Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas

Pengkajian dilakukan oleh penulis pada hari Selasa, 12 Februari

2019 pukul 07.00 WIB di Ruang Nusa Indah RSUD Dr. Soeselo

Kabupaten Tegal. Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan identitas

pasien dengan nama Ny. S berumur 52 tahun, berjenis kelamin

perempuan, beragama Islam, alamatnya di Kalisapu RT 01/RW 02,

status perkawinan pasien sudah menikah, berpendidikan terakhir SD,

dan bekerja sebagai pegawai pabrik teh. Ny. S masuk rumah sakit pada

hari Senin, 11 Februari 2019 dengan diagnosa medis menometroragia

dan bernomor register 581439. Identitas penanggung jawab Ny. S

adalah Tn. S, alamatnya di Kalisapu RT 01/RW 02, bekerja sebagai

buruh, dan berpendidikan terakhir SLTA. Hubungan Tn. S dengan

pasien merupakan suami yang bertanggung jawab atas Ny. S di rumah

sakit. Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit karena mengeluh

menstruasinya mengeluarkan banyak darah selama ± 13 hari.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Pasien mengatakan mengeluarkan banyak darah pervagina dan

merasa badannya sangat lemas dan pusing.


2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan pada tanggal 27 januari 2019 pasien

terkena haid. Pada saat haid, pasien mengatakan keluar darah yang

sangat banyak dan bergumpal-gumpal dari vaginanya dan terus

menerus keluar sampai tanggal 10 Februari 2019 (± 13 hari) hingga

pasien merasa badannya sangat lemas. Lalu pada tanggal 11

Februari 2019 pasien memeriksakan diri ke dokter kandungan dan

dilakukan pemeriksaan USG. Dari hasil USG pasien mengatakan

ada benjolan di perut kuadran bawah sebelah kiri dan dokter

menyarankan harus dicurret. Dari klinik dokter kandungan pasien

mengatakan dirujuk ke RSUD Dr. Soeselo Slawi, dan pada jam

17.00 WIB pasien dirawat di Ruang Nusa Indah. Saat dikaji pasien

mengatakan merasa pusing dan badannya lemas serta masih

mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya. Didapati hasil

pemeriksaan TTV : TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit, RR =

21 x/menit, suhu = 37°C dan Hb = 7,5 g/dl.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan sudah mengalami keluhan ini selama 4

bulan yang lalu, namun ini pertama kalinya pasien dirawat di

rumah sakit. Pasien mengatakan pernah periksa 4 bulan yang lalu

di RS Adella namun dinyatakan tidak ada kelainan/penyakit.

Selama 4 bulan yang lalu pasien hanya meminum jamu-jamuan

untuk menghentikan pendarahannya.


4) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami

riwayat penyakit yang serupa dengan pasien. Pasien juga

mengatakan tidak ada penyakit keturunan maupun menular.

5) Riwayat kesehatan reproduksi

a) Riwayat melahirkan sebelumnya

Pasien mengatakan belum pernah hamil maupun melahirkan.

b) Riwayat menstruasi

(1) Menarche : 17 tahun.

(2) Siklus menstruasi : Lama 7 hari dengan siklus 28 hari dan

teratur.

(3) Gangguan pada haid : Pasien mengatakan sudah selama 4

bulan keluar darah bergumpal-gumpal lewat vaginanya dan

kadang terasa nyeri.

c) Riwayat KB

Pasien mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi jenis

apapun.

c. Pola Fungsional

1) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

Pasien mengatakan jika sakit atau pusingnya kambuh pasien hanya

akan membeli obat di warung. Jika sakitnya parah pasien

mengatakan akan periksa ke dokter umum di dekat rumahnya.


2) Pola nutrisi

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan makan 3x sehari dan habis (nasi, sayur,

lauk pauk) dan minum air putih 8 – 10 gelas sehari (± 2 liter).

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit makan 3x sehari (nasi, sayur,

lauk, buah) dan jarang habis. Minum air putih ± 3 - 5 gelas

sehari dan kadang minum teh manis 1 gelas.

3) Pola eliminasi

a) BAB

(1) Sebelum sakit : 1 - 2 x/sehari, konsistensi lunak, warna

kuning kecoklatan, tidak ada keluhan dalam BAB.

(2) Selama sakit : Pasien mengatakan belum BAB selama

dirawat di RS.

b) BAK

(1) Sebelum sakit : 5 – 6x /sehari, warna kuning jernih, bau

amoniak, tidak ada keluhan dalam berkemih.

(2) Selama sakit : selama sakit pasien terpasang kateter,

volume (saat dikaji) ± 300 cc, warna urine kuning

keemasan, bau amoniak.

4) Pola aktivitas dan latihan

a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu melakukan

aktifitasnya secara mandiri dan pasien bekerja sebagai pegawai

swasta di suatu pabrik, waktu bekerja dari jam 9 pagi sampai

jam 5 sore.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit pasien hanya menghabiskan

waktunya untuk berbaring di tempat tidur.

