BAK terutama pada penderita menometroragia.

4) Pola aktivitas dan latihan

Untuk mengetahui jenis kegiatan yang dilakukan, kegiatan

perawatan seperti berpakaian, eliminasi, mandi, makan dan minum,

serta mobilisasi.

5) Pola persepsi sensori dan daya ingat

Menggambarkan fungsi pendengaran, penglihatan, pengecapan,

dan penciuman serta daya ingat jangka pendek dan panjang.

6) Pola tidur dan istirahat

Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien pada siang dan malam

hari serta masalah yang ada waktu tidur.

7) Pola konsep diri dan persepsi diri

Menggambarkan sikap terhadap diri sendiri, persepsi kemampuan,

harga diri dan gambaran diri.

8) Pola peran dan hubungan

Untuk mengetahui hubungan dan peran pasien dengan anggota

keluarga lainnya.

9) Pola seksual dan reproduksi

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan pada saat

melakukan hubungan seksual dan gangguan reproduksi seperti

pendarahan atau penyakit reproduksi lainnya, serta untuk

mengetahui jumlah anak pasien.


16

10) Pola koping stress

Tanyakan bagaimana pasien dalam menangani stress.

11) Pola nilai moral dan kepercayaan

Menggambarkan sistem kepercayaan pasien serta nilai moral yang

dianut pasien.

c. Data Obyektif

1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : untuk mengetahui bagaimana keadaan umum

pasien, antara lain tingkat kesadaran pasien, tekanan darah,

suhu, pernafasan, nadi, berat badan serta tinggi badan.

b) Pemeriksaan fisik head to toe

(1) Kepala dan rambut : bentuk kepala, kebersihan kulit kepala,

keadaan rambut rontok atau tidak.

(2) Mata : mata kanan dan kiri simetris/tidak, lihat konjungtiva

apakah anemis/tidak, sklera ikterik/anikterik, reaksi

terhadap cahaya.

(3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, ada tidaknya

polip.

(4) Telinga : lihat kesimetrisan telinga kanan dan kiri, bersih

atau tidak.

(5) Mulut : mukosa bibir kering/tidak, mulut bersih/tidak, ada

tidaknya stomatitis, ada tidaknya pembesaran tonsil.


17

(6) Leher dan tenggorokan : apakah ada pembesaran kelenjar

tyroid atau vena jugularis, ada gangguan menelan atau

tidak.

(7) Jantung : lihat kesimetrisan, ictus cordis nampak atau tidak,

ada luka/tidak, letak terabanya ictus cordis, ada nyeri

tekan/tidak, dengar suara jantung.

(8) Paru - paru : lihat kesimetrisan, apakah pengembangan paru

kanan kiri sama/tidak, ada luka/tidak, ada nyeri tekan atau

tidak, ekspansi paru sama atau tidak, vokal fremitus sama

atau tidak, apakah suara nafas vesikuler/wheezing/ronchi.

(9) Payudara dan ketiak : kebersihan, aerola menghitam atau

tidak, bentuk payudara simetris atau tidak, apakah ada

pembesaran kelenjar susu atau tidak, puting susu klien

menonjol atau tidak, bentuk puting pecah atau tidak, apakah

ada pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau tidak.

(10) Abdomen : lihat apakah ada luka bekas operasi, apakah

ada pembesaran hepar/tidak, frekuensi bising usus, ada

nyeri tekan/tidak, teraba lunak/keras, teraba massa/tidak.

(11) Genetalia : bersih/tidak, ada varises atau tidak, adanya

perdarahan atau tidak, ada tidaknya gangguan pada

genetalia.

(12) Anus : bersih/tidak, ada hemoroid/tidak.

(13) Ektremitas : ada edema/tidak, apakah terjadi

pembengkakan ektremitas atas dan bawah.


18

d. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium, yang perlu dilakukan pemeriksaan

adalah pemeriksaan darah lengkap.

2) Pemeriksaan Pap Smear

3) USG (ultrasonografi)

4) Biopsi Endometrium

5) Foto rontgen, untuk mengetahui apakah ada hidrotorak dan

mengetahui keadaan jantung, paru dan costa.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Muhith (2015), diagnosa keperawatan merupakan penilaian

klinik mengenai respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap

masalah kesehatan atau proses kehidupan yang potensial dan aktual.

Diagnosa keperawatan sebagai dasar pemilihan intervensi dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggungjawab.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

menometroragia antara lain sebagai berikut (NANDA, 2018-2020) :

a. Resiko defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif.

b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar

suplai dan kebutuhan oksigen.

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.


19

3. Rencana Keperawatan

Rencana atau intervensi keperawatan merupakan rencana tindakan

yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang telah ditemukan/ditentukan

agar kebutuhan pasien terpenuhi.

a. Resiko defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif (perdarahan pervagina).

Tujuan : diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan.

Kriteria hasil : terjadi keseimbangan intake dan output cairan dalam 24

jam, turgor kulit baik, dan kelembaban membran mukosa.

Intervensi :

1) Monitor intake dan output cairan pasien selama 24 jam.

2) Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut

nadi adekuat).

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1000-1500 ml

sehari.

4) Berikan produk-produk darah jika diperlukan.

5) Verifikasi kesediaan (inform consent) pasien.

6) Cek kembali nama pasien, tipe darah, tipe Rh, jumlah unit dan

golongan darah dengan benar sebelum diberikan.

7) Monitor adanya reaksi dari transfusi.

8) Monitor tanda-tanda vital.

9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan/obat.


20

b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar

suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : pasien dapat toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria hasil : pasien dapat terlihat bugar dan tanda-tanda vital dalam

keadaan normal.

Intervensi :

1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai

dengan konteks usia dan perkembangan.

2) Bantu pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai

keterbatasan yang dialami.

3) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi

yang adekuat.

4) Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien.

5) Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/nyeri yang dialami

pasien selama aktivitas.

6) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien yang bisa

mempengaruhi fungsi kognitif.

7) Batasi jumlah dan gangguan pengunjung dengan tepat.

8) Tingkatkan tirah baring/pembatasan kegiatan.

9) Bantu pasien dalm aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai

kebutuhan (ambulansi, berpindah, bergerak dan perawatan diri).

10) Instruksikan pasien/orang terdekat mengenai kelelahan.


21

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

Tujuan : klien dapat melaporkan tingkat nyeri dan mengontrol nyeri.

Kriteria hasil : klien dapat melaporkan bahwa nyeri berkurang atau

bahkan hilang.

Intervensi :

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan

faktor pencetus.

2) Monitor tanda-tanda vital.

3) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan

khususnya pada klien yang tidak dapat berkomunikasi secara

efektif.

4) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.

5) Kaji faktor-faktor yang dapat menurunkan dan memperberat nyeri.

6) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa

lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyaman

akibat prosedur.

7) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap nyeri (suhu, pencahayaan, suara bising).

8) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (seperti terapi musik,

terapi bermain, terapi aktivitas, kompres panas/dingin, relaksasi,

distraksi).

9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik.


22

10) Dukung istirahat tidur yang adekuat untuk membantu penurunan

nyeri.

11) Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan

pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri

sebelumnya.

12) Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan

dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri.

4. Tindakan atau Implementasi

Menurut Asmadi (2008), implementasi atau tindakan pelaksanaan

merupakan suatu tahap dimana perawat mengaplikasikan asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan guna membantu memenuhi kebutuhan klien.

Pada tahap implementasi, kemampuan yang harus dimiliki perawat antara

lain kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan melakukan teknik

psikomotor, kemampuan menciptakan hubungan saling percaya dan

membantu, kemampuan melakukan observasi secara sistematis,

kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan

kemampuan mengevaluasi.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari suatu proses

asuhan keperawatan yaitu perbandingan yang sistematis dan sudah

terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan. Dalam melakukan evaluasi di


23

lakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya (Asmadi, 2008).

C. Gangguan Kebutuhan Cairan

1. Pengertian Kebutuhan Cairan

Tarwoto & Wartonah (2010) mengatakan bahwa cairan dan elektrolit

merupakan kebutuhan hidup kedua setelah udara. Tubuh dikatakan

seimbang apabila jumlah keseluruhan air di dalam tubuh dalam keadaan

normal dan relatif konstan. Jika seseorang kehilangan cairan dalam jumlah

yang cukup besar, maka akan terjadi kelainan yang cukup serius pada

fungsi fisiologis. Perlunya mempertahankan jumlah cairan didalam tubuh

secara konstan yaitu karena cairan mempunyai banyak peran penting

didalam tubuh. Cairan sendiri merupakan zat pelarut utama bagi tubuh,

salah satunya melarutkan zat kimia didalam tubuh. Hal ini menunjukan

bahwa kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan salah satu proses

dinamik dalam tubuh, karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan

yang tetap berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.

2. Gangguan Kebutuhan Cairan

Gangguan cairan dan elektrolit sangat umum terjadi pada pasien

yang dirawat di rumah sakit. Cairan intravena dengan jumlah yang besar

sering diperlukan untuk memperbaiki defisit cairan. Cairan dan elektrolit

di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh diatur sedemikan rupa agar
24

keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan. Gangguan besar

dalam keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dengan cepat mengubah

kardiovaskular, saraf, dan fungsi neuromuskular (Tarwoto & Wartonah,

2010).

Kekurangan volume cairan merupakan penurunan volume cairan

intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang mengacu pada

dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

Sedangkan kelebihan volume cairan adalah peningkatan asupan dan/atau

retensi cairan (NANDA, 2018-2020). Kemungkinan yang berhubungan

dengan kehilangan cairan secara berlebihan antara lain berkeringat secara

berlebihan, menurunnya intake oral, penggunaan diuretik, atau

pendarahan. Data yang ditemukan yaitu hipotensi, takikardia, pucat,

kelemahan, konsentrasi urine pekat bahkan anemia. Sedangkan

kemungkinan data yang berhubungan dengan kelebihan cairan antara lain

adanya gangguan pola nafas, cemas, edema, dispnea, ketidakseimbangan

elektrolit, distensi vena jugularis, oliguria, efusi pleura, dan penambahan

berat badan dalam waktu singkat (Tarwoto & Wartonah, 2010).

3. Pengaturan Cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan dan

pengeluaran cairan. Prinsip dasar keseimbangan cairan:

a. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan

interseluler dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali

beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.


25

b. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut

karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi

konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari

kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis

efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan

osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler

(Tarwoto & Wartonah, 2010).

Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), pengaturan keseimbangan

cairan sebagai berikut :

a. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga yaitu :

1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada

akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat

merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang

bertanggung jawab terhadap rasa haus.

2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan

osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat

mengakibatkan sensasi rasa dahaga.

b. Anti diuretik hormon (ADII)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohifofisis dari

hifofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah

peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan eksternal. Hormon ini

meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentis, dengan demikian


26

dapat menghemat air. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang

bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium.

Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium,

natrium, dan sistem angiostensin rennin serta sangat efektif dalam

mengendalikan hiperkalimia.

c. Prostaglandin

Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat yang terdapat

dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam merespon radang,

pengendalian tekanan darah, kontraksi usus, dan mobilitas

gastrointestinal.

d. Glukokortikoid

Meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik

dan terjadi retensi urin natrium. Perubahan kadar glukokortikoid

menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.

4. Edukasi Pengaturan Cairan

Kebutuhan air setiap hari dapat ditentukan dengan dua cara,

ditentukan berdasarkan umur dan berat badan. Jika berdasarkan umur

maka dari umur 0-1 tahun memerlukan air sekitar 120 ml/kg BB, 1-3

tahun memerlukan air sekitar 100 ml/kgBB, 3-6 tahun memerlukan air

sekitar 90 ml/kgBB, 7 tahun memerlukan air sekitar 70 ml/kg BB, dan

dewasa memerlukan sekitar 40-50 ml/kgBB. Sedangkan berdasarkan berat

badan mulai dari 0-10 kg kebutuhan cairannya 100 ml/kgBB, 10-20 kg

kebutuhan cairannya 100 ml ditambah dengan 50 ml/kgBB (jika diatas 10


27

kg), dan jika diatas 20kg kebutuhan cairannya sekitar 150 ml ditambah 20

ml/kgBB (jika diatas 20 kg), dan jika dewasa memerlukan cairan 40-50

ml/kgBB.

Pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi kebutuhan

cairan pada orang dewasa. Pengeluaran cairan ini dibagi menjadi empat

proses yaitu urin, IWL, keringat, dan feses. Dalam kondisi normal, output

urin sekitar 1400-1500 ml per 24 jam atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada

orang sehat kemungkinan produksi urin bervariasi dalam setiap harinya.

Bila aktivitas kelenjar keringat meningkat, maka produksi urin akan

menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam

tubuh. IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui mekanisme difusi.

Pada orang dewasa normal, kehilangan cairan tubuh melalui IWL berkisar

200-400 ml perhari. Tetapi, IWL akan meningkat jika ada proses

peningkatan suhu tubuh dan proses respirasi. Pengeluaran cairan dari

proses berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang

panas, respon ini berasal dari anterior hipothalamus, lalu impulsnya akan

ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan

saraf simpatis pada kulit. Pada pengeluaran air melalu feses, berkisar

antara 1500 ml per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di

dalam mukosa usus besar.

Untuk mengetahui imbang masukan dan keluaran cairan tubuh,

dilakukan penilaian klinis non invasif dan invansif. Untuk penilaian non

invasif dilakukan pencatatan tanda dan gejala klinis sebelum dilakukan


28

terapi cairan, selama terapi dan sampai terapi dinyatakan berhasil.

Parameter yang dinilai adalah :

1) Perubahan tingkat kesadaran (dilakukan penilaian GCS secara

berkala).

2) Perubahan tekanan darah dan denyut nadi normal.

3) Perubahan kimia darah dari pemeriksaan laboratorium.

4) Perubahan perfusi perifer.

5) Produksi urin, diusahakan produksi urin paling sedikit 0,5

ml/kgBB/jam.

Untuk penilaian invasif dilakukan pemasangan kateter vena sentral melalui

vena di lengan atas, vena subklavia, atau vena jugularis. Kanulasi ini

disamping untuk mengukur tekanan vena sentral juga digunakan untuk

jalur infus jangka panjang dan nutrisi parenteral. Apabila dilakukan

kanulasi vena sentral, bisa digunakan sebagai penuntun dalam program

terapi cairan, terutama pada pasien kritis yang memerlukan terapi cairan.

Pilihan cairan yang biasa digunakan adalah cairan jenis kristaloid seperti

RL atau NaCL (Tarwoto & Wartonah, 2010).


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Penelitian Dan Desain

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode studi

kasus dengan desain penelitian deskriptif. Metode studi kasus merupakan

salah satu jenis pelatihan yang meneliti permasalahan melalui suatu kasus

yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal yang menjadi studi kasus dianalisis

secara mendalam yang mencakup berbagai askep yang cukup luas. Studi kasus

merupakan metode penelitian yang fokus menggunakan desain penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu desain yang dilakukan

untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif

dan memusatkan perhatian pada objek tertentu di dalam suatu populasi

tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian studi kasus ini penulis membahas tentang gambaran

gangguan kebutuhan cairan pada pasien menometroragia.

B. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Penulis akan melakukan kelolaan kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Soeselo Kabupaten Tegal di Ruang Nusa Indah yang pelaksanaannya akan

dilakukan pada bulan Februari 2019 pada pasien menometroragia dengan

gangguan kebutuhan cairan.

29
30

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus merupakan suatu subjek yang dituju untuk diteliti oleh

atau subyek yang menjadi pusat penelitian (Arikunto, 2010). Subjek studi

kasus dalam penulisan karya tulis ini adalah pasien menometroragia.

Kriteria inklusi dan eksklusi yang penulis tetapkan dalam pengambilan subjek

studi kasus adalah :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan.

b. Pasien berusia diatas 40 tahun.

c. Pasien menometroragia yang mendapat perawatan di rumah sakit.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang menolak menjadi responden.

b. Pasien menometroragia dengan pendarahan <7 hari.

D. Fokus Studi Kasus

Asuhan keperawatan menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan.

E. Definisi Operasional Studi Kasus

Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi dengan interval yang

tidak teratur dan jumlah perdarahan terus menerus/panjang dan banyak.

Menometroragia bisa terjadi pada siklus haid atau diluar masa siklus haid.

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis. Kebutuhan cairan memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh


31

dengan hampir 90% dari total berat badan. Kekurangan volume cairan terjadi

ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang

proporsional, kondisi ini disebut juga hipovolemia. Secara umum, kekurangan

volume cairan disebabkan oleh beberapa hal antara lain kehilangan cairan

abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan

cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk

mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler

istirahat).

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Menurut Riwidikdo (2012), data primer merupakan data yang diambil

langsung dari subjek atau objek penelitian oleh individu ataupun

organisasi. Meliputi :

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak pada suatu gejala atau

gejala-gejala dari obyek penelitian (Sugiyono, 2010). Penulis akan

melakukan observasi pada pasien menometroragia dengan gangguan

kebutuhan cairan.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika penulis

mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden


32

atau bercakap-cakap muka dengan orang tersebut (Sugiyono, 2010).

Dalam wawancara, akan dilakukan dengan pasien dan keluarga.

c. Pemeriksaan Fisik

Menurut Nursalam (2011), pemeriksaan fisik digunakan untuk

mengetahui keadaan umum fisik klien secara sistematis dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam kasus ini, penulis akan

mengaplikasikannya pada pasien menometroragia.

2. Data Sekunder

Menurut Riwidikdo (2012), data sekunder merupakan data yang didapat

secara langsung dari penelitian. Data sekunder yang penulis gunakan

adalah :

a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu bahan tertulis yang dipersiapkan

karena adanya permintaan dari penyidik (Notoatmodjo, 2010).

Instrumen merupakan alat yang digunakan oleh penulis untuk

mengumpulkan data sehingga data lebih mudah diolah (Arikunto,

2010). Meliputi :

1) Format asuhan keperawatan maternitas

Aspek yang dinilai meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi

keperawatan dan catatan asuhan keperawatan.

2) Rekam Medis
33

Rekam medis merupakan kumpulan berkas yang berisi catatan dan

dokumen tentang klien, pemeriksaan, pengobatan dan pelayanan

lain yang sudah diberikan kepada klien (Hidayat, 2008).

b. Studi Kepustakaan

Menurut Notoatmodjo (2010), studi kepustakaan dengan bahan

pustaka untuk menunjukkan latar belakang teoritis dari suatu kasus.

Studi kepustakaan yang digunakan penulis yaitu dari buku-buku dan

jurnal.

G. Analisis dan Penyajian Data

1. Analisis Data

Pada saat penulis melakukan pengkajian biasanya didapatkan data

subjektif yaitu pasien merasa pusing dan badannya lemah serta didapat

data objektif klien terlihat lemas dan pucat, yang demikian dapat

dirumuskan diagnosa gangguan kebutuhan resiko kekurangan volume

cairan. Penulis akan memberikan tindakan untuk mengatasi kekurangan

volume cairan yaitu dengan pemberian cairan dan memonitor input output

cairan serta dilakukan evaluasi terhadap tindakan.

2. Penyajian Data

Dalam penulisan studi kasus ini penyajian data disajikan secara narasi dan

dapat disertai dengan cuplikan verbal dari subjek studi kasus sesuai

dengan kebutuhan dasar manusia dan dengan kasus menometroragia

dengan gangguan kebutuhan cairan.


34

H. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis

menekankan etika yang meliputi :

1. Hak untuk Self Determination

Klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat keputusan secara sadar

dan dipahami dengan baik. Subyek penelitian berhak memilih untuk ikut

serta dalam penelitian atau tidak, tidak boleh memaksa atau membujuk

terlalu berlebihan (inform consent) (Hidayat, 2008).

2. Hak terhadap privacy and dignity

Klien memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan

apa yang akan dilakukan terhadap mereka. Dalam aplikasinya, penulis

tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas klien untuk

menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek (Hidayat, 2008).

3. Hak anonimity dan confidentially

Menurut Hidayat (2008), masalah dalam etika keperawatan adalah

masalah yang memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian

dengan cara tidak mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan

kode pada hasil penelitian yang akan disajikan. Untuk menjaga

kerahasiaan penulis tidak mencantumkan nama lengkap, namun cukup

inisial saja.
35

4. Hak untuk mendapatkan penanganan yang adil

Klien berhak untuk mendapat perlakuan yang adil, harus diperlakukan

dengan adil tanpa adanya diskriminasi. Dan klien juga berhak mendapat

hak untuk dijaga kerahasiaannya.

5. Hak terhadap perlindungan dari ketidaknyamanan atau kerugian

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subyek dan penulis harus berhati-hati mempertimbangkan resiko dan yang

akan terjadi kepada subyek penelitian.

6. Prinsip Benefience dan Mal-efficence

Dilakukan untuk meyakinkan klien bahwa studi kasus ini bebas dari

bahaya, tidak bersifat memaksa melainkan sukarela, manfaat yang

dirasakan oleh klien maupun oleh penulis, tidak menimbulkan resiko serta

penulis menjamin bahwa studi kasus ini tidak menimbulkan bahaya pada

klien dan klien terlindungi dari setiap resiko (Notoatmodjo, 2010).


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas

Pengkajian dilakukan oleh penulis pada hari Selasa, 12 Februari

2019 pukul 07.00 WIB di Ruang Nusa Indah RSUD Dr. Soeselo

Kabupaten Tegal. Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan identitas

pasien dengan nama Ny. S berumur 52 tahun, berjenis kelamin

perempuan, beragama Islam, alamatnya di Kalisapu RT 01/RW 02,

status perkawinan pasien sudah menikah, berpendidikan terakhir SD,

dan bekerja sebagai pegawai pabrik teh. Ny. S masuk rumah sakit pada

hari Senin, 11 Februari 2019 dengan diagnosa medis menometroragia

dan bernomor register 581439. Identitas penanggung jawab Ny. S

adalah Tn. S, alamatnya di Kalisapu RT 01/RW 02, bekerja sebagai

buruh, dan berpendidikan terakhir SLTA. Hubungan Tn. S dengan

pasien merupakan suami yang bertanggung jawab atas Ny. S di rumah

sakit. Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit karena mengeluh

menstruasinya mengeluarkan banyak darah selama ± 13 hari.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Pasien mengatakan mengeluarkan banyak darah pervagina dan

merasa badannya sangat lemas dan pusing.

36
37

2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan pada tanggal 27 januari 2019 pasien

terkena haid. Pada saat haid, pasien mengatakan keluar darah yang

sangat banyak dan bergumpal-gumpal dari vaginanya dan terus

menerus keluar sampai tanggal 10 Februari 2019 (± 13 hari) hingga

pasien merasa badannya sangat lemas. Lalu pada tanggal 11

Februari 2019 pasien memeriksakan diri ke dokter kandungan dan

dilakukan pemeriksaan USG. Dari hasil USG pasien mengatakan

ada benjolan di perut kuadran bawah sebelah kiri dan dokter

menyarankan harus dicurret. Dari klinik dokter kandungan pasien

mengatakan dirujuk ke RSUD Dr. Soeselo Slawi, dan pada jam

17.00 WIB pasien dirawat di Ruang Nusa Indah. Saat dikaji pasien

mengatakan merasa pusing dan badannya lemas serta masih

mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya. Didapati hasil

pemeriksaan TTV : TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit, RR =

21 x/menit, suhu = 37°C dan Hb = 7,5 g/dl.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan sudah mengalami keluhan ini selama 4

bulan yang lalu, namun ini pertama kalinya pasien dirawat di

rumah sakit. Pasien mengatakan pernah periksa 4 bulan yang lalu

di RS Adella namun dinyatakan tidak ada kelainan/penyakit.

Selama 4 bulan yang lalu pasien hanya meminum jamu-jamuan

untuk menghentikan pendarahannya.


38

4) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami

riwayat penyakit yang serupa dengan pasien. Pasien juga

mengatakan tidak ada penyakit keturunan maupun menular.

5) Riwayat kesehatan reproduksi

a) Riwayat melahirkan sebelumnya

Pasien mengatakan belum pernah hamil maupun melahirkan.

b) Riwayat menstruasi

(1) Menarche : 17 tahun.

(2) Siklus menstruasi : Lama 7 hari dengan siklus 28 hari dan

teratur.

(3) Gangguan pada haid : Pasien mengatakan sudah selama 4

bulan keluar darah bergumpal-gumpal lewat vaginanya dan

kadang terasa nyeri.

c) Riwayat KB

Pasien mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi jenis

apapun.

c. Pola Fungsional

1) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

Pasien mengatakan jika sakit atau pusingnya kambuh pasien hanya

akan membeli obat di warung. Jika sakitnya parah pasien

mengatakan akan periksa ke dokter umum di dekat rumahnya.


39

2) Pola nutrisi

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan makan 3x sehari dan habis (nasi, sayur,

lauk pauk) dan minum air putih 8 – 10 gelas sehari (± 2 liter).

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit makan 3x sehari (nasi, sayur,

lauk, buah) dan jarang habis. Minum air putih ± 3 - 5 gelas

sehari dan kadang minum teh manis 1 gelas.

