Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah
kecamatan. Puskesmas berperan di dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas kepada masyarakat dengan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi segala
harapan, keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat.
Untuk memenuhi tanggungjawab tersebut diatas Puskesmas Bawangan Plosos
melaksanakan program– program pokok maupun program pengembangan yang secara garis
besar dibagi dua yakni usaha kesehatan perorangan (UKP) dan usaha kesehatan masyarakat
(UKM). Salah satu usaha kesehatan perorangan adalah pelayanan pemeriksaan umum.
Pelayanan pemeriksaan umum meliputi pelayanan pengunjung yang sakit/berobat,
pelayanan bagi pengunjung yang memerlukan pemeriksaan kesehatan serta membutuhkan
rujukan. Oleh karena itu perlu kiranya ada pedoman pelayanan pemeriksaan umum di
Puskesmas Bawangan Ploso agar dapat digunakan sebagai pedoman pelayanan di
Puskesmas induk, Pustu, Polindes maupun di Ponkesdes. Selain buku pedoman ini juga ada
panduan layanan klinis mengacu pada buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun
2007 dan Panduan Praktek Klinis 2014.
B. TUJUAN
Tujuan Pedoman
I.2.1 Tujuan Umum
Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di ruang pemeriksaan
umum yang bermutu serta mengutamakan keselamatan pasien.
I.2.2 Tujuan khusus
a. Upaya pengobatan dan pelayanan kesehatan ruang pemeriksaan umum dapat
berjalan dengan baik dan berdasarkan SOP, sehingga keselamatan pasien dapat
dimaksimalkan
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan mengutamakan
promotif preventif dan kuratif.
c. Menciptakan suasana pelayanan yang nyaman dan lingkungan aman

C. SASARAN
1. Tenaga medis dan paramedis yang bertugas di ruang pemeriksaan umum
2. Pengguna jasa pelayanan di Puskesmas.

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Penyelenggaraan pelayanan pemeriksaan kesehatan, pengobatan serta rujukan di ruang
pemeriksaan umum Puskesmas Bawangan Ploso.
2. Penyelenggaraan administrasi di ruang pemeriksaan umum Puskesmas Bawangan
Ploso
3. Penyelenggaraan pelayanan yang bermutu serta memperhatikan keselamatan di ruang
pemeriksaan umum puseksmas Bawangan Ploso.

1
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan pemeriksaan umum adalah pelayanan pemeriksaan kesehatan, pengobatan
serta rujukan bagi individu/perorangan yang berusia 6-60 tahun di puskesmas Bawangan
Ploso. Pelayanan pemeriksaan umum dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis yang
telah diberikan wewenang dipandu oleh pedoman pelayanan klinis serta pedoman
asuhan keperawatan.
2. Surat Keterangan Sehat adalah Surat keterangan bahwa seseorang itu sehat yang
diterangkan oleh dokter setelah melakukan pemeriksaan. Yang meliputi pemeriksaan
fisik, pengukuran BB, TB,Tekanan Darah, dan pemeriksaan lain yang dibutuhkan.
3. Surat Keterangan Sakit adalah Surat keterangan bahwa seseorang itu sakit yang
diterangkan oleh dokter setelah melakukan pemeriksaan. Surat keterangan sakit
memberi keterangan seseorang memerlukan istirahat selama beberapa hari.
4. Surat keterangan berobat adalah surat keterangan bahwa sesorang telah diberikan
pengobatan oleh dokter setelah dilakukan pemeriksaan.
5. Surat Rujukan eksternal adalah surat yang berisi rujukan pasien ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi dikarenakan keterbatasan fasilitas di fasilitas kesehatan tingkat pertama
6. Surat Rujukan Internal adalah surat yang berisi rujukan pasien ke unit lain di puskesmas
karena diperlukan pemeriksaan dari unit lain yang terkait
7. Surat Rujuk balik adalah surat yang berisi jawaban atas rujukan kita ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi dimana pasien yang kita rujuk sudah bisa dilanjutkan
perawatannya di Puskesmas.
8. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien.

F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/Menkes/PERIX/2010
Tentang Standar Peiayanan Kedokteran
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 296/Menkes/Sk/Iii/2008
Tentang Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas
6. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015
Tentang Pandian Praktik Klnis Bagi Dokter Di fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama

2
B A B II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA


1. Dokter
a. Mempunyai Surat Tanda Registrasi ( STR) dan surat ijin praktek (SIP) yang masih
berlaku
b. Terlatih PPGD
c. Memiliki kompetensi dokter layanan primer
d. Mampu melakukan tehnik pertolongan kegawatdaruratan ,mengenali tanda – tanda
mengancam nyawa serta menyadari kapan harus merujuk penderita
2. Perawat
a. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Perawat (STR) dan Surat ijin kerja (SIK) yang
masih berlaku
b. Terlatih BLS/BTCLS
c. Mampu melakukan tehnik pertolongan kegawatdaruratan dan mampu memberikan
bantuan hidup dasar (BHD)
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dokter dibantu oleh 2 orang perawat yang telah terjadwal, dan perawat tersebut diberi
wewenang untuk melakukan pengobatan dasar apabila dokter tidak berada ditempat.
(jadwal piket perawat)
Tabel Jadwal jaga perawat ruang pemeriksaan umum dan tindakan.
Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Pemeriksaan Rita S Rita S Rita S Rita S Mas’an Z Rita S


umum
Mas’An Z Dini Nurma W Nurma W Nurma W Setiasih

Harnanik

Tindakan Setiasih Mas’an Z Setiasih Rofii Rita S Muttaqin

Catatan : Bila ada kegiatan luar gedung atau kegiatan di dinas kesehatan jadwal dapat
berubah sewaktu waktu

C. JADWAL KEGIATAN
Senin –Kamis : Pukul 08.00-12.30 Pelayanan pemeriksaan umum
Pukul 12.30-14.00 Pencatatan pelaporan
Jumat Pukul 08.00-10.30 Pelayanan pemeriksaan umum
Pukul 10.30-11.00 Pencatatan dan pelaporan
Sabtu Pukul 08.00-11.00 Pelayanan pemeriksaan umum
Pukul 11.00-12.00 Pencatatan dan pelaporan

D. KEBIJAKAN PENDELEGASIAN TUGAS


1. Surat Keterangan berobat bisa ditandatangani oleh perawat atau bidan bila dokter tidak
berada ditempat
2. Surat istirahat ditandatangani oleh dokter umum

3
3. Surat istirahat diberikan apabila kondisi pasien lemah (bila dokter tidak berada ditempat,
penentuan kondisi umum pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat/bidan yang
bertugas)
4. Bila pasien membutuhkan surat istirahat, namun dokter tidak ada ditempat pasien dapat
kembali besok untuk mendapat surat istirahat tanpa harus melakukan pendaftaran
5. Surat istirahat maksimal diberikan 3 hari, bila kondisi masih butuk pasien bisa kembali
diperiksa ulang dan diberikan surat istirahat lanjutan bial diperlukan.
6. Rujukan gawat darurat, bial dokter tidak berada ditempat bisa dilakukan oleh
perawat/bidan dengan ketentuan ada nama perawat/bidan pemeriksa yang bertanggung
jawab. Contoh : Rita/dr.Novida
7. Rujukan lama bila dokter tidak ada ditempat, ditandatangani oleh petugas jaga unit,
dengan konsultasi dan mendapatkan persetujuan dari dokter umum. Contoh : sama
dengan no.6
8. Rujuk baru bila ada keterangan dari RS atau dokter spesialis maka bisa dibuatkan
rujukan dengan konsultasi dokter umum/penanggungjawab.
9. Rujukan baru (non gawat darurat)bila tidak ada keterangan dari RS atau dokter spesialis
maka menunggu dokter penanggung jawab
10. BIla hasil laboratorium menunjukkan hasil nilai kritis (GDP>200, GDA>500, GDA <60
Hb<7, Leukosit >25.000 atau <2000, trombosit <50.000 atau >700.000, HCT <20 atau
>60), maka harus konsultais dokter.
11. Ketentuan pemeriksaan GDA sebelumnya >250 mg/dl, maka bisa diperiksa ulang
minimal 2 minggu

E. ALUR PELAYANAN
Pasien Datang dari
pendaftaran/rujukan unit

Anamnesa dan
Laboratorium pemeriksaan fisik

Tindakan Rujuk
Gizi
Kesehatan Gigi mulut
KIA-KB
Klinik Sanitasi
P2M

Obat/Farmasi

Pulang

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

ADMINISTRASI
WASTAFEL

MEJA
MEJA
DOKT
ER

PEME
RIKSA

MEJA
PERA
LEMARI ALAT

WAT
ERIKS
PEM
AAN

BED

KURSI TUNGGUPASIEN
Neo
box
n

B. SARANA DAN PRASARANA


yang
No Jenis peralatan Standar
tersedia
I. Set Pemeriksaan umum
1 Anuskop 3 buah 0
2 Baki logam tempat alat steril tertutup 2 buah 0
3 Bingkai uji coba untuk pemeriksaan refraksi 1 buah 0
4 Buku ishihara test 1 buah 1 buah
5 Spekulum telinga ukuran besar kecil sedang 1 set 1 set
6 Neerbiken/emesin basin 1 buah 1 buah
7 Garpu tala 512 Hz, 1024 Hz, 2084 Hz 1 set 1 set
8 Handle Kaca Laring 1 buah 0
9 Handle kaca nasopharing 1 buah 0
10 Kaca laring 2 4 5 6 1 set 0
11 kaca nasopharing 2 4 5 6 1 set 0
12 Kaca pembesar untuk diagnostic 1 buah 1 buah
13 Lampu kepala head lamp adaptor AC/DC 1 buah 1 buah
14 Pen light 1 buah 1 buah
15 Lensa uji coba untuk refraksi 1 set 0
16 Lup binokuler 3-5 dioptri 1 buah 0
17 mitline (pengukur lingkar pinggang) 1 buah 0
18 Opthalmoscop 1 buah 0
19 Otoscope 1 buah 1 buah
20 Palu reflex 1 buah 1 buah
sesuai
21 Pelilit kapas/cotton aplikator 1 buah
kebutuhan
22 skinfold capiler 1 buah 0
23 snellen char 1 buah 1 buah
24 Spekulum vagina 1 buah 0
25 spekulum hidung dewasa 1 buah 1 buah
26 Sphymomanometer untuk dewasa 1 buah 1 buah
27 stetoskop unyuk dewasa 1 buah 1 buah
28 spatula logam 4 buah 2 buah

5
29 tempat tidur periksa dan kelengkapannya 1 buah 1 buah
30 termometer untuk dewasa 1 buah 1 buah
31 timbangan dewasa 1 buah 2 buah
32 tonometer schiotz 1 buah 0
33 stetoskop anak 1 buah 0 buah
34 Microtoise 1 buh 0 buah
35 Tensi anak 1 buah 1 buah
36 standar infuse 1 buah 1 buah
37 tabung oksigen kecil 1 buah 1 buah
38 suction pump 1 buah 0
39 Nebulizer 1 buah 0
40 Sungkup besar 1 buah 0
 
II. Bahan Habis Pakai
Sesuai sesuai
1 Alkohol
kebutuhan kebutuhan
Sesuai sesuai
2 Podofilin tinctura 25 %
kebutuhan kebutuhan
Sesuai
3 Povidone iodine 0
kebutuhan
Sesuai sesuai
4 Kapas
kebutuhan kebutuhan
Sesuai sesuai
5 Kapas non steril
kebutuhan kebutuhan
Sesuai sesuai
6 Kasa steril
kebutuhan kebutuhan
Sesuai sesuai
7 Masker wajah
kebutuhan kebutuhan
Sesuai sesuai
8 Sabun tangan atau antiseptic
kebutuhan kebutuhan
Sesuai sesuai
9 Sarung tangan steril
kebutuhan kebutuhan
Sesuai
10 Sarung tangan non steril 0
kebutuhan
 
III. Perlengkapan
1 Bantal+sarung bantal 1 buah 1 buah
2 Baskom cuci tangan 1 buah 0
3 Kasur 1 buah 1 buah
4 Lampu spiritus 1 buah 0
5 lemari alat 1 buah 1 buah
6 meja instrument 1 buah 0
7 meteran tinggi badan 1 buah 1 buah
8 Perlak 1 buah 0
9 Pispot 1 buah 0
10 Sprei 1 buah 0
11 sikat untuk membersihkan peralatan 1 buah 0
12 stop watch 1 buah 0
Tempat sampah tertutup yang dilengkapai injakan
13 2 buah 2 buah
pembuka penutup
14 Jam dinding
15 Kipas angin 1 buah 1 buah
16 Neon box 1 buah 1 buah
17 Troli 1 buah 0
18 pengharum ruangan 1 buah 0
19 kursi roda 1 buah 1 buah
6
 
IV. Mebelair
1 Meja 3 buah 3 buah
2 Lemari arsip 1 buah 1 buah
3 Meja tulis setengah biro 1 buah 1 buah
4 Kursi putar 1 buah 2 buah
5 kursi kerja 1 buah 2 buah
 
V. Pencatatan dan pelaporan
sesuai sesuai
1 Buku register pelayanan
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
2 Formulir inform consent
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
3 Formulir rujukan internal
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
4 Formulir rujukan eksternal
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
5 Kertas resep
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
6 Surat keterangan sakit
kebutuhan kebutuhan
sesuai sesuai
7 Surat keterangan sehat
kebutuhan kebutuhan

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

7
A. LINGKUP KEGIATAN
1. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan diperlukan bagi calon jamaah haji, pelajar yang akan
melanjutkan ke perguruan tinggi, pelanggan yang akan melamar pekerjaan, persyaratan
untuk menikah. Setelah diperiksa oleh tenaga medis dan dinyatakan sehat maka tenaga
medis akan memberikan surat keterangan sehat.
2. Pelayanan klinis
Pelayanan klinis dimulai dari anamnesa pemeriksaan fisik , dan bila perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang, kemudian ditentukan diagnose dan penatalaksanaan kepada
pasien. Penatalaksanaan dapat berupa pengobatan, tindakan medis atau keduanya. Bila
memerlukan tindakan medis maka pasien dilakukan rujukan internal ke ruang tindakan.
Bila hanya membutuhkan pengobatan tenaga medis memberikan resep obat dan pasien
mengambilnya di ruang farmasi. Sebelum dilakukan pengobatan dan tindakan medis
petugas wajib memberikan informed consent pada pasien dan keluarga. Apabila pasien
dan keluarga tidak menyetujui maka harus menandatangani lembar penolakan.
3. Konseling dan edukasi
Selain dilakukan pengobatan, petugas juga memberikan konseling dan edukasi pada
pasien dan keluarga terkait penyakit yang diderita serta konseling pola hidup sehat.
4. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang pengobatan dan tindakan medis diberikan dokter kepada
paramedic, sehingga paramedic dapat memberikan pelayanan klinis sesuai dengan
pedoman pengobatan dasar puskesmas, panduan layanan klinis internal serta SOP yang
telah ditetapkan.
5. Pemberian surat keterangan istirahat dan surat keterangan berobat.
Dokter dapat memberikan surat keterangn istirahat atau surat keterangan berobat pada
pasien yang membutuhkan setelah melalui tahapan pemeriksaan sampai ditentukan
diagnose. Surat istirahat diberikan bila kondisi klinis pasien sedang-berat sehinggan tidak
bisa melaksanakan aktivitas kerja sehari hari. Apabila kondisi klinis pasien ringan maka
dapat diberikan surat keterangan berobat. Bila tidak ada dokter tenaga paramedic hanya
dapat memberikan surat keterangan berobat.
6. Rujukan
a. Rujukan Internal
Dokter dapat melakukan rujukan internal ke unit lain (ruang pemeriksaan gigi, ruang
konsultasi gizi, klinik sanitasi) jika kasus yang diderita oleh pasien membutuhkan
penanganan komprehensif.
b. Rujukan eksternal
Apabila kasus yang diderita psien tidak bisa ditanngani di puskesmas, maka petugas
merencanakan untuk dilakukan rujukan ke faskes yang lebih tinggi (faskes tingkat).
Pelaksanaan rujukan didahului dengan informed consent pada pasien dan keluarga
mengenai kondis penyakit saat, informasi tentang perjalanan penyakit, komplikasi
serta tempat rujukan yang bisa dipilih. Bila pasien menyetujui untuk dirujuk maka
pasien dan keluarga harus menandatangan lembar informed consent. Apabila pasien
tidak menyutujui untuk dirujuk maka pasien dan keluarga menandatangani surat
penolakan rujukan.
8
7. Pencatatan dan Pelaporan
a. Petugas mencatat semua kegiatan yang dilakukan didalam rekam medis dan wajib
untuk melengkapi semua isi rekam medis.
b. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan ruang pemeriksaan umu di
dalam register, simpus serta pcare.
Kegiatan lain
1. Kegiatan penyuluhan dilakukan diluar gedung berkolaborasi dengan kegiatan BOK
terutama tentang penyuluhan PTM (penyakit tidak menular)
2. Pengobatan sederhana dilakukan saat ada kegiatan bakti sosial atas permintaan dari
dinas kesehatan
3. Kegiatan dalam ruang pemeriksaan umum didukung pula dengan kegiatan PROLANIS
terutama untuk penanganan komprehensif penyakit (Hipertensi dan Diabetes Melitus)
yang diadakan setiap bulan pada minggu keempat. Kegiatan meliputi pememeriksaan
tekanan darah dan gula darah, penyuluhan, senam sehat.

B. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Petugas ruang pemeriksaan umum mengisi register setelah selesai melakukan pelayanan
dan mengisi simpus jombang agar data pasien yang dilayani dapat direkap setiap bulan.
Pengisian simpus jombang sekaligus mengisi data kunjungan pasien BPJS dalam p-care.
Sehingga dapat diketahui jumlah kunjungan pasien setiap hari. Pencatatan dan pelaporan
juga digunakan untuk mengisi laporan LB1 setiap bulannya.

C. DOKUMEN TERKAIT
a. SOP Kajian Awal
b. SOP Pememriksaan tekanan darah
c. SOP pengukuran Suhu
d. SOP pengukuran Nadi
e. SOP pengukuran resporasi
f. SOP Pengkuran tinggi badan
g. SOP pengukuran berat bada
h. SOP Rujukan internal
i. SOP Rujukan eksternal
j. SOP pengisisan buku register
k. SOP peresepan Obat

BAB V
LOGISTIK

9
Pengadaan alat kesehatan, sarana prasarana, bahan habis pakai, di ruang pemeriksaan
umum Puskesmas Bawangan Ploso dapat berasal dari sumber dana JKN yang sebelumnya
diajukan dalam RKA. Pengadaan ini melalui e-catalouge kemudian meminta persetujuan dari
dinas kesehatan Kabupaten Jombang.
Selain itu pengadan alas kesehatan dan sarana prasarana juga melalui swakelola
puskesmas sendiri tanpa memperhatikan rekanan, serta bisa juga dilakukan dengan penunjukan
langsung pihak ketiga tanpa melalui e-catalouge (off line).

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

10
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
 Penilaian resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
2. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
G. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya :
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi efektif
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
4. Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh.
H. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
Dokter sebagia penanggung jawab pelayanan membuat rencana pelayanan dan
menjelaskan secara jelas kepada pasien dan keluarga. Bila dokter tidak ditempat dokter
mendelegasikan pada perawat/tenaga paramedic.
2. Standar pendidikan pada pasien dan keluarga
Petugas memberikan informasi yang benar terkait kondisi pasien kepada pasien dan
keluarga. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
mengenai kondisi kesehatan pasien apabila penjelasan kurang dimengerti. Petugas juga
menginformasikan biaya yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarga terkait dengan
pelyanan yang akan diberikan.
3. Kesinambungan pelayanan
Apabila mmerlukan penanganan komprehensif maka petugas melakukan rujukan internal
dan apabila tidak dapat menangani permasalahan pasien amka petugas melakukan
rujukan eksternal.
4. Evaluasi dan peningkatan kinerja
Petugas melakukan pengumpulan data hasil kinerja, melaporkan insiden (KTD, KPC,
KNC,) kemudian dianalisa dan ditindaklanjuti.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

11
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien selama jam kerja secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpapar
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya
dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

A. TUJUAN
1. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal
Precaution”.
B. PRINSIP KESELAMATAN KERJA
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
C. PELAKSANAAN KESELAMATAN KERJA
1. Kebersihan tangan
Setiap petugas melaksanakan tujuh langkah cuci tangan dengan menggunakan sabun
atau handscrub. Kebersihan tangan ini dilakukan pada five moment.
2. Penggunaan APD
Sebelum menggunaka yakni sarung tangan petugas cuci tangan terlebih dahulu,
kemudian menggunakan sarung tangan bersih untuk memeriksa pasien. Agar tidak
kontak dengan darah atau cairan yang infeksius petugas menggunakan sarung tangan
steril. Pemakaian sarung tangan juga dilakukan pada saat menangani bahan-bahan
bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar.
Petugas juga dapat menggunakan masker dan menerepakan etika batuk selama
pelayanan apabila petugas sedang batuk atau bersin untuk menghindari penularan.
3. Manajemen limbah
Manajemen limbah dilakukan sesuai dengan pedoman internal ppi yang dibuat,
bahwa terdapat 2 tempat sampah yakni sampah medis dan non medis. Setiap hari
medis diambil oleh petugas dan diletakkan pada tempat penampungan sementara.
Sedangkan sampah non medis juga diambil setiap hari oleh petugas, ditampung
ditemapat sampah sementara dan dibuang di tempat pembuangan setiap hari
4. Sterilisasi Alat
Setelah dilakukan disenfektan, peralatan medis disteril setiap hari pada sterilisasi pusat
puskesmas, oleh petugas sesuai jadwal yang ditetapkan. Alat medis yang tidak dipakai

12
selama 3 hari juga dilakukan sterilisasi. Setiap alat medis yang sudah disteril wajib
diberikan stiker tanggal yang menyatakan kapan alat tesebut disteril kembali.
5. Manajemen lingkungan
Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat meminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontainasi
dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik
dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang
baik.
Perlengkapan dan permukaan yang pernah bersentuhan dengan kulit atas mukosa
pasien atau sudah sering disentuh oleh petugas kesehatan memerlukan disinfeksi
setelah dibersihkan. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum digunakan.
kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala sesuai dengan peraturan setempat.
Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan. Meja
pemeriksaan dan peralatan di sekitarnya yang telah digunakan pasien yang diketahui
atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan
dengan disinfektan segera setelah digunakan.
6. Melindungi kesehatan karyawan :
Perlindungan pada petugas diruang pememriksaan umum lebih ditekankan kepada
pencegahan kecelakaan kerja dengan menggunakan APD. Karena diruang
pememriksaan umum tidak dilakukan tindakan medis.
7. Etika batuk
Petugas mengajarkan etika batuk kepada pasien agar tidak terjadi penularan kepada
petugas dan pasien yang lain. Baik pasien maupun petugas menerapkan etika batuk
selama pelayanan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
13
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila semua
kegiatan pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar. Standar ini digunakan sebagai acuan
untuk mengukur pencapaian sasaran mutu yang telah di tetapkan dalam
pembinaan,pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan pelayanan.
Kegiatan pengendalian mutu dimulai denga penusunan perencanaan. Perencanaan
pengendalian mutu meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan standar
operasional prosedur (SOP). Adapun
Peningkatan mutu layanan klinis juga ditentukan oleh para pelaku pemberi layanan klinis
oleh karena itu dalam pedoman/ manual mutu juga ditetapkan indikator perilaku yang wajib
dilaksanakan oleh petugas setiap unit pelayanan termasuk ruang pemeriksaan umum. Adapaun
indikator perilaku di Puskesmas Bawangan Ploso adalah disesuaikan dengan TATA NILAI yakni
1. Disiplin : Pelayanan sesuai dengan jadwal
2. Efektif efisien : Bekerja sesuai dengan strandar kompetensi dan sesuai SOP
3. Tanggung jawab : Petugas pemberi layanan klinis bertanggung jawab untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan
4. Aman : Petugas pemberi layanan klinis selalu melakukan 5 langkah cuci tangan untuk
pencegahan infeksi
5. Kerjasama : Dalam member layanan klini petugas melakukan pelayanan terpadu untuk
menyelesaikan masalah pasien, dengan komunikasi antar profesi menggunakan rujukan
internal
Selain itu dilakukan upaya peningkatan kompetensi petugas (medis dan non medis)
pemeriksaan umum agar dapat memberikan pelayanan maksimal.
Pengendalian mutu dalam hal sarana dan prasarana dapat diwujudkan dalam pengadaa
sarana dan prasarana yang belum ada agar memenuhi standar, serta dilakukan kalibrasi pada
alat di ruang pemeriksaan umum sesuai jadwal.
Dalam upaya peningkatan mutu di setiap kegiatan pelayanan baik pelayanan klinis
maupun non klinis, petugas dipandu oleh SOP yang telah ditetapkan mengacu pada pedoman
yang telah dibuat.
Pengendalian mutu dalam unsur proses dapat diukur dengan indikator mutu layanan klinis
yang ditetapkan oleh masing –masing unit pelayanan di puskesmas Bawangan Ploso. Setelah
melalui analisa maka ditetapkan indikator mutu ruang pemeriksaan umum adalah waktu
pemeriksaan dari mulai kajian awal (anamnesa dan pemeriksaan fisik) sampai pasien menuju
ruang obat atau sampai dilakukan pemeriksaan penunjang selama 15 menit.
Pelaksanaan audit internal maupun eksternal merupakan metode yang digunakan
puskesmas untuk mengawasi memeriksa dan menilai apakah standar indikator mutu, indikator
perilaku, indikator keselamatan pasien serta SOP yang ditetapkan sesuai dengan proses
pelayanan yang diberikan pada pelanggan.
Puskesmas sebagai pemberi layanan juga harus memperhatikan kepuasaan pelanggan
yang menerima jasa pelayanan. Pengikuran kepuasaan pelanggan ini dapat diukur melalui
survey kepuasaan pelanggan, kotak saran serta complain dari pelanggan melalui sms centre.

BAB IX
PENUTUP
14
Demikian dengan tersusunnya buku pedoman pelayanan pemeriksaan umum ini kami
mungucapkan puji syukur alhamdulillah kepada Alloh SWT, semoga buku ini bermanfaat
bagi ,seluruh petugas Puskesmas Bawangan Ploso khususnya bagi petugas pelayanan
pemeriksaan .Kritikdan saran kami harapkan demi kesempurnaan buku pedoman pelayanan poli
umum ini.

15

Anda mungkin juga menyukai