Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENDERITA SIROSIS

Disusun oleh :

LINDAWATI

04.06.1485

D/KP/IV

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2008
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Serta


melalui kerja keras di sertai semangat yang tinggi akhirnya penyusun dapat
menyusun laporan NSP (Nursing Simulation Program).

Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan dalam menerapkan


standar keperawatan tidak lepas bantuan, dukungan dan saran-saran dari barbagai
pihak.. Untuk itu penyusun menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada:

1. Bapak Darmasta Maulana, S. Kep selaku koordinator keperawatan.


2. Asisten instruktur NSP.
3. Teman-teman D/ KP/ IV.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya bahwa laporan yang disajikan ini
masih kurang dari sempurna. Dengan kesadaran hati dan keterbatasan
pengetahuan yang penulis miliki, semoga laporan ini dapat dijadikan tambahan
informasi tentang “ SIROSIS ”Tidak lupa penulis terbuka untuk menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas NSP
(Nursing Simulation Program) yang akan datang.

Yogyakarta, Maret 2008

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………...………………………7

A. Definisi ………………………………………………………..7
B. Penyebab ……………………………………………………...7
C. Patofisiologi................................................................................7
D. Pathway sirosis............................................................................8
E. Manifestasi klinis ……………………………………………...9
F. Komplikasi ………………………………………………........10
G. Penatalaksanaan.........................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS.............. ……………....…………………13

A. Pengkajian …………………………………………………….13
B. Diagnosa keperawatan ………………………………………..19
C. Analisa data…………………………………………………....20
D. Diagnosa keperawatan dan prioritas...........................................22
E. Intervensi ...................................................................................22
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………....32

A. Kesimpulan ……………………………………………………32

B. Saran …………………………………………………………..32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagian hati yang terutama terlibat dalam sirosis terdiri atas ruang portal
dan periportal tempat kanalikus biliaris dari masing-masing lobus hati
bergabung untuk membentuk saluran empedu dalam hati. Daerah ini menjadi
tempat inflamsi dan saluran empedu akan tersumbat oleh empedu serta pus
yang mengental. hati akan berupaya untuk membentuk saluran empedu yang
baru: dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan
yang terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan
yang dikelilingi oleh jaringan parut.

Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :

1. Sirosis portal laennec

Sirosis portal laennec (disebut juga sirosis alkohollik, portal, dan


sirosis gizi) merupakan suatu pola khas sirosis terkait penyalagunaan
alkohol yang jumlahnya sekitar 75% atau lebih dari kasus sirosis.
Sejumlah 10 hingga 15% peminum alkohol mengalami sirosis.

2. Sirosis poscanekrotik

Dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat


lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya

3. Sirosis bilier

Dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar


saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang
kronis dan infeksi (kolangitis); insidenya lebih rendah daripada
insiden sirosis laennec dan poscanekrotik

B. Klasifikasi Morfologi Secara makroskopik sirosis dibagi atas:

1. Sirosis mikronodular : ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di


dalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata
tersebut seluruh lobul. Sirosis mikronodular besar nodulnya sampai 3 mm,
sedangkan sirosis makronodular ada yang berubah menjadi makronodular
sehingga dijumpai campuran mikro dan makronodular.

2. Sirosis makronodula ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan


bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul
besar didalamnya ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau
terjadi regenerasi parenkim.

3. sirosis campuran umumnya sirosis hati adalah jenis campuran ini.

C. Klasifikasi Fungsional

Secara fungsi, sirosis hati dibagi atas : kompensasi baik (laten,sirosis dini)
dekompensasi (aktif, disertai kegagalan hati dan hipertensi portal)

1. kegagalan hati/hepatoselular : dapat timbul keluhan subjektif berupa


lemah, berat badan menurun, gembung, mual, dll
Spider nevi/angiomata pada kulit tubuh bagian atas, muka dan lengan atas.
Eritema palmari Asites, Pertumbuhan rambut berkurang Atrofi testis dan
ginekomastia pada pria Sebagai tambahan dapat timbul : Ikterus/jaundice,
subfebris, sirkulasi hiperkenetik, danfoetor hepatik. Ensefalopati hepatik,
bicara gagok/slurred speech, flapping tremor akibat amonia dan produksi
nitrogen (akibat hpertensi portal dan kegagalan hati) Hipoalbuminemia,
edema pretibial, gangguan koagulasi darah/defisiensi protrombin.
2. Hipertensi portal : bisa terjadi pertama akibat meningkatnya reistensi
portal dan splanknik karena mengurangnya sirkulasi akibat fibrosis, dan
kedua akibat meningkatnya aliran portal karena transmisi dari tekanan
arteri hepatikke sistem portal akibat distorsi arsitektur hati.Bisa disebabkan
satu faktor saja, misalnya peningkatan resistensi atau aliran corta atau
keduanya. Biasa yang dominan adalah peningkatan resistensi. Lokasi
peningkatan resistensi bisa : prehepatik, biasa kongenital, trombosis vena
porta waktu lahir. Tekanan splanknik meningkat tetapi tekanan portal intra
hepatik normal. Peningkatan tekanan prehepatik bisa juga diakibatkan
meningkatnya aliran splanknik karena fistula atriovenosa atau
mielofibrosis limfa. Intrahepatik

a) Presinusoidal

b) Sinusoinal(sirosis hati)

c) Post-sinusoidal (veno oklusif).biasa terdapat lokasi obstruksi campuran.

d) Posthepatik karena perikarditis konstriktiva, insufisiensi trikuspidal.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya
peradangan difus dan kronik pada hati, diikuti proliferasi jaringan ikat,
degenerasi dan regenerasi, sehingga timbul kerusakan dalam susunan
parenkim hati.

B. Penyebab (etiologi)
Penyebab yang sampai sekarang ini belum jelas diantaranya:
1. Infeksi virus hepatitis B ataupun C
2. Faktor kekurangan gizi
3. Zat hepatotoksis
4. Penyakit wilson
5. Hemokromatosis
6. Komsumsi alkohol berlebihan
7. Penyakit metaboloik
8. Ganguan imuologis

C. Patofisiologis
Adanya faktor etilogi menyebabkan peradangan dan kerusakan
inekrosis meliputi daerah yang luas (hapatoseluler), terjadi kolaps lobulus
hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa
fibrosa difus dan modul sel hati. septa bisa dibenyuk dari sel retikulum
penyangga kolaps dan berubah menjadi parut. jaringan parut ini dapats
menghubungkan daerah portal yang satu dengan yang lain atau portal
dengan sentral (bridging neerosis). Beberapa sel tumbuh kembali dan
membentuk nodul dengan berbagai ukuran, dan ini menyebabkan distorsi
percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran daerah portal dan
menimbulkan hipertensi portal. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan
nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis
dan septa aktif jaringan kologen berubah dari reversibel menjadi
irrevensibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah
portal dan parenkhim hati sel limfosit T dan makrofag menghasilkan
limfokin dan monokin sebagai mediator fibrinogen,septal aktif ini berasal
dari portal menyebar keparenkim hati. Kolagen ada 4 tipe dengan lokasi
sebagai berikut:
Tipe 1 : lokasi daerah sentral
Tipe 2: sinusoid
Tipe 3: jaringan retikulin (sinusoid portal)
Tipe 4: membram basal Pada semua sirosis terdapat peningkatan
pertumbuhan semua jenis kologen tersebut.
Pembentukan jaringan kologen diransang oleh nekrosis
hepatoseluluer dan asidosis laktat merupakan faktor perangsang.
Mekanisme terjadinya sirosis hati bisa secara :
 mekanik
 imunologis
 campuran
Dalam hal mekanisme terjadinya sirosis secara mekanik dimulai
dari kejadian hepatitis viral akut, timbul peradangan luas, nekrosis luas
dan pembentukan jaringan ikat yang luas disertai pembentukan jaringan
ikat yang luas disrtai pembentukan nodul regenerasi oleh sel parenkim
hati, yang masih baik. Jadi fibrosis pasca nekrotik adalah dasar timbulnya
sirosis hati. Pada mekanisme terjadinya sirosis secara imunologis dimulai
dengan kejadian hepatitis viral akut yang menimbulkan peradangan sel
hati ,nekrosis /nekrosis bridging dengan melalui hepatitis kronik agresif
diikuti timbulnya sirosis hati. Perkembangan sirosis dengan cara ini
memerlukan waktu sekitars 4 tahun sels yang nengandung virus ini
merupakan sumber rangsangan terjadinya proses imunologis yang
berlangsung terus menerus sampai terjadi kerusakan hati.
Pathway sirosis

Mekanik imonologis

Virus hepatitis b Malnutrisi berat Alkohol Bahan/obat


Non a non b dan lama kimia

INFEKSI AKUT DI HEPAR


(HEPATITIS )

20 % INFEKSI KRONIS

REGENERASI SEL HATI TERGANGGU

Pembentukan jaringan ikat, fibrosis dan kolaps sel-sel hepar

NEKROSIS SEL-SEL HATI

SIROSIS HEPATIS
D. Manifestasi klinis
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-sel
dipenuhi lemak, hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
dapat diketahui melalui palpasi, nyeri abdomen dapat terjadi sebagai
akibat pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
mengakibatkan renganagan pada selubung fibrosa hati ( kapsul glisoni ).
Pada perjalanan penyakit lebih lanjut ukuran hati akan berkurang setelah
jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati, apabila dapat di
palpasi permukaan hati akan teraba benjol-benjol ( neduler ). Gejala dini
non spesifik berupakelelehan, anoreksia, dispesia, fletulen, konstipasi atau
diare, berat badan menurun, nyeri tumpul atau berat pada epigastium atau
kaudrat kanan atas.
Manifestasi utama dan lanjutan sirosis merupakan akibat dari dua
tipe ganguan fisisologik.
a. Gagal sel hati
 Ikterus
 Edema perifer
 Kecendrungan perdarahan
 Eritema palmaris ( telapak tangan merah )
 Angloma laba-laba
 Faktor hepatika
b. Hipertensi
 Splenomegali
 Varises oesofagus dan lambung
 Manifestasi sirkulasi kolateral lain sedangkan asites dapat diangap
sebagai manifestasi gagal hepatoseluler dan hipertensi portal

E. Komplikasi
Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis,
prognosis dan pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :
1. Kegagalan hati (hepatoseluler); timbul spider nevi, eritema palmaris,
atrofi testis, ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.
2. Hipertensi portal : dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran
pembuluh vena esofagus/cardia, caput medusae, hemoroid, vena
kolateral dinding perut. Bila penyakit berlanjut maka dari kedua
komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi dan berupa :
3. Asites
4. Ensefalopati
5. Peritonitis bakterial spontan
6. Sindrom hepatorenal
7. Transformasi ke arah kanker hati primer (hepatoma)
8. Ensefalopati
9. Peritonitis bakterial spontan
10. Sindrom hepatoenal
11. Hepatoma

F. Penatalaksanaan
Terapi & prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur
pada fase dini akan dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam
jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya komplikasi.
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan
kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet TKTP, lemak
secukupnya. Bila timbul ensefalopati, protein dikurangi.
2. Pasien sirosis hati dengan sebab yang diketahui, seperti : Alkohol &
obat-obat lain dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alkohol akan
mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh.
Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung
besi atau terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan venaseksi 2x
seminggu sebanyak 500 cc selama setahun. Pada penyakit wilson
(penyakit metabolik yang diturunkan), diberikan D-penicilamine 20
mg/kgBB/hari yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah
ekskresi melalui urin.
3. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid
4. Pada keadaan lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul
a) Untuk asites, diberikan diet rendah garam 0,5 g/hr dan total cairan
1,5 l/hr. Spirolakton dimulai dengan dosis awal 4×25 mg/hr
dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari,bila perlu dikombinasi
dengan furosemid.
b) Perdarahan varises esofagus. Pasien dirawat di RS sebagai kasus
perdarahan saluran cerna. Pertama melakukan pemasangan NG tube,
disamping melakukan aspirasi cairan lambung. Bila perdarahan
banyak, tekanan sistolik 100 x/mnt atau Hb, 9 g% dilakukan
 Pemberian IVFD dengan pemberian dekstrosa/salin dan
transfusi darah secukupnya.
 Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g dalam 500 cc cairan d 5 %
atau salin pemberian selama 4 jam dapat dulang 3 kali.
 Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan
perdarahan varises.
 Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi
kalau ternyata perdarahan berasal dari pecahnya varises.
 Operasi pintas dilakukan pada Child AB atau dilakukan
transeksi esofagus (operasi Tanners0.
 Bila tersedia fasilitas dapat dilakukan foto koagulasi dengan
laser dan heat probe.
 Bila tidak tersedia fasilitas diatas, untuk mencegah rebleeding
dapatdiberikan propanolol.
c) Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti
pemberian KCL pada hipokalemia, aspirasi cairan lambung bagi
pasien yang mengalami perdarahan pada varises, dilakukan klisma,
pemberian neomisin per oral. Pada saat ini sudah mulai
dikembangkan transplantasi hati dengan menggunakan bahan
cadaveric liver.
d) Terapi yang diberikan berupa antibiotik seperti sefotaksim 2 g/8 jam
i.v. amokisilin, aminoglikosida.
e) Sindrom haptorenal/nefropati hepatik, terapinya adalah imbangan air
dan garam diatur dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian
antiobiotik, dicoba melakukan parasentesis abdominal dengan ekstra
hati-hati untuk memperbaiki aliran vena kava, sehingga timbul
perbaikan pada curah jantung dan fungsi ginjal.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Ruang :
Tanggal :
Sumber data :
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Tn. R
Tempat tgl, lahir : Rejowinangun 10 Maret 1986
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan: Belum kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Jawa
Alamat : jln. Rajawali no 13
No. Rm : 020116
Tgl masuk :
Diagnosa medis : sirosis
Sumber informasi: keluarga, teman
b. Identits penangung jawab
Nama : Hardiyanto
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : jln. Rajawali no 13
Hubungan dengan keluarga: Ayah pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengalami muntah darah serta mengalami syok, tidak sadarkan
diri
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tuan R mengalami muntah darah dan mengalami syok sehingga tidak
sadarkan diri,terjadi nyeri abdomen.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tuan R pernah mengalami sirosis di karenakan sering menkonsumsi
minuman yang beralkohol
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
karena bukan merupakan penyakit keturunan
e. Genogram
Tidak terkaji
3. Pengkajian pola fungsi kesehatan
a. Perspsi terhadap kesehatan-manajemen kesehatan
Pasien sirosis harus hidup sehat dengan tidak merokok dan minum
alkohol tetapi pasien masih tidak memperhatikan kesehatan serta
masih mengunakan rokok dan minuman beralkohol
b. Pola aktivitas dan latihan

Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Ambulansi 
Mobilasi di tempat 
tidur
Sekor:
0 = Mandiri
1 = Dibantu sebagian
2 = Perlu bantuan orang lain
3 = Perlu bantuan orang lain dan alat
4 = Tergantung / tidak mampu
c. Pola istirahat dan tidur
Pada pasien sirosis mengalami ganguan pola tidur karena pasien
merasa gelisa
d. Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan pasien menurun, perut terasa kembung dan mual
e. Pola eliminasi
Pasien BAB dengan sembelit, BAK oligoria dengan warna urin
kecoklatan
f. Pola kongnitif-perseptua
-
g. Pola persepsi dan konsep diri

1. Harga diri : Harga diri tidak mengalami


gangguan
2. Ideal diri : penderita tidak dapat
menjalankan aktifitasnya
3. Identitas diri : Penderita mengenali diri
sendiri
4. Gambaran diri : Penderita mengetahui
keadaan dirinya
5. Peran diri : Penderita tidak dapat
melakukan peran dirinya
h. Poal koping
Dalam menghadapi masalah klien berusaha bersikap tenang, dan
sabar, serta berusaha memecahkan masalah dengan sendiri
i. Pola seksual-reproduksi

j. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien tetap menjalankan ibadah sebagai mana apa yang di anjurkan
oleh agamanya
k. Pola peran hubungan

Hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya


baik

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Mengalami perubahan kesadaran akibat eacepholo pathy hepatic atau
koma hepatik
b. Kesadaran pasien
Somnolen
Respon motorik : 5
Respon verbal :5
Respon mata/eye : 4
14
c. Vital sign
Td : 80/60 mmhg (hipotensi)
N : 100 x/menit (normal)
R : 20 x/menit (eupnea)
S : 36,75 (normal)
d. Pemeriksaan fisik pola head to toe
1. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala hidrosifalus, kulit kepala bersih, warna
rambut hitam dengan kualitas rambut banyak
Palpasi : tidak terdapan nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : bola mata bundar, sklera putih, konjungtiva merah
mudah, pupil miosis
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, terjadi pendarahan dan massa

4. Mulut
Inspeksi : bibir terjadi somatitis, gigi bersih dan lengkap, gusi
merah
Palpasi : tidak terjadi nyeri tekan
5. Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran serta tidak terdapat jejas
Palpasi : tidak ada pembesaran ganjularis, tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, tidak terjadi nyeri tekan
6. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris,tidak terjadi perubahan gerakan
dada
Palpasi : terjadi nyeri tekan
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi: terdengar bunyi jantung SI dan S2
7. Abdomen
Inspeksi : bentuk permukaan tubuh simetris, terdapat spider
nevi,perut membuncit (asitas)
Auskultasi : penurunan bising usus
Palpasi : terjadi nyeri tumpul pada perut berat pada
epigastrium/kuadrat kanan A, terjadi pembesaran
limfe (splenomelogali)
Perkusi : timpani pekak di atas hati
8. Anus dan rektum
Tidak ada kelainan pada anus dan rektum
9. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas bagian atas, muka, lengan atas timbul bercak mirip
laba-laba

5. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Anemia normokrom normositer, hipokrom, hormositer, hiposkrom
mikrositer atau hipokrom makrositer.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase ( SGOT / SGPT )
c. Albumin dan glubulin serum
Perubahan fraksi protein yang paling serimg terjadi pada penyakit hati
adalah penurunan kadar albumin dan kenaikan kadar globulin akibat
peningkatan globulin gamma.
d. Penurunan kadar Che
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting pada pengunaan diuretik dan
pembatasan garam pada diet
f. Demam jaringan masa protrombin
g. Pemeriksaan pada kadar gula darah
h. Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti HBs Ag /
HBSAG, HbcAS / HbeAB, HBV DNA penting untuk menentukan
etiologi sirosis hepatis
Pemeriksaan fisik
1. Hati
Biasanya membesar pada awal sirosis, bila hati mengecil
artinya prognasi kurang baik, konsistensi hati biasanya kenyal, tepi
tumpul dan nyeri dada.
2. Splenomegal
3. Ascites dan vena kolateral di perut dan ekstra abdomen
4. Manifestasi di luar perut
Spider nevi di bagian tubuh bagian atas, bahu, leher, dada,
pinggang, caput medusase.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DATA FOKUS
a. Data subjektif
Tidak terkaji
b. Data objektif
 Badan tidak sehat
 Kurang semangat bekerja
 Rasa kembung
 Mual
 Diare kadang sembelit
 Selera makan menurun
 Berat badan menurun
 Otot-otot melemah
 Rasa cepat leleh
 Timbul bercak mirip laba-laba (spider nevi)
 Muntah darah
 Berak darah (melena)
 Telapak tangan berwarna merah (eritem)
 Edema pretibal
2. ANALISA DATA

S E P
DS : - Ketidak nyamanan Nyeri kronis
DO : fisik secara kronis
 Penderita
mengalami nyeri
karena
spelomegali dan
hepatomegali
 Ganguan tidur
(samnolen)
DS : - Kelemahan otot Intoleransi
DO : muskuluskeleta, aktifitas
 Klien dalam kemunduran.
melakukan Keadaan umum
aktifitas sehari- pelisutan otot dan
hari dibantu ganguan rasa nyaman
keluarga
DS : - Nyeri Ganguan pola
DO : tidur
 Peningkatan
kebutuhan tidur
 Gelisah
 Leleh dan lemah
DS : - Ketidak mampuan Ketidak
DO : dalam memasukan, seimbangan
 Diare mencerna, dan nutrisi kurang
 BB menurun mengabsorbsi dari kebutuhan

 Bising usus makanan karena tubuh

meningkat faktor biologis

DS : - Perubahan status gizi Ganguan


DO : yang buruk integrasi kulit
 Timbul bercak-
bercak
spidermen (spide
nevi)
 Tugor kulit yang
jelek
DS : - Perubahan Risiko cidera
DO : mekanisme
 Pasien terlihat pembekuan dan
kelelahan hipertensi porta
 Terdapat edema
pretibal
 kelemahan otot
 imobilisasi
pasien tergangu

3. DIANGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS


1. Nyeri kronik berhubungan dengan ketidak nyamanan fisik
secara kronik
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemehan otot
3. Ganguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu memesukan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena faktor biologis
5. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status gizi yang buruk
6. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan mekanisme
pembekuan dan hipertensi porta
C. INTERVENSI

Waktu NO NOC NIC


Tgl Jam DX
1. Setelah dilakukan tindakan Pain managemen :
keperawatan selama.....x24 1. Kaji secara
jam di harapkan nyeri komprehensif
berkurang dengan kriteria tentang nyeri
hasil : meliputi lokasi,
Control nyeri (1605) karakteristik, dan
 160501 mengenali faktor onset, durasi,
penyebab frekuensi, kualitas,
 160503 mengunakan intensitas/beratnya
metode nyeri dan faktor-
pencegahan faktor presipitasi
 160504 mengunakan 2. Observasi isyarat-
pencegahan non isyarat non verbal
analgetik untuk dari ketidak
mengurangi nyamanan,
nyeri khususnya dalam

 160505 mengunakan ketidak mampuan

analgetik sesuai untuk komunikasi

dengan dengan baik

kebutuhan 3. Gunakan
 160506 mencari komunikasi
bantuan tenaga terapeutik agar
kesehatan pasien dapat
 160509 mengenali mengekspresikan
gejala nyeri nyeri
 1605010 mencatat 4. Evaluasi tentang
pengalaman keefektifan dari
tentang nyeri tindakan
sebelumnya mengontrol nyeri

 1605011 melaporkan yang telah

nyeri yang digunakan

sudah berkurang 5. Berikan dukungan


Keterangan penilaian terhadap pasien

NOC : dan keluarganya

1. Tidak dilakukan sama 6. Kontrol faktor-

sekali faktor lingkungan

2. Jarang dilakukan yang dapat

3. Kadang dilakukan mempengaruhi

4. Sering dilakukan respon pasien

5. Selalu dilakukan terhadap ketidak


nyamanan
7. Anjurkan pasien
untuk memonitor
sendiri nyeri
8. Evaluasi
keefektifan dari
tindakan nyeri
9. Modifikasi
tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan
respon klien
10. Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup
11. Anjurkan pasien
untuk berdiskusi
tentang
pengalaman nyeri
setempat
12. Monitor
kenyamanan
terhadap
managemen nyeri
2. Setelah dilakukan tindakan Activitas energi :
keperawatan selama.....x24 1. Kolaborasi dengan
jam diharapkan aktivitas rehabilisasi medik
dapat di toleransi dengan dal merencanakan
kriteria hasil : program terapi
Konservasi energi (0002) yang tepat
 000201 istirahat dan 2. Bantu klien untuk
aktifitas mengidentifikasi
seimbang aktifitas yang
 000203 mengetahui mampuu
keterbatasan dilakukan
energi 3. Bantu untuk
 000204 mengunakan memilih aktifitas
teknuk konsisten yang
konservasi sesuai dengan
energi kemampuan fisik,

 000205 Mengubah gaya psikologi dan

hidup sesuai sosial


dengan tingkat 4. Bantu untuk
energi mengidentifikasi
 000206 memelihara dan mendapatkan
nutrisi yang sumber yang
adekuat didapatkan untuk
 000207 persediaan aktifitas yang
energi cukup diinginkan
untuk aktifitas 5. Bantu untuk
Keterangan penilaian mendapatkan alat
NOC : bantuan aktifitas
1. Tidak pernah 6. Bantu untuk
menunjukan membuat jadwal
2. Jarang menunjukan latihan di waktu
3. Kadang menunjukan luang
4. Sering menunjukan 7. Batu pasien /
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
8. Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktifitas
9. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diridari
penguat
10. Monitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spiritual
3. Setelah dilakukan tindakan Sleep enhancemen :
keperawatan selama.....x24 1. Menentukan pola
jam diharapkan pola tidur aktifitas tidur
efektif dengan kriteria pasien secara
hasil : teratur
Sleep (0004) 2. Menjelaskan
 000401 jam tidur tentang perlunya
 000402 mengamati jam cukup tidur
tidur 3. Monitor jumlah
 000403 Pola tidur waktu tidur dan

 000404 kualitas tidur pola tidur

 000405 tidur yang 4. Anjurkan klien

efisien untuk menghidari


makanan dan
 000407 rutinitas tidur
minuman yang
 000408 merasa segar
dapat mengangu
saat tidur
waktu tidur
Keterangan penilaian
5. Batasi waktu tidur
NOC :
siang pasien
1. Tidak pernah
dengan
menunjukan
meyediakan
2. Jarang menunjukan
aktifitas
3. Kadang menunjukan
6. Berikan
4. Sering menunjukan
kenyamanan,
5. Selalu menunjukan
ketenangan pada
pasien
7. Berikan posisi
yang nyaman
kepada pasien
8. Lakukan
penyesuaian
lingkungan
dengan memberi
pencahayaan
temperatur
9. Kolaborasi dengan
pihak medis

4. Setelah dilakukan tindakan Nutrition managemen


keperawatn selama......x24 :
jam diharapkan 1. Kaji adanya alergi
kesimbangan nutrisi dapat makanan
teratasi dengan kriteria hasil 2. Kolaborasi dengan
: ahli gizi untk
Status nutisi (1004) menetukan jumlah
 100401 intake nutrisi kalori dan nutrisi
 100402 intake makanan yang dibutuhkan
dan cairan pasien
 100403 tenaga 3. Anjurkan pasien

 100404 massa tubuh untk

 100405 berat badan meningkatkan


intake Fe
Keterangan penilaian
4. Anjurkan pasien
NOC :
untuk
1. Tidak pernah dilakukan
meningkatkan
2. Jarang menunjukan
protein dan
3. Kadang menunjukan
vitaminC
4. Sering menunjukan
5. Berikan substansi
5. Selalu menunjukan
gula
6. Yakinkan diet
yang dimakan
mengandng tinggi
serat untuk
mencegah
konsipasi
7. Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
9. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan kalori
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan

5. Setelah dilakukan tindakan Pressure managemen:


keperawatan selama......x24 1. Anjurkan pasien
jam diharapkan integritas untuk mengunakan
kulit dapat membaik pakaian yang
dengan kriteria hasil : longgar
Skin & mucous membran 2. Hindari kerutan
(1101) : pada tempat tidur
 110101 temperatur 3. Jaga kebersihan
 110104 kelembaban kulit agar tetap

 110105 pigmen kulit bersih dan kering

 110106 keringat yang 4. Mobilisasi pasien


di hasilkan (ubah posisi

 110107 warna kulit pasien)


5. Monitor klit akan
 110108 susunan kulit
adanya kemerahan
 110109 ketebalan kulit
6. Oleskan lotion
 110112 pertumbuhan
miyak/ baby oil
rambut dan
pada daerah yang
kelembutan
tertekan
kulit
7. Monitor aktifitas
dan mobilitas
Keterangan penilaian
pasien
NOC :
8. Monitor status
1. Tidak dilakukan
nutrisi pasien
sama sekali
9. Memandikan
2. Jarang dilakukan
pasien dengan
3. Kadang dilakukan
sabun dan air
4. Sering dilakukan
hangat
5. Selalu dilakukan

6. Setelah dilakukan tindakan Environmental


keperawatan selama......x24 managemen :
jam diharapkan tidak 1. Identifikasi
terjadinya cidera dengan kebutuhan pasien
kriteria hasil : keamanan
Risk control (1903) 2. Identifikasi
 190301 menjelaskan kebutuhan
resiko penyalagunaan lingkungan untuk
alkohol terhadap resiko
 190302 menjelaskan (psikologi,
secara pribadi biologis, dan
dengan kimia)
konsekuensi 3. Mengubah
penyalagunaan lingkungan
alkohol terhadap resiko
 1900303 monitor dan bahaya
lingkungan 4. Merikan rencana
untuk faktor agar dapat
harapan menyesuaikan diri
penyalagunaan untuk
alkohol pertambahan
 190304 monitor pasien kebutuhan
pengunaan lingkungan
alkohol 5. Berikan

 190315 monitor pengunaan

perubahan status lingkungan

kesehatan (pengendalian,

 190316 control penguncian pintu,

pemasukan pagar, dan pintu

alkohol grebang) untuk

Keterangan penilaian jasmani batasan

NOC : mobilisasi atau

1. Tidak dilakukan sama jalan masuk untuk

sama sekali situasi

2. Jarang dilakukan membahayakan

3. Kadang dilakukan 6. Berikan pasien

4. Sering dilakukan dengan mengatasi

5. Selalu dilakukan kedaruratan


nomer telpon
7. Monitor
lingkungan untuk
perubahan status
keamanan
8. Pengawasan
pasien terhadap
lingkungan
(penyerahan
untuk asisten
rumah)
9. Kolaborasi
dengan orang lain
untuk perbaikan
kemajuan
keamanan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
sirosis merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Prevalen terbanyak pada laki-laki dan pada usia 51-
60 tahun. penderita datang dengan keluhan utama terbanyak adalah ascites,
diikuti dengan gejala ikterik. sedangkan pada pemeriksaan USG, yang
paling banyak ditemukan adalah ascites, echostruktur hepar yang kasar,
splenomegali, hipertensi porta dan pembesaran hepar. nodul, penebalan
diding kandung empedu dan pasir empedu ditemukan pada kurang dari 50
% kasus.

B. Saran
Bagi penderita sirosis hindari pengunaan alkohol yang berlebihan
karena dapat menyebabkan sirosik kronik.

Anda mungkin juga menyukai