3) Pola eliminasi

a) BAB

(1) Sebelum sakit : 1 - 2 x/sehari, konsistensi lunak, warna

kuning kecoklatan, tidak ada keluhan dalam BAB.

(2) Selama sakit : Pasien mengatakan belum BAB selama

dirawat di RS.

b) BAK

(1) Sebelum sakit : 5 – 6x /sehari, warna kuning jernih, bau

amoniak, tidak ada keluhan dalam berkemih.

(2) Selama sakit : selama sakit pasien terpasang kateter,

volume (saat dikaji) ± 300 cc, warna urine kuning

keemasan, bau amoniak.

4) Pola aktivitas dan latihan

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu melakukan

aktifitasnya secara mandiri dan pasien bekerja sebagai pegawai


40

swasta di suatu pabrik, waktu bekerja dari jam 9 pagi sampai

jam 5 sore.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit pasien hanya menghabiskan

waktunya untuk berbaring di tempat tidur.

5) Pola kognitif dan persepsi sensori

Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang sedang

dialaminya. Pasien hanya mengetahui bahwa dirinya mengeluarkan

darah banyak selama 4 bulan. Saat dikaji, pasien mampu menjawab

pertanyaan dengan baik serta daya ingat jangka pendek dan

panjang pasien cukup baik. Fungsi penglihatan normal (tidak

memakai kacamata), fungsi penciuman, pendengaran, pengecapan

dan perabaan normal, tidak ada gangguan.

6) Pola tidur dan istirahat

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan jarang tidur pada siang hari karena harus

bekerja kecuali pada hari libur. Pada malam hari pasien

biasanya mulai tidur mulai jam 20.00  04.00 WIB (± 8 Jam).

Tidak ada gangguan pola tidur dan tidak ada kebiasaan

sebelum tidur.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit tidur ± 5  7 Jam dan tidak

bisa tidur siang karena suasana yang berisik.


41

7) Pola konsep dan persepsi diri

a) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang

sehingga dapat berkumpul dengan keluarga serta bisa bekerja

kembali seperti biasa.

b) Gambaran diri : pasien mengatakan memandang dirinya

sebagai orang yang sakit dan wanita yang tidak pernah

melahirkan.

c) Harga diri : pasien mengatakan sudah tidak malu dengan

keadaannya saat ini kerena pasien sudah menerima keadaannya

saat ini karena sudah merupakan kehendak tuhan.

d) Peran diri : selama dirawat di rumah sakit pasien tidak dapat

menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga.

e) Identitas diri : pasien mengatakan dirinya seorang perempuan

berusia 52 tahun.

8) Pola peranan dan hubungan

Pasien mampu berkomunikasi dan berhubungan baik dengan orang

lain di sekitarnya (keluarga, tetangga, tim kesehatan) dan pasien

juga kooperatif terhadap tindakan yang diberikan petugas

kesehatan.

9) Pola seksual dan reproduksi

Pasien mengatakan sudah tidak pernah melakukan hubungan suami

istri lagi karena kondisi pasien. Pasien sudah menikah 2 kali dan

tidak pernah hamil/melahirkan sama sekali. Saat ini pasien

memiliki 4 anak tiri laki-laki dari suami yang ke  2.


42

10) Pola koping stress

Pasien mengatakan jika merasa stress pasien sholat dan

memanfaatkan waktu untuk bersantai / menonton TV. Setiap kali

ada masalah pasien membicarakan dan meminta bantuan ke suami

dan anak-anaknya.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Pasien beragama islam. Pasien mengatakan selama sakit tidak

melakukan ibadah karena kondisi fisiknya yang lemah. Pasien

hanya berdoa kepada tuhan agar segera diberi kesembuhan.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

a) Kesadaran : composmentis.

b) TTV : TD = 110/70 mmhg

RR = 21 x/menit

HR = 88 x/menit

Suhu = 37°C

2) Pemeriksaan Head to toe

a) Kepala dan rambut

Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada luka

atau cedera kepala, rambut sedikit rontok, rambut beruban.

b) Mata

Mata kanan kiri simetris, reaksi terhadap cahaya baik,

konjungtiva anemis, sklera anikterik.


43

c) Hidung

Lubang hidung kanan kiri simetris, bersih, tidak ada polip.

d) Telinga

Telinga kanan kiri simetris, bersih, tidak ada serumen.

e) Mulut

Mukosa bibir kering, bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada

pembesaran tonsil.

f) Leher dan tenggorokan

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembekakan

vena jugularis, tidak ada gangguan dalam menelan.

g) Dada (Jantung dan Paru-paru)

(1) Jantung

Dada simetris, ictus cordis tidak nampak, tidak ada luka

dan benjolan. Saat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan dan ictus

cordis teraba di ICS 5. Bunyi pekak saat diperkusi dan

bunyi jantung lup dup (S1 & S2), tidak ada bunyi tambahan

(S3) saat diauskultasi.

(2) Paru-paru

Paru kanan kiri simetris, pengembangan paru kanan kiri

sama, tidak ada luka dan benjolan, serta tidak ada luka

atelectasis. Pada saat dipalpasi, ekspansi paru kanan kiri

dan vocal fremitus sama serta tidak ada nyeri tekan. Bunyi

sonor saat diperkusi dan suara paru vesikuler, tidak ada

bunyi wheezing/mengi/ronkhi, RR = 20 x/menit.


44

h) Payudara dan ketiak

Bersih, aerola menghitam, bentuk payudara kanan kiri simetris,

puting susu menonjol, tidak ada pembesaran kelenjar susu,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe di ketiak.

i) Abdomen

Saat diinspeksi tidak ada luka bekas operasi dan tidak ada

pembesaran hepar. Bising usus 11 x/menit, saat dipalpasi ada

nyeri tekan pada kuadran bawah perut sebelah kiri dan teraba

keras serta hipertimpani saat diperkusi.

j) Genetalia

Tidak ada varises, terpasang kateter volume (saat dikaji) ± 300

cc, ada pendarahan pervagina dengan volume 1 pembalut

penuh ± 30 cc, darah merah bergumpal.

k) Anus

Normal, tidak ada hemoroid.

l) Integumen

Warna kulit sawo matang, tidak ada luka, turgor kulit baik.

m) Ekstremitas

Pada ekstremitas atas yaitu di tangan kanan terpasang infus RL

20 tpm, kekuatan otot tangan baik (5¿5), akral hangat, tidak ada

edema. Sedangkan pada ekstremitas bawah ditemukan otot kaki

pasien lemah, pasien dibantu keluarga jika berjalan, dan tidak

ada edema.
45

e. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Hematologi Tanggal 11 Februari

2019 Jam 13.39 WIB

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Leukosit 8.2 10^3 / uL 3.6 – 11.0
Eritrosit L 3.5 10^6 / uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin L 7.5 9 / dL 11.7 – 15.5
Hematokrit L 25 35 – 47
MCV L 71 fL 80 – 100
MCH L 21 P9 26 – 34
MCHC L 30 9 / dL 32 – 36
Trombosit 362 10^3 / uL 150 – 400
DIFF COUNT
Eosinofil 2.30 2.00 – 4.00
Basofil 0.59 0–1
Netrofil 69.00 50 – 70
Limfosit L 20.60 25 – 40
Monosit 7.60 2–8
MPV 10.3 fL 7.2 – 11.1
RDW – SD 39.2 fL 35.1 – 43.9
RDW – CV H 15.7 11.5 – 14.5
Golongan darah O
Rhesus Faktor Positive

Sumber : Rekam medis RSUD Dr. Soeselo Slawi


46

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Hematologi Tanggal 13 Februari

2019 Jam 22.26 WIB

SATUA
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
N

HEMATOLOGI
Paket Darah Rutin
Leukosit H 12.2 10^3 / uL 3.6 – 11.0
Eritrosit 4.3 10^6 / uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin L 10.0 9 / dL 11.7 – 15.5
Hematokrit L 32 35 – 47
Trombosit 394 10^3 / uL 150 – 400
APTT TEST 31.5 Detik 25.5 – 42.1
PT TEST L 9.2 Detik 9.3 – 11.4

Sumber : Rekam medis RSUD Dr. Soeselo Slawi

f. Terapi

Tabel 4.3 Terapi Pada Ny. S

Jenis Pemberian Indikasi Kontraindikasi

Kalnex 3 × 500mg Untuk membantu Memiliki hipersensitif,


Melalui IV menghentikan pendarahan terhadap asam
pada sejumlah kondisi, traneksamat, penderita
misal mimisan, cedera, pendarahan di otak,
pendarahan akibat penderita di riwayat
menstruasi berlebihan & tromboembolik,
pendarahan pada penderita memiliki masalah
angio-edema turunan. pembuluh darah,
penderita hematuria.
Ranitidine 2 × 50 mg Untuk penderita sakit hipersensitivitas
Melalui IV maag, pengobatan radang terhadap ranitidine atau
saluran pencernaan, komponen produk
mengatasi & mencegah lainnya.
rasa panas perut (Heart
Burn)
Infus Untuk mengganti cairan Hiperhidrasi,
NaCL tubuh yang hilang karena hipernatremiam,
beberapa faktor, pengatur hipokalemia, hipertensi,
keseimbangan cairan kondisi asidosis.
tubuh, mengatur kerja &
47

fungsi otot jantung.


Infus RL 20 tpm Digunakan sebagai sumber Hipernatremia, kelainan
elektrolit dan air untuk ginjal, kerusakan sel
hidrasi. hati, asidosis laktat.
Tranfusi 2 Kolf Kehilangan darah akut, Hipersensitivitas
darah PRC anemia berat, syok septik, terhadap produk
(Packed memberikan plasma & komponen darah yang
Red Cell) trombosit, transfusi tukar diberikan.
@250 ml pada neonatus dengan
Golongan ikterus berat.
darah O

Sumber : Rekam medis RSUD Dr. Soeselo Slawi

Tabel 4.4 Analisa data

No. Hari/Tgl/Jam Data Problem Etiologi

1. Selasa, DS : Resiko Kehilangan


12 Februari - Pasien mengatakan keluar Defisien cairan aktif
2019 darah banyak dan Volume (Pendarahan
08.00 bergumpal dari vaginanya cairan per vagina)
selama ± 4 bulan. (Domain 2
- Pasien mengatakan Kelas 5
merasa pusing dan Kode
badannya sangat lemas. 00028)
- Pasien mengatakan
minum air putih 5 gelas
dan makan 3 kali, jarang
habis (± 1.500 cc)
- Pasien mengatakan hari
ini sudah ganti pembalut 6
kali dengan konsistensi
pembalut penuh ± 180 cc.
DO :
- Pasien tampak lemas dan
pucat, Konjungtiva
anemis.
- Turgor kulit terlihat baik.
- Mukosa bibir kering.
- TD = 110/70 mmhg
Suhu = 37°C
48

Nadi = 88× /menit


RR = 21× /menit
Hb = 7,5 g/dl
BB = 73 kg

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. S adalah resiko

defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan per vagina).

3. Intervensi Keperawatan

Setelah melakukan perumusan diagnosa keperawatan dari hasil analisa

data pada tanggal 12 Februari 2019 jam 08.00 WIB yang muncul yaitu

resiko defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(pendarahan per vagina), tujuan yang ingin dicapai penulis adalah

keseimbangan cairan (0601). Penulis berharap, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan tidak terjadi kekurangan

volume cairan dengan kriteria hasil tekanan darah normal, keseimbangan

intake dan output dalam 24 jam, turgor kulit baik, kelembaban membran

mukosa.

Intervensi keperawatan yang telah disusun oleh penulis terdiri dalam

dua sub. Intervensi manajemen cairan meliputi : monitor intake dan output

cairan pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi (misalnya membran

mukosa lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan pasien untuk

meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Sedangkan

intervensi pemberian produk – produk darah meliputi : berikan produk-


49

produk darah; verifikasi kesediaan (informed consent) pasien; cek kembali

nama pasien, tipe darah, tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan

benar sebelum diberikan; monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV;

serta kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi cairan/obat.

4. Implementasi dan Evaluasi

a. Implementasi dan evaluasi hari pertama tanggal 12 Februari 2019

Pada jam 08.30 WIB, penulis memasukkan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml dengan data subjektifnya

pasien mengatakan terimakasih, data objektif Kalnex 500 mg/5 ml dan

Ranitidine 50 mg/2 ml masuk dan tidak ada tanda-tanda alergi. Pada

pukul 08.40 WIB penulis melakukan tindakan memantau status hidrasi

dengan data subjektifnya pasien mengatakan pendarahannya belum

berhenti, data objektifnya mukosa bibir pasien kering, nadi 88 x/menit.

Pada pukul 08.50 WIB penulis melakukan tindakan yaitu mengajurkan

pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari

dengan data subjektifnya pasien mengatakan hanya minum air putih ±

5 gelas sehari, data objektifnya pasien terlihat kooperatif. Penulis

melakukan tindakan mengukur tanda-tanda vital pada pukul 09.00

WIB dengan data objektifnya TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit,

RR = 21 x/menit, suhu = 37 ºC. Pada pukul 12.00 WIB perawat

meminta pasien untuk menandatangani informed consent kesediaan

tranfusi dengan data subjektifnya pasien mengatakan bersedia untuk

ditranfusi, data objektif pasien menandatangani informed consent.


50

Pada pukul 14.00 WIB penulis melakukan tindakan mengecek

kecocokan produk darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh,

jumlah unit dan golongan darah dengan data objektifnya produk darah

cocok dengan identitas dan golongan darah pasien. Pada pukul 14.05

WIB penulis melakukan tindakan memberikan transfusi darah PRC

pertama 250 cc golongan darah O melalui IV dengan data objektifnya

darah PRC masuk kolf pertama 20 tpm. Pada pukul 14.10 WIB penulis

melakukan tindakan memantau adanya reaksi transfusi (kemerahan,

rasa panas, syok, dll) dengan data subjektifnya pasien mengatakan

tidak merasa gatal/panas pada tubuhnya, data objektif tidak ada tanda-

tanda alergi pada pasien. Pada pukul 15.00 WIB penulis menghitung

intake dan output cairan pasien (balance cairan) dengan data

subjektifnya pasien mengatakan mengeluarkan banyak darah lewat

vaginanya, sudah ganti pembalut 6 kali (dalam sehari) dengan volume

± 180 cc, makan dan minum ± 1.500 cc, data objektifnya intake : infus

1.000 cc, PRC kolf pertama 250 cc, makan & minum 1.500 cc, obat

injeksi 19 cc, air metabolisme 365 cc, output : urine (24 jam) 1.500 cc,

pendarahan 180 cc, IWL 1.095 cc, hasil balance cairan 3.134 cc –

2.775 cc = +359 cc.

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada hari

pertama tanggal 12 Februari 2019 pukul 18.30 WIB catatan

perkembangan pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih

mengeluarkan darah banyak lewat vaginanya; pasien juga mengatakan


51

masih pusing dan badannya lemas. Data objektifnya mukosa bibir

pasien kering, turgor kulit baik, TD = 120/80 mmhg, nadi = 86

x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 7,5 g/dl; balance cairan

+359 cc. Hasil dari assesmentnya masalah teratasi sebagian. Rencana

tindak lanjutnya yaitu pertahankan intervensi antara lain monitor

intake dan output cairan pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi

(misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan

pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari;

berikan produk-produk darah; cek kembali nama pasien, tipe darah,

tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum

diberikan; monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan/obat.

b. Implementasi dan evaluasi hari kedua tanggal 13 Februari 2019

Pada pukul 07.00 WIB, penulis memasukkan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml dengan data subjektifnya

pasien mengatakan terimakasih, data objektif Kalnex 500 mg/5 ml dan

Ranitidine 50 mg/2 ml masuk serta tidak ada tanda-tanda alergi. Pada

pukul 07.10 WIB penulis melakukan tindakan memantau status hidrasi

dengan data objektifnya mukosa bibir pasien sedikit lembab, nadi 86

x/menit, akral hangat, turgor kulit baik. Pada pukul 07.15 WIB penulis

melakukan tindakan mengajurkan pasien untuk meningkatkan asupan

cairan 1.000 – 1.500 ml sehari dengan data subjektifnya pasien

mengatakan hari ini minum air putih ± 6 gelas, data objektifnya pasien
52

kooperatif. Pada pukul 07.20 WIB penulis melakukan tindakan

mengukur tanda-tanda vital dengan data objektifnya TD = 110/80

mmhg, nadi = 86 x/menit, RR = 21 x/menit, suhu = 37,1 ºC.

Pada pukul 08.00 WIB penulis melakukan tindakan mengecek

kecocokan produk darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh,

jumlah unit dan golongan darah dengan data objektifnya produk darah

cocok dengan identitas dan golongan darah pasien. Pada pukul 08.05

WIB penulis melakukan tindakan memberikan transfusi darah PRC

kedua 250 cc golongan darah O melalui IV dengan data objektifnya

darah PRC masuk kolf kedua 20 tpm. Pada pukul 08.10 WIB penulis

memantau adanya reaksi transfusi (kemerahan, rasa panas, syok, dll)

dengan data subjektifnya pasien mengatakan tidak merasa gatal/panas

pada tubuhnya, data objektif tidak ada tanda-tanda alergi pada pasien.

Pada pukul 14.00 WIB penulis menghitung intake dan output cairan

pasien (balance cairan) dengan data subjektifnya pasien mengatakan

masih mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya namun berkurang

dari hari kemaren, sudah ganti pembalut 5 kali (dalam sehari) dengan

volume ± 150 cc, makan dan minum ± 1.800 cc, data objektifnya

intake : infus 1.000 cc, PRC kolf kedua 250 cc, makan & minum 1.800

cc, obat injeksi 14 cc, air metabolisme 365 cc, output : urine (24 jam)

1.900 cc, pendarahan 150 cc, IWL 1.095 cc, hasil balance cairan 3.429

cc – 3.145 cc = +284 cc.


53

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada hari kedua

tanggal 13 Februari 2019 pukul 19.00 WIB catatan perkembangan

pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih mengeluarkan

darah lewat vaginanya namun sedikit berkurang, pasien juga

mengatakan pusingnya berkurang dan masih lemas. Data objektifnya

mukosa bibir pasien lembab, turgor kulit baik, akral hangat, TD =

120/70 mmhg, nadi = 85 x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb

= 10,0 g/dl; balance cairan +284 cc. Hasil dari assesmentnya masalah

teratasi. Planning akhir untuk pasien adalah pada hari Kamis, 14

Februari 2019 jam 00.00 WIB pasien puasa dan akan dilakukan curret

diagnostik.

B. Pembahasan

Dalam pembahasan penulis membahas tentang studi kasus dan

mengemukakan kesenjangan yang ditemukan antara teori yang ada dengan

kasus selama pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan

menometroragia masalah gangguan kebutuhan cairan selama 2 hari yang

dilakukan pada tanggal 12 – 13 Februari 2019 di RSUD Dr. Soeselo

Kabupaten Tegal. Penulis akan membahas pelaksanaan asuhan keperawatan

dengan memperlihatkan aspek-aspek tahapan keperawatan dimulai dari tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan

serta evaluasi.

1. Pengkajian
54

Pengkajian adalah tahap awal yang penulis lakukan dalam aspek

keperawatan. Pengkajian yang dilakukan penulis sesuai dengan format

asuhan dan pola fungsional yang sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan pengkajian, penulis mendapati data yaitu pasien mengatakan

menstruasinya mengeluarkan banyak darah dan bergumpal selama ± 13

hari, konjungtiva anemis, Hb = 7,5 g/dl serta pada bagian kuadran bawah

perut sebelah kiri teraba keras. Hal ini sesuai dengan penjelasan oleh

Manuaba (2009) yaitu pada pasien dengan menometroragia biasanya

mengeluhkan adanya perdarahan lebih dari 7 hari pada masa menstruasi

ataupun di luar siklus menstruasi, jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit

dan terus menerus atau banyak serta berulang yang dapat menyebabkan

penderitanya anemis. Menurut Marmi (2014), tanda dan gejala pada pasien

menometroragia antara lain sering mengganti pembalut atau tampon,

pendarahan lebih dari 8 hari, pendarahan di luar siklus menstruasi, adanya

gumpalan darah, mengalami sakit punggung dan perut selama menstruasi,

merasa lelah, lemah, atau sesak napas, yang mungkin merupakan tanda

bahwa perdarahan yang berlebihan telah mengurangi jumlah zat besi

dalam darah yang menyebabkan anemia.

Pengkajian keperawatan dilakukan mulai dari biodata, keluhan utama,

riwayat penyakit, pola fungsional, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium, didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang dan terapi

yang diberikan (Nursalam, 2008). Masalah yang terjadi pada pasien

menometroragia salah satunya adalah gangguan kebutuhan cairan yang


55

disebabkan oleh pendarahan yang berlebihan. Pengkajian yang dilakukan

pada Ny. S ditemukan pasien mengalami resiko kekurangan volume cairan

dengan batasan karakteristiknya adalah penurunan tekanan darah,

peningkatan frekuensi nadi, peningkatan suhu tubuh, perubahan turgor

kulit, membran mukosa kering, haus, kelemahan (NANDA International,

2018-2020). Dari batasan karakteristik yang ada, pada saat pengkajian

pada Ny. S ditemukan pasien mengatakan badannya lemas, turgor kulit

baik, membran mukosa kering, TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit, RR

= 21 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 7,5 g/dl, dan balance cairan +359 cc.

Sehingga pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus

di lapangan yaitu diteori ada perubahan turgor kulit, peningkatan suhu

tubuh dan peningkatan frekuensi nadi sedangkan dikasus turgor kulit baik,

suhu serta nadi dalam batas normal.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian penulis selama 2 hari diagnosa yang didapatkan

pada asuhan keperawatan Ny. S dengan gangguan kebutuhan cairan sesuai

dengan teori, karena pada saat pengkajian ditemukan data yang

mendukung untuk menegakkan diagnosa sesuai yang ada pada teori yaitu

resiko defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan per vagina). Risiko kekurangan volume cairan merupakan

rentan terhadap penurunan, peningkatan, atau pergeseran cepat cairan

intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular lain, yang dapat

mengganggu kesehatan, mengacu pada kehilangan, peningkatan cairan

tubuh, atau keduanya. Secara teori untuk memunculkan diagnosa tersebut


56

harus terdapat salah satu batasan karakteristik diantaranya kelemahan,

penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan suhu

tubuh, perubahan turgor kulit, dan membran mukosa kering (Nanda

International, 2018-2020).

Dalam pengkajian penulis menemukan bahwa pasien terlihat lemah,

mukosa bibir kering, TD = 110/70 mmhg, nadi 88 x/menit dan hasil

balance cairan lebih dari nol yaitu +349 cc. Pada kasus ini tidak ditemukan

kesenjangan antara kasus di lapangan dan teori.

3. Intervensi Keperawatan

Penulis menggunakan buku Nursing Intervention Classification (NIC)

untuk merencanakan keperawatan yang penulis susun selama 2 x 24 jam.

Dalam perencanaan keperawatan diharapkan tidak terjadi kekurangan

volume cairan dengan kriteria hasil tekanan darah normal, keseimbangan

intake dan output cairan dalam 24 jam, turgor kulit baik, kelembaban

membran mukosa. Intervensi keperawatan yang disusun oleh penulis

sesuai dengan teori. Intervensi manajemen cairan meliputi : monitor intake

dan output cairan pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi (misalnya

membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan pasien untuk

meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Intervensi pemberian

produk – produk darah meliputi : berikan produk-produk darah; verifikasi

kesediaan (informed consent) pasien; cek kembali nama pasien, tipe darah,

tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum diberikan;

monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta kolaborasi dengan

dokter dalam memberikan terapi cairan/obat.


57

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun selama 2 x 24 jam. Penulis melakukan tindakan

keperawatan yang pertama adalah memantau status hidrasi yang bertujuan

untuk menentukan tingkat hidrasi. Penulis memantau adanya tanda – tanda

hidrasi bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien yang diakibatkan

karena kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Menurut Hendarto

(2011), tanda- tanda hidrasi seperti kelemahan, perubahan turgor kulit,

membran mukosa kering, suhu tubuh meningkat, penurunan tekanan darah

dan peningkatan frekuensi nadi. Dehidrasi atau kurangnya cairan tubuh

tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh, tetapi juga

dapat memicu kondisi yang serius, seperti syok hipovolemik. Syok

hipovolemik adalah kondisi darurat ketika jantung tidak mampu memasok

darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang yang

dapat dipicu karena terjadi dehidrasi. Kurangnya pasokan darah ini

umumnya dipicu oleh perdarahan. Perdarahan dapat terjadi akibat cedera

atau luka (perdarahan luar) dan perdarahan dalam, misalnya akibat

perdarahan reproduksi/saluran pencernaan. Darah mengandung oksigen

dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh organ dan jaringan tubuh

agar bisa berfungsi dengan baik. Bila perdarahan hebat terjadi, maka

pasokan darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang secara drastis

dan organ tidak mendapat pasokan zat-zat yang dibutuhkan dengan cukup.

Akibatnya, organ-organ dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.


58

Keadaan inilah yang disebut syok hipovolemik yang ditandai dengan

penurunan tekanan  darah. Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat,

kondisi ini dapat menyebabkan kematian. Tingkat keparahan gejala syok

hipovolemik ditentukan oleh seberapa cepat dan seberapa banyak volume

darah atau cairan berkurang dari tubuh. Pada saat dikaji didapatkan hasil

sesuai dengan teori karena pasien tampak lemah, konjungtiva anemis,

turgor kulit baik, membran mukosa bibir kering, nadi 88 x/menit.

Tindakan yang kedua adalah penulis menganjurkan pasien untuk

meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Air dinyatakan

esensial karena tubuh tidak dapat menghasilkan air untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, air harus diperoleh dari luar tubuh

dengan cara mengonsumsi air. Air dapat mengembalikan cairan tubuh

yang hilang. Pada saat dikaji tindakan tersebut sesuai dengan teori, karena

Ny. S selalu minum air putih.

Tindakan yang ketiga adalah mengukur tanda-tanda vital yang

bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. Penulis mengkaji

tanda-tanda vital pada pasien digunakan untuk mengkaji adanya dehidrasi.

Tanda-tanda vital terdiri dari tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan.

Tanda-tanda dehidrasi pada tanda-tanda vital yaitu ditandai dengan

meningkatnya suhu tubuh dan frekuensi nadi (Smeltzer & Bare, 2012).

Pada pasien dengan kasus ini tidak sesuai dengan teori, karena saat diukur

tanda-tanda vital pasien dalam batasan normal dengan hasil TD = 110/70

mmhg, RR = 21 x/menit, suhu 37 ºC dan nadi 88 x/menit.


59

Tindakan yang keempat adalah penulis meminta pasien untuk

menandatangani informed consent kesediaan tranfusi. Menurut Potter &

Perry (2010), informed consent atau persetujuan tindakan adalah

persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi

(misalnya operasi, transfusi darah, prosedur invasif). Surat persetujuan

berarti bahwa pasien telah memiliki pengetahuan yang diperlukan yaitu

sifat prosedur yang akan dilakukan, pilihan dan resiko yang berkaitan

dengan tiap pilihan. Surat ijin yang ditandatangani melindungi pasien dari

pelimpahan wewenang, melindungi tenaga medis dan rumah sakit

terhadap pengaduan tindakan yang tidak disertai wewenang atau pasien

tidak menyadari resiko yang menyertai. Pada kenyataannya tindakan

tersebut sesuai dengan teori, karena pasien dan keluarga bersedia

dilakukan transfusi dan menandatangani informed consent.

Tindakan yang kelima adalah penulis mengecek kecocokan produk

darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh, jumlah unit dan golongan

darah yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan

produk darah. Tindakan ini sesuai dengan teori karena produk darah yang

akan diberikan cocok dengan identitas dan golongan darah pasien.

Tindakan yang keenam adalah penulis memberikan transfusi darah

PRC dua kolf @250 cc golongan darah O melalui IV. Menurut Setyati

(2010), transfusi darah adalah tindakan mentransferkan komponen darah

atau darah dari satu orang (donor) ke dalam aliran darah orang lain

(penerima). Transfusi dilakukan sebagai tindakan menyelamatkan hidup


60

dengan menggantikan sel darah atau produk darah yang hilang akibat

perdarahan. Tujuan utama resusitasi pada perdarahan adalah menghentikan

sumber perdarahan dan menggembalikan volume darah intravaskuler yang

bersirkulasi, karena oksigenasi jaringan tidak akan terganggu selama

volume yang bersirkulasi terjaga walaupun kadar hemoglobin rendah.

Jumlah cairan resusitasi yang bisa diberikan kepada penderita sangat

tergantung kepada jumlah perdarahannya. Pada kenyataannya masuk PRC

dua kolf @250 cc 20 tpm kepada Ny. S.

Tindakan yang ketujuh adalah penulis memantau adanya reaksi

transfusi (kemerahan, rasa panas, syok, dll) yang bertujuan untuk

mengetahui adakah reaksi alergi terharap produk darah yang diberikan.

Tumbuhnya kesadaran penting untuk menghindari resiko reaksi transfusi,

meningkatkan  pelaporan resiko transfusi sehingga dibuat prosedur

keselamatan yang lebih baik serta langkah-langkah untuk meminimalkan

penggunaan transfusi (Zubairi, 2009). Menurut Setyati (2010), gejala atau

tanda-tanda seperti menggigil, kemerahan, rasa gatal/panas, nyeri pada

daerah infus set, dan lain-lain mungkin terjadi setelah 5-10 ml transfusi

darah yang tidak sesuai di transfusikan sehingga pasien harus diperhatikan

dengan seksama pada awal setiap unit transfusi darah. Pada hasil

pengkajian tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori, karena saat

ditransfusi tidak ditemukan tanda-tanda alergi pada Ny. S.

Tindakan kedelapan yaitu penulis menghitung intake dan output

cairan pasien (balance cairan) yang bertujuan untuk mengetahui status


61

keseimbangan cairan. Tarwoto & Wartonah (2010) mengatakan tubuh

dikatakan seimbang apabila jumlah keseluruhan air di dalam tubuh dalam

keadaan normal dan relatif konstan. Jika seseorang kehilangan cairan

dalam jumlah yang cukup besar, maka akan terjadi kelainan yang cukup

serius pada fungsi fisiologis. Perlunya mempertahankan jumlah cairan

didalam tubuh secara konstan yaitu karena cairan mempunyai banyak

peran penting didalam tubuh. Balance cairan terdiri dari intake dan output.

Intake terdiri dari infus, minum & makan, transfusi produk darah, cairan

injeksi, dan air metabolisme. Sedangkan output terdiri dari urine, feses,

cairan darah/drainase, dan IWL. Perhitungan balance cairan berfungsi

untuk mengetahui status cairan pasien. Cara perhitungan balance cairan

adalah intake cairan dikurangi output cairan. Pada kenyataan tindakan

tersebut sesuai dengan teori karena penulis menghitung balance cairan

pada Ny. S. Hasil balance cairan Ny. S pada tanggal 12 Februari 2019

adalah +349 cc, sedangkan pada tanggal 13 Februari 2019 +284 cc.

Tindakan yang kesembilan adalah memberikan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml. Pada pasien menometroragia

akan mengeluarkan darah banyak di siklus menstruasi atau diluar siklus

menstruasi. Kalnex berfungsi membantu menghentikan pendarahan pada

sejumlah kondisi, misalnya mimisan, cedera, pendarahan akibat

menstruasi berlebihan (Ikatan Apoteker Indonesia, 2014). Pada

kenyataannya tindakan tersebut tidak sesuai dengan teori karena Ny. S

mengatakan masih mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya.


62

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi pada hari pertama tanggal 12 Februari 2019 jam 18.30 WIB

respon pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih

mengeluarkan darah banyak lewat vaginanya; pasien juga mengatakan

masih pusing dan badannya lemas. Data objektifnya mukosa bibir pasien

kering, turgor kulit baik, TD = 120/80 mmhg, nadi = 86 x/menit, RR = 20

x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 7,5 g/dl; balance cairan +359 cc. Hasil dari

assesmentnya masalah teratasi sebagian dan rencana tindak lanjut yaitu

pertahankan intervensi.

Evaluasi hari kedua tanggal 13 Februari 2019 jam 19.00 WIB respon

pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih mengeluarkan

darah lewat vaginanya namun sedikit berkurang, pasien juga mengatakan

pusingnya berkurang dan lemas. Data objektifnya mukosa bibir pasien

lembab, turgor kulit baik, akral hangat, TD = 120/70 mmhg, nadi = 85

x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 10,0 g/dl dan balance cairan

+284 cc. Hasil dari assesmentnya masalah teratasi. Planning akhir adalah

pada hari Kamis, 14 Februari 2019 jam 00.00 WIB pasien puasa dan akan

dilakukan curret diagnostik.

C. Keterbatasan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis memiliki keterbatasan

dalam beberapa hal, antara lain :

1. Aspek teoritis
63

Penulis kesulitan dalam mencari literature buku atau jurnal tahun terbaru

untuk pengembangan teori dan tindakan pada pasien dengan

menometroragia karena tahun yang masih lama.

2. Aspek metodelogis

Penulis kesulitan dalam mencari kasus yang sesuai dengan kriteria inklusi

karena jarangnya kasus menometroragia di rumah sakit. Faktor yang

menghambat dalam pengelolaan kasus pada Ny. S yaitu keterbatasan

waktu. Penulis tidak sepenuhnya memantau pasien dalam 24 jam sehingga

dalam menghitung balance cairan penulis hanya mendapatkan informasi

dari keluarga pasien dan lampiran instrumen balance cairan serta hanya

mengelola diagnosa keperawatan utama yang muncul pada pasien yaitu

resiko defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan per vagina).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil dari asuhan keperawatan pada kasus pasien menometroragia dengan

gangguan kebutuhan cairan pada Ny. S selama dua hari yaitu pada tanggal 12

– 13 Februari 2019 di Ruang Nusa Indah RSUD Dr. Soeselo Slawi dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penulis melakukan pengkajian terhadap Ny. S pada tanggal 12 Februari

2019 jam 07.00 WIB. Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit

karena mengeluh menstruasinya mengeluarkan banyak darah dan

bergumpal selama ± 13 hari. Pasien mengatakan mengeluarkan banyak

darah pervagina dan merasa badannya sangat lemas dan pusing. Didapati

hasil pemeriksaan konjungtiva anemis, turgor kulit baik, membran mukosa

kering serta tanda – tanda vital : TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit,

RR = 21 x/menit, suhu = 37°C dan Hb = 7,5 g/dl.

2. Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada Ny. S adalah resiko

defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan per vagina).

3. Intervensi manajemen cairan meliputi : monitor intake dan output cairan

pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa

lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan pasien untuk meningkatkan

asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Sedangkan intervensi pemberian

produk – produk darah meliputi : berikan produk-produk darah; verifikasi

64
65

kesediaan (informed consent) pasien; cek kembali nama pasien, tipe darah,

tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum diberikan;

monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta kolaborasi dengan

dokter dalam memberikan terapi cairan/obat.

4. Dalam melakukan implementasi penulis melaksanakan sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah disusun. Pada saat melakukan tindakan

keperawatan pada pasien tidak lepas dari kerjasama dengan petugas

kesehatan yang lain yaitu perawat, bidan, dokter, kepala ruang, petugas

laboratorium, farmasi dan gizi serta adanya kerjasama yang baik antara

penulis dengan pasien dan keluarga.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari didapatkan hasil

turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tanda – tanda vital dalam

batasan normal, tidak terjadi kekurangan volume cairan dan pasien akan

dilakukan tindakan curret diagnostik.

B. Saran

1. Bagi Pasien dan keluarga

Diharapkan pasien untuk rajin kontrol sesuai advis dokter untuk memantau

penyakit yang dialami pasien serta diharapkan keterlibatan keluarga dalam

memberikan dorongan dan motivasi dalam mempercepat pemulihan

kesehatan dan permasalahan kesehatan Ny. S.


66

2. Bagi Rumah Sakit

Penulis berharap rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan kesehatannya

dan semua tenaga medis (khususnya perawat) dapat mempertahankan serta

meningkatkan tindakan dalam pelayanan kesehatan khususnya pada pasien

dengan menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar Stikes Bhamada Slawi lebih meningkatkan mutu

pendidikan di bidang ilmu kesehatan khususnya di bidang ilmu kesehatan

reproduksi wanita serta meningkatkan bimbingan agar mahasiswa mampu

berdiskusi lebih baik.

4. Bagi Penulis dan Mahasiswa lainnya

Seluruh mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep kebutuhan cairan

dan menometroragia sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan

dengan tepat sesuai respon pasien dan diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini

dapat dijadikan bahan acuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

selanjutnya.
67

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2010). Mioma Uteri.


http://www.depkes.go.id/...2013/14. ProfilKes.Prov.JawaTengah
2014.pdf. Diakses tanggal 20 Februari 2019.

Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta : Salemba


Medika.

Dodds, Nedra. (2006). Dysfunctional Uterine Bleeding.


http://www.emedicine.com/emerg/topic155.html. Diakses tanggal 18
Februari 2019.

Hidayat. (2008). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.

Hendarto, H. (2011). Gangguan Haid atau Perdarahan Uterus Abnormal.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). (2014). Pedoman Pelaksanaan Gerakan


Keluarga Sadar Obat. Jakarta : PP IAI.

Irianto, K. (2015). Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfabeta.

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta :


Salemba Medika.

Marmi. (2014). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Manuaba, I.B.G. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita (Edisi


Kedua). Jakarta : EGC.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : EGC.

Muttaqin, A. (2009). Pengkajian Keperawatan dan Aplikasi pada Praktik Klinik.


Jakarta : Salemba Medika.

NANDA. (2018-2020). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
68

Notoadmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho & Setiawan. (2012). Obsgyn : Obstetri dan Gynekologi. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodeologi Penelitian Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.

Patricia A., Potter & Perry, dan Anne G. (2010). Fundamental of Nursing :
Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo. (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing Edisi 7. Jakarta : Salemba


Medika.

Purwoastuti & Walyani. (2014). Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.


Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Riwidikdo, H. (2012). Statistika Kesehatan. Yogyakarta : Nuha medika.

Safitri, A. (2009). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Menopause Pada


Wanita. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14625. Diakses
tanggal 18 Februari 2019.

Setyati J., Soemantri A. (2010). Transfusi Darah Yang Rasional. Semarang :


Pelita Insani.

Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed. 8, Vol. 1 & 2). Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung :


Alfabeta.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Zubairi, Djoerban. (2009). Dasar-Dasar Transfusi Darah Dalam : Hematologi


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.
69

Lampiran 1

Penjelasan Untuk Mengikuti Studi Kasus

1. Saya adalah penulis berasal dari program Diploma III Keperawatan dengan ini
meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam studi kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Menometroragia Dengan Gangguan
Kebutuhan Cairan Di Ruang Nusa Indah RSUD Dr. Soeselo Kabupaten
Tegal”.
2. Tujuan dari studi kasus ini adalah memberikan dan menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan
dapat memberi manfaat bagi pasien untuk dapat meningkatkan pengetahuan
dan pengalaman bagi pasien khususnya tentang penyakit, penyebab, dan
penatalaksanaan penyakit menometroragia serta mengetahui cara perawatan
pasien di rumah. Studi kasus ini akan berlangsung selama 2 hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 30
menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak
perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan
atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam ke ikut sertaan anda pada studi kasus ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan yang
diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan studi kasus ini,
silahkan menghubungi penulis pada nomor HP 082219292956.

Penulis
Miranda Yulianti Siahaan
70

Lampiran 2

INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi Responden)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci telah mengerti mengenai penulisan yang akan
dilakukan oleh Miranda Yulianti Siahaan dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN MENOMETRORAGIA DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DI RUANG NUSA INDAH RSUD Dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini secara
sukarela tanpa paksaan.

Slawi, 12 Februari 2019

Saksi Yang memberikan


pernyataan

.................................. .......................................

Penulis

Miranda Yulianti Siahaan


71

Lampiran 3

Selasa, 12 Februari 2019

BB = 73 kg

Air metabolisme : 5 x 73 kg = 365 cc

IWL : 15 x 73 kg = 1.095 cc

Obat : - Kalnex = 3 x 500 mg

- Ranitidin = 2 x 50 mg

Intake Output
Waktu Makan
Produk Air
Infus & Obat Urine Pendarahan IWL
Darah metabolisme
Minum
07.00 30 cc
08.00 300 cc 7 cc
09.00
10.00
11.00 300 cc 30 cc
12.00
13.00 500 cc 5 cc 30 cc
14.00 250 cc 300 cc
15.00
16.00 30 cc
17.00 300 cc
18.00
19.00 30 cc
20.00
21.00
22.00 500 cc 300 cc 30 cc
23.00
24.00 7 cc
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
1.095
06.00 365 cc 1.500 cc
cc
TOTAL 3.134 cc 2.775 cc
BALANCE CAIRAN : + 359 cc
72

Rabu, 13 Februari 2019

BB = 73 kg

Air metabolisme : 5 x 73 kg = 365 cc

IWL : 15 x 73 kg = 1.095 cc

Obat : - Kalnex = 3 x 500 mg

- Ranitidin = 2 x 50 mg
Intake Output
Makan
Waktu Produk Air
Infus & Obat Urine Pendarahan IWL
Darah metabolisme
Minum
07.00 500 cc 7 cc 30 cc
08.00 250 cc
09.00 300 cc
10.00
11.00 30 cc
12.00 300 cc
13.00
14.00 300 cc
15.00 30 cc
16.00 300 cc
17.00 500 cc
18.00
19.00 300 cc 30 cc
20.00
21.00 30 cc
22.00 300 cc
23.00
24.00 7 cc
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
1.900 1.095
06.00 365 cc
cc cc
TOTAL 3.429 cc 3.142 cc
BALANCE CAIRAN : + 287 cc

Anda mungkin juga menyukai