5) Pola kognitif dan persepsi sensori

Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang sedang

dialaminya. Pasien hanya mengetahui bahwa dirinya mengeluarkan

darah banyak selama 4 bulan. Saat dikaji, pasien mampu menjawab

pertanyaan dengan baik serta daya ingat jangka pendek dan

panjang pasien cukup baik. Fungsi penglihatan normal (tidak

memakai kacamata), fungsi penciuman, pendengaran, pengecapan

dan perabaan normal, tidak ada gangguan.

6) Pola tidur dan istirahat

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan jarang tidur pada siang hari karena harus

bekerja kecuali pada hari libur. Pada malam hari pasien

biasanya mulai tidur mulai jam 20.00  04.00 WIB (± 8 Jam).

Tidak ada gangguan pola tidur dan tidak ada kebiasaan

sebelum tidur.

b) Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit tidur ± 5  7 Jam dan tidak

bisa tidur siang karena suasana yang berisik.

7) Pola konsep dan persepsi diri

a) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang

sehingga dapat berkumpul dengan keluarga serta bisa bekerja

kembali seperti biasa.

b) Gambaran diri : pasien mengatakan memandang dirinya

sebagai orang yang sakit dan wanita yang tidak pernah

melahirkan.

c) Harga diri : pasien mengatakan sudah tidak malu dengan

keadaannya saat ini kerena pasien sudah menerima keadaannya

saat ini karena sudah merupakan kehendak tuhan.

d) Peran diri : selama dirawat di rumah sakit pasien tidak dapat

menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga.

e) Identitas diri : pasien mengatakan dirinya seorang perempuan

berusia 52 tahun.

8) Pola peranan dan hubungan

Pasien mampu berkomunikasi dan berhubungan baik dengan orang

lain di sekitarnya (keluarga, tetangga, tim kesehatan) dan pasien

juga kooperatif terhadap tindakan yang diberikan petugas

kesehatan.

9) Pola seksual dan reproduksi


Pasien mengatakan sudah tidak pernah melakukan hubungan suami

istri lagi karena kondisi pasien. Pasien sudah menikah 2 kali dan

tidak pernah hamil/melahirkan sama sekali. Saat ini pasien

memiliki 4 anak tiri laki-laki dari suami yang ke  2.

10) Pola koping stress

Pasien mengatakan jika merasa stress pasien sholat dan

memanfaatkan waktu untuk bersantai / menonton TV. Setiap kali

ada masalah pasien membicarakan dan meminta bantuan ke suami

dan anak-anaknya.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Pasien beragama islam. Pasien mengatakan selama sakit tidak

melakukan ibadah karena kondisi fisiknya yang lemah. Pasien

hanya berdoa kepada tuhan agar segera diberi kesembuhan.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

a) Kesadaran : composmentis.

b) TTV : TD = 110/70 mmhg

RR = 21 x/menit

HR = 88 x/menit

Suhu = 37°C

2) Pemeriksaan Head to toe

a) Kepala dan rambut


Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada luka

atau cedera kepala, rambut sedikit rontok, rambut beruban.

b) Mata

Mata kanan kiri simetris, reaksi terhadap cahaya baik,

konjungtiva anemis, sklera anikterik.

c) Hidung

Lubang hidung kanan kiri simetris, bersih, tidak ada polip.

d) Telinga

Telinga kanan kiri simetris, bersih, tidak ada serumen.

e) Mulut

Mukosa bibir kering, bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada

pembesaran tonsil.

f) Leher dan tenggorokan

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembekakan

vena jugularis, tidak ada gangguan dalam menelan.

g) Dada (Jantung dan Paru-paru)

(1) Jantung

Dada simetris, ictus cordis tidak nampak, tidak ada luka

dan benjolan. Saat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan dan ictus

cordis teraba di ICS 5. Bunyi pekak saat diperkusi dan

bunyi jantung lup dup (S1 & S2), tidak ada bunyi tambahan

(S3) saat diauskultasi.


(2) Paru-paru

Paru kanan kiri simetris, pengembangan paru kanan kiri

sama, tidak ada luka dan benjolan, serta tidak ada luka

atelectasis. Pada saat dipalpasi, ekspansi paru kanan kiri

dan vocal fremitus sama serta tidak ada nyeri tekan. Bunyi

sonor saat diperkusi dan suara paru vesikuler, tidak ada

bunyi wheezing/mengi/ronkhi, RR = 20 x/menit.

h) Payudara dan ketiak

Bersih, aerola menghitam, bentuk payudara kanan kiri simetris,

puting susu menonjol, tidak ada pembesaran kelenjar susu,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe di ketiak.

i) Abdomen

Saat diinspeksi tidak ada luka bekas operasi dan tidak ada

pembesaran hepar. Bising usus 11 x/menit, saat dipalpasi ada

nyeri tekan pada kuadran bawah perut sebelah kiri dan teraba

keras serta hipertimpani saat diperkusi.

j) Genetalia

Tidak ada varises, terpasang kateter volume (saat dikaji) ± 300

cc, ada pendarahan pervagina dengan volume 1 pembalut

penuh ± 30 cc, darah merah bergumpal.


k) Anus

Normal, tidak ada hemoroid.

l) Integumen

Warna kulit sawo matang, tidak ada luka, turgor kulit baik.

