Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN RAWAT JALAN PELAYANAN LANSIA

PUSKESMAS BAWANGAN PLOSO

TAHUN 2017

DINAS KESEHATAN KABUPATEN JOMBANG

UPT PUSKESMAS BAWANGAN PLOSO

JL. RAYA PLOS-BABAT 263 PLOSO JOMBANG

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian
wilayah kecamatan. Puskesmas berperan di dalam menyelenggarakan pelayanan publik
yang berkualitas kepada masyarakat dengan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi
segala harapan, keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan bagi
masyarakat.
Untuk memenuhi tanggungjawab tersebut diatas Puskesmas Bawangan Plosos
melaksanakan program– program pokok maupun program pengembangan yang secara
garis besar dibagi dua yakni upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM). Salah satu upaya kesehatan perorangan adalah pelayanan
pemeriksaan lansia.
Pelayanan pemeriksaan lansia dilaksanakan untuk klien yang berusia lebih dari 60
th yang memerlukan pemeriksaan kesehatan,pengobatan serta membutuhkan rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.Pelayanan di Puskesmas dilaksanakan diruangan
khusus supaya klien lanjut usia tidak harus mengantri bersama dengan klien umum lainnya.
Sebagai upaya mewujudkan lanjut usia dengan masa depan yang sehat,mandiri,
aktif dan produktif maka perlu disusun pedoman ini, agar dapat digunakan sebagai
pedoman pelayanan di Puskesmas induk, Pustu, Polindes maupun di Ponkesdes. Selain
buku pedoman ini juga ada buku Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di
Pusat Kesehatan Masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2015) , buku Pedoman untuk Puskesmas Dalam Pemberdayaan Lanjut Usia Tahun
2018, buku Pedoman Layanan Klinis dan buku Pedoman Asuhan Keperawatan, diharapkan
buku pedomam ini dapat menjadi salah satu acuan bagi seluruh petugas Puskesmas
Bawangan dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan Lansia

B. TUJUAN
Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia yang
bermutu sesuai dengan masalah kesehatan yang dialaminya serta
mengutamakan keselamatan pasien.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada lanjut usia yang berkunjung atau kontak pertama
dengan petugas kesehatan.
b. Upaya pengobatan dan pelayanan kesehatan klien lansia dapat berjalan
dengan baik dan berdasarkan SOP, sehingga keselamatan klien dapat
dimaksimalkan

1
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan
mengutamakan upaya promotif ,preventif dan kuratif.
c. Menciptakan suasana pelayanan yang nyaman dan lingkungan yang aman

C. SASARAN
1. Tenaga medis dan perawat yang bertugas di ruang pemeriksaan lansia
2. Pengguna jasa pelayanan pemeriksaan lansia di Puskesmas Bawangan Ploso

A. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Penyelenggaraan pelayanan mulai dari pengkajian,pemeriksaan kesehatan,
pengobatan,asuhan keperawatan, serta rujukan di ruang pemeriksaan lansia
Puskesmas Bawangan Ploso.
2. Penyelenggaraan administrasi di ruang pemeriksaan lansia Puskesmas Bawangan
Ploso
3. Penyelenggaraan pelayanan yang bermutu serta memperhatikan keselamatan di
ruang pemeriksaan lansia puskesmas Bawangan Ploso.

B. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan pemeriksaan lansia adalah pelayanan pemeriksaan kesehatan,
pengobatan serta rujukan bagi individu/perorangan yang berusia lebih dari 60 tahun
di puskesmas Bawangan Ploso. Pelayanan pemeriksaan lansia dilakukan oleh
tenaga medis dan perawatan yang telah diberikan wewenang dipandu oleh pedoman
pelayanan klinis serta pedoman asuhan keperawatan.
2. Surat Keterangan Sehat adalah Surat keterangan bahwa seseorang itu sehat yang
diterangkan oleh dokter setelah melakukan pemeriksaan,yang meliputi pemeriksaan
fisik, pengukuran berat badan, tinggi badan,tekanan darah, dan pemeriksaan lain
yang dibutuhkan.
3. Surat Keterangan Sakit adalah Surat keterangan bahwa seseorang itu sakit yang
diterangkan oleh dokter setelah melakukan pemeriksaan. Surat keterangan sakit
memberi keterangan seseorang memerlukan istirahat selama beberapa hari.
4. Surat keterangan berobat adalah surat keterangan bahwa sesorang telah diberikan
pengobatan oleh dokter setelah dilakukan pemeriksaan.
5. Surat Rujukan eksternal adalah surat yang berisi rujukan pasien ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi dikarenakan keterbatasan fasilitas di fasilitas kesehatan
tingkat pertama
6. Surat Rujukan Internal adalah surat yang berisi konsultasi pasien ke unit lain di
puskesmas karena diperlukan pemeriksaan dari unit lain yang terkait
7. Surat Rujuk balik adalah surat yang berisi jawaban atas rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi dimana klien yang dirujuk sudah bisa dilanjutkan
perawatannya di Puskesmas.
8. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.

1
C. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/Menkes/PERIX/2010
Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 296/Menkes/Sk/Iii/2008
Tentang Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.67 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat
8. Pedoman Asuhan keperawatan di Puskesmas Bawangan Ploso,

1
B A B II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA


1. Dokter
a. Mempunyai Surat Tanda Registrasi ( STR) dan surat ijin praktek (SIP) yang
masih berlaku
b. Terlatih PPGD
c. Mampu melaksanakan proses triase untuk memprioritaskan pasien dengan
kebutuhan emergensi
d. Mampu melakukan tehnik pertolongan kegawatdaruratan ,mengenali tanda –
tanda mengancam nyawa serta menyadari kapan harus merujuk penderita
2. Perawat
a. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Perawat (STR) dan Surat ijin kerja (SIK)
yang masih berlaku
b. Terlatih PPGD/BLS/BTCLS
c. Mampu melakukan tehnik pertolongan kegawatdaruratan dan mampu
memberikan bantuan hidup dasar (BHD)
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dokter dibantu oleh 1 orang perawat yang telah terjadwal, dan perawat tersebut
diberi wewenang untuk melakukan pengobatan dasar apabila dokter tidak berada
ditempat.

Tabel Jadwal jaga petugas ruang pemeriksaan lansia.


Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Pemeriksaan Ismatum Dr.novida Ismatum Rita S Ismatum dr.Novida


lansia
Mas’An Z Setiasih Leni C.

Catatan : Bilapetugas ada kegiatan luar gedung atau kegiatan di Dinas Kesehatan
jadwal dapat berubah sewaktu waktu

C. JADWAL KEGIATAN
Senin –Kamis : Pukul 08.00-12.30 Pelayanan pemeriksaan lansia
Pukul 12.30-14.00 Pencatatan pelaporan
Jumat Pukul 08.00-10.30 Pelayanan pemeriksaan lansia
Pukul 10.30-11.00 Pencatatan dan pelaporan
Sabtu Pukul 08.00-11.00 Pelayanan pemeriksaan lansia
Pukul 11.00-12.30 Pencatatan dan pelaporan

1
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

TEMPAT TIDUR

TOILET

B. STANDAR FASILITAS
yang
No Jenis peralatan Standar
tersedia
I. Set Pemeriksaan Lansia
1 Tensimeter 1 1
2 Stetoscope 1 1
3 Tibangan dewasa 1 1
4 Termometer 1 1
5 Metline 1 1
6 Penlight 1 1
7 Tempat tidur dan perlengkapannya 1 1
8 Reflek humer 1 0
9 Garpu tala 1 0
10 Lembar tes buta warna 1 0
II. Bahan Habis Pakai
Sesuai sesuai
1 Masker wajah
kebutuhan kebutuhan
Sesuai sesuai
2 Sabun tangan atau antiseptik
kebutuhan kebutuhan
Sesuai Sesuai
3 Sarung tangan non steril
kebutuhan kebutuhan
 
III. Perlengkapan
1 Kasur 1 buah 1 buah
2 Bantal 1 buah 1 buah
3 Tangga bed 1 buah 1 buah
4 lemari alat 1 buah 1 buah
5 Meja tulis 1 buah 1 buah
6 meteran tinggi badan 1 buah 1 buah

1
7 Tempat sampah tertutup injak 2 buah 2 buah
8 Jam dinding 1 buah 1 buah
9 Kipas angin 1 buah 1 buah
10 Media KIE Lansia 1 buah 1 buah
 
IV. Mebelair
1 Meja 1 buah 1 buah
2 Lemari arsip 1 buah 1 buah
3 Meja tulis setengah biro 1 buah 1 buah
4 Kursi putar 1 buah 2 buah
5 Kursi kerja 1 buah 2 buah
6  Kursi penunggu 2 buah 2buah
V. Pencatatan dan pelaporan
sesuai sesuai
1 Buku register pelayanan
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
2 Rekam medis klien
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
3 Formulir rujukan internal
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
4 Formulir rujukan eksternal
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
5 Kertas resep
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
6 Surat keterangan sakit dan sehat
kebutuhan kebutuhan
7 Seperangkat computer dan printer 1 unit 1 unit

1
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Pendaftaran
Pemeriksaan kesehatan diperlukan bagi klien lansia diawali dari pendaftaran
di loket pendaftaran , menunggu antrian diruang tunggu sampai dipanggil
untuk pemeriksaan.
2. Pelayanan klinis
Pelayanan klinis dimulai dari anamnesa ,pemeriksaan fisik , dan bila perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang, kemudian ditentukan diagnosis,rencana
pengobatan,asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosis yg
ditetapkan.Adakalanya dibutuhkan penatalaksanaan lain. Penatalaksanaan
lain dapat berupa , tindakan medis ,konsultasi ke unit lain
(gigi,gizi,KIA,Sanitasi,P2). Bila memerlukan tindakan medis maka pasien
dilakukan rujukan internal ke ruang tindakan. Bila memerlukan konsultasi
dengan unit lain maka dilakukan rujukan internal dengan unit lain.Bila hanya
membutuhkan pengobatan saja maka tenaga medis memberikan resep obat
dan pasien mengambilnya di ruang farmasi.
Selain dilakukan pengobatan, petugas juga memberikan konseling dan
edukasi pada pasien dan keluarga terkait penyakit yang diderita serta
konseling pola hidup sehat.
3. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang pengobatan dan tindakan medis diberikan dokter
kepada tenaga keperawatan, sehingga perawat dapat memberikan pelayanan
klinis sesuai dengan pedoman pengobatan dasar puskesmas, panduan
layanan klinis internal serta SOP yang telah ditetapkan.
4. Pemberian surat keterangan istirahat dan surat keterangan berobat.
Dokter dapat memberikan surat keterangn istirahat atau surat keterangan
berobat pada pasien yang membutuhkan setelah melalui tahapan
pemeriksaan sampai ditentukan diagnose. Surat istirahat diberikan bila klien
kondisi klinis sedang-berat sehingga tidak bisa melaksanakan aktivitas kerja
sehari hari. Apabila kondisi klinis ringan maka dapat diberikan surat
keterangan berobat. Bila tidak ada dokter tenaga perawat hanya dapat
memberikan surat keterangan berobat.
5. Rujukan
a. Rujukan Internal

1
Dokter dapat melakukan rujukan internal ke unit lain (ruang pemeriksaan
gigi, ruang konsultasi gizi, klinik sanitasi dan ruang tindakan) jika kasus
yang diderita oleh klien membutuhkan penanganan komprehensif.
b. Rujukan eksternal
Apabila kasus yang diderita klien tidak bisa ditanngani di puskesmas, maka
petugas merencanakan rujukan ke faskes yang lebih tinggi . Pelaksanaan
rujukan didahului dengan informed consent pada klien dan keluarga
mengenai kondisi penyakit saat ini, informasi tentang perjalanan penyakit,
komplikasi serta tempat rujukan yang bisa dipilih. Bila klien menyetujui
untuk dirujuk maka klien dan atau keluarga menandatangani lembar
informed consent. Apabila pasien tidak menyutujui untuk dirujuk maka
pasien dan keluarga menandatangani surat penolakan rujukan.
6. Pencatatan dan Pelaporan
a. Petugas mencatat semua kegiatan yang dilakukan didalam rekam medis
dan wajib untuk melengkapi semua isi rekam medis.
b. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan ruang
pemeriksaan lansia di dalam register, simpus serta pcare.
B. KEGIATAN LAIN
1. Kegiatan penyuluhan dilakukan diluar gedung berkolaborasi dengan kegiatan
BOK terutama tentang penyuluhanP2. Pengobatan sederhana dilakukan saat
ada kegiatan bakti sosial atas permintaan dari dinas kesehatan
2. Kegiatan dalam ruang pemeriksaan lansia didukung pula dengan kegiatan
PROLANIS terutama untuk penanganan komprehensif penyakit (Hipertensi
dan Diabetes Melitus) yang diadakan setiap bulan pada minggu keempat.
Kegiatanya meliputi pememeriksaan tekanan darah dan gula darah,
penyuluhan kesehatan, senam sehat .
C. ALUR PELAYANAN

PENDAFTARAN
UNIT LAIN

R.LANSIA FARMASI

RUJUK EKSTERNAL PULANG

Unit lain meliputi: Laborat, Tindakan, KIA,Gizi,Kesgilut,Kesling,P2

1
BAB V
LOGISTIK

Pengadaan alat kesehatan, sarana prasarana, bahan habis pakai, di ruang


pemeriksaan Lansia Puskesmas Bawangan Ploso dapat berasal dari sumber dana
JKN yang sebelumnya diajukan dalam RKA. Pengadaan ini melalui e-catalouge
kemudian meminta persetujuan dari dinas kesehatan Kabupaten Jombang.
Selain itu pengadan alat kesehatan dan sarana prasarana juga melalui
swakelola puskesmas sendiri tanpa memperhatikan rekanan, serta bisa juga
dilakukan dengan penunjukan langsung pihak ketiga tanpa melalui e-catalouge (off
line).

1
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana Puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
 Penilaian resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
2. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya :
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi efektif
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
4. Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh.
D. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
Dokter sebagia penanggung jawab pelayanan membuat rencana pelayanan
dan menjelaskan secara jelas kepada pasien dan keluarga. Bila dokter tidak
ditempat dokter mendelegasikan pada perawat.
2. Standar pendidikan pada pasien dan keluarga
Petugas memberikan informasi yang benar terkait kondisi pasien kepada
pasien dan keluarga. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk bertanya mengenai kondisi kesehatan pasien apabila penjelasan
kurang dimengerti. Petugas juga menginformasikan biaya yang harus
ditanggung oleh pasien dan keluarga terkait dengan pelyanan yang akan
diberikan.

1
3. Kesinambungan pelayanan
Apabila memerlukan penanganan komprehensif maka petugas melakukan
rujukan internal dan apabila tidak dapat menangani permasalahan pasien
maka petugas melakukan rujukan eksternal.
4. Evaluasi dan peningkatan kinerja
Petugas melakukan pengumpulan data hasil kinerja, melaporkan insiden
(KTD, KPC, KNC,) kemudian dianalisa dan ditindaklanjuti.

1
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan


kontak langsung dengan pasien selama jam kerja secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpapar infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

A. TUJUAN
1. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
B. PRINSIP KESELAMATAN KERJA
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
C. PELAKSANAAN KESELAMATAN KERJA
1. Kebersihan tangan
Setiap petugas melaksanakan tujuh langkah cuci tangan dengan
menggunakan sabun atau handscrub. Kebersihan tangan ini dilakukan pada
five moment.
2. Penggunaan APD
Sebelum menggunaka yakni sarung tangan petugas cuci tangan terlebih
dahulu, kemudian menggunakan sarung tangan bersih untuk memeriksa
pasien. Agar tidak kontak dengan darah atau cairan yang infeksius petugas
menggunakan sarung tangan steril. Pemakaian sarung tangan juga dilakukan
pada saat menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi

1
atau menyentuh permukaan yang tercemar. Petugas juga dapat
menggunakan masker dan menerepakan etika batuk selama pelayanan
apabila petugas sedang batuk atau bersin untuk menghindari penularan.
3. Manajemen limbah
Manajemen limbah dilakukan sesuai dengan pedoman internal PPI yang
dibuat, bahwa terdapat 2 tempat sampah yakni sampah medis dan non
medis. Setiap hari sampah medis diambil oleh petugas dan diletakkan pada
tempat penampungan sementara. Sedangkan sampah non medis juga
diambil setiap hari oleh petugas, ditampung ditemapat sampah sementara
dan dibuang di tempat pembuangan sampah akhir setiap 3 hari sekali.
4. Sterilisasi Alat
Setelah dilakukan desinfektan, peralatan medis disteril setiap hari pada
sterilisasi pusat puskesmas, oleh petugas sesuai jadwal yang ditetapkan.
Alat medis yang tidak dipakai selama 3 hari juga dilakukan sterilisasi. Setiap
alat medis yang sudah disteril wajib diberikan stiker tanggal yang
menyatakan kapan alat tesebut disteril kembali.
5. Manajemen lingkungan
Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
meminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi
permukaan lingkungan yang terkontainasi dengan darah atau cairan tubuh
pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat,
mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.
Perlengkapan dan permukaan yang pernah bersentuhan dengan kulit
atas mukosa pasien atau sudah sering disentuh oleh petugas kesehatan
memerlukan disinfeksi setelah dibersihkan. Semua kain lap yang digunakan
harus dibasahi sebelum digunakan. kain lap dan kain pel harus diganti secara
berkala sesuai dengan peraturan setempat. Semua peralatan pembersih
harus dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan. Meja pemeriksaan dan
peralatan di sekitarnya yang telah digunakan pasien yang diketahui atau
suspek terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus
dibersihkan dengan disinfektan segera setelah digunakan.
6. Melindungi kesehatan karyawan :
Perlindungan pada petugas diruang pememriksaan umum lebih ditekankan
kepada pencegahan kecelakaan kerja dengan menggunakan APD. Karena
diruang pememriksaan umum tidak dilakukan tindakan medis.
7. Etika batuk
Petugas mengajarkan etika batuk kepada pasien agar tidak terjadi penularan
kepada petugas dan pasien yang lain. Baik pasien maupun petugas
menerapkan etika batuk selama pelayanan.

1
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila


semua kegiatan pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar. Standar ini
digunakan sebagai acuan untuk mengukur pencapaian sasaran mutu yang telah di
tetapkan dalam pembinaan,pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan
pelayanan.
Kegiatan pengendalian mutu dimulai dengan penyusunan indicator mutu
pelayanan,perencanaan kegiatan peningkatan mutu.Pengendalian mutu meliputi
sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan standar operasional prosedur
(SOP).
Peningkatan mutu layanan klinis juga ditentukan oleh para pelaku pemberi
layanan klinis oleh karena itu dalam pedoman/ manual mutu juga ditetapkan
indikator perilaku yang wajib dilaksanakan oleh petugas setiap unit pelayanan
termasuk ruang pemeriksaan lansia. Adapun indikator perilaku di Puskesmas
Bawangan Ploso adalah…….Selain itu dilakukan upaya peningkatan kompetensi
petugas (medis dan non medis) pemeriksaan umum agar dapat memberikan
pelayanan maksimal.
Pengendalian mutu dalam hal sarana dan prasarana dapat diwujudkan dalam
pengadaa sarana dan prasarana yang belum ada agar memenuhi standar, serta
dilakukan kalibrasi pada alat di ruang pemeriksaan umum sesuai jadwal.
Dalam upaya peningkatan mutu di setiap kegiatan pelayanan baik pelayanan
klinis maupun non klinis, petugas dipandu oleh SOP yang telah ditetapkan mengacu
pada pedoman yang telah dibuat.
Pengendalian mutu dalam unsur proses dapat diukur dengan indikator mutu
layanan klinis yang ditetapkan oleh masing –masing unit pelayanan di puskesmas
Bawangan Ploso. Setelah melalui analisa maka ditetapkan indikator mutu ruang
pemeriksaan lansia adalah ………
Pelaksanaan audit internal maupun eksternal merupakan metode yang
digunakan puskesmas untuk mengawasi memeriksa dan menilai apakah standar
indikator mutu, indikator perilaku, indikator keselamatan pasien serta SOP yang
ditetapkan sesuai dengan proses pelayanan yang diberikan pada pelanggan.
Puskesmas sebagai pemberi layanan juga harus memperhatikan kepuasaan
pelanggan yang menerima jasa pelayanan. Pengukuran kepuasaan pelanggan ini
dapat diukur melalui survey kepuasaan pelanggan, kotak saran serta complain dari
pelanggan melalui sms centre.

1
BAB IX
PENUTUP

Demikian dengan tersusunnya buku pedoman pelayanan pemeriksaan lansia ini


kami mungucapkan puji syukur alhamdulillah kepada Alloh SWT, semoga buku ini
bermanfaat bagi seluruh petugas Puskesmas Bawangan Ploso khususnya bagi
petugas pelayanan lansia . Kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan
buku pedoman pelayanan lansia ini.

1
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai