Anda di halaman 1dari 84

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “A” DENGAN POST OP

LAPARATOMY ILEUS OBSTRUKTIF DI RUANG KANA


RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai
Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
NUR BAITHI KURNIASARI
NIM : 1920171074

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020

i
ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan“Asuhan Keperawatan Pada Tn“A”


Dengan Post Op Laparatomy Ileus Obstruktif Di Ruang Kana RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung”telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian
Akhir Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kudus, pada :
Nama : Nur Baithi Kurniasari
NIM : 1920171074
Hari :
Tanggal :

Tim Penguji :
Penguji I

Sri karyati., M.Kep.Ns.,Sp. Kep Mat


NIDN. 0602087401

Penguji II

Sukesih, S.Kep.Ners.,M.kep
NIDN: 0617048502

iii
MOTTO

1. Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada


kemudahan. QS Al Insyirah 5-6

2. Nikmati dulu prosesnya, jangan pernah menyerah.


Yakinlah bahwa kamu bisa melakukannya, namanya
juga proses pasti banyak rintangannya.

3. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan


suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. QS Ar Ra’d 11

4. Ilmu pengetahuan itu bukanlah yang dihafal, melainkan


yang memberi manfaat.

5. Selalu ada harapan bagi orang yang berdo’a dan selalu


ada jalan bagi orang yang berusaha.

RIWAYAT HIDUP

iv
Nama : Nur Baithi Kurniasari
Tempat / tanggal lahir : Pati, 08 November 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Lumbungmas RT 06 RW 01 Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati
Contact Person : 082257498406
Alamat E-mail : nurbaithi08@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK NAWANGSIH LULUS TAHUN 2005
2. SD N 01 LUMBUNGMAS LULUS TAHUN 2011
3. MTs TARIS SOKOPULUHAN LULUS TAHUN 2014
4. SMK KHOZINATUL ULUM TODANAN LULUS TAHUN 2017
5. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS ANGKATAN 2017
JUDUL KARYA TULIS ILMIAH :
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn“A” DENGAN POST OP
LAPARATOMY ILEUS OBSTRUKTIF DI RUANG KANA RSUP Dr.
HASAN SADIKIN BANDUNG

PERSEMBAHAN

v
Dengan menyebut nama Allah dan rasa syukur atas segala nikmat dan
karunia-Mu. Aku mau mengukir diatas tinta hitam dengan penuh perjuangan yang
telah aku tempuh. Untaian kata demi kata yang telah tertata semata karena
kebesaran-Mu, ijinkan aku mempersembahkan untuk mereka :
1. Bapak Sumarno dan Ibu Sholikati, tercinta yang selalu mendo’akan,
memberikan bimbingan, segala dukungan dan kasih sayang yang besar kepada
penulis.
2. Syaifudin Zuhri terima kasih telah memberi dukungan adikknya.
3. Terimakasih Kepada Bu Sri karyati., M.Kep.Ns.,Sp. Kep Mat & Umi Faridah,
S.Kep.,Ners.,MNS Yang Telah Membantu Dalam Menyelesaikan Tugas Karya
Tulis Ilmiah Ini.
4. Semua Dosen Maupun Asisten Dosen Di Universitas Muhammadiyah Kudus
Yang Telah Memberikan Ilmu Kepada Penulis.
5. Sahabatku Siti Nur Masamah, Endang Listowati & Ida Rohmana L.A yang
Telah Memberikan Dukungan, Doa, Serta Motivasi Kepada Penulis .
6. Teman-Teman Kholifatuz Zahro, Aini Octaviani, Vika Ruhmaya, Resa
Kiswanti, Rofiatun Sholekah, Febriana Arsita Sari, Inca Anjar Sari, Nita
Puswati, Siti Elly Nur Faiza, Ranti Yulikah,Belian Fitria MP, Nila Rifda
Terimakasih telah menemani 3 tahun dengan sabar mendengarkan keluh kesah
penulis.
7. Semua teman-temanku Prodi D3 Keperawatan angkatan lulusan tahun 2017.
8. Pembaca yang budiman, semoga dapat memanfaatkan karya sederhana ini.

KATA PENGANTAR

vi
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya, dan sholawat serta
salam terhatur kepada Rassullah Muhammad SAW semoga keselamatan tertuju
kepada para pengikutnya. Atas ridho dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Tn “A” Dengan Post Op Laparatomy Ileus Obstruktif Di Ruang Kana RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung” Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Ahli
Madya Keperawatan.
Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan
kemampuan yang penulis miliki. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak Proposal Riset Keperawatan ini dapat diselesaikan. Untuk itu
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rusnoto, SKM., M.Kes (Epid) selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kudus yang telah memberikan ijin dalam melakukan Karya Tulis Ilmiah
(KTI).
2. Sri karyati., M.Kep.Ns.,Sp. Kep Mat selaku pembimbing I, yang dengan sabar
memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
3. Umi Faridah, S.Kep.,Ners.,MNS selaku pembimbing II, yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
4. Kepada orang tua tercinta, ayah dan ibu, kakak tersayang yang keberadaannya
selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan maupun spiritual kepada penulis.
5. Segenap dosen dan staf di Universitas Muhammadiyah Kudus.
6. Teman-teman angkatan 2017 yang telah memberikan dukungan kepada
penulis
DAFTAR ISI

vii
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
MOTTO............................................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
ABSTRAK........................................................................................................ x
ABSTRACT..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian......................................................................... 2
C. Tehnik Pengumpulan Data.......................................................... 3
D. Sistematika Penulisan.................................................................. 4
E. Manfaat Penulisan ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................... 6
A. Pengertian.................................................................................... 6
B. Etiolog ........................................................................................ 6
C. Patofisiologi ................................................................................ 8
D. Gambaran Klinis ......................................................................... 9
E. Penatalaksanaan .......................................................................... 10
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 12
G. Pathway....................................................................................... 13
H. Asuhan Keperawatan .................................................................. 14
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 23
A. Pengkajian................................................................................... 24
B. Analisa Data................................................................................ 32
C. Diagnosa Keperawatan................................................................ 34
D. Intervensi Keperawatan.............................................................. 34

viii
E. Implementasi Keperawatan......................................................... 36
F. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 46
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 52
A. Pengkajian...................................................................................
52
B. Diagnosa, Intervensi dan Evaluasi Keparawatan........................
53
C. Diagnosa Keperawatan Yang Tidak Muncul..............................
58
D. Diagnosa Keperawatan Yang Harusnya Dimunculkan Tetapi
Tidak Ada Diteori .....................................................................
59
E. Hambatan Dalam Asuhan Keperawatan .....................................
59
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 60
A. Kesimpulan.................................................................................. 60
B. Saran............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “A” DENGAN POST OP
LAPARATOMY ILEUS OBSTRUKTIF DI RUANG KANA
RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Abstrak
Nur Baithi Kurniasari1, Sri Karyati2, Umi Faridah3

Latar Belakang : Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus.
Tujuan : Dapat memberikan asuhan keperawatan secara komperhensif pada pasien Ileus
Obstruktif.
Metode : Metode yang dapat digunakan penulis adalah metode deskriptif, yaitu data diperoleh
dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dokumentasi, dan study kepustakaan.
Hasil : Tn.A berumur 45 tahun dengan ileus obstruktif dalam waktu 3 hari, nyeri akut teratasi
sebagian, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian, dan
kekurangan volume cairan teratasi sebagian.
Kesimpulan : Tidak semua diagnosa keperawatan muncul pada kasus ini. Kasus dengan Ileus
Obstruktif terdiri dari 3 diagnosa aktual yaitu nyeri akut, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, dan kekurangan volume cairan.
Kata Kunci : Ileus Obstruktif , Nyeri akut, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dan kekurangan volume cairan.

x
1
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus
2
Pembimbing Utama Universitas Muhammadiyah Kudus
3
Pembimbng Kedua Univeersitas Muhammadiyah Kudus
NURSING CARE IN Mr. "A" WITH POST OP
LAPARATOMY ILEUS OBSTRUCTIVE IN KANA ROOM
RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Abstrac
Nur Baithi Kurniasari1, Sri Karyati2, Umi Faridah3

Background: Obstructive ileus is a mechanical blockage in the intestine which is a blockage that
completely closes or disrupts the course of intestinal contents.
Objective: To be able to provide comprehensive nursing care to Ileus Obstructive patients.
Method: The method that can be used by the writer is descriptive method, i.e. the data obtained by
interview, observation, physical examination, documentation, and literature study.
Results: Mr. A is 45 years old with obstructive ileus within 3 days, acute pain partially resolved,
nutritional imbalance is less than the body's needs partially resolved, and partially resolved fluid
volume shortages.
Conclusion: Not all nursing diagnoses appear in this case. The case with obstructive ileus consists
of 3 actual diagnoses, namely acute pain, nutritional imbalance less than the body's needs, and lack
of fluid volume.
Keywords: Obstructive ileus, acute pain, nutritional imbalance is less than the body's needs and
lack of fluid volume.

xi
1
Students University Of Muhammadiyah Kudus
2
Main Leader University Of Muhammadiyah Kudus
3
The Second Supervisor University Of Muhammadiyah Kudus

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya
isi usus (Sylvia A, price, 2012). Hal ini terjadi dikarenakan kelainan di dalam
lumen usus, dinding usus atau benda asing diluar usus yang menekan, serta
kelainan veskularisasi pada suatu sengmen usus yang dapat menyebabkan
nekrosis sistem usus (Indryani,2013).
Insiden ileus obstruktif pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari
populasi dunia statistic darai data berbagai negara melaporkan terdapat variasi
angka kejadian ileus obstruktif. Di Amerika serikat, insiden keadian ileus
obstruktif adalah sebesar 0.13%. selain itu laporan dari Nepal tahun 2010
menyebutkan jumlah penderita ileus obstrukttif dan paralitik darai tahun 2009-
2010 adalah 1053 kasus (5,32%). (Mukherjee,2012 dalam Larayanthi,et al,
2012). Di Indonesia tercatat 7.059 kasus ileus paralistik dan obstruksi tanpa
hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2010
(Departemen Kesehatan RI, 2011). Selama praktek satu bulan di RSUP dr
Hasan Sadikin Bandung di ruang Kana terdapat 9 pasien yang mengalami
gangguan pencernaan ileus obstruktif dan di lakukan oprasi laparatomy.
Penyebab ileus obstruktif berkaitan pada kelompok usia yang terserang
dan letak obstruksi, 50% terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua
akibat perlekatan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus
merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia petengahan dan
otang tua, kanker kolon merupakan penyebab dari 90% ileus obstruktif yang
terjadi (Kasminata, et.al,2013).
Pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasive yang di
lakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri atau deformitas
tubuh (Nainggolan, 2013), Berdasarkan data yang diperoleh dari world Health
Organization (2011) tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien diseluruh

1
2

rumah sakit di dunia yang telah menjalankan operasi. Tindakan operasi di


Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa.
Salah satu penanganan pada pasien dengan permasalahan obstruktif ileus
adalah dengan pembedahan laporatomi, pernyataan pada danding abdomen
atau peritoneal (Fossum, 2012). Ganggren dan perforasi adalah komplikasi
yang menunggu jika permasalahan semakin berat, maka pasien yang sudah di
diagnosa obstruksi ileus harus siap di lakukan tindakan pembedahan karena
kerlambatan pembedahan menyebabkan berbagai masalah pada organ cerna,
diantaranya perforasi appendiks, peritonitis, pileflebitis, dan bahkan kematian.
Pasien dengan post op laparatomy ileus obstruktif , pasien mengalami
gangguan sistem pencernaan, sudah dilakukan tindakan laparotomi pada perut
bagian kanan, dan pasien juga mengeluh nyeri pada bekas oprasi. Maka Fokus
perawatan pada pasien ileus obstruktif yaitu mengurangi rasa nyeri post oprasi
laparatomy. Fungsi perawat guna memberikan asuhan keperawatan pada pasien
ileus obruktif, membantu pemenuhan kebutuhan pasien selama di rawat di
Rumah Sakit. Dengan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk membuat
Karya Tulis Imiah (KTI) dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A
Dengan post Op Laparatomy ileus obsteruktif Di Ruang Kana Rumah Sakit dr
Hasan Sadikin Bandung”.

B. Tujuan penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulisan mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a. Penulis dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien post oprasi
tindakan Laparotomi pada Ileus Obstruktif.
b. Penulis dapat mendapat gambaran dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien post oprasi tindakan Laparotomi pada Ileus
Obstruktif.
3

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran dan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien Tn. A post oprasi tindakan Laparotomi pada Ileus Obstruktif.
b. Melakukan pengkajian pada pasien Tn. A post oprasi tindakan
Laparotomi pada Ileus Obstruktif.
c. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Tn. A post oprasi
tindakan Laparotomi pada Ileus Obstruktif.
d. Membuat Intervensi keperawatan pada pasien Tn. A post oprasi
tindakan Laparotomi pada Ileus Obstruktif.
e. Meimplementasi pada pasien Tn. A post oprasi tindakan Laparotomi
pada Ileus Obstruktif.
f. Mengevaluasi pada pasien Tn A post oprasi tindakan Laparotomi pada
Ileus Obstruktif.

C. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan karya
tulis ilmiah, metode penulisan yang dapat digunakan Menurut (Sugiyono
2013), antara lain :
1. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari berbagai literatur atau referensi yang berhubungan 
dengan karya tulis ilmiah ini antara lain buku – buku, internet dan catatan
kuliah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis.
2. Studi kasus
Studi kasus dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan dari
pengkajian data, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi melalui  teknik
pengkajian dan wawancara.
3. Wawancara
Untuk mendapatkan data lebih lengkap tentang masalah yang timbul pada
pasien, dilakukan dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa.

4. Observasi Partisipasi
4

Mengamati langsung perubahan yang terjadi pada pasien post oprasi


tindakan Laparotomi pada Ileus Obstruktif
5. Pemeriksaan fisik
Menunjang data-data yang didapatkan ketika observasi yang dilakukan
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada pasien post oprasi
tindakan Laparotomi pada Ileus Obstruktif
6. Diskusi
Bila ada masalah atau kendala yang didapatkan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien, penulis mengkonsultasikan dengan pembimbing
atau tenaga kesehatan yang terkait.

D. Sistematika Penulisan
System penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri atas 5 BAB dan masing-
masing BAB terdiri dari sub BAB untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang hal-hal yang melatarbelakangi penulisan Karya Tulis ini,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan tehnik pengumpulan data serta
asuhan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Berisi tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, gambaran klinis,
pengolahan kasus, dan pathway dari teori Ileus Obstruktif.
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi tentang pengkajian, analisa masalah, rencana perawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang semua masalah keperawatan pasien kemudian dianalisa
menggunakan tinjauan asuhan keperawatan.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang lebih menekankan pada usulan
yang sifatnya lebih oprasional atau aplikasi.
E. Manfaat Penulisan
5

1. Penulis
Memberikan wawasan dan pemahaman pada penulis dalam menyusun
Karya Tulis Ilmiah dan memberikan penatalaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien ileus obstruktif.
2. Keluarga dan Pasien
Dapat meningkatkan pengetahuan dan memahami cara merawat pasien
dengan ileus obstruktif.
3. Rumah Sakit
Sebagai tambahan informasi serta bahan tambahan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan pada pasien ileus obstruktif.
4. Institusi Pendidikan
Mengetahui tinggkat kemampuan dan bahan untuk materi yang telah
disampaikan kepada mahasiswa keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Ileus Obstruktif adalah suatu gangguan aliran normal isi usus sepanjang
saluran usus. Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati
saluran gastrointestinal (Diyono 2013). Gangguan sebagian atau komplek dari
aliran maju isi usus di kenal sebagai obstruksi usus. Sekitar 90% dari obstruksi
usus terjadi pada usus halus, utamanya pada ileum, yang merupakan segmen
tersempit (Joyce,2014).
Ileus obstruktif adalah penyumbatan sebagian atau total pada lumen usus halus
atau usus besar (Dwi widiarti 2012). Ileus adalah gangguan atau hambatan
usus yang merupakan tanda keberadaan obstruksi usus akut yang segera
membutuhkan pertolongan atau tindakan (Indrayani 2013).

B. Etiologi
Obstruksi usus mekanik atau ileus obstruktif dapat dibagi dalam tiga kategori
penyebab menurut (Diyono 2013) yaitu :
1. Lesi ekstrinsik
Yang termasuk ke dalam etiologi ini diantaranya pelengketan malrotasi,
hernia, volvunus.
a. Malrotasi
Merupakan kasus gawat darurat di bidang bedah anak yang
meperlukan intervensi segera. Manifestasi berupa muntah hijau dengan
atau tanpa abdomen yang berhubungan dengan obstruksi duodenum
b. Hernia
Hernia inkarserata dapat mengakibatkan obstruksi, bergantung pada
ukuran dari cicin hernia tersebut, namun potensi terjadinya obstruksi
selalu ada pada setiap hernia. Hernia stangulata selalu mengalami
obstruksi karena usus tidak dapat berfungsi jika aliran darahnya
terputus.

6
7

c. Volvulus
Volvulus merupakan alairan usus yang sering terjadi pada suatu fokus
yang sering terjadi pada suatu fokus ysng diam atau statistik (misal,
tumor, atau divertikulum meckel) pada rongga abdomen. Hal ini dapat
mengakibatkan infrak dari usus dan dapat terjadi pada usus besar
maupun usus halus.
2. Lesi intrinsik
Lesi instrinsik dalam usus dapat menyebabkan obstruksi mekanik.
Disamping itu juga kelainan kogenital. Yang termasuk dalam penyebab ini
antara lain astresia, , neoplasma usus, endometriosis, deverticulitis, serta
peradangan sekunder terhadap radiasi.
a. Astresia
Salah satu jenis cacat atau kelainan sejak lahir. Pada kondisi ini,
perkembangan janin mengalami gangguan sehingga bentuk rektum
(bagian akhir usus besar) sampai lubang anus umumnya terbentuk
tidak sempurna.
b. Neoplasma usus
Kanker usus besar adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang
berasal atau tumbuh di dalam struktur saluran usus besar (kolon) dan
rektum yang merupakan bagian dari sistem pencernaan.
c. Endometriosis
Merupakan radang yang terkait dengan hormon estradiol/estrogen
berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan
pembuluh darah, hingga menonjol keluar dari rahim (pertumbuhan
ectopic) dan menyebabkan pelvic pain.
d. Deverticulitis
Merupakan peradangan atau infeksi yang terjadi pada divertikula, yaitu
kantung-kantung yang terbentuk di sepanjang saluran percernaan,
terutama di usus besar (kolon). Kondisi terbentuknya divertikula di
dinding usus besar disebut juga dengan diverticulosis
8

3. Obstruksi menutup
Pada kategori penyebab ini antara lain intususepsi maupun sumbatan
mekonilin yang banyak terjadi pada anak/bayi. Adapun pada orang dewasa
, tumor polioid, batu empedu, fases yang mengeras.

C. Patofisiologi
Menurut Diyono (2013). Patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus
adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut di akibatakan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi
paralitik dimana pristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi
mekanis pristaltik mula-mula di perkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya
hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progesif akan teregang oleh cairan dari
gas (70% dari gas yang ditelan) akibat meningkatkan tekanan intra lumen,
yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus kedarat. Oleh
karnanya sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari tidak
adanya absorsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat.
Muntah dan peyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber
kehilangan utama dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan
elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemo
konsentrasi, hipovelenia, insufisiensi ginjal, sok hopotensi, pengurangan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan asidosis metabolik, dan kemtian bila tidak
dikoreksi.
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan penurunan absorbsi
cairan dan peningktan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal perengangan
usus dalah iskemia akibat ditensi dan peningkatan permeabilitas akibat
nekrosis, disertai absorsi toksin-toksin atau bakteri kedalam rongga
peritonium dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang
mencolok adalah elevasi diagfragma dengan akibat terbatasanya ventilasi dan
berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena cava inferior
jjuga dapat tergangggu segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena
9

yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup
kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup
berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang.
Menurut Joyce (2014). Akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi di
daerah di atas usus mengalami obstruksi distensi dan retensi cairan
mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi lambung.
Dengan peningkatan distensi, tekanan dalam lumen usus meningkat
menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola yang akan
menyebabkan adema, kongesti, nekrosis, dan akhirnya ruptur atau performasi
dari dinding usus dengan akibat peritonitis.
Muntah refluks dapat terjadi distensi abdomen muntah mengakibatkan
kehilangan ion hidrogem dan kalium dari lambung. Serta menumbulkan
penurunan klorida dan kalsium dalam darah, yang akhirnya mencetuskan
alkalosis metabolik. Dehidrasi dan asidosis yang terjadi kemudian disebabkan
karena kehilangan cairan dan natrium, dengan kehilangan cairan akut, syok
hipovelemik.

D. Gambaran klinis
Menurut Diyono (2013). Pada obstruksi usus akan mengalami gangguan
pasage dimana tidak ada lagi flatus dan defekasi. Usaha untuk melawan
obstruksi usus akan meningkatkan perestaltiknya yang berupa kolik, mual dan
muntah. Kolik ini dipandang sebagai gerak/kejang usus, sehingga berupa nyeri
berkala, pada saat serangan pasien menggeliat, secara auskultasi di dapatkan
peristaltik usus dengan nada tinggi. Adanya akumulasi cairan dan gas di
lumen usus menyebabkan distensi abdomen. Pada kondisi ini maka akan
terjadi hipovolemi syok, oliguri, dan ganggua elektrolit.
Menurut Joyce (2014). Manifestasi dari obstruksi usus tergantung pada
bagian usus mana dan seberapa panjang usus yang terlibat, sejauh mana
obstruksi mengganggu aliran darah, sekomplet apa obstruksinya, dan tepi lesi
yang menciptakan obstruksi ini. Penungkatan tekanan berujung pada
perestaltik terbalik, mengakibatkan muntah yang membantu mencegah
10

distensi usus berlebih. Efek-efek lokasi tersebut terjadi karena (1) hilangnya
cairan, elektrolit, dan plasma (2) proliferasi bakterial dan (3) performasi. Efek-
efek sistemik antara lain penurunan cairan ekstraseluler dan volume darah
yang bersirkulasi, toksemia, dan peritonitis.
Klien dengan obstruksi usus halus umumnya mengalami nyeri abdomen
dengan pola gelombang berulang yang ritmis. Nyeri berasal dari distensi dan
usaha perestaltik dari usus halus untuk mendorong kandungan melewati
obstruksi. Nyeri usus halus terasa pada perut atas dan tengah, sementara nyeri
usus besar terasa pada abdomen bawah. Selain adanya nyeri pada abdomen,
muntah juga hampir selalu ada, dengan frekuensi muntah yang berhubungan
dengan lokasi anatomis dan obstruksi. Muntah akan lebih parah jika obstruksi
terletak tinggi pada usus halus. Akibat muntah tersebut juga dapat
menyebabkan klien menjadi dehidrasi.
Obstruksi kolon mengakibatkan pola BAB yang tidak simbang, nyeri
abdomen bawah, perasaan ingin BAB, distensi dan borborigmus. Muntah yang
menyertai obstruksi usus besar merupakan manifestasi paling akhir yang
terjadi pada usus halus yang terdistensi.

E. Penatalaksanaan
Menurut Diyono (2013) prinsip penatalaksanaan ileus obstruktif yaitu:
1. Intubasi nasograstik dengan menghisap dengan menggunakan selang
salem pump /selang usus panjang.
2. Penggantian cairan elektrolit
3. Tirah baring
4. Analgesik
5. Pembedahan seperti rekresi usus
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), tujuan utama penatalaksanaan adalah
dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi.
Tindakan oprasi biasanya selalu di perlukan .menghilangkan penyebab
obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatau penyumbatan sembuuh
11

dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh


perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus dirawat di ruamh sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk menguurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi).
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan
elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum
tercapai barulah dilakukan laparatomy. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2. Oprasi
Bedah laparatomy adalah tindakan oprasi pada daerah aabdomen
merupakan tehnik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang di
lakukan pada bedah digesif dan kandungan. Adapun tindakan digesif yang
sering di lakukan dengan tehnik sayatan arah laparatomy. (Smeltzer,
2012).
Post operatif laparatomi merupakan tahapan setelah proses
pembedahan pada area abdomen (laparatomi) di lakukan . di paparkan
bahwa tindakan post operatif di lakukan dalam dua tahap yaitu periode
pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif.
Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post laparatomi.
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di
berikan kepada klien yang telah menjalani operasi pembedahan abdomen.
3. Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu di ingat bahwa pasca bedah khusus
pasien masih dalam keaadaan paralitik (Nurarif&Kusuma, 2015).
12

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Diyono (2013).
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan rontgen sangat bermanfaat demi mengonfirmasi diagnosis,
obstruksi usus serta foto abdomen dalam posisi tegak dan berbaring kdang
di perlukan dengan peemeriksaan zat kontras (barium)
2. Pemeriksaan Laborat
Dalam pemeriksaan laboratorium akan di dapat peningkatan dari : BUN,
hematokrit, leukosit, juga berat jenis urin. Di samping itu juga terjadi
penurunan dari serum natrium klorida, kalium, bikarbonat.
13

G. Pathway

Ileus Obstruktif

Hospitalisasi

Rencana Pembedahan

Laparatomi
(Pembedahan abdomen)

Selaput perut terbuka

Post Laparatomi

Luka Insisi
Gangguan gastrointestinal
Adanya Peningkatan
Leukosit Pergerakan
terbatas Mual, Muntah
Resiko
Nyeri
Infeksi

Dehidrasi
Intoleran aktivitas
Intake Nutrisi
Tidak Adekuat

Kekuarangan Volume
Cairan Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Sumber : Muttaqin (2011)


14

H. Asuhan Keperawatan Teoritis (Virginia Henderson)


Menurut Andra (2013)
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
1.) Identitas klien meliputi nama, umur, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian,, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2.) Identitas penamggung jawab antara ayah atau ibu, dan saudara
kandung meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, hubungan
dengan pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini juga aktual
c. Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang
di derta oleh pasien mulai dari timbulnya keluhann yang dirasakan
sampai pasien di bawa ke rumah sakit, dan apakah pasien pernah
memeriksakan diri ketempat lain serta pengobatan apa yang di berikan
dan bagaimana perubahannya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit pencernaan
atau bagian abdomen.
e. Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan dengan penyakit ketiurunan dalam keluarga, misalnya
ada anggota yang pernah menderita yang sama atau penyakit menular
f. Riwayat alergi
Berkaitan dengan nama benda atau makanan dan minuman serta
obat-obatan yang membuat paien alergi.
g. Pola fungsional kesehatan (Virginia Henderson)
1. Pola Pernafasan
Menjelaskan apakah ada takikardi atau bradikardi dalam pola
pernafasan dan apakah ada alat bantu pernafasaan atau tidak.
15

2. Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, belencee cairan, dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual muntah.
3. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan
kateter.
4. Pola Istrirahat dan Tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur, persepsi terhadap energi,
jumlah jam pada tidur siang maupun malam, masalah tidur atau
insomnia.
5. Kebuthan Rasa Aman dan Nyaman
Data yang dapat muncul pada pasien dengan post ileus obstruktif
adalah pasien mengalami gangguan rasa aman dan nyaman, kaeran
pasien merasakan nyeri pada bagian abdomen yang telah dilakukan
pembedahan.
6. Kebutuhan Berpakaian
Pada pasien post op ileus obstruktif mengalami sedikit gangguan
dalam berpakaian karena terdapat luka post op oprasi diabdomen,
sehingga dalam berpakaian pasien dibantu oleh keluarga
7. Kebutuhan Mempertahankan Suhu Tubuh dan Sirkulasi
Pasien pada post op ileus obstruktif menggunakan pakaian
berkancing
8. Kebutuhan Personal Hygine
Pada pasien post ileus obstruktif personal hygine kurang terpenuhi
karena pasien mengalami nyeri pada abdomen
9. Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada pasien post ileus obsruktif pasien tubuhnya mengalami lemas,
sehingga keseimbangan untuk jalan maupun aktivitas lainnya
tergangggu.
16

10. Kebutuhan Komuniksai Dengan Orang Lain


Mengekspresikan emosi, keinginan, rasa takut dan pendapat
11. Kebutuhan Spiritual
Dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
12. Kebutuhan Bekerja
Kebutuhan bekerja dapat terhambat dengan adanya efek anastesi,
pemasangan infus, kateter dan keadaan umum pasien
13. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Kebutuhan bermain dan rekreasi sedikit teranggu karena nyeri
14. Kebutuhan Belajar
kebutuhan belajarnya tergganggu.
2. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan inspeksi, palasi, perkusi, auskultasi
a. Keluhan utama, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1.) Kepala: warna rambut mufah dicabut atau tidak, kulit kepala
bersih atau tidak
2.) Telinga: ada serumen atau tidak, tingkat pendengaran
3.) Mata: seklera icteric atau tidak, konjungtiva anemis atau
tidak, pupil simetris atau tidak
4.) Hidung: ada sakit atau tidak, ada kelainan atau tidak, tingkat
penciuman
5.) Mulut : bibir kering atau tidak, lidah menutup jalan nafas atau
tidak, mukosa mulut
6.) Leher: ada pembesaran vena jugularis atau tidak, ada
pembesaran kelenjar tiroid atau tidak
7.) - Dada
Inspeksi : Simetris atau tidak
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak, vokal premitus antara
kedua paru
Perkusi : pekak atau redup
17

Auskultasi : reguler atau tidak.


- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak/tidak
Palpasi : ictus cordis teraba/tidak
Perkusi : pekak/tidak
Askultasi : reguler/ireguler
- Abdomen
Inspeksi : bentuk perut ada luka atau tidak, panjang cm,
jumlah jahitan
Auskultasi : peristaltik usus berkurang atau meningkat
Palpasi : adanya nyeri tekan/tidak
Perkusi : tympani
8.) Genetalia: terpasang kateter atau tidak, bersih/kotor, ada luka
atau tidak, rektal (adakah hemoroid)
9.) Ekstremitas
Apakah ada oedem, luka, tanda-tanda inflamasi (nyeri,
hangat, kemerahan) apakah ada keterbatasan gerak, terpasang
infus atau tidak
3. Diagnosa Keperawatan menurut NANDA NIC NOC 2015
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post oprasi)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mengabsorsi nutrien
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur Invasif.
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas.
18

4. Intervensi Keperawatan yang sesuai pada teori


Tabel 2.1 Rencana keperawatan pada pasien ileus obstruktif

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


keperawatan Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Menejemen Nyeri:
berhubungan tindakan a. Monitor keadaan
dengan agen keperawatan 3x8 umum dan tanda-
cidera fisik jam di harapkan tanda vital
(prosedur pasien bisa b. Mengkaji nyeri
pembadahan) mengontrol nyeri, secara
nyeri berkurang komprehensif
Domain 12. dengan KH : c. Ajarkan tehnik
Kenyamanan. - skala nyeri non farmakologi
Kelas 1. berkurang - Pasien (relaksasi nafas
Kenyamanan Fisik mampu mengontrol dalam)
(00132) nyeri d. Kurangi faktor-
faktor pencetus
atau
meningkatkan
nyeri misal :
kelelahan dan
kurang
pengetahuan
e. Observasi adanya
petunjuk non
verbal mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada
mereka yang tidak
bisa
berkomunikasi
19

secara efektif
f. Gunakan strategi
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
g. Informasikan
kepada keluarga
mengenai strategi
non farmakologi
yang sedang
digunakan dalam
menejemen nyeri
h. Kolaborasi
dengan pasien,
orang terdekat
dan tim medis
lainnya untuk
tindakan
penurunan nyeri
non farmakologi
i. Kolaborasi
dengan tim dokter
dalam pemberian
obat analgesik

2. Ketidak Setelah dilakukan Menejemen Nutrisi:


seimbangan nutrisi tindakan a. Monitor keadaan
kurang dari keperawatan 3x8 umum dan tanda-
kebutuhan tubuh jam di harapkan tanda vital
berhubungan Nutrisi pasien b. Monitor
20

dengan tercukupi, intake terjadinya


ketidakmampuan dan output adekuat kenaikan &
mengabsorbsi dengan KH : penurunan BB
nutrien. - BB naik c. Kaji adanya alergi
- Turgor kulit & pada makan
Domain 2. Nutrisi mukosa bibir d. Anjurkan makan
Kelas 1. Makan lembab sedikit tapi sering
(00002) e. Bantu pasien
dalam pembuatan
buku untuk
memantau intake
kalori
f. Informasikan
pada keluarga
tentang manfaat
nutrisi
g. Anjurkan pada
keluarga untuk
membawa
makanan favorit
klien
h. Dorong untuk
melakukan
bagaimana cara
menyiapkan
makanan aman
dan sehat

3. Kekuranagn Setelah dilakukan Manejemen cairan:


volume cairan tindakan a. Monitor status
berhubungan keperawatan 3x8 dehidrasi
21

dengan kehilangan jam diharapkan (membran


cairan aktif. volume mukosa, denyut
cairan/status cairan nadi & tekanan
Domain 2. Nutrisi pada klien adekuat darah)
Kelas 5. Hidrasi dengan KH: b. Anjurkan minum
(00027) - keseimbangan air putih yang
cairan adekuat banyak
- Turgor kulit & c. Berikan cairan
mukosa bibir dengan tepat
lembab d. Dukung klien dan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian cairan
e. Tawari makanan
ringan misal :
minuman ringan
dan buah-buahan

4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan Kontrol Infeksi :


berhubungan tindakan a. Ajarkan pasien
dengan prosedur keperawatan 3x8 mengenai tehnik
Invasif. jam diharapkan mencuci tangan
resiko infeksi dapat dengan tepat
Domain 11 terkontrol dengan b. pastikan tehnik
kenyamanan/perlin KH : perawatan luka
dungan Tidak ada tanda- yang tepat
Kelas 1 infeksi tanda infeksi c. Anjurkan pasien
(00004) untuk meminum
antibiotik seperti
yang diresepkan
d. Ajarkan pasien dan
22

keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus melaporkan
kepada penyedia
perawatan
kesehatan
e. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
mengenai
bagaimana
menghindari
infeksi
5. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi:
berhubungan tindakan a. Observasi adanya
dengan imobilitas keperawatan 3x8 pembatasan pasien
jam diharapkan dalam melakukan
Domain 4 intoleran aktivitas aktivitas
aktivitas/istirahat berkurang dengan b. Monitor pola tidur
Kelas 4 respon KH : dan lamanya tidur
kardiovaskuler/pul - Daya tahan otot c. Bantu pasien untuk
monal tidak mengalami mengidentifikasi
(00094) gangguan aktiviitas yang
- Tidak ada mampu dilakukan
kelemahan otot d. Kaji adanya faktor
maupun kelelahan yang menebabkan
dalam beraktivitas kelelahan
e. Lakukan Rom Aktif
dan Pasif untuk
menghilangkan
ketegangan otot.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Sabtu, 16 November 2019

Tempat praktik : Ruang Kana

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas pasien
Nama : Tn A
Umur : 46 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : wiraswasta
Suku : Sunda
Status : Perkawinan
Alamat : Bandung
Tanggal masuk Rs : Kamis 14 November 2019
Nomor RM : 179603
Diagnosa Medis : Ileus Obstruktif
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny W
Umur : 45 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bandung
Hub dengan pasien : Istri

23
24

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan nyeri Post Op Laparatomi dibagian perut
sebelah kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak tanggal 10 November
2019, pasien mengatakan nyeri pada perut, pasien mual muntah,
nafsu makan menurun, kemudian pasien dibawa ke RSUP dr Hasan
Sadikin Bandung pada tanggal 14 November 2019 sampai di IGD
pada jam 09.15 WIB Hasil pemeriksaan TTV TD: 100/80 mmHg
N: 78x/menit RR: 19x/menit S: 36,3º c Mendapatkan terapi medis
Infus RL 20 tpm, cetorolax 2x30 mg, cefotaxime 2x1 gram,
ranitidin 2x50 mg, Kemudian pasien dipindahkan keruang Kana
untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Pada saat di
ruang Kana pasien direncanakan untuk oprasi Laparatomi pada
tanggal 15 November 2019 jam 09.00 WIB kemudian oprasi
berjalan dengan lancar pasien dari ruang oprasi dibawa keruang
Kana pada jam 16.00 WIB.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya, pasien tidak mempunyai penyakit menular seperti
HIV,TBC
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit seperti yang diderita pasien dan riwayat penyakit
keturunan sepertui buta warna
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat, makanan maupun
minuman
25

f. Genogram

Keterangan :
Perempuan Meninggal Laki-laki meninggal
Perempuan Laki-Laki
Pasien Tinggal serumah

3. POLA FUNGSIONAL (MENURUT VIRGINA HENDERSON)


a. Pola pernafasan
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
sesak nafas
2) Selama sakit : Pasien tidak mengalami sesak nafas dengan
RR : 20x.menit
b. Kebutuhan Nutrisi
1) sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
Nutrisinya
2) selama sakit : pasien mengatakn nafsu makan menurun,
makan 2x sehari bubur sumsum 1/3 porsi
- Antropometri
TB : 165 cm
BB sebelum sakit : 55 kg
BB selama sakit : 48 kg
BB 48 48
IMT : = = = 17,6
(TB) ² (1,65)² 272
26

- Biochemical
Hb : 10,0
Ht : 29,4
- Clinical Sign
Turgor kulit dan mukosa bibir kering, lemas
- Diet
Bubur sumsum 3xsehari
Normal IMT : 18-22
c. Kebutuhan eliminasi
1) sebelum sakit : pasien mengatakn BAB 1x sehari, berwarna
kuning , konsistensi cair . BAK 5-6x sehari dengan warna
kuning jernih
2) selama sakit : pasien mengatakan BAB lewat colostomy cair,
berwarna kuning ±500cc/24jam berbau khas. BAK ±900
cc/hari dengan terpasang selang kateter, konsistensi warna
kuning keruh .
Balance cairan
Intake
Makan : 450cc
Minum : 700ml
500 cc
Cairan infus : +¿
1.650 cc
Output
BAB :500cc
BAK :900cc
Muntah1x :200cc
720
IWL :15x 48 : +¿
2,320 cc
Intake – Output
1,650 – 2,320
: - 670 cc
27

d. Kebutuhan istirahat dan tidur


1) sebelum sakit : pasien mengatakan tidur cukup 7-8 jam
perhari
2) selama sakit : pasien mengatakan tidur sedkit terganggu
akibat nyeri dibekas luka post oprasi meskipun demikian
pasien saat sudah diberi obat analgesik tetap bisa tertidur 7-8
jam .
e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
1) sebelum sakit : pasien mengatakan kebutuhan rasa aman dan
nyaman tidak terganggu
2) selama sakit : Pasien mengatakan nyeri Post Oprasi
Laparatomi dibagian perut sebelah kanan, nyeri saat bergerak,
skala nyeri 6, nyeri hilang timbul.
P : Nyeri saat bergerak
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dibagian perut kanan
S : Skala 6
T : Hilang timbul
f. Kebutuhan berpakaian
1) sebelum sakit : pasien mengatakan berpakaian mandiri tanpa
bantuan orang
2) selama sakit : pasien mengatakan kebutuhan berpakaian
dibantu oleh keluarganya dikarenakan terpasang infus di
tangan kiri dan terpasang kateter meskipun demikian pasien
masih bisa membenahi bajunya sendirii.
g. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
1) sebelum sakit : pasien mengatakan tidak demam
2) selama sakit : pasien mengatakan tidak demam dengan suhu
tubuh 36ºc.
28

h. Kebutuhan personal hygine


1) sebelum sakit : pasien mengatakan personal hygine dengan
mandiri
2) selama sakit : kondisi kebersihan pasien bersih ditandai
dengan seprai yang rapi dan pasien tampak bersih.
i. kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
1) sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada gangguan gerak
dan keseimbangan suhu tubuh
2) selama sakit : pasien mengatakan terbatas dalam pergerakan
karena terpasang infus ditangan kirinya, meskipun demikian
pasien tetap tidak ada gangguan dalam kebutuhan gerak dan
keseimbangan tubuh ditandai dengan pasien bisa mengambil
barang di dekatnya.
j. Kebutuhan komunikasi dengan orang lain
1) sebelum sakit : pasien mengatakan lancar berkomunikasi baik
dengan keluarga, teman maupun orang lain
2) selama sakit : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
berkomunikasi ditandai dengan pasien berkomunikasi dengan
perawat dengan lancar.
k. Kebutuhan spiritual
1) Sebelum sakit : pasien mengatakan sholat tapi jarang
2) Selama sakit : pasien mengatakan tidak sholat dikarenakan
nyeri post oprasi.
l. Kebutuhan bekerja (Aktifitas)
1) sebelum sakit : pasien mengatakan bekerja wiraswasta
2) selama sakit: pasien mengatakan cuti bekerja selama sakit.
Aktifitas pasien selama sakit melakukan rom aktif pasif untuk
meregangkan otot-otot.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
29

1) sebelum sakit : pasien mengatakan suka bermain dengan anak-


anaknya
2) selama sakit : pasien mengatakan jarang bermain dengan sang
anak di karenakan anak pasien yang berumur 8 tahun tidak
boleh masuk ke rumah sakit karena peraturan rumah sakit yang
idak memperbolehkan anak kecil masuk.
n. Kebutuhan belajar
1) selama sakit : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
belajar
2) selama sakit : pasien sering bertanya dengan hal-hal yang
belum diketahui.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis, GCS : 15 ( E : 4 M : 6 V: 5)
c. TTV : TD : 100/90 mmHg, N: 80x/menit RR: 20x/menit
S: 36º c
d. Kepala : Mecocepal, simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembengkakan, rambut bersih hitam.
e. Wajah : Simetris, tidak ada pebengkakan, pucat, meringis
menahan nyeri.
f. Mata :Simetris, konjungtiva tidak anemis, reaksi
terhadap cahaya baik
g. Hidung : Simetris, tidak ada secret, tidak ada pembesaran
polip, tidak terpasang oksigen, tidak terpasang
NGT
h. Mulut : Mukosa bibir kering, gigi berlubang
i. Telinga : Simetris, tidak ada penumpukan serumen, tidak
terpasang alat bantu pendegaran
j. Leher :Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
k. Dada
30

1.) Paru-paru
Inspeksi : Simetris tidak ada lesi atau jejas
Palpasi :Vokal premitus seimbang,
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada whezing, bunyi nafas vesikuler
2.) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada intra costa 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Reguler, tidak ada suara tambahan
3.) Abdomen
Inspeksi : Simetris, ada luka bekas oprasi laparatomi di
bagian perut kanan dan colostomy dibagian kiri
Auskultasi : Bising usus 14x/menit
Palpasi : Ada nyeri tekan dibagian kanan
Perkusi : Tympani
l. Genetalia : Terpasang kateter
m. Ekstremitas
Atas : Pada tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
Bawah : Tidak ada odema
Skala kekuatan otot
5 5
5 5
n. Integumen : Kulit sawo matang, turgor lulit kering, crt < 2dtk

5. DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan laborat tanggal 16 November 2019

Nama Hasil Satuan Nilai normal


Hematologi 8
Parameter
Hemoglobin 10.0 g/dl 14-17,4
31

Hematokrit 29,4 % 41,5-50,4


Leukosit 5,18 10^²/il 4,50-11,0
Eritrosit 3,49 Juta/ul 4,4-6,0
Trombosit 179 Ribu/ul 150-450
Index Etritrosit
MCV 84,2 Fl 80-96
MCH 28,7 p/g 27,5-33,2
MCHC 34,0 % 33,4-35,5
Prothrombin Detik
Time/PT@
PT 18,9 Detik 11-15
PT ! Detik 9,1-13,1
INR@ 1,34 0,8-1,2
INR@ ! 08-1,2
APTT
APTT 30,70 Detik 21-41
APPT ! Detik 14,2-34,2
Glukosa sewaktu 91 mg/dl <140
SGOT (AST) 41 U/L 15-37
SGOT (ALT) 18 U/L 16-63
Protein Total 4,7 g/dl 6,4-8,2
Albumin 1,80 g/dl 3,4-5,0
Globulin@ 2,9 g/dl
Ureum 111,0 mg/dl 15,0-39
Kreatinin 2,76 mg/dl 0,80-1,30
Natrium (Na) 132 mEq/L 135-145
Kalium k 3,7 mEq/L 3,5-5,1
Rasio 0,62 1,1-1,5
Albumi/Globulin

b. Terapi Medis
- Infus RL 20 tpm
- Cetorolax 2x20 mg
- Cefotaxime 2x1 gram
- Ranitidin 2x50 mg
B. ANALISA DATA

No Hari/tanggal Data Fokus Problem Etiologi


32

1. Sabtu, 16 Ds. Pasien mengatakan Nyeri Akut Agen Cidera


Nov 2019 nyeri post op laparatomy Fisik
di perut bagian kanan (prosedur
P : nyeri saat bergerak pembedahan)
Q : nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri di bagian perut
kanan
S : skala 6
T : Hilang timbul
Do. Pasien tampak
meringis kesakitan
TD : 100/90 mmHg
N : 80x/menit
S : 36ºc
RR : 20x/menit

2. Sabtu, 16 Ds. Mengatakan nafsu Ketidak Ketidak


Nov 2019 makan menurun, makan seimbangan mampuan
2x sehari bubur sumsum nutrisi mengabsorbsi
habis 1/3 porsi kurang dari nutrien
Do. Pasien tampak lemas kebutuhan
A : TB : 165 cm tubuh
BB selama sakit : 48
kg
48
IMT : =17,6
272
B : Hb : 10,0
Ht : 29,4
C : Turgor kulit &
mukosa bibir kering
33

D : Bubur sumsum 3x
sehari

3. Sabu, 16 Ds. Pasien mengatakan Kekurangan Kehilangan


Nov 2019 lemas, muntah 1x volume cairan aktif
Do. Pasien tampak cairan
lemas, mukosa bibir
kering, turgor kulit
kering
Balance cairan :
Intake : makan : 450 cc
Minum : 700 cc
500 cc
Cairan infus : +
1,650

Output : BAB : 500 cc


BAK : 900 cc
Muntah 1x : 200 cc
IWL : 15x48 =

720
+¿
2,320 cc

Intake – output
1,650-2,320 = -670cc

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik (prosedur
pembedahan).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan Ketidak Mampuan Mengabsorsi Nutrien
34

3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan


Aktif

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal No Tujuan & Intervensi Rasional


Diagnosa Kriteria Hasil
Sabtu, 16 1 Setelah 1. Observasi 1.Mengetahui
Nov 2019 dilakukan TTV keadaan
tindakan 2. Mengkaji umum pasien
keperawatan nyeri secara 2.Mengontrol
3x8 jam di komprehensif perubahan
harapkan 3. Ajarkan nyeri
pasien bisa tehnik non 3.Mengurangi
mengontrol farmakologi nyeri.
nyeri, nyeri (Relaksasi 4.Mengurangi
berkuarang nafas dalam) nyeri.
dengan KH : 4. Kolaborasi
- skala nyeri dengan
berkurang dokter dalam
- mampu pemberian
mengontrol obat
nyeri analgesik.

Sabtu, 16 2 Setelah 1. Monitor 1. Untuk


Nov 2019 dilakukan terjadinya mengetahui
tindakan kenaikan & Keadaan
keperawatan penurunan umum pasien.
3x8 jam di BB. 2. Untuk
harapkan 2. Kaji mengetahui
Nutrisi pasien adanya alergi perubahan BB.
35

tercukupi, pada 3. Untuk


intake dan makanan. mengetahui
output 3. Anjurkan apakah pasien
adekuat makan sedikit punya alergi
dengan KH : tapi sering. makanan atau
- BB naik 4.menginfor tidak.
- Turgor kulit masikan pada 4. Untuk
& mukosa keluarga dan memenuhi
bibir lembab pasien kebutuhan
tentang kalori dalam
manfaat tubuh.
nutrisi
Sabtu, 16 3 Setelah 1. Memonitor 1. Untuk
Nov 2019 dilakukan status mengetahui
tindakan dehidrasi keadaan umum
keperawatan (membran pasien.
3x8 jam mukosa, 2. untuk
diharapkan turgor kulit) memenuhi
volume 2. Anjurkan kebutuhan
cairan/status minum yang cairan pasien.
cairan pada banyak. 3. untuk
klien adekuat 3. Berikan mendukung
dengan KH: cairan dengan pasien dalam
- tepat. pemenuhan
keseimbanga 4. Dukung kebutuhan
n cairan klien dan cairan
adekuat keluarga 4. untuk
- Turgor kulit untuk keseimbagan
& mukosa pemenuhan caiaran pasien
bibir lembab pemberian adekuat
cairan.
36

E. IMPLEMENTASI

Hari/Tgl Dx Implementasi Respon TTD

Sabtu, 16 1 1. Memonitor DS. Pasien mengatakan lemas


Nov TTV DO. TTV :
2019 TD : 100/90 mmHg
08.00 N : 80x/menit
WIB S : 36ºc
RR : 20x/menit

08.10 1 2. Mengkaji DS. Pasien mengatakn nyeri


WIB nyeri secara post op laparatomy
komprehensif diperut bagian kanan
P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : perut kanan
S : Skala 6
T : Hilang timbul
DO. Pasien tampak meringis
kesakitan

08.30 1. 3. Mengajarkan DS. Pasien mengatakan


WIB tehnik non belum tau cara relaksasi
farmakologi nafas dalam
(Relaksasi nafas DO. Pasien bersedia
dalam) diajarkan relaksasi nafas
dalam

08.45 1 4.Mengkolabora DS. Pasien mengatakan


WIB sikan dengan mendapatkan obat
37

dokter dalam DO. Pasien mendapatkan


pemberian obat obat Cetorolax 2x30mg
Ranitidin 2x50mg
Cefotaxime 2x1 gram

08.50 2 1. Memonitor DS. Pasien mengatakan nafsu


WIB terjadinya makan menurun makan
kenaikan dan 2x sehari bubur sumsum
penurunan BB habis 1/3 porsi
DO. Pasien tampak lemas
A : TB : 165 cm
BB selama sakit : 48
kg
48
IMT : =17,6
272
B : Hb : 10,0
Ht : 29,4
C : Turgor kulit &
mukosa bibir kering
D : Bubur sumsum 3x
sehari

DS. Pasien mengatakan tidak


08.55 2 2. Mengkaji
ada alergi mananan
WIB adanya alergi
DO. Pasien tidak mempunyai
makanan
alergi terhadap makanan

DS. Pasien mengatakan


09.00WI 2 3.Menganjurkan
kurang nafsu makan
B makan sedikit
Do. Pasien tampak makan
tapi sering
sedikit
38

09.15 2 4.Menginformas DS. Pasien mengatakan


WIB ikan pada paham diberikan
keluarga dan informasi tentang
pasien tentang manfaat nutrisi
manfaat nutrisi DO. Menambah pengetahuan
pasien dan keluarga

09.20 3 1. Memonitor DS. Pasien mengatkan lemas,


WIB status dehidrasi muntah 1x
(membran DO. Pasien tampak lemas,
mukosa, turgor mukosa bibir kering ,
kulit) turgor kulit kering.
Balance cairan
Intake : Makan : 450 cc
Minum : 700 cc
500 cc
Cairan infus :
1,650
+

Output : BAB : 500 cc


BAK : 900 cc
Muntah 1x : 200 cc
IWL : 15x48 =

720
+¿
2,320 cc

09.25 3 2.Menganjurkan Intake – output

WIB minum yang 1,650-2,320 = -670cc

banyak
DS. Pasien mengatkan
39

minum ±700 cc dalam


sehari
09.30 3 3.Memberikan DO. Pasien kekurangan
WIB cairan dengan volume cairan
tepat
DS. Pasien mengatakan
terpasang infus RL
09. 45 3 4. Mendukung DO. Terpasang infus RL 20
WIB klien dan tpm
keluarga untuk
membantu DS. Pasien mengatakan
dalam keluarga sering
pemenuhan memberikan minuman
kebutuhan dari buah-buahan
cairan DO. Pasien diberikan
minuman ringan oleh
keluarganya

Minggu, 1 1. Memonitor DS. Pasien mengatakan


17 Nov TTV masih sedikit lemas
2019 DO. TTV :
14.00 TD : 100/ 80mmHg
WIB N : 91x/menit
S : 36,2ºc
RR : 20x/menit

14.10 1 2. Mengkaji DS. Pasien mengatakan nyeri


WIB nyeri secara post op laparatomy
komprehensif diperut bagian kanan
P : Nyeri saat bergerak
Q : seperti ditusuk-tusuk
40

R : Perut bagian kanan


S : Skala 4
T : Hilang timbul
DO. Pasien tampak menahan
nyeri

14.20 1 3. Mengajarkan DS. Pasien mengatakan


WIB tehnik non menerapkan tehnik
farmakologi relaksasi nafas dalam
(relaksasi nafas saat nyeri timbul
dalam) DO. Pasien tampak
kooperatif

14.30 1 4.Mengkolabora DS. Pasien mengatakan


WIB sikan dengan diberikan obat
dokter dalam DO. Pasien mendapatkan
pemberian obat obat
Cetorolax 2x30 mg
Cefotaxime 2x1 gram
Ranitidin 2x50 mg

14.45 2 1. Memonitor DS. Pasien mengatakan nafsu


WIB terjadinya makan menurun, makan
kenaikan dan bubur sumsum habis 1/4
penurunan BB porsi
DO. Pasien tampak lemas
A : TB : 165 cm
BB selama sakit : 48
kg
48
IMT : =17,6
272
41

B : Hb : 10,0
Ht : 29,4
C : Turgor kulit &
mukosa bibir
kering
D : Bubur sumsum 3x
sehari
14.50 2 2.Menganjurkan
WIB makan sedikit DS. Pasien mengatakan
tapi sering makan cemilan tapi
sedikit
Do. Pasien tampak makan
sedikit
14.55 2 3.Menginformas
WIB ikan pada DS. Pasien mengatakan
keluarga dan paham diberikan
pasien tentang informasi tentang
manfaat nutrisi manfaat nutrisi
DO. Menambah pengetahuan
pasien dan keluarga
15.05 3. 1. Memonitor DS. Pasien mengatakan
WIB status dehidrasi lemas, sudah tidak
(membran muntah
mukosa, turgor DO. Pasien tampak lemas,
kulit) mukosa bibir kering ,
turgor kulit kering.
Balance cairan
Intake : Makan : 450 cc
Minum : 720 cc
500 cc
Cairan infus :
1,670
42

Output : BAB : 550 cc


BAK : 900 cc
IWL : 15x48 =

720
+¿
2,170 cc

15.15 3 2.Menganjurkan Intake – output


WIB minum yang 1,670-2,170 = -500cc
banyak
DS. Pasien mengatkan
minum ±720 cc dalam
sehari
15.20 3 3.Memberikan DO. Pasien kekurangan
WIB cairan dengan volume cairan
tepat
DS. Pasien mengatakan
terpasang infus RL
15.25 3 4. Mendukung DO. Terpasang infus RL 20
WIB klien dan tpm
keluarga untuk
membantu DS. Pasien mengatakan
dalam keluarga sering
pemenuhan memberikan minuman
kebutuhan dari buah-buahan
cairan. DO. Pasien diberikan
minuman ringan oleh
keluarganya
Senin 18 1 1. Momonitor DS. Pasien mengatakan
Nov TTV masih sedikit lemas
43

2019 DO. TTV :


08.00 TD : 110/ 80mmHg
WIB N : 95x/menit
S : 36ºc
RR : 20x/menit

08.05 1 2. Mengkaji DS. Pasien mengatakan nyeri


WIB nyeri secara post op laparatomy
komprehensif diperut bagian kanan
sudah sedikit berkurang
P : Nyeri saat bergerak
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : Perut bagian kanan
S : Skala 2
T : Hilang timbul
DO. Pasien tampak menahan
nyeri

08.15 1 3. Mengajarkan DS. Pasien mengatakan


WIB tehnik non menerapkan tehnik
farmakologi relaksasi nafas dalam
(relaksasi nafas saat nyeri timbul
dalam) DO. Pasien tampak
kooperatif

08.20 1 4.Mengkolabora DS. Pasien mengatakan


WIB sikan dengan diberikan obat
dokter dalam DO. Pasien mendapatkan
pemberian obat obat
Cetorolax 2x30 mg
Cefotaxime 2x1 gram
44

Ranitidin 2x50 mg

08.35 2 1. Memonitor DS. Pasien mengatakan nafsu


WIB terjadinya makan sedikit
kenaikan dan bertambah, makan bubur
penurunan BB sumsum habis 1/2 porsi
DO. Pasien tampak sedikit
lemas
A : TB : 165 cm
BB selama sakit : 48
kg
48
IMT : =17,6
272
B : Hb : 10,0
Ht : 29,4
C : Turgor kulit &
mukosa bibir kering
D : Bubur sumsum 3x
sehari

08.40 2 2.Menganjurkan
DS. Pasien mengatakan
WIB makan sedikit
makan cemilan tapi
tapi sering
sedikit
Do. Pasien tampak makan
sedikit

DS. Pasien mengatakan


08.45 2 3.Menginformas
paham diberikan
WIB ikan pada
informasi tentang
keluarga dan
manfaat nutrisi
pasien tentang
DO. Menambah pengetahuan
manfaat nutrisi
45

pasien dan keluarga

08.55 3 1. Memonitor DS. Pasien mengatakan


WIB status dehidrasi sedikit lemas, sudah
(membran tidak muntah
mukosa, turgor DO. Pasien tampak lemas,
kulit) mukosa bibir kering ,
turgor kulit kering.
Balance cairan
Intake : Makan : 550 cc
Minum : 800 cc
Cairan infus :

500 cc
+
1,850 cc

Output : BAB : 550 cc


BAK : 800 cc
IWL : 15x48 =

720
+¿
2,070 cc

09.00 3 2.Menganjurkan Intake – output


WIB minum yang 1,850-2,070 = -220cc
banyak
DS. Pasien mengatkan
minum ±800 cc dalam
sehari
09.05 3 3.Memberikan DO. Pasien kekurangan
WIB cairan dengan volume cairan
tepat
DS. Pasien mengatakan
46

terpasang infus RL
09.10 3 4. Mendukung DO. Terpasang infus RL 20
WIB klien dan tpm
keluarga untuk
membantu DS. Pasien mengatakan
dalam keluarga sering
pemenuhan memberikan minuman
kebutuhan dari buah-buahan
cairan DO. Pasien diberikan
minuman ringan oleh
keluarganya

F. EVALUASI

Hari/Tanggal No Evaluasi TTD


DX
Sabtu, 16 1 S : Pasien mengatakn nyeri post op
Nov 2019 laparatomy diperut bagian kanan
11.30 WIB P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : perut kanan
S : Skala 6
T : Hilang timbul
O : Pasien tampak meringis kesakitan
TTV TD :100/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 36ºc
RR :20x/menit
A : Masalah belum teratasi
47

P : Pertahankan Intervensi 1,2,3,4

2 S : Pasien mengatakan nafsu makan


menurun, makan 2x sehari bubur
sumsum habis 1/3 porsi
O : Pasien tampak lemas
A : TB : 165 cm
BB selama sakit : 48 kg
48
IMT : =17,6
272
B : Hb : 10,0
Ht : 29,4
C : Turgor kulit & mukosa bibir kering
D : Bubur sumsum 3x sehari
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4

3
S : Pasien mengatkan lemas, muntah 1x
O: Pasien tampak lemas, mukosa bibir
kering , turgor kulit kering.
Balance cairan
Intake : makan : 450 cc
Minum : 700 cc
500 cc
Cairan infus : +
1,650

Output : BAB : 500 cc


BAK : 900 cc
Muntah 1x : 200 cc
720
IWL : 15x48 = +¿
2,320 cc
48

Intake – output
1,650-2,320 = -670cc
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan Intervensi1,2,3,4

Minggu, 17 1 S : Pasien mengatakan nyeri post op


Nov 2019 laparatomy diperut bagian kanan
16.00 WIB P : Nyeri saat bergerak
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : Perut bagian kanan
S : Skala 4
T : Hilang timbul
O : Pasien tampak menahan nyerI
TTV :
TD : 110/ 80mmHg
N : 81x/menit
S : 36,2ºc
RR : 20x/menit

A : Masalah belum teratasi


P : Pertahankan Intervensi 1,2,3,4

2 S : Pasien mengatakan nafsu makan


menurun, makan bubur sumsum habis ¼
porsi
O : Pasien tampak lemas
A : TB : 165 cm
BB selama sakit : 48 kg
48
IMT : =17,6
272
B : Hb : 10,0
49

Ht : 29,4
C : Turgor kulit & mukosa bibir kering
D : Bubur sumsum 3x sehari
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan Intervensai 1,2,3,4
3
S : Pasien mengatakan lemas, sudah tidak
muntah
O :Pasien tampak lemas, mukosa bibir
kering , turgor kulit kering.
Balance cairan
Intake : Makan : 450 cc
Minum : 720 cc
500 cc
Cairan infus : +
1,670

Output : BAB : 550 cc


BAK : 900 cc
720
IWL : 15x48 = +¿
2,170 cc
Intake – output
1,670-2,170 = -500cc
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan Intervensi 1,2,3,4
Senin, 18 1 S : Pasien mengatakan nyeri post op
Nov 2019 laparatomy diperut bagian kanan sudah
11.00 WIB sedikit berkurang
P : Nyeri saat bergerak
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : Perut bagian kanan
S : Skala 2
T : Hilang timbul
50

O : Pasien tampak menahan nyeri


TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 36,2ºc
RR : 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi 1,2,3,4

2 S : Pasien mengatakan nafsu makan sedikit


bertambah, makan bubur sumsum habis
1/4 porsi
O : Pasien tampak sedikit lemas
A : TB : 165 cm
BB selama sakit : 48 kg
48
IMT : =17
272
B : Hb : 10,0
Ht : 29,4
C : Turgor kulit & mukosa bibir kering
D : Bubur sumsum 3x sehari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi 1,2,3,45

S : Pasien mengatakan sedikit lemas, sudah


3
tidak muntah
O : Pasien tampak lemas, mukosa bibir
kering , turgor kulit kering.
Balance cairan
Intake : Makan : 550 cc
Minum : 800 cc
51

500 cc
Cairan infus : +
1,850 cc

Output : BAB : 550 cc


BAK : 800 cc
720
IWL : 15x48 = +¿
2,070 cc

Intake – output
1,850-2,070 = -220cc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi 1,2,3,4
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang pembahasan kasus pada
Asuhan Keperawatan Pada Tn. “A” Dengan Post Op Laparatomi Ileus Obstruktif
di Ruang Kana dr Hasan Sadikin Bandung. Pembahasan ini meluputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencananaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi
serta kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan kasuas nyata
dilapangan.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan


proses yang sistemis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Boediono,2015)

Data yang dikaji pada pengkajian mencangkup data yang dikumpulkan


melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium,
diagnosa, serta riview catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang
sistemik adalah melalui pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data,
analisa data, dan diagnosa keperawatan.

Dalam tehnik pengkajian penulis menggunakan teori Virginia Henderson


dan alat yang digunakan untuk pengkajian antara lain stetoskop, tensimeter,
dan termometer alat tersebut penulis membawanya sendiri. Adapun dalam
pengkajian penulis menggunakan tehnik allow anamnesa (wawancara secara
langsung), autoanamnesa (wawancara dengan orang disekitar pasien, data
bantu berupa catatan medis dan penunjang terapi medis). Biodata pasien
dimasukkan untuk lebih mengenal pasien sehingga dapat mengetahui latar
belakang yang kemungkinan mempengaruhi intervensi yang akan diberikan
pada pasien. Hasiil pengkajian didapatkan data oleh keluarga dari pasien
dibawa ke IGD pada tanggal 14 November 2019 dengan keluhan tidak bisa
BAB sejak tanggal 10 November 2019, nyeri pada bagian perut, pasien mual

52
53

muntah, nafsu makan menurun, Tnada-tanda Vital 100/80 mmhg, N :


78x/menit, RR : 19x/menit, S : 36,3ºc.

Pada pengkajian kebutuhan rasa aman dan nyaman didapatkan masalah


pasien mengatakan nyeri post oprasi laparatomy dibagian perut sebelah
kanan, nyeri saat bergerak, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul.

Pada pengkajian pola fungsional didapatkan masalah pada nutrisi dimana


pasien mengatakan nafsu makan menurun, makan 2x sehari bubur sumsum
habis 1/3 porsi. IMT : 17,6, Hb : 10,0 Ht : 29,4, turgor kulit dan mukosa bibir
kering, dan lemas, Ht : 29,4

Pada kebutuhan eliminasi didapatkan masalah antara lain pasien


mengatakan BAB lewat colostomy cair, berwarna kuning ±500cc/24jam
berbau khas. BAK ±900 cc/hari dengan terpasang selang kateter, konsistensi
warna kuning keruh . Balance cairan Intake – Output 1,650 – 2,320 = - 670
cc.

Dalam pengkajian ini, penulis melakukan pengkajian pada tanggal 16-18


November 2019 didapatakan data bahwa pasien mengalami nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur pembedahan),
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mengabsorsi nutrien, serta kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
B. Diagnosa Keperawatan , Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Cedera Fisik (adanya prosedur
pembedahan)
Nyeri akut adalah sensasi jangka pendek yang menyadarkan kita
adanya cidera, pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Judha
2012)
Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
54

tubuh. Pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada bagian


tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidayat, 2010).
Alasan penulis mengangkat diagnosa ini karena dalam pengkajian
ditemukan data subjektif pasien mengatakan nyeri pada perut sebelah
kanan Post Oprasi Laparatomi P : nyeri saat bergerak, Q : nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R : nyeri pada bagian perut kanan, S : skala 6, T : nyeri
hilang timbul. Data objektif klien tampak meringis kesakitan TD : 100/90
mmHg, N : 80x/menit, S : 36ºc, RR : 20x/menit. Dari data diatas dari
pengkajian yang di dapat dari pasien sudah sama dengan teori menutut
nanda untuk dijadikan dasar pengambilan diagnosa.
Alasan penulis mengangkat diagnosa ini karena dalam pengkajian
ditemukan data objektif : pasien tampak meringis kesakitan, terdapat luka
operasi di abdomen bagian kanan. Data tersebut sudah memenuhi
karakteristik untuk menegakkan diagnosa nyeri.
Adapun alasan penulis memprioritaskan menjadi diagnosa yang
pertama karena keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri.
Menurut Abrahan Maslow (Hierarki Maslow) bahwa rasa nyaman
termasuk dalam kebutuhan fisiologis yang paling dasar. Apabila tidak
segera diatasi dan berkelanjutan maka gejala nyeri akan semakin
memburuk.
Dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
(adanya prosedur pembedahan) akan dilakukan serangkaian rencana
keperawatan dengan tujuan agar nyeri dapat teratasi dengan kriteria waktu
3x8 jam dengan kriteria hasil nyeri dapat berkurang, pasien tampak lebih
tenang, TD normal 120 mmHg, nadi 60-80 kali/menit, respirasi 16-24
kali/menit, dan suhu tubuh 36,5-37ºc. Pengalaman nyeri menimbulkan
reaksi fisik dan perilaku yang apabila tidak dihentikan pada waktu yang
tepat dan cukup dini akan menyebabkan nyeri kronik, dan oleh karena itu
dibutuhkan waktu yang tepat (Margarita, 2019).
55

Pada kasus ini penulis merumuskan rencana tindakan yang benar


yaitu Mengobservasi Tanda-Tanda Vital dengan rasional mengetahui
keadaan umum pasien, Mengkaji nyeri secara komprehenfif denagn
rasional mengontrol perrubahan nyeri, Mrengajarkan tehnik non
farmakologi dengan cara relaksasi nafas dalam dengan rasional
menguranyi nyeri, yang terakhir adalah tindakan kolaboratif berupa
pemberian obat analgetik dengan rasional obat tersebut akan mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan pasien. Dan intervensi yang disusun penulis
sudah ada pada teori dan hal ini juga didukung dengan kondisi pasien pada
saat ini.
Implementasi atau tindakan yang penulis lakukan pada tanggal 16
November 2019 yaitu memonitor TTV, mengkaji nyeri secara
komprehensif, mengajarkan teknik relaksasi non-farmakologis, dan
memberikan analgesik sesuai dengan resep dokter. Dari implementasi
tersebut penulis mendapatkan sedikit hambatan dalam memberikan
tindakan karena pasien sering diam dan menahan nyeri.
Dari evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 18
November 2019 didapatkan data subjektif dan objektif : pasien
mengatakan nyeri berkurang. Pengkajian skala nyeri 2 (sedang), TD :
120/80 mmHg, nadi 90 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, dan suhu 36,2º
celcius. Terkadang saat beraktifitas masih merasa kurang nyaman. Dari
data tersebut diperoleh analisa masalah teratasi sebagian karena kriteria
hasil yang ditetapkan belum tercapai, untuk itu intervensi masih perlu
dilanjutkan seperti kaji karakteristik monitor TTV, mengkaji nyeri secara
komprehensif dan berikan obat sesuai resep dokter. Dari hasil evaluasi
tersebut tidak ada kesalahan dalam pengelompokan data subjektif dan
objektif. Selain itu, penulis tidak mendapatkan hambatan dalam
melakukan evaluasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuhutan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mengabsorsi nutrien
56

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah


intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh
(NANDA,2015)
Alasan penulis mengangkat diagnosa ini karena dalam pengkajian
ditemukan data subjektif: pasien pasien mengatakan nafsu makan
menurun, lemas, makan 2x sehari bubur sumsum habis 1/3 porsi. Dari
hasil data objektif pasien BB 48 kg, TB : 165 IMT : 17,6, Hb : 10,0, Ht :
29,4, turgor kulit dan mukosa bibir kering. Dari data tersebut sudah
memenuhi karakteristik untuk menegakkan diagnosa keseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
Adapun alasan penulis memprioritaskan menjadi diagnosa yang
kedua karena keluhan utama yang paling dirasakan pasien setelah nyeri
adalah nafsu makan menurun dan IMT : 17,6 dalam kategori tidak normal.
Dari diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
akan dilakukan tidakan keperawatan dengan tujuan nutrisi pasien
tercukupi, intake dan output adekuat dengan kriteria waktu 3x8jam denagn
kriteria hasil Berat badan naik, Turgor kulit dan mukosa bibir kering.
Pada kasus ini penulis merumuskan rencana tindakan keperawatan
yaitu Monitor terjadinya kenaikan dan penurunan berat badan dengan
rasional untuk mengetahui berat badan pasien, mengkaji adanya alergi
pada makanan dengan rasional untuk mengetahui pasien punya alergi atau
tidak, menganjurkan makanan sedikit tapi sering dengan rasional untuk
memenuhi kebutuhan kalori dalam tubuh, dan yang terakhir
menginformasikan pada keluarga dan pasien tentang manfaat nutrisi
dengan rasional menambah pengetahuan pasien maupun keluarga. Dari
intervensi yang disusun penulis sudah ada pada teori dan hal ini juga
didukung dengan kondisi pasien pada saat ini.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 16 November 2019
yaitu Memonitor terjadinya kenaikan dan penurunan berat badan,
mengkaji adanya alergi makanan, menganjurkan makan sedikit tapi sering,
menginformasikan pada keluarga dan pasien tentang manfaat nutrisi. Dari
57

implementasi tersebut penulis mendapatkan hambatan dalam


menganjurkan pasien makan dan minum dikarenakan nyeri, pasien sulit
untuk makan dan minum karena nafsu makannya menurun. Pasien hanya
makan dan minum sedikit, jadi untuk porsi makannya masih belum bisa
menghabiskan.
Dari evaluasi yang dilakukan pada tanggal 18 November 2019
didapatkan data subjektif pasien mengatakan nafsu makan sedikit
bertambah, makan bubur sumsum hasis ½ porsi. Didapatkan data objektif
pasien tampak sedikit lemas. Dari data tersebut dapat diperoleh analisa
masalah teratasi sebagian karena kriteria hasil yang ditetapkan belum
tercapai, untuk itu intervensi masih perlu dilanjutkan.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan atau intraintra seluler ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium (NANDA,2015).
Alasan penulis mengangkat diagnosa ini karena dalam pengkajian
ditemukan data subjektif pasien mengatakan lemas, muntah. Dari hasil
pengamatan atau data objektif pasien tampak lemas, mukosa bibir kering,
turgor kulit dan mukosa bibir kering. Balance cairan intake-output : 1,650-
2,320 : -670cc.
Dari diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan
cairan aktif akan dilakukan rencana tindakan keperawatan dengan tujuan
volume cairan atau status cairan pada klien adekuat dengan kriteria hasil
keseimbangan cairan adekuat, turgor dan mukosa bibir lembab.
Pada kasus ini penulis merumuskan rencana tindakan yaitu
memonitor status dehidrasi dengan rasional untuk memantau status
dehidrasi, menganjurkan minum yang banyak dengan rasional untuk
memenuhi kebutuhan cairan pasien, memberikan cairan dengan tepat
dengan rasional untuk keseimbangan cairan pasien, dukung pasien dan
keluarga untuk pemenuhan kebutuhan cairan dengan rasional untuk
58

mendukung pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairan. Dari intervensi


yang disusun penulis sudah ada pada teori dan hal ini juga didukung
dengan kondisi pasien pada saat ini.
Implementasi atau tindakan yang penulis lakukan pada tanggal 16
November 2019 yaitu memonitor status dehidrasi, menganjurkan minum
yang banyak, memberikan cairan dengan tepat, mendukung pasien dan
keluarga untuk pemenuhan kebutuhan cairan pasien
Dari evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 18
November 2019 di dapatkan data subjektif pasien mengatakan sudah tidak
muntah, sedikit lemas. Didaptakan data objektif yaitu pasien tampak
sedikit lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, Balance cairan
intake-output 1,850-2,070 = -220cc. Dari data tersebut di peroleh analisa
masalah teratasi sebagian karena itu intervensi masih tetap dipertahankan.
Dari hasil evaluasi tersebut tidak ada kesalahan dalam pengelompokan
data subjektif dan objektif.

C. Diagnosa Keperawatan yang tidak muncul


1. Resiko Infeksi
Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat pengkajian tidak
ditemukan masalah yang memunjukkan resiko infeksi dengan
ditandai Leukosit normal yaitu 5,18, luka Laparatomi terlihat
membaik, kondisi kebersihan pasien bersih ditandai dengan seprai
yang rapi dan pasien tampak bersih.
2. Intoleran Aktivitas
Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat pengkajian tidak
ditemukan masalah yang menunjukkan gangguan intoleran aktivitas
yang di tandai dengan pasien tidak mengalami kelemahan umum,
skala kekuatan otot. 5 5
5 5
Sebelum dan sesudah oprasi tidak mengalami perubahan yang
bermakna.
59

D. Diagnosa Keperawatan yang harusnya dapat dimunculkan tetapi


tidak ada diteori
1. Kebutuhan Spiritual
Ditemukan data pasien tidak melakukan ibadah merupakan salah
satu tanda gangguan kebutuhan spiritual, misi Universitas
Muhammadiyah Kudus yaitu mengembangkan peserta didik agar
menjadi lulusan beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia,
berwawasan dan berkemampuan tinggi dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi berlandaskan nilai-nilai islam, maka meskipun saat
pengelolaan pasien seharusnya penulis mengangkatnya menjadi
masalah keperawatan yang harus dilakukan yaitu pendekatan
spiritual, masalah ini tidak diangkat tetapi penulis tetap
membimbing pasien untuk beribadah .

E. Hambatan dalam pemberian Asuhan Keperawatan


Penulis mengalami hambatan pada saat melakukan Asuhan
Keperawatan yaitu intervensi yang penulis lakukan belum sesuai teori
yang seharusnya 24 jam tetapi hanya dilakukan selama 8 jam
menyesuaikan dengan jadwal shift dan untuk selanjutnya dilakukan oleh
perawat yang jaga dan kendala yang lain yaitu pada saat ditanya mengenai
output cairan yang keluar pasien tidak faham mengenai itu, untuk
mendapatkan data tersebut harus dibantu oleh perawat agar mendapatkan
hasil yang sesuai.
BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan pemberian “Asuhan Keperawatan pada Tn.A” Dengan


Post Op Laparatomi Ileus Obstruktif di Ruang Kana dr Hasan Sadikin Bandung,
maka dalam bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dan saran khususnya
pada ileus obstruktif

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Dari pengkajian, penulis mendapatkan data bahwa pasien Tn.A
dengan Post op Laparatomi disimpulkan bahwa pasien lemas , nyeri perut
post op, mual muntah, lemas, nafsu makan menurun. Dalam pengkajian
penulis menggunakan peralatan yang ada di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dan peralatan yang penulis bawa sendiri. Kerjasama yang baik
pasien menjadikan proses pengkajian lancar dan berjalan dengan baik,
namun kurang penelitian dari penulis dalam melaksanakan pengkajian
menjadikan data kurang lengkap.
2. Diagnosa Keperawatan
Tidak semua diagnosa keperawatan muncul pada kasus ini. Kasus
dengan Post Op Laparatomi Ileus Obstruktif ini terdiri dari 3 diagnosa
yang aktual, yaitu nyeri akut berhubungan dengan agens cederafisik (post
oprasi), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi nutrien, kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3. Intervensi
Intervensi yang disusun disesuaikan dengan tinjauan teori dan tinjauan
kasus di lapangan, namun tidak semua intervensi keperawatan secara
teori dapat disusun untuk pasien, karena harus disesuaikan dengan
kondisi pasien serta sarana-prasarana ruangan. Sesuai dengan

60
61

implementasi dilaksanakan 3x8 jam, karena keterbatasan waktu dan


jadwal yang telah ditetapkan dari pihak rumah sakit penulis hanya
mampu melakukan implementasi selama 3x1 shift (± 8jam) tetapi dalam
pengelolaan kasus dengan Post Op Laparatomi Ileus Obstruktif tetap
dilaksanakan 3x24 jam dengan bantuan perawat.
4. Implementasi
Pada saat implementasi, penulis mengikut sertakan pasien dan
perawat ruangan. Tidak seluruh rencana tindakan keperawatan dapat
penulis laksanakan karena disesuaikan dengan kondisi pasien, sarana-
prasarana ruangan, serta waktu yang dimiliki penulis hanya pagi, siang,
dan pagi.
5. Evaluasi
Evaluasi atas tindakan keperawatan telah penulis lakukan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil evaluasi didapatkan tiga
masalah. Pada evaluasi secara operasional, terdapat masalah yang teratasi
sebagian yaitu nyeri akut berhubungan dengan agens cederafisik (post
oprasi), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi nutrien, kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, maka dapat
disimpulkan bahwa semua masalah keperawatan belum bisa dicapai
sesuai tujuan.

B. Saran
1. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Mahasiswa sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengkajian,
perawat bekerjasama dengan tim medis lainnya sehingga dapat
memantau kondisi pasien selama 24 jam dan perawat praktikan dalam
melakukan tindakan keperawatan dapat mengaplikasikan teori yang
didapatkan dari institusi ke lahan dengan didampingi oleh perawat.
62

2. Bagi Rumah Sakit


Dibutuhkan kerjasama antar perawat ruangan dalam melakukan
asuhan keperawatan sehingga tercapai tujuan keperawatan yang sesuai
kriteria hasil.
3. Bagi Pasien
Penulis berharap penderita untuk memenuhi dan menjalankan
instruksi dari tim kesehatan dan tidak melanggar pantangan yang telah
dijelaskan.
4. Bagi Penulis
Penulis perlu belajar lebih giat dalam memahami Kasus dengan Post
Op Laparatomi Ileus Obstruktif kemudian penulis juga perlu bertanya
kepada perawat senior ataupun tim medis lainnya yang lebih memiliki
pengalaman dan pengetahuan tentang kasus tersebut sehingga bisa
menetukan tindakan keperawatan yang tepat untuk pasien dengan Kasus
dengan Post Op Laparatomi Ileus Obstruktif di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung, dari melakukan semua tindakan yang ada dari pengkajian
sampai evaluasi, agar bisa menjadi pengalaman dan pengetahuan yang
lebih sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Indriyani,M. Novi.2013 Diagnosis Dan Tatalaksana Ileus Obstruktif.


Universitas Undayana : Denpasar (Jurnal)
Black, Joyce M., & Hawks, Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Menejemen Klinis untuk Hasil yang diharapkan, edisi 8 (Rizal Ashari Nampira
Yudhistira, & Shanti, C. E, Penerjemah) Jakarata : Selemba Medika.
Nanda Internasional. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klarifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.
Andra (2013). Keperawatan Medikal Bedah Keperawtan Dewasa. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Diyono 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Penceernaan.
Jakarta : Prenada Media Grup.
Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Mendiagnosis Medis dan Nanda NIC NOC Edisi Revisi Jilid 2.
Media Tindakan : Yogyakarta.
Smeltzer, & Bare 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddarth.Edisi 10. Volume 2. Jakarta : EGC.
Dwi Widiarti 2012. Kapita Selekta Penyakit Dengan Implikasi keperawatan
Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
LAMPIRAN
Lembar Konsul
Lembar Undangan
Formulir Pengajuan Ujian Karya Tulis Ilmiah
Formulir Bukti Penerimaan Naskah Karya Tulis Ilmiah
Formulir Bukti ACC
FORMULIR PENGAJUAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

NAMA : NUR BAITHI KURNIASARI

NIM : 1920171074

JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A


DENGAN POST OP ILEUS OBSTRUKTIF DI
RUANG KANA RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG

TANGGAL UJIAN :

PENGUJI 1 PENGUJI 2
TANGGAL PARAF TANGGAL PARAF

Kudus, 2020

FORMULIR BUKTI PENERIMAAN NASKAH KARYA TULIS


ILMIAH (KTI) PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

NAMA : NUR BAITHI KURNIASARI

NIM : 1920171074

JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A


DENGAN POST OP ILEUS OBSTRUKTIF DI
RUANG KANA RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG

TANGGAL UJIAN :

PENGUJI 1 PENGUJI 2
TANGGAL PARAF TANGGAL PARAF

Kudus, 2020

FORMULIR BUKTI ACC NASKAH KARYA TULIS


ILMIAH PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

NAMA : NUR BAITHI KURNIASARI

NIM : 1920171074

JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A


DENGAN POST OP ILEUS OBSTRUKTIF DI
RUANG KANA RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG

TANGGAL UJIAN :

PENGUJI 1 PENGUJI 2
TANGGAL PARAF TANGGAL PARAF

Kudus, 2020

FORMAT PENILAIAN UJIAN KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM STUDI


D-3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
NAMA TERUJI : NUR BAITHI KURNIASARI
NIM : 1920171074
TANGGAL UJIAN :
PENGUJI :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
Susunan kalimat / penggunaan bahasa
1
Sesuai EYD, cara pengutipan, kesalahan penulisan
Keputusan / Rujukan
2
Jumlah literature keperawatan (min 5), validasi
Kejelasan Isi Tulisan
Keterkaitan judul, latar belakang, tujuan,
3
pengumpulan data, sistematika penulisan,
manfaaat dan tinjauan teori
Penulisan Kasus
4 Pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi
dan evaluasi
Ketajaman analisa / pembahasan
5 Sesuai dengan masalah, di dukung data dan
referensi
Kesimpulan dan saran
6
Menjawab tujuan penulisan, operasional
Presentasi dan Media
Penguasaan materi, kejelasan, alokasi waktu,
7
bahasa tepat, ucapan lancar, fokus pada audience,
media menarik dan mudah dibaca
Pemahaman Konsep
8
Penguasaan terhadap konsep
Responsi
9 Menjawab dengan benar dan sistematis, didukung
teori / data
Argumentasi
10 Mampu berargumentasi, argumentasi didukung
teori / data
NILAI AKHIR = NILAI / 4
Penguji,

( )

Anda mungkin juga menyukai