m) Ekstremitas

Pada ekstremitas atas yaitu di tangan kanan terpasang infus RL

20 tpm, kekuatan otot tangan baik (5¿5), akral hangat, tidak ada

edema. Sedangkan pada ekstremitas bawah ditemukan otot kaki

pasien lemah, pasien dibantu keluarga jika berjalan, dan tidak

ada edema.

e. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 11 Februari 2019

jam 13.39 WIB

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Leukosit 8.2 10^3 / uL 3.6 – 11.0
Eritrosit L 3.5 10^6 / uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin L 7.5 9 / dL 11.7 – 15.5
Hematokrit L 25 35 – 47
MCV L 71 fL 80 – 100
MCH L 21 P9 26 – 34
MCHC L 30 9 / dL 32 – 36
Trombosit 362 10^3 / uL 150 – 400
DIFF COUNT
Eosinofil 2.30 2.00 – 4.00
Basofil 0.59 0–1
Netrofil 69.00 50 – 70
Limfosit L 20.60 25 – 40
Monosit 7.60 2–8
MPV 10.3 fL 7.2 – 11.1
RDW – SD 39.2 fL 35.1 – 43.9
RDW – CV H 15.7 11.5 – 14.5
Golongan darah O
Rhesus Faktor Positive

Sumber : Rekam medis RSUD Dr. Soeselo Slawi

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 13 Februari 2019

jam 22.26 WIB

SATUA
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
N
HEMATOLOGI
Paket Darah Rutin
Leukosit H 12.2 10^3 / uL 3.6 – 11.0
Eritrosit 4.3 10^6 / uL 3.80 – 5.20
Hemoglobin L 10.0 9 / dL 11.7 – 15.5
Hematokrit L 32 35 – 47
Trombosit 394 10^3 / uL 150 – 400
APTT TEST 31.5 Detik 25.5 – 42.1
PT TEST L 9.2 Detik 9.3 – 11.4
Sumber : Rekam medis RSUD Dr. Soeselo Slawi
f. Terapi

Tabel 4.3 Terapi pada Ny. S

Jenis Pemberian Indikasi Kontraindikasi


Kalnex 3 × 500mg Untuk membantu Memiliki hipersensitif,
Melalui IV menghentikan pendarahan terhadap asam
pada sejumlah kondisi, traneksamat, penderita
misal mimisan, cedera, pendarahan di otak,
pendarahan akibat penderita di riwayat
menstruasi berlebihan & tromboembolik,
pendarahan pada penderita memiliki masalah
angio-edema turunan. pembuluh darah,
penderita hematuria.
Ranitidine 2 × 50 mg Untuk penderita sakit hipersensitivitas
Melalui IV maag, pengobatan radang terhadap ranitidine atau
saluran pencernaan, komponen produk
mengatasi & mencegah lainnya.
rasa panas perut (Heart
Burn)
Infus Untuk mengganti cairan Hiperhidrasi,
NaCL tubuh yang hilang karena hipernatremiam,
beberapa faktor, pengatur hipokalemia, hipertensi,
keseimbangan cairan kondisi asidosis.
tubuh, mengatur kerja &
fungsi otot jantung.
Infus RL 20 tpm Digunakan sebagai sumber Hipernatremia, kelainan
elektrolit dan air untuk ginjal, kerusakan sel
hidrasi. hati, asidosis laktat.
Tranfusi 2 Kolf Kehilangan darah akut, Hipersensitivitas
darah PRC anemia berat, syok septik, terhadap produk
(Packed memberikan plasma & komponen darah yang
Red Cell) trombosit, transfusi tukar diberikan.
@250 ml pada neonatus dengan
Golongan ikterus berat.
darah O
Tabel 4.4 Analisa data

No. Hari/Tgl/Jam Data Problem Etiologi


1. Selasa, DS : Resiko Kehilangan
12 Februari - Pasien mengatakan keluar Defisien cairan aktif
2019 darah banyak dan Volume (Pendarahan
08.00 bergumpal dari vaginanya cairan per vagina)
selama ± 4 bulan. (Domain 2
- Pasien mengatakan Kelas 5
merasa pusing dan Kode
badannya sangat lemas. 00028)
- Pasien mengatakan
minum air putih 5 gelas
dan makan 3 kali, jarang
habis (± 1.500 cc)
- Pasien mengatakan hari
ini sudah ganti pembalut 6
kali dengan konsistensi
pembalut penuh ± 180 cc.

DO :
- Pasien tampak lemas dan
pucat, Konjungtiva
anemis.
- Turgor kulit terlihat baik.
- Mukosa bibir kering.
- TD = 110/70 mmhg
Suhu = 37°C
HR = 88× /menit
RR = 21× /menit
HB = 7,5 g/dl
BB = 73 kg

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. S adalah resiko

defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(pendarahan per vagina).


3. Intervensi Keperawatan

Setelah melakukan perumusan diagnosa keperawatan dari hasil analisa

data pada tanggal 12 Februari 2019 jam 08.00 WIB yang muncul yaitu

resiko defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(pendarahan per vagina), tujuan yang ingin dicapai penulis adalah

keseimbangan cairan (0601). Penulis berharap, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan tidak terjadi kekurangan

volume cairan dengan kriteria hasil tekanan darah normal, keseimbangan

intake dan output dalam 24 jam, turgor kulit baik, kelembaban membran

mukosa.

Intervensi keperawatan yang telah disusun oleh penulis terdiri dalam

dua sub. Sub pertama intervensi manajemen cairan meliputi monitor intake

dan output cairan pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi (misalnya

membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan pasien untuk

meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Sedangkan sub

kedua intervensi pemberian produk – produk darah meliputi berikan

produk-produk darah; verifikasi kesediaan (informed consent) pasien; cek

kembali nama pasien, tipe darah, tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah

dengan benar sebelum diberikan; monitor adanya reaksi transfusi; monitor

TTV; serta kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi

cairan/obat.

4. Implementasi dan Evaluasi


a. Implementasi dan evaluasi hari pertama tanggal 12 Februari 2019

Pada jam 08.30 WIB, penulis memasukkan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml dengan data subjektifnya

pasien mengatakan terimakasih, data objektif Kalnex 500 mg/5 ml dan

Ranitidine 50 mg/2 ml masuk dan tidak ada tanda-tanda alergi. Pada

pukul 08.40 WIB penulis melakukan tindakan memantau status hidrasi

dengan data subjektifnya pasien mengatakan pendarahannya belum

berhenti, data objektifnya mukosa bibir pasien kering, nadi 88 x/menit.

Pada pukul 08.50 WIB penulis melakukan tindakan yaitu mengajurkan

pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari

dengan data subjektifnya pasien mengatakan hanya minum air putih ±

5 gelas sehari, data objektifnya pasien terlihat kooperatif. Penulis

melakukan tindakan mengukur tanda-tanda vital pada pukul 09.00

WIB dengan data objektifnya TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit,

RR = 21 x/menit, suhu = 37 ºC. Pada pukul 12.00 WIB perawat

meminta pasien untuk menandatangani informed consent kesediaan

tranfusi dengan data subjektifnya pasien mengatakan bersedia untuk

ditranfusi, data objektif pasien menandatangani informed consent.

Pada pukul 14.00 WIB penulis melakukan tindakan mengecek

kecocokan produk darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh,

jumlah unit dan golongan darah dengan data objektifnya produk darah

cocok dengan identitas dan golongan darah pasien. Pada pukul 14.05

WIB penulis melakukan tindakan memberikan transfusi darah PRC


pertama 250 cc golongan darah O melalui IV dengan data objektifnya

darah PRC masuk kolf pertama 20 tpm. Pada pukul 14.10 WIB penulis

melakukan tindakan memantau adanya reaksi transfusi (kemerahan,

rasa panas, syok, dll) dengan data subjektifnya pasien mengatakan

tidak merasa gatal/panas pada tubuhnya, data objektif tidak ada tanda-

tanda alergi pada pasien. Pada pukul 15.00 WIB penulis menghitung

intake dan output cairan pasien (balance cairan) dengan data

subjektifnya pasien mengatakan mengeluarkan banyak darah lewat

vaginanya, sudah ganti pembalut 6 kali (dalam sehari) dengan volume

± 180 cc, makan dan minum ± 1.500 cc, data objektifnya intake : infus

1.000 cc, PRC kolf pertama 250 cc, makan & minum 1.500 cc, obat

injeksi 19 cc, air metabolisme 365 cc, output : urine (24 jam) 1.500 cc,

pendarahan 180 cc, IWL 1.095 cc, hasil balance cairan 3.134 cc –

2.775 cc = +359 cc.

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada hari

pertama tanggal 12 Februari 2019 pukul 18.30 WIB catatan

perkembangan pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih

mengeluarkan darah banyak lewat vaginanya; pasien juga mengatakan

masih pusing dan badannya lemas. Data objektifnya mukosa bibir

pasien kering, turgor kulit baik, TD = 120/80 mmhg, nadi = 86

x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 7,5 g/dl; balance cairan

+359 cc. Hasil dari assesmentnya masalah teratasi sebagian. Rencana

tindak lanjutnya yaitu pertahankan intervensi antara lain monitor


intake dan output cairan pasien selama 24 jam; monitor status hidrasi

(misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat); anjurkan

pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari;

berikan produk-produk darah; cek kembali nama pasien, tipe darah,

tipe Rh, jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum

diberikan; monitor adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan/obat.

b. Implementasi dan evaluasi hari kedua tanggal 13 Februari 2019

Pada pukul 07.00 WIB, penulis memasukkan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml dengan data subjektifnya

pasien mengatakan terimakasih, data objektif Kalnex 500 mg/5 ml dan

Ranitidine 50 mg/2 ml masuk serta tidak ada tanda-tanda alergi. Pada

pukul 07.10 WIB penulis melakukan tindakan memantau status hidrasi

dengan data objektifnya mukosa bibir pasien sedikit lembab, nadi 86

x/menit, akral hangat, turgor kulit baik. Pada pukul 07.15 WIB penulis

melakukan tindakan mengajurkan pasien untuk meningkatkan asupan

cairan 1.000 – 1.500 ml sehari dengan data subjektifnya pasien

mengatakan hari ini minum air putih ± 6 gelas, data objektifnya pasien

kooperatif. Pada pukul 07.20 WIB penulis melakukan tindakan

mengukur tanda-tanda vital dengan data objektifnya TD = 110/80

mmhg, nadi = 86 x/menit, RR = 21 x/menit, suhu = 37,1 ºC.

Pada pukul 08.00 WIB penulis melakukan tindakan mengecek

kecocokan produk darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh,
jumlah unit dan golongan darah dengan data objektifnya produk darah

cocok dengan identitas dan golongan darah pasien. Pada pukul 08.05

WIB penulis melakukan tindakan memberikan transfusi darah PRC

kedua 250 cc golongan darah O melalui IV dengan data objektifnya

darah PRC masuk kolf kedua 20 tpm. Pada pukul 08.10 WIB penulis

memantau adanya reaksi transfusi (kemerahan, rasa panas, syok, dll)

dengan data subjektifnya pasien mengatakan tidak merasa gatal/panas

pada tubuhnya, data objektif tidak ada tanda-tanda alergi pada pasien.

Pada pukul 14.00 WIB penulis menghitung intake dan output cairan

pasien (balance cairan) dengan data subjektifnya pasien mengatakan

masih mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya namun berkurang

dari hari kemaren, sudah ganti pembalut 5 kali (dalam sehari) dengan

volume ± 150 cc, makan dan minum ± 1.800 cc, data objektifnya

intake : infus 1.000 cc, PRC kolf kedua 250 cc, makan & minum 1.800

cc, obat injeksi 14 cc, air metabolisme 365 cc, output : urine (24 jam)

1.900 cc, pendarahan 150 cc, IWL 1.095 cc, hasil balance cairan 3.429

cc – 3.145 cc = +284 cc.

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada hari kedua

tanggal 13 Februari 2019 pukul 19.00 WIB catatan perkembangan

pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih mengeluarkan

darah lewat vaginanya namun sedikit berkurang, pasien juga

mengatakan pusingnya berkurang dan masih lemas. Data objektifnya

mukosa bibir pasien lembab, turgor kulit baik, akral hangat, TD =


120/70 mmhg, nadi = 85 x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb

= 10,0 g/dl; balance cairan +284 cc. Hasil dari assesmentnya masalah

teratasi. Planning akhir untuk pasien adalah pada hari Kamis, 14

Februari 2019 jam 00.00 WIB pasien puasa dan akan dilakukan curret

diagnostik.

B. Pembahasan

Dalam pembahasan penulis membahas tentang studi kasus dan

mengemukakan kesenjangan yang ditemukan antara teori yang ada dengan

kasus selama pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan

menometroragia masalah gangguan kebutuhan cairan selama 2 hari yang

dilakukan pada tanggal 12 – 13 Februari 2019 di RSUD Dr. Soeselo

Kabupaten Tegal. Penulis akan membahas pelaksanaan asuhan keperawatan

dengan memperlihatkan aspek-aspek tahapan keperawatan dimulai dari tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan

serta evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal yang penulis lakukan dalam aspek

keperawatan. Pengkajian yang dilakukan penulis sesuai dengan format

asuhan dan pola fungsional yang sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan pengkajian, penulis mendapati data yaitu pasien mengatakan

menstruasinya mengeluarkan banyak darah selama ± 13 hari, konjungtiva

anemis, serta pada bagian kuadran bawah perut sebelah kiri teraba keras.

Hal ini sesuai dengan penjelasan oleh Manuaba (2009) yaitu pada pasien
dengan menometroragia biasanya mengeluhkan adanya perdarahan lebih

dari 7 hari pada masa menstruasi ataupun di luar siklus menstruasi, jumlah

perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak serta

berulang yang dapat menyebabkan penderitanya anemis. Menurut

Nursalam (2008), pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan metode

auto anamnesa dan allo anamnesa. Pengkajian keperawatan dilakukan

mulai dari biodata, keluhan utama, riwayat penyakit, pola fungsional,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, didukung dengan hasil

pemeriksaan penunjang dan terapi yang diberikan.

Masalah yang terjadi pada pasien menometroragia salah satunya

adalah gangguan kebutuhan cairan yang disebabkan oleh pendarahan yang

berlebihan. Pengkajian yang dilakukan pada Ny. S ditemukan pasien

mengalami resiko kekurangan volume cairan dengan batasan

karakteristiknya adalah penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi

nadi, peningkatan suhu tubuh, perubahan turgor kulit, membran mukosa

kering, haus, kelemahan (Nanda International, 2018-2020). Dari batasan

karakteristik yang ada, pada saat pengkajian pada Ny. S ditemukan pasien

mengatakan badannya lemas, turgor kulit baik, membran mukosa kering,

TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit, RR = 21 x/menit, suhu = 37 ºC,

Hb = 7,5 g/dl, dan balance cairan +359 cc.

Sehingga pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus

di lapangan yaitu diteori ada perubahan turgor kulit, peningkatan suhu


tubuh dan peningkatan frekuensi nadi sedangkan dikasus turgor kulit baik,

suhu serta nadi dalam batas normal.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian penulis selama 2 hari diagnosa yang didapatkan

pada asuhan keperawatan Ny. S dengan gangguan kebutuhan cairan sesuai

dengan teori, karena pada saat pengkajian ditemukan data yang

mendukung untuk menegakkan diagnosa sesuai yang ada pada teori yaitu

resiko defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan pervagina). Risiko kekurangan volume cairan merupakan

rentan terhadap penurunan, peningkatan, atau pergeseran cepat cairan

intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular lain, yang dapat

mengganggu kesehatan, mengacu pada kehilangan, peningkatan cairan

tubuh, atau keduanya. Secara teori untuk memunculkan diagnosa tersebut

harus terdapat salah satu batasan karakteristik diantaranya kelemahan,

penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan suhu

tubuh, perubahan turgor kulit, dan membran mukosa kering (Nanda

International, 2018-2020).

Dalam pengkajian penulis menemukan bahwa pasien terlihat lemah,

mukosa bibir kering, TD = 110/70 mmhg, nadi 88 x/menit dan hasil

balance cairan lebih dari nol yaitu +349 cc. Pada kasus ini tidak ditemukan

kesenjangan antara kasus di lapangan dan teori.

3. Intervensi Keperawatan

Penulis menggunakan buku Nursing Intervention Classification (NIC)

untuk merencanakan keperawatan yang penulis susun selama 2 x 24 jam.


Dalam perencanaan keperawatan diharapkan tidak terjadi kekurangan

volume cairan dengan kriteria hasil tekanan darah normal, keseimbangan

intake dan output cairan dalam 24 jam, turgor kulit baik, kelembaban

membran mukosa. Intervensi keperawatan yang disusun oleh penulis

sesuai dengan teori yang terdiri dalam dua sub. Sub pertama intervensi

manajemen cairan meliputi monitor intake dan output cairan pasien selama

24 jam; monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut

nadi adekuat); anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1.000 –

1.500 ml sehari. Sedangkan sub kedua intervensi pemberian produk –

produk darah meliputi berikan produk-produk darah; verifikasi kesediaan

(informed consent) pasien; cek kembali nama pasien, tipe darah, tipe Rh,

jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum diberikan; monitor

adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta kolaborasi dengan dokter

dalam memberikan terapi cairan/obat.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun selama 2 x 24 jam. Penulis melakukan tindakan

keperawatan yang pertama adalah memantau status hidrasi yang bertujuan

untuk menentukan tingkat dehidrasi. Penulis memantau adanya tanda –

tanda dehidrasi bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien yang

diakibatkan karena kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Tanda- tanda

dehidrasi seperti kelemahan, perubahan turgor kulit, membran mukosa

kering, haus, suhu tubuh meningkat, dan peningkatan frekuensi nadi.


Proses terjadinya kelemahan akibat dehidrasi adalah akan mengakibatkan

volume darah dan tekanan darah ikut turun serta membuat pasokan

oksigen ke darah turun, tanpa oksigen yang cukup otot dan fungsi saraf

akan bekerja lambat sehingga dapat menyebabkan kelemahan. Membran

mulut kering adalah kondisi di mana membran mulut terasa sangat kering,

biasanya disebabkan oleh dehidrasi, gugup, atau berkurangnya jumlah air

liur pada mulut (Mafazah, 2013). Pada saat dikaji didapatkan hasil sesuai

dengan teori karena pasien tampak lemah, turgor kulit baik, membran

mukosa bibir kering, nadi 88 x/menit.

Tindakan yang kedua adalah penulis menganjurkan pasien untuk

meningkatkan asupan cairan 1.000 – 1.500 ml sehari. Air dinyatakan

esensial karena tubuh tidak dapat menghasilkan air untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, air harus diperoleh dari luar tubuh

dengan cara mengonsumsi air. Air dapat mengembalikan cairan tubuh

yang hilang. Pada saat dikaji tindakan tersebut sesuai dengan teori, karena

Ny. S selalu minum air putih.

Tindakan yang ketiga adalah mengukur tanda-tanda vital yang

bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. Penulis mengkaji

tanda-tanda vital pada pasien digunakan untuk mengkaji adanya dehidrasi.

Tanda-tanda vital terdiri dari tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan.

Tanda-tanda dehidrasi pada tanda-tanda vital yaitu ditandai dengan

meningkatnya suhu tubuh dan frekuensi nadi (Smeltzer & Bare, 2012).

Pada pasien dengan kasus ini tidak sesuai dengan teori, karena saat diukur
tanda-tanda vital pasien dalam batasan normal dengan hasil TD = 110/70

mmhg, RR = 21 x/menit, suhu 37 ºC dan nadi 88 x/menit.

Tindakan yang keempat adalah penulis meminta pasien untuk

menandatangani informed consent kesediaan tranfusi. Menurut Potter &

Perry (2010), informed consent atau persetujuan tindakan adalah

persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi

(misalnya operasi, transfusi darah, prosedur invasif). Surat persetujuan

berarti bahwa pasien telah memiliki pengetahuan yang diperlukan yaitu

sifat prosedur yang akan dilakukan, pilihan dan resiko yang berkaitan

dengan tiap pilihan. Surat ijin yang ditandatangani melindungi pasien dari

pelimpahan wewenang, melindungi tenaga medis dan rumah sakit

terhadap pengaduan tindakan yang tidak disertai wewenang atau pasien

tidak menyadari resiko yang menyertai. Pada kenyataannya tindakan

tersebut sesuai dengan teori, karena pasien dan keluarga bersedia

dilakukan transfusi dan menandatangani informed consent.

Tindakan yang kelima adalah penulis mengecek kecocokan produk

darah dengan nama pasien, tipe darah, tipe Rh, jumlah unit dan golongan

darah yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan

produk darah. Tindakan ini sesuai dengan teori karena produk darah yang

akan diberikan cocok dengan identitas dan golongan darah pasien.

Tindakan yang keenam adalah penulis memberikan transfusi darah

PRC dua kolf @250 cc golongan darah O melalui IV. Transfusi darah

adalah tindakan mentransferkan komponen darah atau darah dari satu


orang (donor) ke dalam aliran darah orang lain (penerima). Transfusi

dilakukan sebagai tindakan menyelamatkan hidup dengan menggantikan

sel darah atau produk darah yang hilang akibat perdarahan. Tujuan utama

resusitasi pada perdarahan adalah menghentikan sumber perdarahan dan

menggembalikan volume darah intravaskuler yang bersirkulasi, karena

oksigenasi jaringan tidak akan terganggu selama volume yang bersirkulasi

terjaga walaupun kadar hemoglobin rendah. Jumlah cairan resusitasi yang

bisa diberikan kepada penderita sangat tergantung kepada jumlah

perdarahannya (Setyati, 2010). Pada kenyataannya masuk PRC dua kolf

@250 cc 20 tpm kepada Ny. S.

Tindakan yang ketujuh adalah penulis memantau adanya reaksi

transfusi (kemerahan, rasa panas, syok, dll) yang bertujuan untuk

mengetahui adakah reaksi alergi terharap produk darah yang diberikan.

Tumbuhnya kesadaran penting untuk menghindari resiko reaksi transfusi,

meningkatkan  pelaporan resiko transfusi sehingga dibuat prosedur

keselamatan yang lebih baik serta langkah-langkah untuk meminimalkan

penggunaan transfusi. Gejala atau tanda-tanda seperti menggigil,

kemerahan, rasa gatal/panas, nyeri pada daerah infus set, dan lain-lain

mungkin terjadi setelah 5-10 ml transfusi darah yang tidak sesuai di

transfusikan sehingga pasien harus diperhatikan dengan seksama pada

awal setiap unit transfusi darah (Setyati, 2010). Pada hasil pengkajian

tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori, karena saat ditransfusi

tidak ditemukan tanda-tanda alergi pada Ny. S.


Tindakan kedelapan yaitu penulis menghitung intake dan output

cairan pasien (balance cairan) yang bertujuan untuk mengetahui status

keseimbangan cairan. Tarwoto & Wartonah (2010) mengatakan tubuh

dikatakan seimbang apabila jumlah keseluruhan air di dalam tubuh dalam

keadaan normal dan relatif konstan. Jika seseorang kehilangan cairan

dalam jumlah yang cukup besar, maka akan terjadi kelainan yang cukup

serius pada fungsi fisiologis. Perlunya mempertahankan jumlah cairan

didalam tubuh secara konstan yaitu karena cairan mempunyai banyak

peran penting didalam tubuh. Balance cairan terdiri dari intake dan output.

Intake terdiri dari infus, minum & makan, cairan injeksi, dan air

metabolisme. Sedangkan output terdiri dari urine, feses, cairan

darah/drainase, dan IWL. Perhitungan balance cairan berfungsi untuk

mengetahui status cairan pasien. Cara perhitungan balance cairan adalah

intake cairan dikurangi output cairan. Pada kenyataan tindakan tersebut

sesuai dengan teori karena penulis menghitung balance cairan pada Ny. S.

Hasil balance cairan Ny. S pada tanggal 12 Februari 2019 adalah +349 cc,

sedangkan pada tanggal 13 Februari 2019 +284 cc.

Tindakan yang kesembilan adalah memberikan obat injeksi Kalnex

500 mg/5 ml dan Ranitidine 50 mg/2 ml. Pada pasien menometroragia

akan mengeluarkan darah banyak di siklus menstruasi atau diluar siklus

menstruasi. Kalnex berfungsi membantu menghentikan pendarahan pada

sejumlah kondisi, misalnya mimisan, cedera, pendarahan akibat

menstruasi berlebihan (Ikatan Apoteker Indonesia, 2014). Pada


kenyataannya tindakan tersebut tidak sesuai dengan teori karena Ny. S

mengatakan masih mengeluarkan banyak darah lewat vaginanya.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi pada hari pertama tanggal 12 Februari 2019 jam 18.30 WIB

respon pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih

mengeluarkan darah banyak lewat vaginanya; pasien juga mengatakan

masih pusing dan badannya lemas. Data objektifnya mukosa bibir pasien

kering, turgor kulit baik, TD = 120/80 mmhg, nadi = 86 x/menit, RR = 20

x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 7,5 g/dl; balance cairan +359 cc. Hasil dari

assesmentnya masalah teratasi sebagian dan rencana tindak lanjut yaitu

pertahankan intervensi.

Evaluasi hari kedua tanggal 13 Februari 2019 jam 19.00 WIB respon

pasien yaitu data subjektifnya pasien mengatakan masih mengeluarkan

darah lewat vaginanya namun sedikit berkurang, pasien juga mengatakan

pusingnya berkurang dan lemas. Data objektifnya mukosa bibir pasien

lembab, turgor kulit baik, akral hangat, TD = 120/70 mmhg, nadi = 85

x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 37 ºC, Hb = 10,0 g/dl dan balance cairan

+284 cc. Hasil dari assesmentnya masalah teratasi. Planning akhir adalah

pada hari Kamis, 14 Februari 2019 jam 00.00 WIB pasien puasa dan akan

dilakukan curret diagnostik.

C. Keterbatasan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis memiliki keterbatasan

dalam beberapa hal, antara lain :

1. Aspek teoritis

Penulis kesulitan dalam mencari literature buku atau jurnal tahun terbaru

untuk pengembangan teori dan tindakan pada pasien dengan

menometroragia karena tahun yang masih lama.

2. Aspek metodelogis

Penulis kesulitan dalam mencari kasus yang sesuai dengan kriteria inklusi

karena jarangnya kasus menometroragia di rumah sakit. Faktor yang

menghambat dalam pengelolaan kasus pada Ny. S yaitu keterbatasan

waktu, karena penulis tidak sepenuhnya memantau pasien dalam 24 jam

sehingga dalam menghitung balance cairan penulis hanya mendapatkan

informasi dari keluarga pasien dan lampiran instrumen balance cairan.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil dari asuhan keperawatan pada kasus pasien menometroragia dengan

gangguan kebutuhan cairan pada Ny. S selama dua hari yaitu pada tanggal 12

– 13 Februari 2019 di Ruang Nusa Indah RSUD Dr. Soeselo Slawi dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penulis melakukan pengkajian terhadap Ny. S pada tanggal 12 Februari

2019 jam 07.00 WIB. Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit

karena mengeluh menstruasinya mengeluarkan banyak darah dan

bergumpal selama ± 13 hari. Pasien mengatakan mengeluarkan banyak

darah pervagina dan merasa badannya sangat lemas dan pusing. Didapati

hasil pemeriksaan konjungtiva anemis, turgor kulit baik, membran mukosa

kering serta tanda – tanda vital : TD = 110/70 mmhg, nadi = 88 x/menit,

RR = 21 x/menit, suhu = 37°C dan Hb = 7,5 g/dl.


2. Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada Ny. S adalah resiko

defisien volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(pendarahan per vagina).

3. Intervensi keperawatan terdiri dalam dua sub. Sub pertama intervensi

manajemen cairan meliputi monitor intake dan output cairan pasien selama

24 jam; monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut

nadi adekuat); anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan 1.000 –

1.500 ml sehari. Sedangkan sub kedua intervensi pemberian produk –

produk darah meliputi berikan produk-produk darah; verifikasi kesediaan

(informed consent) pasien; cek kembali nama pasien, tipe darah, tipe Rh,

jumlah unit dan golongan darah dengan benar sebelum diberikan; monitor

adanya reaksi transfusi; monitor TTV; serta kolaborasi dengan dokter

dalam memberikan terapi cairan/obat.

4. Dalam melakukan implementasi penulis melaksanakan sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah disusun. Pada saat melakukan tindakan

keperawatan pada pasien tidak lepas dari kerjasama dengan petugas

kesehatan yang lain yaitu perawat, bidan, dokter, kepala ruang, petugas

laboratorium, farmasi dan gizi serta adanya kerjasama yang baik antara

penulis dengan pasien dan keluarga.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari didapatkan hasil

turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tanda – tanda vital dalam

batasan normal, tidak terjadi kekurangan volume cairan dan pasien akan

dilakukan tindakan curret diagnostik.


B. Saran

1. Bagi Pasien dan keluarga

Diharapkan pasien untuk rajin kontrol sesuai advis dokter untuk memantau

penyakit yang dialami pasien serta diharapkan keterlibatan keluarga dalam

memberikan dorongan dan motivasi dalam mempercepat pemulihan

kesehatan dan permasalahan kesehatan Ny. S.

2. Bagi Rumah Sakit

Penulis berharap rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan kesehatannya

dan semua tenaga medis (khususnya perawat) dapat mempertahankan serta

meningkatkan tindakan dalam pelayanan kesehatan khususnya pada pasien

dengan menometroragia dengan gangguan kebutuhan cairan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar Stikes Bhamada Slawi lebih meningkatkan mutu

pendidikan di bidang ilmu kesehatan khususnya di bidang ilmu kesehatan

reproduksi wanita serta meningkatkan bimbingan agar mahasiswa mampu

berdiskusi lebih baik.

4. Bagi Penulis dan Mahasiswa lainnya

Seluruh mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep kebutuhan cairan

dan menometroragia sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan

dengan tepat sesuai respon pasien dan diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat dijadikan bahan acuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai