PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
1. Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi
usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai
kemajuan kesehatan Usia Lanjut yang di laksanakan di kelompok Usia Lanjut atau
Puskesmas.
2. Tujuan a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.
B. TAHAP KERJA :
1. Memilih KMS sesuai jenis kelamin
2. Mengisi nomor KMS
3. Mengisi register kartu rawat jalan
Puskesmas/Puskesmas Pembantu
4. Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman KMS meliputi :
Nama,
Tgl pendaftaran,
Jenis kelamin,
Umur,
Agama,
Alamat,
Pendidikan,
Pekerjaan,
Status,
Tinggal dengan
5. Menuliskan Indeks Masa Tubuh( IMT), Tekanan Darah, Berat Badan dan Tinggi
Badan pada grafik
6. Bagan Alir
8. Unit Terkait
9. Dokumen
Terkait
10. Rekam Historis
No. Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal
Perubahan
Diberlakukan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
S POSYANDU LANSIA
P No. Dokumen : 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
O
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 5 Desember 2016
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
6. Pengertian Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
serta berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut.
Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun keatas.
7. Tujuan a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.
PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
11. Pengertian .
12. Tujuan Dengan mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu akan emberikan
banyak manfaat antara lain:
- Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka
- Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati
- Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan dan
mencegah kepikunan.
- Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif antar
generasi dan akan membuat lanjut usia rajin datang.
- Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga akhirnya
tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.
PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
A) PENDAHULUAN
Semakin majunya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
terutama dalam bidang Kesehatan memberikan dampak terhadap peningkatan
usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup terutama kualitas usia
lanjut tidak diikuti oleh peningkatan kualitas kehidupannya, karena secara
fisiologis usia lanjut akan mengalami banyak kemunduran dalam semua aspek
kehidupannya. Hal ini dapat mengakibatkan tingkat produktifitas dan
kemandiriannya secara nyata semakin berkurang, karena kemunduran ini
mungkin akan menimbulkan ketergantungan pada orang lain. Namun harus
disadari bahwa manusia menjadi tua bukan suatu hal yang luar biasa, karena
proses ini adalah peristiwa yang alami yang sudah pasti datang pada orang-
orang yang berumur panjang.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia)
dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas
minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih
menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis
biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan
lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan
waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu
perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia
dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).
Klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI (2003) dalam Maryam
dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang
berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan,
lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak
potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
B) LATAR BELAKANG
Salah satu dampak keberhasilan pembangunan kesehatan adalah
terjadinya penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian
serta peningkatan angka harapan hidup penduduk Indonesia. Indonesia
termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di
dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di
Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2014,
jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan
diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa.
F) SASARAN
a) Sasaran pembinaan Secara Langsung
(1) Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam
virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas.
(2) Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun )
dalam keluarga,organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat
umumnya.
(3) Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan
usia lanjut dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup
sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat,
cacat dan lain-lain.
(4) Kader Usila
b) Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
(1) Keluarga dimana usia lanjut berada.
(2) Masyarakat luas.
2. Pembinaan kader Kaderisasi pelaksana Tokoh masyarakat 1 x / Br 3 or x 1 x 22 Br Makalah, Medis dan Ditiap-tiap dusun BOK/
Usila program kelompok dimasing-masing x Rp 50.000 = alat peraga paramedis terbentuk 1 kelompok APBD
usila dilapangan. dusun Rp 3.300.000 posyandu usila.
3. Pembinaan Meningkatkan peran Kelompok usila 1 x / Br 3 or x 1 x 22 Br Makalah, Medis dan Kelompok usila dapat BOK/
Kelompok Usila serta klp. Serta status yang telah didata x Rp 50.000 = alat peraga paramedis memelihara keseha- APBD
kesehatannya Rp 3.300.000 tannya secara kolektif
4. Pelayanan Memberikan pelayan Usila yang mempu- 4 x / Ds / th 4 or x 4 Ds x 12 Obat,sa- Medis dan Kelompok usila dapat BOK/
Kesehatan Usila kesehatan pada usila nyai masalah x Rp 50.000 = rana kes paramedis mempertahankan ADD
Resti resti kesehatan Rp 9.600.000,- lain kebugarannya.
C. EVALUASI
1. Pelaporan dan Mencatat dan Semua kegiatan Semua hasil 1 rim hvs x Rp ATK Pet.Gilut Adanya data kes. Gigi APBD
pencatatan melaporkan hasil yang telah kegiatan ter 35.000. dan mulut
kegiatan dilaksanakan catat dan
dilaporkan
2. Monitoring kegiatan Mengetahui hasil Hasil kegiatan Semua kegiat Ka.Pus. Pencapaian sesuai
kegiatan program an terawasi target.
JUMLAH RENCANA ANGGARAN PROGRAM USILA Rp. 17.335.000,-
JADWAL KEGIATAN PROGRAM USILA
UPT PUSKESMAS PRINGKASAP
TAHUN 2018
Bulan
Nama Kegiatan Sasaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
SOP
S PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA
P PUSKESMAS
O No. Dokumen : 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 5 Desember 2016
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
1. Pengertian . Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan
kesehatan mata.
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan cara :
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tahap I
i. Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat
kabar/majalah.Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata
seharusnya memakai kecamatanya selama tahap pemreksaan ini.
Perhatikan cara klien memegang lembaran yang dibaca dari matanya.
ii. Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan
keras untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien
menghadapi kesulitan lanjutkan pengujian ke tahap II
Tahap II
i. Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen.
Pastikan bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien
berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi
pengujian yang telah terpasang khusus bersebrangan dengan layar
periksa
ii. Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai dari garis
yang mana saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian
dengan satu mataterpisah (mata lainnya ditutupi)
iii. Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai
kacamata jarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana
klien dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman
untuk garis tersebut.
iv. Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan tentukan arah
tangan huruf ‘’E ‘’ . Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan
gambaran obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk
masing masing mata dan kedua mata dalam dua nilai :
Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan ke klien dalam
ukuran kaki.
Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada
lembar pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah
jarak dimana mata normal dapat membaca baris tersebut.
Tahap III
i. Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan
menutupi satu mata bergiliran
ii. Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
iii. Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari
jari yang diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.
iv. Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan
senter kecil dan kemudian padamkan cahayanya . Tanyakan apakah
klien melihat cahaya.
Hasil Normal :
Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20
Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata
perbaikan atau lensa kontak ( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ).
Penyimpangan dari Normal :
Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total
a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau
6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas
visus normal, cek pada 1 baris tersebut
PEMERIKSAAN TONOMETER
4. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP
Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP
Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP
Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP
Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP
Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP
5. KONSELING
Konseling Katarak sesuai SOP
Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP
Konseling Glaukoma sesuai SOP
Konseling Konjungtivitis sesuai SOP
Konseling Xerofthalmia sesuai SOP
Konseling Buta Warna sesuai SOP
9. Bagan Alur
PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
1. Pengertian Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata yang
seharusnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, akibatnya obyek yang dilihat
menjadi kabur dan menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas (
Katarak).
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan katarak sesuai
standar
3. Kebijakan Keputusan Pimpinan Puskesmas Pringkasap Nomor: 445/1.2.5.10b/SK/KI/2016 Tentang Mekanisme
Penyelenggaraan Pelayanan dan Upaya Puskesmas.
4. Referensi
5. Langkah- Standar Tenaga
Dokter :1 orang
langkah Perawat : 1 orang
1.Sarana Non Medis :
a. Ruang Pemeriksaan
Ukuran minimal 4 m x 4 m²
Ventilasi dan pencahayaan yang cukup
Ruangan bersih dan rapi
Wastafel dengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair serta
handuk tangan yang bersih / disposible tissue
b. Mebelair
Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar
c. Lain lain
Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah
Buku register pasien
Status / lembar rekam medis
Informed Consent
Kertas resep
Blanko permintaan laboratorium
Alat tulis menulis
Formulir rujukan
2.Sarana Medis :
Stetoskop dan tensimeter
Pinhole (cakram berlubang)
Snellen chart
Penutup 1 mata (okluder)
Senter
APD
Prosedur Tetap
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan
3) Diagnosa
4) Penatalaksanaan
5) Konseling
6) Pencatatan dan pelaporan
1) ANAMNESA
1. Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut
dan mengucapkan salam
2. Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama ,
umur, alamat rumah, pekerjaan.
3. Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status
pasien
4. Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat penyakit :
Apa gejala yang paling dirasakan sehingga bapak/ibu,Sdr/Sdri datang
kesini? ” (menanyakan riwayat penyakit utama).
Kapan pertama kali timbul keluhan ?
Apakah keluhan ini timbul pertama kali atau sudah berulang ?
Apakah ada riwayat trauma pada mata, atau terkena debu, binatang,
cairan, dll ?
Apakah ada keluhan/penyakit lain yang diderita (ex:DM,HT,dll) dan
riwayat penyakit sebelumnya ?
Adakah riwayat alergi (debu,asap
kendaraan,udara,makanan/minuman, alergi obat,dll)
Apakah sudah pernah berobat atau sudah minum obat- obatan
tertentu ?( riwayat pengobatan sebelumnya )
Apakah timbul gangguan penurunan penglihatan ?
Spesifik Katarak :
Apakah ada penurunan penglihatan/ pandangan buram, kabur,
seperti tertutup kabut / berasap bahkan pada siang hari ?
Apakah peka terhadap sinar atau cahaya ?
Apakah terjadi diplobia/melihat dobel pada satu mata ?
Apakah ada nyeri pada mata ?(biasanya pada katarak tidak
disertai nyeri kecuali terdapat komplikasi lain)
Kapan mulai terjadi kekeruhan lensa, sejak usia ?(untuk
mengetahui jenis Katarak)
Apakah ada riwayat trauma atau riwayat penyakit lain ? (Untuk
mengetahui jenis Katarak)
2) PEMERIKSAAN
a) Pemeriksaan Fisik
Pada saat pertama kali bertemu dengan pasien , kita melihat dan menilai
keadaan umum pasien, apakah pasien kelihatan sakit, lemah, pucat, atau
tampak sehat, dan bagaimana pasien datang apakah bisa berjalan sendiri atau
dibantu keluarga untuk menilai fungsi penglihatan.
Melihat keadaan mata pasien, apakah mata tampak merah, adanya
secret/kotoran, sembab, ada benjolan apa tidak, lensa mata keruh apa tidak,
apakah pada sklera tampak bersih,warna konjungtiva,dan apakah tampak tanda-
tanda abnormal di bandingkan mata sehat.
Perhatikan :
Lensa Perhatikan kejenihannya. Normal jernih, kalau keruh suspek katarak.
Cairan mata ( Normal, bertambah, berkurang) Untuk menentukan stadium
katarak
Iris (Normal atau terdorong, tremulans ) Untuk menentukan stadium katarak
Bilik mata depan ( Normal, dangkal ) Untuk menentukan stadium katarak
Sudut bilik mata ( Normal, sempit, terbuka ) Untuk menentukan stadium katarak
b) Pemeriksaan fungsi Penglihatan
Lakukan pemeriksaan visus sesuai SOP pemeriksaan mata
3) PENEGAKAN DIAGNOSA
Dari Anamnesa dan Pemeriksaan dapat ditegakan Diagnosa Katarak sesuai dengan
jenis dan stadium Katarak
A. Menurut Jenisnya :
Katarak Kongenital apabila kekeruhan lensa mata timbul pada saat
pembentukan lensa, Sudah terdapat pada saat bayi baru lahir
Katarak Senile apabila keluhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50
tahun
Katarak Juvenile apabila mulai terbentuknya saat usia kurang dari 9 tahun
dan lebih dari 3 bulan biasanya merupakan lanjutan katarak kongenital
Katarak komplikata apabila Katarak terjadi akibat komplikasi dari penyakit
lain seperti penyakit sistemik, dan trauma
B. Menurut Stadiumnya :
Stadium insipien Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi
lensa
Stadium imatur Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung
Stadium matur merupakan proses degenerasi lanjut lensa , terjadi
kekeruhan seluruh lensa
Stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam dalam korteks
lensa ( katarak Morgagni)
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KATARAK UNTUK MENEGAKAN DIAGNOSA
SESUAI HASIL PEMERIKSAAN
INSIPIEN IMATUR MATUR HIPERMATUR
4) PENATALAKSANAAN
Setelah ditegakan diagnosa Katarak maka lakukan rujukan ke pelayanan kesehatan
rujukan / Rumah Sakit sesuai SOP untuk penanganan lebih lanjut.
5) KONSELING
Sarankan pada penderita rutin kontrol ke Rumah Sakit atau dokter spesialis
mata untuk melakukan pengecekan retina serta ketajaman visual secara
berkala.
Sarankan kepada penderita untuk selalu menggunakan sunglass saat
beraktivitas diluar ruangan, hindari paparan sinar matahari langsung, dan
cahaya yang terlalu terang.
Sarankan kepada penderita untuk tidak merokok serta jangan mengkonsumsi
minuman beralkohol.
Anjurkan penderita makan makanan bergizi yang mengandung vitamin A, C,
E, dan protein seperti buah dan sayur berwarna terang, beras merah, kacang-
kacangan, sereal, minyak canola serta ikan.
Hindari makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan garam.
5. Unit Terkait
6. Dokumen
Terkait
7. Rekam
No. Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal
Historis
Diberlakukan
Perubahan
SOP
S PENANGANAN ISPA (PNEUMONIA)
P
O No. Dokumen : 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 5 Desember 2016
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
PENGERTIAN Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang datang ke Puskesmas sehingga
diketahui penyakitnya
TUJUAN Untuk menentukan diagnosa dan pemberian terapi pada balita sakit
KEBIJAKSANAAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah melakukan penanganan atau perawatan
sehingga pasien mendapat pelayanan sesuai harapan
REFERENSI Sistem Manajemen Mutu ISO 90001-2008
STANDAR Dokter, Bidan dan Perawat
TENAGA
STANDAR 1. SARANA NON MEDIS
SARANA DAN a. Meja 1-2 buah
PRASARANA b. Kursi 2-4 buah
c. Tempat tidur 1 buah
d. Blanko resep
e. Blanko rujukan
f. Wastafel dengan kran mengalir dan sabun cuci tangan
g. Tissue (lap tangan)
h. Kartu status anak
i. Computer
j. MTBS
2. SARANA MEDIS
a. Stetoskop
b. Thermometer
c. Soundtimer
d. Timbangan
e. Alcohol 70%
f. Kassa steril
g. Tempat sampah medis dan nom medis
PROSEDUR 1. Anamnesa
TETAP 2. Pemeriksaan
3. Penegakkan diagnose
4. Pengobatan dan rujukan
5. Penyuluhan kepada orang tua
CARA 1. ANAMNESA
MELAKSANAK a. Identitas pasien
AN TIAP b. Tanya apakah anak menderita batuk dan atau sukar bernapas, lama batuk
c. Tanya apakah anak 2 bulan - <5 tahun tidak bias minum atau menetek; apakah
KEGIATAN
bayi <2 bulan kurang bisa minum atau menetek
d. Tanya apakah anak demam, berapa lama
e. Tanya apakah anak kejang
2. PEMERIKSAAN
Anak harus tenang dan dipangku ibu atau ditidurkan ditempat pemeriksaan
a. Frekwensi pernafasan yaitu dengan menghitung tarikan nafas pada gerakan
dinding dada dan melihatnya dengan hitungan waktu permenit berapa kali
b. Apakah ada tarikan dinding dada/tarikan dinding dada kedalam dengan cara
melihat dinding dada bagian bawah pada celah intercosta dan diamati apakah
terjadi pada saat inspirasi
c. Apakah ada pernafasan cuping hidung : lihat pada cuping hidung yaitu gerakan
cuping hidung pada ekspirasi dan inspirasi
d. Mengukur suhu badan : dengan memakai thermometer, dimana sebelumnya
thermometer harus dibersihkan dengan kapas alcohol pada ujungnya setelah itu
digerak-gerakkan sampai air raksa pada titik 0, baru diletakkan menempel pada
ketiak dan dipertahankan selama 5 menit setelah itu dilepas dan dilihat dengan
sejajar dengan mata dan suhu dicatat kemudian ujung thermometer dibersihkan
dengan alcohol dan diletakkan pada tempatnya
e. Apakah ada wheezing/stridor : dengan meletakkan stetoskop pada dinding dada
dan akan terdengar bunyi ngik pada waktu inspirasi itulah suara wheezing.
Begitu juga dengan stridor juga meletakkan stetoskop pada dinding dada dan
akan terdengar suara nafas berbunyi ksosok – krosok
f. Ukuran berat badan yaitu dengan timbangan bayi, untuk anak>2 tahun yaitu
dengan timbangan injak
3. PENEGAKAN DIAGNOSA
a. Umur < 2 bulan
Bila :
nafas cepat>60x / menit
Tarikan dinding dada kuat
Maka itu adalah pneumonia berat
Bila :
nafas <60x / menit
Tarikan dinding dada negative
Maka bukan pneumonia
b. Umur 2 bulan <5 tahun
Bila ada tarikan dinding dada kedalam (bila ada wheezing berulang-ulang)
Maka itu adalah Pneumonia Berat
Bila :
2 bulan < 12 bulan : ≥ 50 x /menit
12 bulan < 5 tahun : ≥ 40 x/menit
Maka itu adalah Pneumonia
Bila tarikan dinding dada kedalam negative
Nafas cepat negative
12 bulan < 5 tahun < 40x/menit
1 -<5 tahun < 40x/menit
Maka itu Bukan Pneumonia
pet
pe
Uraian Prosedur uga Ket
ra dok apot Kelengkapan Waktu Output
px s
wa ter ek
lok
t
et
1. Pasien ambil
nomor
antrian
2. Petugas loket
memanggil
sesuai nomor
antrian dan
memasukkan
ke dalam
computer
sambil
menyerahkan
status pasien
3 Pasien
masuk ke
BP/KIA dan
dianamnesa
(tensi, suhu,
RR, nadi)
sesuai
keluhan oleh
perawat
4 Setelah
dilakukan
anamnesa
sesuai
keluhan
kemudian
dikonsulkan
oleh dokter
dan
dilakukan
pemeriksaan
fisik
kemudian
dokter
memberikan
resep obat
untuk
diserahkan
ke apotek.
Jika perlu
rujuk ke RS.
5 Apotek
menerima
resep dari
dokter sesuai
indikasi
pasien dan
menyerahkan
obat ke
pasien
tersebut.
6 Setelah
menerima
obat dari
apotek
pasien
pulang.
SOP
S PENANGANAN DIARE
P
O
No. Dokumen : 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 5 Desember 2016
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
PENGERTIAN Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi
program pengendalian penyakit ISPA
TUJUAN 1. Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan program P2 ISPA
2. Menidentifikasi masalah
3. Mengetahui keberhasilan program
KEBIJAKSANA Sebagai pedoman petugas dalam pencatatan dan pelaporan P2 ISPA
AN
REFERENSI 1. Buku pedoman tatalaksana pneumonia balita Depkes RI Tahun 2007
2. Buku pedoman pengendalian penyakit infeksi salpuran pencernaan akut Depkes
RI Tahun 2009
STANDAR Perawat dan Bidan
TENAGA
STANDAR 1.Ballpoint
SARANA DAN 2. Register harian P2 ISPA
PRASARANA
Prosedur Tetap Mencatat dan melaporkan setiap penderita ISPA yang mengarah ke Pneumonia yang
datang ke puskesmas
Cara 1. Setiap balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas yang datang berobat ke
Melaksanakan puskesmas dimasukkan ke register harian program P2 ISPA yang merupakan
Tiap Kegiatan rekapitulasi ISPA Balita
2. Laporan bulanan program P2 ISPA diambil dari register harian program P2 ISPA
3. Px yang terdiagnosa Pneumonia kemudian dikunjungi (Care Seeking) oleh petugas
kesehatan untuk diketahui keadaan/kondisi pasien selanjutnya
4. Petugas menulis hasil keadaan umum pasien yang sekarang. Apabila belum ada
perubahan, memotivasi pasien dan keluarga untuk berobat kembali ke Puskesmas
5. Petugas mendokumentasikan kegiatan tersebut
Unit Terkait
Distribusi
Rekaman Historis
1. Petugas kesehatan
mencari data pasien
yang terdiagnosa
pneumonia dalam
buku register
2. Petugas mengunjungi
(Care Seeking) ke
rumah pasien yang
terdiagnosa
pneumonia tersebut
3 Petugas melakukan
pemeriksaan dan
melihat keadaan
umum pasien, jika
belum ada perubahan
memotivasi pasien
dan keluarga untuk
segera berobat ke
puskesmas
4 Petugas mencatat
hasil kunjungan dan
mendokumentasikan
hasil kegiatan tersebut
SOP
S PENCATATAN & PELAPORAN
P
No. Dokumen : 445/1.1.5.2/SPO/KI/2016
O
No. Revisi :
Tanggal Terbit : 5 Desember 2016
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr.ELAN
PRINGKASAP NIP 19720412 200212 1 004
PENGERTIAN Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi
program pengendalian penyakit diare
TUJUAN 1. Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan program P2 diare
2. Menidentifikasi masalah
3. Mengetahui keberhasilan program
KEBIJAKSANA Nomor SK ………………………
AN
REFERENSI Sistem Manajemen Mutu ISO 90001-2008
Standar Tenaga Petugas adalah 1 orang paramedis yang berkompeten
Standar Sarana 1. Ballpoint
dan Prasarana 2. Register harian P2 diare
Prosedur Tetap Persiapan petugas
Cara 1. Setiap orang yang mengalami diare datang berobat ke puskesmas dimasukkan ke
Melaksanakan register harian program P2 diare
Tiap Kegiatan 2. Laporan bulanan program P2 diare diambil dari register harian program P2 diare
3. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada kader posyandu baik balita
maupun posyandu lansia tentang penanganan kasus diare
4. Selain memberikan penyuluhan, petugas kesehatan juga memberikan oralit di
posyandu balita maupun posyandu lansia jika sewaktu-waktu ada penderita diare
disekitarnya
5. Petugas kesehatan mengevaluasi hasil laporan dari kader tentang kasus diare di
posyandunya masing-masing
6. Petugas kesehatan mencatat hasil laporan dan mendokumentasikan hasil kegiatan
tersebut
Unit Terkait
Distribusi
Rekaman Historis
1. Petugas kesehatan
memberikan penyuluhan
kepada kader posyandu
balita dan posyandu
lansia tentang
penanganan kasus diare
2. Petugas memberikan
oralit di setiap posyandu
balita dan lansia jika
sewaktu-waktu ada
penderita diare
3 Petugas mengevaluasi
hasil laporan diare dari
kader balita dan lansia