Disusun Oleh :
Nim : 2107066
Prodi : S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ileus Obstruktif” Di susun untuk memenuhi
syarat salah satu tugas Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Perencanaan, Perkemihan dan
imunologi Tahun Ajaran 2022-2023.
Makalah ini berisikan penjelasan mengenai Teori dan Asuhan Keperawatan pada
kasus Ileus Obstruktif
Semoga Makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada kita
semua. Adapun, penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
mohon maaf apabila terdapat keselahan dalam makalah ini. Kami pun berharap pembaca
makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami
bisa menyusun makalah yang lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan aman nyaman nyeri
pada pasien post op kolelitiasis.
b. Tujuan Khusus
a) Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada kebutuhan aman nyaman nyeri
pada pasien post op kolelitiasis.
b) Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada kebutuhan aman nyaman nyeri pada
pasien post op kolelitiasis.
c) Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada kebutuhan aman nyaman nyeri
pada pasien post op kolelitiasis.
d) Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada kebutuhan aman nyaman nyeri pada
pasien post op kolelitiasis.
e) Mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pada kebutuhan aman nyaman
nyeri pada pasien post op kolelitiasis.
BAB II
TINJAUAN MASALAH
2.1. Definisi
Kolelitiasis (batu empedu) adalah kristal yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu,
saluran empedu, atau keduanya. Batu empedu terbagi menjadi tiga jenis yaitu batu kolestrol,
batu pigmen (batu bilirubin), dan batu campuran. Batu pigmen terdiri dari pigmen coklat dan
pigmen hitam, dan batu kolestrol adalah jenis yang paling sering dijumpai. Batu kolestrol
umumnya berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Batu pigmen kalsium bilirubunan (pigmen coklat) umumnya berwarna coklar atau
coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium bilirubinat sebagai
komponen utama, batu pigmen coklat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi
saluran empedu. Batu pigmen hitam biasanya ditemukan pada pasien hemolisis kronik atau
sirosis hati dan terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Batu campuran merupakan
campuran kolestrol yang mengandung kalsium. Jumlah pasien kolelitiasis di Indonesia
mengalami peningkatan disebabkan oleh hal yang berhubungan dengan kebiasaan sehari hari
seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak, merokok, makanan berserat rendah, minuman
alkohol, program penurunan berat badan yang cepat, dan kurang mengkonsumsi makanan
berprotein.
Kolesterol bersifat tidak larut air sehingga dibuat menjadi larut air melalui agregasi garam
empedu yang dikeluarkan bersama-sama ke dalam empedu, jika konsentrasi kolesterol
melebihi kapasitas solubilasi empedu atau supersaturasi maka kolesterol akan menggumpal
menjadi kristal kristal kolesterol yang padat kemudian kristal tersebut lama kelamaan akan
bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu.
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran berotot.
Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran
depannya. Panjangnya 8-12 cm dan dapat berisi kira-kira 60 cm. Kandung empedu terbagi
dalam sebuah fundus, badan, dan leher serta terdiri atas tiga pembungkus:
c. Disebelah dalam membrane mukosa, yang bersambung dengan lapisan saluran empedu/
membran mukosanya memuat sel epitel silinder yang mengeluarkan secret musin dan cepat
mengabsorpsi air dan elektrolit tetapi tidak garam empedu atau pigmen, karena itu
empedunya menjadi pekat. Duktus sistikus kira-kira 3,5 cm panjangnya. Berjalan dari leher
kandung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus sambil membentuk saluran
empedu ke duodenum (Pearce, 2016). Suplai darah ke kandung empedu berasal dari arteri
sistika yang berasal dari arteri hepatikus kanan. Aliran vena pada kandung empedu biasanya
melalui hubungan antara vena vena kecil. Vena-vena ini melalui permukaan kandung empedu
langsung ke hati dan bergabung dengan vena kolateral dari saluran empedu bersama dan
akhirnya menuju vena portal. Aliran limfatik dari kandung empedu menyerupai aliran
venanya. Cairan limfa mengalir dari kandung empedu ke hati dan menuju duktus sistika dan
masuk ke sebuah nodus atau sekelompok nodus. Dari nodus ini cairan limfa pada akhirnya
akan masuk ke nodus pada vena portal.
Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. Juga melakukan fungsi
penting yaitu getah empedu yang tersimpan didalamnya dibuat pekat. Cairan empedu
dibentuk oleh hepatosit, sekitar 600 mL per hari, terdiri dari air, elektrolit, garam empedu,
kolesterol, fosfolipid, bilirubin, dan senyawa organik terlarut lainnya. Kandung empedu
bertugas menyimpan dan menkonsentrasikan empedu pada saat puasa. Kira-kira 90% air dan
elektrolit direasorbsi oleh epitel kandung empedu, yang menyebabkan empedu kaya akan
konstituen organic. Kandung empedu dapat menyimpan 40-60 ml empedu. Empedu disimpan
dalam kantung empedu selama periode interdigestif dan diantarkan ke duodenum setelah
rangsangan makanan. Aliran cairan empedu diatur 3 faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati,
kontraksi kandung empedu, dan tahanan juga sfingter koledokus. Empedu memiliki fungsi,
yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak, juga berperan membantu pembuangan
limbah tubuh, salah satunya ialah hemoglobin yang berasal dari penghancuran eritrosit dan
kolesterol yang berlebih, garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak, dan
vitamin yang larut didalam lemak untuk membantu proses penyerapan, garam empedu
melepas pelepasan air oleh usus besar untuk menggerakan billirubin (pigmen utama dari
empedu) dibuang kedalam empedu sebagai limbah dari eritrosit yang dihancurkan, serta obat
dan limbah lainnya dibuang dalam empedu. dan selanjutnya dibuang dari tubuh. Garam
empedu kembali diserap kedalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali
kedalam empedu.
c. Fisiologis hepar
Hati adalah organ penting dalam tubuh manusia yang bertanggung jawab untuk
berbagai fungsi yang membantu mendukung metabolisme, kekebalan, pencernaan,
detoksifikasi, penyimpanan vitamin di antara fungsi lainnya. Ini terdiri dari sekitar 2%
dari berat badan orang dewasa. Hati adalah organ yang unik karena suplai darah
ganda dari vena portal (sekitar 75%) dan arteri hepatik (sekitar 25%). Penting untuk
diketahui bahwa empedu dan aliran darah berlawanan arah satu sama lain. Ini masuk
akal karena hati menghasilkan empedu, jadi empedu di saluran meninggalkan
hati; sedangkan, suplai darah ganda memasuki hati untuk mengalirkannya. Darah
mengalir ke cabang vena hepatik yang terletak di tengah lobulus melalui lumen
sinusoidal lobulus. Hati sebagai penghasil Empedu,karena empedu adalah adalah
cairan penting karena membantu mengeluarkan bahan yang tidak dikeluarkan oleh
ginjal dan membantu penyerapan dan pencernaan lipid melalui sekresi garam dan
asam empedu. Empedu diproduksi oleh hepatosit dan terutama terdiri dari air,
elektrolit, garam empedu, asam empedu, kolesterol, pigmen empedu, bilirubin, dan
fosfolipid selain zat lainnya. Empedu disekresikan dari hepatosit ke dalam kanalikuli
empedu di mana ia bergerak dari saluran yang lebih kecil ke saluran yang lebih besar
yang akhirnya berakhir di duodenum atau disimpan di kantong empedu untuk
penyimpanan dan konsentrasi sebagaimana ditentukan oleh saluran dan sfingter
tekanan Oddi. Setelah sekresi empedu ke dalam duodenum, ia mengalami sirkulasi
enterohepatik, di mana ia melakukan tugasnya di usus.(Arjun et.al)
2.3. Etiologi
Batu Empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang dibentuk
pada bagian saluran empedu lain. Etiologi batu empedu masih belum diketahui. Satu
teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di
kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi
menjadi mengkristal dan mulai membentuk batu. Akan tetapi, tampaknya faktor
predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi kandung empedu. Berbagai
faktor yang mempengaruhi pembentukan batu empedu, diantaranya:
a. Eksresi garam empedu. Setiap faktor yang menurunkan konsentrasi berbagai garam
empedu atau fosfolipid dalam empedu. Asam empedu dihidroksi atau dihydroxy bile
acids adalah kurang polar dari pada asam trihidroksi. Jadi dengan bertambahnya kadar
asam empedu dihidroksi mungkin menyebabkan terbentuknya batu empedu.
b. Kolesterol empedu Apa bila binatanang percobaan di beri diet tinggi kolestrol,
sehingga kadar kolesrtol dalam vesika vellea sangat tinggi, dapatlah terjadi batu
empedu kolestrol yang ringan. Kenaikan kolestreol empedu dapat di jumpai pada
orang gemuk, dan diet kaya lemak.
c. Substansia mukus Perubahan dalam banyaknya dan komposisi substansia mukus
dalam empedu mungkin penting dalam pembentukan batuempedu.
d. Pigmen empedu Pada anak muda terjadinya batu empedu mungkin disebabkan
karena bertambahya pigmen empedu. Kenaikan pigmen empedu dapat terjadi karena
hemolisis yang kronis. Eksresi bilirubin adalah berupa larutan bilirubin glukorunid.
e. Infeksi Adanya infeksi dapat menyebabkan krusakan dinding kandung empedu,
sehingga menyebabkan terjadinya stasis dan dengan demikian menaikan pembentukan
batu.
2.4. Patofisiologi
Empedu adalah satu-satunya jalur yang signifikan untuk mengeluarkan kelebihan
kolesterol dari tubuh, baik sebagai kolesterol bebas maupun sebagai garam empedu.
Hati berperan sebagai metabolisme lemak. Kira-kira 80 persen kolesterol yang
disintesis dalam hati diubah menjadi garam empedu, yang sebaliknya kemudian
disekresikan kembali ke dalam empedu sisanya diangkut dalam lipoprotein, dibawa
oleh darah ke semua sel jaringan tubuh. Kolesterol bersifat tidak larut air dan dibuat
menjadi larut air melalui agregasi garam empedu dan lesitin yang dikeluarkan
bersamasama ke dalam empedu. Jika konsentrasi kolesterol melebihi kapasitas
solubilisasi empedu (supersaturasi), kolesterol tidak lagi mampu berada dalam
keadaan terdispersi sehingga menggumpal menjadi kristal-kristal kolesterol
monohidrat yang padat. Etiologi batu empedu masih belum diketahui sempurna.
Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi
empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Batu empedu kolesterol dapat terjadi
karena tingginya kalori dan pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan akan
menyebabkan penumpukan di dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras
untuk menghasilkan cairan empedu. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam
kandung empedu dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya. Patogenesis batu
berpigmen didasarkan pada adanya bilirubin tak terkonjugasi di saluran empedu (yang
sukar larut dalam air), dan pengendapan garam bilirubin kalsium. Bilirubin adalah
suatu produk penguraian sel darah merah. Batu empedu yang ditemukan pada
kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu
kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah
kolesterol (batu yang mengandung >50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang
mengandung 20-50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang
mana mengandung Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu
yang terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu,
lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu
menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol,
kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan
batu. Kristal yang terbentuk dalam kandung empedu, kemudian lama-kelamaan kristal
tersebut bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu. Faktor
motilitas kandung 16 empedu, billiary statis, dan kandungan empedu merupakan
predisposisi pembentukan batu kandung empedu.
a. Batu kolesterol Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama:
1) Supersaturasi kolesterol
2) Hipomotilitas kandung empedu
3) Nukleasi/pembentukan nidus cepat Khusus mengenai nukleasi cepat,
sekarang telah terbukti bahwa empedu pasien dengan kolelitiasis mempunyai zat yang
mempercepat waktu nukleasi kolesterol (promotor) sedangkan empedu orang normal
mengandung zat yang menghalangi terjadinya nukleasi. (Heuman D, 2017)
2.5. Pathway
Statis bilier
Batu Kolesterol
Batu Empedu
Oklusi dan
ostruksi dari batu
b. Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang. menjalar ke punggung atau
region bahu kanan.
e. Icterus obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala
yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh
darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning.
Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit.
f. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine
berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak
kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “clay colored”.
g. Regurgitas gas: flatus dan sendawa. h. Defisiensi vitamin obstruksi aliran empedu juga
akan membantu absorbsi vitamin A, D, E, K yang larut lemak. Karena itu klien dapat
memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi atau sumbatan bilier
berlangsumg lama. Penurunan jumlah vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang
normal.
c. Reaksi alergi. Bagi beberapa orang, ada kemungkinan reaksi alergi terjadi setelah operasi.
e. Demam. Kadang-kadang terjadi setelah operasi laparoskopi, disertai dengan muntah dan
mual.
2.7. Komplikasi
2. Kolangitis Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang
menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran menjadi terhalang oleh
sebuah batu empedu.
3. Hidrops Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung
empedu. Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan
dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat
diisi lagi empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.
4. Empiema Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat
membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
2. Radiografi: Kolesistografi Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil
USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan
mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya,
berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila pasien
jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang
mengalami obstruksi. 3. Sonogram Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah
dinding kandung empedu telah menebal. 4. Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi
(ERCP) Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya
dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang
fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula
dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras
disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan
memungkinkan visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.
5. Pemeriksaan Laboratorium
f. Penurunan urobilirubin.
h. Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus utama
(Normal: 17 - 115 unit/100ml).
Sasaran utama terapi medis adalah untuk mengurangi insidensi episode nyeri akut kantung
empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan diet dan, jika memungkinkan,
menghilangkan penyebabnya dengan menggunakan farmakoterapi, prosedur endoskopik, atau
intervensi bedah.
a. Capai remisi dengan istirahat, cairan IV, pengisapan nasogatrik, analgesik, dan
antibiotic.
b. Diet segera setelah episode biasanya berupa cairan rendah lemak dengan protein
dan karbohidrat tinggi dilanjutkan dengan makanan padat lembut, hinadri telur, krim,
babi, makanan gorengan, keju, rich dressings, sayuran pembentuk gas, dan alkohol.
2. Terapi Farmakologis
b. Pasien dengan gejala signifikan dan sering sumbatan duktus kisitk atau batu
pigmen bukan merupakan kandidat untuk terapi dengan UDCA.
d. Kolesistostomi (bedah atau perkutan): Kantung empedu dibuka, dan batu, empedu,
atau drainase purulen dikeluarkan.
A. PENGKAJIAN
a. Keluhan saat ini : Klien diantar keruangan Anggrek kembali pada pukul 13.00
WIB. Klien mengeluh nyeri pada bagian Post Operasi. Klien mengeluh perasaan
mual, klien mengatakan tidak muntah. Terdapat luka Post Operasi sepanjang 12 cm
dengan 9 jahitan luar. Klien mengatakan takut luka bekas operasinya terbuka. Klien
mengatakan nyeri saat bergerak. Klien mengatakan takut bergerak karena operasi.
Klien tampak lemah. Klien tampak gelisah. Klien tampak meringis.
S : 5 (sedang)
B. PEMERIKSAAN FISIK
c. GCS : 15 (E4V5M6)
d. Berat badan : 47
g. Nadi : 80x/menit
2. Sistem pencernaan
3. Sistem muskuloskeletal
e. Kekuatan otot : 4 4
4 4
C. ANALISA DATA
Nama : Ny.M
Ruangan : Anggrek
Umur : 45 tahun
No RM : 236242
Post Operas
1. mengeluh nyeri
obyektif :
1. tampak meringis
2. bersikap protektif (mis,waspada,menghindari nyeri)
3. gelisah
4. frekuensi nadi meneingkat
5. sulit tidur
subyektif :
(tidak tersedia)
Obyektif :
Obyektif :
1. nyeri
2. perdarahan
3. kemerahan
4. hematoma
Obyektif :
Subyektif :
Obyektif :
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkondisikan
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Kolaborasi :
a) Kolaborasi
prosedur
debridement(mis:
enzimatik biologis
mekanis,autolotik),
b) jika perlu
Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu.
Rabu/25 Gangguan Setelah dilakukan Observasi :
mobilitas fisik tindakan asuhan a) Identifikasi adanya
b.d keperawatan selama nyeri atau keluhan fisik
ketidakbugaran 3x24 jam pasien lainnya. b) Identifikasi
fisik (D.0054) tidak mengalami toleransi fisik melakukan
mobilitas fisik pergerakan.
dengan kriteria c) Monitor frekuensi
hasil: jantung dan tekanan darah
a) Pergerakan sebelum memulai
ekstremitas mobilisasi
meningkat d) Monitor kondisi umum
b) Kekuatan otot selama melakukan
meningkat ambulasi
c) ROM meningkat Terapeutik :
d) Nyeri menurun a) Fasilitasi aktivitas
e) Kecemasan ambulasi dengan alat
menurun bantu
f) Kaku sendi b) Fasilitasi melakukan
menurun mobilitas fisik
g) Gerakan tidak c) Libatkan keluarga
terkoordinasi untuk membantu pasien
menurun dalam meningkatkan
h) Gerakan terbatas ambulasi Edukasi :
menurun a) Jelaskan tujuan dan
i) Kelemahan fisik prosedur mobilisasi
menurun b) Anjurkan melalukan
ambulasi diri
c) Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Arjun Kalra; Ekrem Yetiskul; Chase J. Wehrle; Faiz Tuma. (no date) ‘Physiology, Liver’.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017) Strandar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Indikator Diagnostik. EDISI 1. JAKARTA SELATAN: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,Definisi dan
tindakan keperawatan. EDISI 1. JAKARTA SELATAN: DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA.