Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TEKHNIK SENAM


KEGEL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PERAWATAN
DIRI PADA IBU POST PARTUM DI RSUP NTB

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Iimiah (KTI) pada Program
Studi Diploma III (D.III) Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Tahun Akademik 2019/2020

OLEH :

DESTY ALMA TRIANA


NIM.P07120117055

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III (D.III) KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh DESTY ALMA TRIANA, NIM

P07120117055 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Tekhnik Senam Kegel Terhadap Pengembalian Involusi Uteri Pada

Ibu Post Partum Di RSUP NTB” telah diperiksa dan mendapatkan

persetujuan untuk diseminarkan di depan tim penguji Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi D.III

Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020.

Mataram, Januari 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

RIDAWATI SULAEMAN, S.Kep., Ns., MM. MARDIATUN, M.Kep


NIP. 197004271993032003 NIP. 198002052006042001

i
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh DESTY ALMA TRIANA NIM.

P07120117065 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Tekhnik Senam Kegel Terhadap Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Perawatan Diri” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada

tanggal :

Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

A’AN DWI SENTANA, M.Kep. RIDAWATI SULAEMAN, S. Kep., Ns., MM.. MARDIATUN, M.Kep.
NIP. 197303202002121001 NIP.197004271993032003 NIP. 198002052006042001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan,

RUSMINI, S.Kep.Ns., MM
NIP. 197010161989032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Tekhnik Senam

Kegel Terhadap Peningkatan Pengetahuan Perawatan Diri Pada

Ibu Post Partum Di RSUP NTB” dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes. selaku Direktur

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Ibu Rusmini, S.Kep. Ns.,MM. selaku Ketua Jurusan

Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

3. Bapak H. Moh. Arip, S.Kp.,M.Kes. selaku Ketua Program Studi

D.III Keperawatan Mataram di Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram.

4. Ibu Ridawati Sulaeman, S.Kep., Ns., MM. sebagai pembimbing

utama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan

penuh kesabaran, dan memberikan motivasi serta saran-saran

yang bermanfaat dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini.

5. Ibu Mardiatun, M.Kep. selaku pembimbing pendamping yang

iii
telah memberikan saran dan bimbingannya demi kesempurnaan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Dosen-dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.

7. Kedua orang tua Ibu dan Bapak tersayang, kakak dan semua

keluarga terima kasih atas kasih sayang, do’a, dorongan dan

pengorbanannya, sehingga penulis bisa tetap semangat dan

terus maju dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua teman-teman seperjuangan D.III Keperawatan Mataram

angkatan 2019/2020 kelas B Reguler D.III, terima kasih atas

support dan dukungan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahawa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Demikian, semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bisa

bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca

pada umumnya.

Mataram, Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………….…………i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I ........................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
BAB II .......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................7
A. Konsep Teori.......................................................................................... 7
1. Pengertian Postpartum .................................................................................... 7
2. Tahapan Masa Postpartum ............................................................................ 7
3. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Ibu Postpartum ................................ 8
4. Pathway Postpartum ...................................................................................... 26
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum ............................ 27
1. Pengkajian Keperawatan Pada Ibu Postpartum........................................ 27
2. Diagnosa Keperawatan pada Ibu Postpartum .......................................... 29
c. Cara merumuskan tipe diagnosa sejahtera ............................................... 30
3. Perencanaan Keperawatan Pada Ibu Postpartum.................................... 31
4. Implementasi Keperawatan Pada Ibu Postpatum ..................................... 38
5. Evaluasi Keperawatan Pada Ibu Postpartum ............................................ 38
C. Konsep Senam Kegel .......................................................................... 39
1. Pengertian Senam Kegel .............................................................................. 39
2. Prosedur Melakukan Senam Kegel pada Ibu Postpartum ....................... 40
3. Manfaat Senam Kegel pada Ibu Postpartum ............................................. 41
4. Patofisiologi senam kegel dalam penurunan involusi uteri.................... 42

v
BAB III .................................................................................................................... 44
METODOLOGI PENULISAN ................................................................................ 44
A. Rancangan Studi Kasus ....................................................................... 44
B. Subyek Studi Kasus ............................................................................. 44
C. Fokus Studi Kasus ............................................................................... 45
D. Definisi Operasional ............................................................................. 45
E. Instrument Studi Kasus ........................................................................ 45
F. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 46
E. Tempat dan Waktu ............................................................................... 47
F. Analisa dan Penyajian Data ................................................................. 47
G. Etika Studi Kasus ................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 50

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu

organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya

pengecilan uterus setelah melahirkan. Subinvolusi uteri adalah

kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/proses

involusi Rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses

pengecilan uterus terhambat (Walyani, 2017). Subinvolusi

menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah

yang melebar tidak menutup sempurna, sehingga terjadi

pendarahan terus-menerus (Ratnawati, 2017)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio

kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang

disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau

pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti

kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. (Profil

Kesehatan Indonesia, 2018)

Data World Health Organization (WHO) mengenai status

kesehatan nasional pada capaian target Sustainable Development

Goals (SDGs) menyatakan secara global sekitar 830 wanita

1
2

meninggal setiap hari karena komplikasi selama kehamilan dan

persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 216 per 100.000

kelahiran hidup (WHO, 2017: 29) Sebanyak 99 persen kematian

ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di

negara-negara berkembang. Rasio AKI masih dirasa cukup tinggi

sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2030 (WHO, 2017).

Data capaian kinerja Kemenkes RI tahun 2015-2017

menunjukkan telah terjadi penurunan jumlah kasus kematian ibu di

Indonesia. Jika di tahun 2015 AKI mencapai 4.999 kasus maka di

tahun 2016 sedikit mengalami penurunan menjadi 4.912 kasus dan

di tahun 2017 mengalami penurunan tajam menjadi sebanyak

1.712 kasus AKI (Kemenkes RI, 2018).

Jumlah ibu bersalin/nifas di Nusa Tenggara Barat sebanyak

109.374 orang (Kemenkes RI, 2018). Data dari Profil Kesehatan

Provinsi NTB Tahun 2017, berdasarkan laporan dari kabupaten

atau kota, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB selama tahun

2017 adalah 85 kasus (Profil Kesehatan NTB, 2017). Sedangkan

Data dari Profil kesehatan NTB Tahun 2018, berdasarkan laporan

dari kabupaten/kota, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB

selama Tahun 2018 adalah 99 kasus, meningkat dibandingkan

Tahun 2017. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah kematian

ibu di Provinsi NTB selama 4 tahun terakhir menunjukkan trend

menurun namun kembali meningkat pada tahun 2018. Selama


3

periode tahun 2014-2017 terjadi penurunan jumlah kematian ibu di

Provinsi NTB sebesar 26 orang, namun kembali meningkat 14

kasus di tahun 2018 menjadi 99 kasus. Seperti tahun-tahun

sebelumnya, pada tahun 2018 kematian ibu terbanyak terjadi di

Kabupaten Lombok Timur yaitu 34 kasus dan untuk Kabupaten

Dompu menjadi satu-satunya Kabupaten dengan 0 kasus kematian

Ibu di tahun 2018 (Profil Kesehatan NTB, 2018).

Kematian ibu terbanyak pada tahun 2018 terjadi pada ibu

nifas sebesar 48,48%, kemudian pada ibu bersalin 29,29% dan

pada ibu hamil 22,22%. Dari 99 kasus kematian pada tahun 2018,

29 kasus disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan, 23 kasus

oleh karena perdarahan, 11 kasus disebabkan karena gangguan

system peredaran darah (jantung, stroke dll), 9 kasus disebabkan

karena infeksi, 3 kasus karena gangguan metabolic (Diabetes

Mellitus dll) dan 24 kasus oleh karena penyebab lain-lain.

Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada

usia 20-34 tahun yaitu sebanyak 61,62%, usia =35 tahun sebanyak

31,31 %% dan usia<20 tahun sebanyak 7,07%. (Profil Kesehatan

Provinsi NTB, 2018).

Angka Kematian Ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

saat ini merupakan masalah yang besar dan harus mendapatkan

perhatian khusus dari pemerintah. Upaya-upaya untuk mengatasi

masalah tersebut dilakukan oleh pemerintah melalui beberapa

program kesehatan yang berkerjasama dengan berbagai fihak,


4

namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang cukup

menggembirakan. Melihat kondisi yang masih memprihatinkan

tersebut masih diperlukan upaya yang lebih baik dan maksimal

agar AKI dan AKB di Indonesia dapat menurun. (Ulfah M, 2016)

dalam (Sarwinarti, 2018)

SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan salah

satu program pemerintah yang diupayakan untuk membantu

mengatasi masalah kesehatan terutama angka kematian ibu dan

bayi yang masih tinggi. Berdasarkan target dari SDGs yang

dicanangkan oleh pemerintah senam kegel turut berperan dalam

pencapaian penurunan angka kematian ibu. Berpijak pada hal

tersebut senam kegel merupakan salah satu tindakan yang dapat

mensukseskan program pemerintah yang sudah seharusnya mulai

dilakukan oleh petugas kesehatan. (Sarwinarti, 2018)

Senam kegel merupakan suatu latihan otot-otot dasar

panggul pubococcygeus. Senam kegel dapat dilakukan dimana

saja bahkan saat berbaring setelah melahirkan di ruang perawatan

masa nifas yang dapat dilakukan pada saat berkemih, menyusui,

atau disetiap posisi nyaman pasien. Kontraksi uterus yang baik

akan meminimalkan terjadinya pendarahan pasca persalinan (Ulfah

M, 2016) dalam (Sarwinarti, 2018). Latihan Kegel memfasilitasi

penyembuhan perineum dan membantu pemulihan tonus otot

daerah vagina dan panggul dengan meningkatkan sirkulasi dan

aktivitas otot-otot isometrik (Sharon J. Reeder, 2015).


5

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Tekhnik Senam Kegel Terhadap Pengembalian Involusi Uteri Pada

Ibu Post Partum di RSUD Provinsi NTB”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Dengan

Pemberian Tekhnik Senam Kegel Dapat Mengembalikan Involusi

Uteri Pada Ibu Post Partum di RSUD Provinsi NTB?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan Asuhan

Keperawatan Dengan Pemberian Tekhnik Senam Kegel

Terhadap Pengembalian Involusi Uteri Pada Ibu Post Partum di

RSUD Provinsi NTB.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien post

partum.

b. Membuat diagnose keperawatan pada pasien post partum

c. Membuat intervensi keperawatan pada pasien post partum

d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien post

partum

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien post partum


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada ibu nifas dan

masyarakat serta pihak-pihak terkait lainnya

pengetahuan tentang tekhnik senam kegel terhadap

pengembalian involusi uteri.

b. Bagi Institusi Kesehatan/Puskesmas

Memberikan tambahan refrensi pada

instansi/tenaga kesehatan khususnya jurusan

Keperawatan terkait pemberian tekhnik senam kegel

terhadap pengembalian involusi uteri.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi Pendidikan

Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan

dilakukan dan hasilnya nanti diharapkan dapat

bermanfaat sebagai bahan pengembangan ilmu

pengetahuan guna meningkatkan mutu pendidikan

selanjutnya.

b. Bagi Responden

Untuk dapat melakukan tekhnik senam kegel

untuk mempercepat proses involusi uteri.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Pengertian Postpartum

Postpartum adalah masa setelah keliarnya plasenta

sampai alat-alat reprodukti pulih seperti sebelum hamil

dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6

minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami

kejadian yang penting, mulai dari perubahan fisik, masa

laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi

keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat

membutuhkan perhatian dan kasih saying. Namun

kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi

kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit,

yang bila tidak di tangani segera dengan efektif akan

dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan

kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat

penting dipantau oleh bidan (Syafruddin, 2009).

2. Tahapan Masa Postpartum

Ada tiga tahapan pada masa postpartum, yaitu :

a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan.

7
8

b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh

alat-alat genital.

c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan

untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama

hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa

minggu, bulan, atau tahun. (Walyani, 2017)

3. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Ibu Postpartum

a. Perubahan Fisiologis pada Masa Postpartum

Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan

fisiologis. Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi

hormoce HCG (human chorionic gonadotropin),

human plasenta lacogen, estrogen dan progesterone

menurun. Kadag estrogen dan progesterone hamper

sama dengan kadar yang ditemukan pada fase

folikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3

dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormone steroid

ini mengubah fungsi seluruh system sehingga efek

kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak

hamil, sekalipun pada wanita (Walyani, 2017).


9

Perubahan-perubahan yang terjadi yaitu :

1) System Kardiovaskuler

Denyut jantung, volume dan curah jantung

meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya

aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban

jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal,

dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula.

a) Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada

beberapa variabel. Contohnya kehilangan darah

selama persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan

ekstravaskular. Dalam 2 sampai 3 minggu, setelah

persalinan volume darah seringkali menurun sampai

pada nilai sebelum kehamilan.

b) Cardiac output

Cardiac output terus meningkat selama kala I

dan kala II persalinan. Cardiac output tetap tinggi

dalam beberapa waktu sampai 48 jam postpartum, ini

umumnya mungkin diikuti dengan peningkatan stroke

volume akibat dari peningkatan vernosus return,

bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac output

akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum

hamil dalam 2-3 minggu.


10

2) Sistem Hematologi

a) Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan

plasma sedikit menurun, tetapi darah lebih kental

dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan pembekuan darah.

b) Leukositis meningkat, dapat mencapai 15000/mmᶟ

selama persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa

hari postpartum.

c) Factor pembekuan, yakni suatu aktivasi factor

pembekuan darah terjadi setelah persalinan.

Aktivitas ini, bersamaan dengan tidak adanya

pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong

terjadinya tromboemboli.

d) Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui

adanya tanda-tanda trombosis (nyeri, hangat dan

lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan

keras atau padat ketika disentuh).

e) Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid)

adalah umum pada kehamilan.

3) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Uterus secara umum berangsur-angsur menjadi

kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti

sebelum hamil.
11

(1) Bayi lahir uteri setinggi pusat dengan berat uterus

1000 gr

(2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2

jari bawah pusat dengan berat uterus 750 gr

(3) Satu minggu postpartum tinggi fundur uteri teraba

pertengahan simpisis dengan berat uterus 350 gr

(4) Eman minggu postpartum fundus uteri bertambah

kecil dengan berat uterus 50 gr

b) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum

uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam

lochea :

(1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan

sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks

kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari

postpartum.

(2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi

darah dan lender, hari 3-7 postpartum.

(3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak

berdarah lagi, pada hari 7-14 postpartum.

(4) Lochea alba cairan putih, setelah 2 minggu

(5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk.

(6) Locheastatis: lochea tidak lancer keluarnya


12

c) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki

oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

d) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap

berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu

vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil

dan rugae dalam vagina berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih

menonjol.

e) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala

bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5,

perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada

keadaan sebelum melahirkan.


13

f) Payudara

Perubahan payudara meliputi:

(1) Penurunan kadar progesterone secara tepat

dengan peningkatan hormone prolactin setelah

persalinan

(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI

terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 setelah persalinan

(3) Payudara menjadi besr dank eras sebagai tanda

mulainya laktasi

4) Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama

kemungkinan terdapat spasine spingter dan edema leher

buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine

dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36

jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,

kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini

menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan

kembali normal dalam tempo 6 minggu.


14

5) Sistem Gastrointestinal

Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun

setelah melahirkan, namun asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak

tubuh berkurang dan usus nagian bawah sering kosong

jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit

didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke

belakang.

6) Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3

jam postpartum. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-

angsur hilang.

7) Sistem Muskuloskelebal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum.

Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah

komplikasi dan mempercepat proses involusi.

8) Sistem Integumen

a) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan

menyebabkann berkrangnya hyperpigmentasi kulit

b) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit

karena kehamilan dan akan menghilang pada saat

estrogen menurun (Walyani, 2017).


15

b. Involusi dan Subinvolusi Masa Postpartum

1) Involusi

Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal

dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi

fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah

melahirkan. Involusi uterus adalah mengecilnya

kembali setelah persalinan kembali ke bentuk asal.

Ischemi pada myometrium disebut juga local

ischemia, yaitu kekurangan darah pada uterus.

Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi

dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas

tetapi disebebkan oleh pengurangan aliran darah

yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena

uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan

pertumbuhan janin.

Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak

dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi dan

hiperlapsi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan

lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali

seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah

dada sehingga peredaran darah ke buah dada

menjadi lebih baik. Demikianlah uterus akan

mengalami kekurangan darah sehingga jaringan


16

otot-otot uterus mengalami otropi kembali pada

ukuran semula (Walyani, 2017).

a) Involusi Alat-alat Kandungan

(1) Uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama

persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan

menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh

darah besar yang bermuara pada bekas

implantasi plasenta. Pada hari pertama ibu

postpartum tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari

dibawah pusat (1cm). Pada hari kelima

postpartum uterus menjadi 1/3 jarak antara

symphysis. Tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap

hari. Secara berangsur-angsur menjadi kecil

(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti

sebelum hamil (Walyani, 2017).

(2) Bekas Implantasi Uteri

Plasenta mengecil karena kontraksi dan

menonjol ke ovum uteri dengan diameter 7,5 cm.

sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. pada minggu

ke 6 2,4 dan akhirnya pulih. Otot-otot uterus

berkontraksi segera postpartum. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada diantara anyaman-

anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan


17

menghentikan pendarahan plasenta lahir. Bagian

bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar

dan menonjol uteri segera setelah persalinan.

Penonjolan tersebut dengan dameter 7,5 cm

sering disangka sebagai suatu bagian plasenta

yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya

menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan

akhirnya pulih. (Sarwono, 2002) dalam (Walyani,

2017),

(3) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak

mengaga seperti corong. Bentuk ini disebabkan

oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,

sehingga seolah-olah pada berbatasan antara

korpus dan serviks uteri berbentuk, semacam

cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-

hitaman karena penuh pembuluh darah,

konsistensinya lunak segera setelah janin

dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat

dimasukan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya

dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri

(Walyani, 2017).
18

(4) Ligamen-ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta

fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan

persalinan setelah jalnan lahir berangsur-angsur

mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang

ligamentum rotudum menjadi kendor mengakibatkan

uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan kembali

jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut

juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul

dianjurkan melakukan latihan-latihan tertentu. Pada

hari ke 2 post partum sudah dapat diberikan

fisioterapi (Walyani, 2017).

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Involusi:

(1) Mobilasi dini

Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari

otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk

menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya

pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan

isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya

kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini

menyabakan terganggunya peredaran darah dalam

uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan

zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-

otot tersebut menjadi lebih kecil. (Walyani, 2017)


19

(2) Status gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang

yang susuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi

yang kurang pada ibu postpartum maka pertahanan

dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok

infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan

pertahanan penyembuhan kuman bermanfaat pula

untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu

postpartum dengan status gizi yang baik akan mampu

menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi

infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses

involusi uterus.

(3) Menyusui

Pada proses menyusui ada refleks let down dari

isapan bayi merangsang hipofise posterior

mengeluarkan hormone oxytoksin yang oleh darah

hormone ini diangkat menuju uterus dan membantu

uterus berkontraksi sehingga proses involusi uteri

terjadi.

(4) Usia

Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi

oleh proses penuaan dimana terjadi peningkatan

jumlah lemak. Penurunan elastisiras otot dan

penurunan penyerapan lemak, protein serta


20

karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan

penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini

akan menghambat involusi uterus.

(5) Parietas

Parietas memengaruhi involusi uterus, otot-otot yang

terlalu sering terenggang memerlukan waktu yang

lama.

2) Subinvolusi

Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis

pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi

pada setiap organ dan saluran reproduktif (Walyani,

2017).

Subinvolusi dapat terjadi pada:

a) Subinvolusi uterus

Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk

mengikuti pola normal involusi/proses involusi rahim

tidak berjalan sebagai mestinya sehingga proses

pengecilan uterus terhambat. Subinvolusi merupakan

istilah yang digunakan menunjukan kemunduran yang

terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif

kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada

kemunduran uterus yang mengarah keukurannya.

Tanda dan gejala:


21

(1) Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam

abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau

penurunan fundus uteri lambat

(2) Konsistensi uteri lembek

(3) Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah

(4) Terdapat pembekuan darah

(5) Lochea berbau menyengat

(6) Uterus tidak berkontraksi

b) Subinvolusi tempat plasenta

Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk

berubah.

Tanda dan gejala:

(1) Tempat implantasi masih meninggalkan parut

dan menonjol

(2) Pendarahan

c) Subinvolusi ligamen

Yaitu kegagalan ligamen dan diafragma pelvis

vasia kembali seperti sedia kala.

Tanda dan gejala:

(1) Ligamentum rotundum masih kendor

(2) Ligamen, fasia dan jaringan lat penunjang serta

alat genetalia kendor


22

d) Subinvolusi serviks

Yaitu kegagalan serviks berubah bentuk semula

seperti sebelum hamil.

Tanda dan gejala:

(1) Konsistensi serviks lembek

(2) Pendarahan

e) Subinvolusi lochea

Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi

lochea. Seharusnya lochea berubah secara

normal sesuai dengan fase dan lainnya

postpartum.

Tanda dan gejala:

(1) Pendarahan tidak sesuai dengan fase

(2) Darah berbau menyengat

(3) Pendarahan

f) Subinvolusi Vulva dan Vagina

Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi

vulva dan vagina seperti semula setelah beberapa

hari postpartum.

Tanda dan gejala:

(1) Vulva dan vagina kemerahan

(2) Terlihan oedem

(3) Konsistensi lembek


23

g) Subinvolusi perineum

Yaitu tidak ada perubahan perineum setelah

beberapa hari persalinan.

Tanda dan gejala:

(1) Perineum terlihat kemerahan

(2) Konsistensi lembek

(3) Oedem

c. Perubahan Psikologis pada Masa Postpartum

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama

kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah

persalinan. Pada periode tersebut kecemasan seorang

wanita dapat bertambah, pengalaman yang unik dialami

oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas menupakan

masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan

pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai

bertambah (Walyani, 2017).

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu masa nifas yaitu:

1) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan,

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua

melahirkan. Pada fase ini petugas kesehatan harus

menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat


24

melewati fase ini dengan baik. Gangguan fsikologis yang

mungkin dirasakan ibu adalah:

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang

diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin

tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lainnya.

b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan

fisik yang dialami ibu

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

d) Suami dan keluarga mengkritik ibu tentang cara

merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa

membantu

2) Fase taking hold

Fase taking hold adalah periode yang berlangsung

antara 3-10 hari setalah melahirkan. Pada fase ibu timbul

rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan

sangat sensitive, sehingga mudah menimbulkan

kepercayaan diri ibu.

3) Fase letting go

Fase letting go adalah periode merima tanggung

jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari

setelah melahirkan. Terjadi peningkatan akan perawatan

diri dan bayinya. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa


25

bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk

memenuhi kebutuhan bayinya.


26

4. Pathway Postpartum (Aspiani, 2017)


Post Partum/ Masa Nifas/ Puerperium

Perubahan psikologis
Perubahan fisiologis
Post Partum/ Masa Nifas/ Puerperium

Sistem Sistem Kelahiran


Tanda- System Endokrin Reproduksi Bayi
tanda Vital Kardiovaskuler

Sistem
Sistem Urinari
Sistem Muskuloskeletal Perubahan
Pencernaan dalam
keluarga

 Penuruna Adaptasi
 Bradikardi n sensasi Tidak
 Suhu meningkat 38  Takikardi ekstermita
 Dysuria beradaptasi
derajat  Iritabilitas s bawah
 Takikardi vasomotor  Urinary
 Trombopi
 Diaphoresis frekuensi
 TD dalam batas ebitis
Dx. Kep
normal  Edema
 Respirasi meningkat Gangguan
Dx. Kep : Proses
Dx. Kep. Parenting
- Gang perpusi Ggn
jaringan Mobilitas Dx. Kep.
Dx. Kep. perifer Fisik Gangguan
Resiko Infeksi - Intoleransi Eliminasi BAK
aktivitas

 Nafsu makan  Involusi uteri


 Penurunan produksi
meningkat  Involusio daerah implantasi plasenta
hormone estrogen
 Penurunan tonus  Perubahan serviks
dan progesterone
abdomen
 Peningkatan rodukti  Perubahan vagina
prolaktin  Kencang pada klitoris dan vaniga
 Luka perineum
 Dx. Kep.  Pengeluaran colostrum
Resiko  Peningkatan produksi ASI
Konstipasi  Breast Engogement
Dx. Kep.

- Nyeri akut
Dx. Kep. Ggn
- Resiko ggn proses laktasi
Proses laktasi
27

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum

Tujuan asuhan keperawatan pada masa postpartum adalah

membantu ibu baru dan kelarganya berhasil beradaptasi pad

masa transisi setelah kelahiran anak dan tuntutan orang tua.

Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini adalah pada

pengkajian dan modifikasi factor-faktor yang mempengaruhi

pemulihan ibu dari persalinan dan pelahiran, kemampuannya

untuk mengemban peran perawatan bayi baru lahir, dan

taransisi, peran dan kemampuan fungsional ibu serta

keluarganya (Sharon J. Reeder, 2015)

1. Pengkajian Keperawatan Pada Ibu Postpartum

a. Pengkajian Data (Pengumpulan Data)

Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data

yang dibutuhkan untuk mengevaluasi pasien dan

merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan

informasi yang jelas dan akurat (Walyani, 2017).

Pengumpulan data ada 2 jenis, yaitu:

1) Data Subyektif

Untuk memperoleh data subyektif dapat dilakukan

sengan cara anamnesa yaitu informasi yang kita dapatkan

bisa langsung dari pasien atau bisa juga dari orang-orang

terdekat pasien. (Walyani, 2017)


28

Data subyektif ini mencangkup:

a) Identitas/biodata ibu postpartum dan suami meliputi

nama, umur, jenis kelamin, agama,alamat, pendidikan,

pekerjaan.

b) Keluhan utama ibu postpartum

c) Riwayat kesehatan meliputi: riwayat kesehatan yang

lalu, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan

sekarang

d) Riwayat perkawinan ibu postpartum

e) Riwayat obstetric ibu postpartum

f) Riwayat KB ibu postpartum

g) Kehidupan social budaya ibu postpartum

h) Data psikososial ibu postpartum meluputi: respon

keluarga terhadap ibu dan bayinya, respon ibu

terhadap dirinya sendiri, respon ibu terhadap bayinya)

i) Data pengetahuan ibu postpartum

j) Pola kebutuhan sehari-hari meliputi: nutrisi dan cairan,

personal hygiene, eliminasi, istirahat, seksual,

aktivitas) (Walyani, 2017).

2) Data Objektif

Bagian dari pengkjian data objektif, yaitu:

a) Keadaan umum ibu postpartum

b) Tanda-tanda vital ibu postpartum meliputi: tekanan

darah, suhu, nadi, pernafasan)


29

c) Pemeriksaan payudara ibu postpartum

d) Pemeriksaan tterus: periksa tinggi fundus uteri

apakah sudah sesuai dengan involusi uteri, apakah

kontraksi uterus baik, apakah konsistensinya lunak

atau keras.

e) Pemeriksaan kandung kemih

f) Pemeriksaan ekstermitas bawah

g) Pemeriksaan genetalia: periksa pengeluaran lochea,

warna, bau dan jumlahnya

h) Pemeriksaan perineum

2. Diagnosa Keperawatan pada Ibu Postpartum

Dalam keperawatan, ada diagnosa aktuak dan risiko.

Diagnosis actual adalah diagnosis artinya masalah

kesehatan sudah ada. Diagnosis risiko berarti perawat

memiliki alasan untuk percaya bahwa masalah sudah dekat.

Secara umu, masalah yang sebenarnya harus memperoleh

prioritas di atas risiko, kecuali risiko yang menyebabkan

cedera atau kematian. Dalam beberapa kasus, perhatian

seorang perawat dapat menurunkan kemungkinan risiko

yang mengancam bagi pasien. (Suryani Manurung, 2011)

Berikut cara perumusan diagnosa keperawatan:

a. Cara merumuskan diagnosa actual

Masalah berhubungan dengan etiologi (P b/d E)


30

Ditandai dengan: data subjektif dan data objektif

(karakteristik mayor dan minor)

b. Cara merumuskan diagnosa resiko

Masalah berhubungan dengan etiologi (P b/d E)

c. Cara merumuskan tipe diagnosa sejahtera

Diawali dengan kata-katapotensial dan penampilan

kesehatan ibu kearah positif, contohnya: peningkatan

kesehatan kehamilan, ditandai dengan data subjektif

dan data objektif (Suryani Manurung, 2011).

Adapun diagnosa keperawatan pada ibu postpartum,

yaitu:

1) Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan

trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau

distensi, efek hormonal.

2) Ketidakpuasan dengan pengalaman menyusui

berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat

dukungan, struktur atau karakterisitik fisik payudara

ibu.

3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,

penurunan Hb, prosedur invasif dan/atau

peningkatan pemajanan lingkungan, ruktur ketuban

lama, malnutrisi.
31

4) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan

efek-efek hormonal (perpindahan cairan untuk

peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis,

edema jaringan, efek-efek anestesia.

5) Konstipasi berhubungan dengan penurunan otot

(diastatis rekti), efek-efek progesteron, dehidrasi,

kelebihan analgesia atau anestesia, diare

prapersalina, kurang masukkan, nyeri

perineal/rektal.

6) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan

perawatan bayi berhubungan dengan kurang

pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi,

tidak mengenal sumber-sumber. (Doenges, 2001)

3. Perencanaan Keperawatan Pada Ibu Postpartum

Berdasarkan pada pengkajian dan diagnosa, rencana

dibuat untuk merubah atau menghilangkan masalah actual

atau potensial, dan intervensi keperawatan

diimplementasikan. (Sharon J. Reeder, 2015)

Adapun intervensi keperawatan ibu postpartum, yaitu:

a. Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan

trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau

distensi, efek hormonal.


32

1) Tentukan adanya, lokasi, dan sifat

ketidakyamanan. Tinjau ulang persalinan dan

catattan kelahiran

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan-

kebutuhan khusus klien dan intervensi yang

tepat.

2) Berikan compress es pada perineum, khususnya

selama 24 jam setelah kelahiran.

Rasional : memberi anastesia local,

meningkatkan vasokontraksi, dan mengurangi

edema vasokontraksi.

3) Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya

frekuensi/intensitas afterpain. Perhatikan factor-

faktor pemberat.

Rasional : selama 12 jam pertama pascapartum,

kontraksi uterus kuat dan regular, dan ini

berlanjut selama 2-3 hari selanjutnya.

b. Ketidakpuasan dengan pengalaman menyusui

berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat

dukungan, struktur atau karakterisitik fisik payudara ibu.

1) Kaji pengetahuan pengalaman klien tentang

menyusui sebelumnya.
33

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi

kebutuhan saat ini dan mengembangkan

rencana perawatan.

2) Berikan informasi verbal dan tertulis, mengenai

fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan

putting dan payudara, kebutuhan diet khusus,

dan factor-faktor yang memudahkan atau

mengganggu kebesihan menyusui.

Rasional : membantu menjamin suplai susu

adekuat, mencegah putih pecah dan luka,

memberikan kenyamanan, dan peran ibu

menyusui.

3) Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting

setiap habis menyusui.

Rasional : identifikasi dan intervensi dini dapat

mencegah/menbatasi terjadinya luka atau pecah

putting, yang dapat merusak proses menyusui.

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan

Hb, prosedur invasif dan/atau peningkatan pemajanan

lingkungan, ruktur ketuban lama, malnutrisi.

1) Pantau suhu dan nadi dengan rutih dan sesuai

indikasi; catat tanda-tanda menggigil. Anoreksia,

atau malaise.
34

Rasional : peningkatan suhu sampai 101⁰ F

(38,3⁰C) dalam 24 jam pertama sangat

menandakan infeksi; peningkatan sampai 100,4⁰

F (38,0⁰C) pada 2 dari 10 hari pertama

pascapartum adalah pascapartum.

2) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan

perubahan involusi atau adanya nyeri tekan

uterus ekstrem.

Rasional : fundus, yang pada awalnya 2 cm

dibawah umbilicus, meningkat 1-2 cm/hari (satu

buku jari per hari). Kegagalan myometrium untuk

involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri

tekan ekksterm, menandakan kemungkinan

tertahannya jaringan plasenta atau infeksi.

3) Catat jumlah dan bau rabas lokial atau

perubahan pada kemajuan normal dari rubra

menjadi serosa.

Rasional : lokia secara normal mempunyai bau

amis/daging; namun, pada endometris, rabas

mungkin purulent dan bau busuk, mungkin gagal

untuk menunjukan kemajuan normal dari rubra

menjadi serosa sampai alba.

d. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-

efek hormonal (perpindahan cairan untuk peningkatan


35

aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema jaringan,

efek-efek anestesia.

1) Palpasi kandung kemih. Pantau tinggi fundus

dan lokasi, serta jumlah aliran lochia.

Rasional : aliran plasma ginjal yang

meningkatkan 25%-50% selama periode

perinatal, tetap tinggi pada minggu pertama

pascapartum, mengakibatkan peningkatan

pengisian kandung kemih. Distensi kandung

kemih yang dapat dikaji degan derajat

perubahan posisi uterus menyebabkan

peningkatan relaksasi uterus dan aliran lochia.

2) Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pascapartum,

dan setiap 4 jam setelahnya.

Rasional : variasi intervensi keperawatan

mungkin perlu untuk merangsang atau

memudahkan berkemih.

3) Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari.

Rasional : membantu mencegah stasis dan

dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang

waktu melahirkan.

e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan otot

(diastatis rekti), efek-efek progesteron, dehidrasi,


36

kelebihan analgesia atau anestesia, diare prapersalina,

kurang masukkan, nyeri perineal/rektal.

1) Auskultasi adanya bising usus; perhatikan

kebiasaan pengosongan normal atau diastasis

reskti.

Rasional : mengevauasi fungsi usus.

2) Berikan informasi diet yang tepat tentang

pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan,

dan upaya untuk membuat pola pengosongan

normal.

Rasional : makanan kasar (mis: buah-buahan

dan sayuran, khususnya dengan biji dan kulit)

dan peningkatan cairan menghasilkan bulk dan

merangsang eliminasi.

3) Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan

ambulasi, sesuai toleransi.

Rasional : membantu meningkatkan peristaltic

gartrointestinal.

f. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan

perawatan bayi berhubungan dengan kurang

pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi,

tidak mengenal sumber-sumber.


37

1) Kaji kesiapan pasien dan motovasi untuk belajar.

Bantu klien/pasangan dalam mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan.

Rasional : periode pascanatal dapat merupakan

pengalaman positif bila penyuluhan yang tepat

diberikan untuk membantu mengembangkan

pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.

2) Anjurkan tentang program latihan pascapartum

progresif.

Rasional : latihan membantu tonus otot-otot,

meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan

perasaan kesejahteraan umum.

3) Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang

normal dan kebutuhan-kebutuhan yang

berkenaan dengan periode pasca partum.

Rasional : status emosional klien mungkin

kadang-kadang labil pada saat ini dan sering

dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi

perubahan ini dapat menurunkan stress

berkenaan dengan periode transisi ini yang

memerlukan peran baru yang dipelajari dan

melaksanakan tanggung jawab baru (Doenges,

2001).
38

4. Implementasi Keperawatan Pada Ibu Postpatum

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai

dengan yang telah direncanakan, mencangkup tindakan

mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan

kepeawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat

dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang

disarankan oleh hasil keputusan bersama dokter dan

petugas lain (Ratnawati, 2017).

5. Evaluasi Keperawatan Pada Ibu Postpartum

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari

proses keperawatan, yaitu perawat menilai hasil yang

diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh

mana masalah ibu diatasi. Disamping itu perawat juga

memberikan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan

uang ditetapkan belum tercapai sehingga proses

keperawatan dapat dimodifikasi (Ratnawati, 2017).


39

C. Konsep Senam Kegel

1. Pengertian Senam Kegel

Senam kegel merupakan suatu latihan otot-otot dasar

panggul pubococcygeus. Senam kegel ini dilakukan untuk

melatih otot-otot vagina, perut dan rahim pada saat

pervaginam mengalami peregangan dan kerusakan yang

dapat menyababkan nyeri setelah melahirkan. Senam kegel

dapat dilakukan dimana saja bahkan saat berbaring setelah

melahirkan di ruang perawatan masa nifas yang dapat

dilakukan pada saat berkemih, menyusui, atau disetiap

posisi nyaman pasien. Pada saat melakukan senam ini akan

menyebabkan uterus berkontaksi dan akan mempercepat

proses kembalinya uterus ketempat semula. Kontraksi uterus

yang baik akan meminimalkan terjadinya pendarahan pasca

persalinan (Ulfah M, 2016) dalam (Sarwinarti, 2018)

Senam kegel harus dimulai sesegera mungkin setelah

persalinan untuk mencegah hilngnya kendali kortikal pada

otot-otot karena nyeri persalinan nyeri perineum dan cemas

tentang kerusakan jahitan (Shepherd, 1980) dalam

(Brayshaw, 2008). Ibu yang baru saja menjalani episiotomy

setelah terlebih dahulu diberi anestesi epidural, mungkin

akan merasakan nyeri perineum tiba-tiba yang amat sakit,

setelah persalinan yang tidak terasa nyeri. Ibu saat saat ini
40

memerlukan pereda nyeri untuk mencegah inhibisi kontraksi

dasar panggul, seluruh ibu harus dimotivasi untuk

menggerakkan otot dasar panggul sedikit dan sesering

mungkin, perlahan dan cepat, pada masa pascrapartum dini

(Brayshaw, 2008).

2. Prosedur Melakukan Senam Kegel pada Ibu

Postpartum

Cara melakukan senam kegel adalah dengan

mengencangkan anus seperti menahan defekasi, kerutkan

uretra dan vagina juga seperti menahan berkemih, kemudian

lepaskan ketiganya. Tahan dengan kuat selama mungkin

sampai 10 detik, bernafas secara normal. Relaks dan

istirahat selama tiga detik. Ulangi dengan perlahan sebanyak

mungkin sampai maksimum 10 kali (Brayshaw, 2008).

Ulangi senam dengan mengencangkan dan

mengendurkan, gerakan lebih cepat sampai 10 kali tanpa

menahan kontraksi. Jumlah pengulangan akan bertambah

secara bertahan bila ibu hanya menyanggupi beberapa kali

melakukan senam ini pada awalnya, namun perlu diberi tahu

bahwa hal ini normal (Brayshaw, 2008).

Prosedur senam dasar panggul dapat diingat dan

dilakukan bersama aktivitas yang berkaitan dengan bayi,

misalnya, menyusui, memandikan, membasuhnya. Aktivitas

ini dapat dilakukan sambil ibu duduk di kamar mandi setiap


41

habis berkemih. Ini adalah posisi relaks untuk mengontraksi

otot-otot tersebut. Sebuah tanda pengingat untuk melakukan

aktivitas ini, dapat ditempelkan di balik pintu kamar mandi

rumah sakit. Bila nyeri perineum membuat senam menjadi

sulit untuk dilakukan dalam posisi duduk, posisi lain yang

dapat dipakai adalah telungkup, atau berbaring miring

dengan bantal diletakkan di antara kaki, atau berdiri dengan

kedua kaki direntangkan (Brayshaw, 2008).

3. Manfaat Senam Kegel pada Ibu Postpartum

Senam Kegel atau senam dasar panggul ini dilakukan

untuk mempercepat pemulihan, mencegah komplikasi, dan

memperkuat otot-otot dasar panggul, dan abdomen. Dengan

menegangkan otot-otot tersebut, latihan ini membantu ibu

memperbaiki bentuk tubuhnya dan dapat bermanfaat secara

psikologis dan secara fisiologis. Latihan dapat dimulai pada

hari pertama pascapartum dan secara bertahap ditingkatkan.

Ibu disarankan tidak melakukan latihan yang terlalu berat

dan dianjurkan untuk meningkakan latihan secara perlahan

saat menambahkan latihan ke latihan rutin.

Latihan Kegel memfalitasi penyembuhan perineum dan

membantu pemulihan tonus otot daerah vagina, perineum,

dan panggul dapat meningkatkan sirkulasi dan aktivitas otot-

otot isometrik. Latihan kegel terdiri atas kontraksi otot-otot

perineum dengan kekuatan yang cukup untuk menghentikan


42

aliran urine. Kontraksi dilakukan selama beberapa detik

kemudian dilepaskan. Latihan ini diulang 50 sampai 100 kali

dan dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari (Sharon J.

Reeder, 2015).

4. Patofisiologi senam kegel dalam penurunan involusi

uteri

Menurut Ulfah (2016) dalam (Sarwinarti, 2018)

berdasarkan penemuan Arnold Kegel, senam kegel

merupakan serangkaian gerakan yang berfungsi untuk

melatih kontraksi otot pubococcugeus berkali-kali dengan

tujuan meningkatkan tonus dan kontraksi otot. Sebagian

besar perempuan yang tidak terlatih akan mengalami

penurunan uterus. Dengan senam ini otot pubococcygeus

yang merupakan otot utama pendukung uterus akan

diperkuat latihan fisik akan menyebabkan terjadinya eksitasi

otot yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kalsium

sitosol terutama dari cairan ekstraseluler, yang selanjutnya

akan terjadi reaksi biokimia yaitu kolmudin (protein sel)

berkaitan dengan kalsium akan mengakibatkan kinase rantai

ringan myosin menjadi aktif sehingga jembatan silang

myosin terfosforisasi sehingga terjadi peningkatan aktin dan

myosin, maka terjadilah kontraksi (Muray: 2009, Sheerwood,

2011) (Harvey, MA, 2003) dalam (Sarwinarti, 2018).

Disamping itu, dengan latihan akan memberikan stimulus


43

secara lurus menuju otot uterus sehingga akan membantu

otot uterus berkontraksi maksimal, dengan kontraksi tersebut

akan menjepit pembuluh darah yang terbuka dan

menyebabkan proses involusio uteri menjadi cepat. Uterus

yang berkontraksi dengan baik secara bertahan akan

berkurang ukurannya, sampai tidak dapat dipalpasi di atas

simphisis pubis (Vaney, 2004) dalam (Sarwinarti, 2018).


BAB III
METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan

terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat

gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam

suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan studi kasus dengan judul : Asuhan Keperawatan

Dengan Pemberian Tekhnik Senam Kegel Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Diri Pada Ibu Post Partum Di RSUP NTB.

B. Subyek Studi Kasus

Subjek penelitian adalah sumber dari mana data dapat

diperoleh. Pada studi kasus yang akan dilakukan, peneliti mengambil

satu orang responden pasca partum hari pertama sampai hari ke 3

sebagai objek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi.

Kreteria Inklusif :

1. Pasien pasca persalinan normal

2. Masa nifas hari pertama sampai hari ke-3

3. Bersedia melakukan prosedur Senam Kegel

4. Bersedia menjadi responden dari awal sampai akhir penelitian

44
45

Kreteria Ekslusi :

1. Pasien dengan riwayat melahirkan saecar

2. Tidak bersedia sebagai objek studi kasus

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan

yang akan dijadikan titik acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini

yang menjadi fokus studi adalah penerapan prosedur tekhnik

senam kegel terhadap peningkatan pengetahuan perawatan diri

pada ibu postpartum melalui pendekatan proses keperawatan

dimulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

implementasi, sampai evaluasi.

D. Definisi Operasional

1. Prosedur tekhnik senam kegel adalah salah satu cara yang

dilakukan dengan menahan kontraksi untuk berkemih selama 8-

10 detik, lepaskan dan ulangi beberapa kali yang bertujuan

untuk meningkatkan proses involusi uterus.

2. Pasien post partum/pasca partum adalah seseorang yang telah

melaukan persalinan secara normal.

E. Instrument Studi Kasus

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah

berupa lefleat yang berisi langkah-langkah atau pedoman dalam

menerapkan tekhnik senam kegel pada ibu post partum


46

F. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut

(Moleong, 2010: 186).n Teknik wawancara dalam penelitian ini

adalah wawancara terstruktur, yaitu wawancara dilakukan dengan

mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis dan

pertanyaan yang diajukan telah disusun.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara

dengan pasien dan keluarga untuk menggali informasi kepada

pasien dan keluarga meliputi biodata pasien, pengetahuan dan

keterampilan keluarga dalam upaya proses penyembuhan ibu

postpartum.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang

diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.

Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara

langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran

yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.


47

Dalam penelitian ini, dilakukan observasi secara langsung.

Peneliti melakukan pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan

pada pasien post partum.

E. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Tempat penelitian akan dilakukan di RSUP NTB.

2. Waktu

Waktu studi kasus akan di lakukan pada bulan Maret 2020.

F. Analisa dan Penyajian Data

Dalam studi kasus ini penyajian data disajikan dalam bentuk

tekstural yaitu penyajian data berupa tulisan atau narasi dan hanya

dipakai untuk data yang jumlahnya kecil dan hanya memerlukan

kesimpulan yang sederhana dapat juga disertai cuplikan ungkapan

verban dari subjek penelitian yang merupakan data pendukung.

Data yang akan disajikan secara narasi meliputi biodata pasien,

pengetahuan pasien dalam melakukan perawatan diri.

G. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus adalah suatu pedoman etika yang berlaku

untuk setiap kegiatan studi kasus yang melibatkan antara pihak

peneliti, pihak yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang

akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo,

2012). Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

mendapat rekomendasi dari institusi untuk mengajukan permohonan

izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut (Alimul, 2008)


48

dalam melaksankan penelitian ini penulis menekankan masalah etika

yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupkan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangai lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak

pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam Informed

consent tersebut adalah: partisipasi responden, tujuan

dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Alimul,

2008)

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur yang telah diisi oleh responden, penulis tidak

mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup

mencantumkan nama inisial saja.


49

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality adalah masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset (Alimul, 2008). Peneliti

menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden akan

dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa


Data. Jakarta: Salemba Medika.

Ambarwati, E. R. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogja: Nuha Medika.

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan maternitas, Aplikasi


NANDA, NIC dan NOC. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA.

Brayshaw, E. (2008). Senam Hamil & Nifas. Jakarta: ECG.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB (2019), Profil Kesehatan Provinsi NTB


Tahun 2018

Doenges, M. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kementrian Kesehatan Indonesia. (2018), Profil kesehatan Indonesia


Tahun 2018, Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan Indonesia, (2014), InfoDATIN Pusat Data dan


Informasi Kementrian Kesehatan RI, Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Ratnawati, A. (2017). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:


PUSTAKABARUPRESS.

Sarwinarti. (2018). Pengaruh Senam Kegel Terhadap Involusio Uteri Pada


Ibu Post Partum. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah,
145-150.

Sharon J. Reeder, L. L.-G. (2015). Keperawata Maternitas Kesehatan


Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Suryani Manurung, S. (2011). Asuhan Keperawatan Antenatal. Jakarta:


Trans Info Media.

Syafruddin. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: ECG.

50
51

Walyani, E. S. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.


Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

World Health Organization (2017), Angka Kematian Ibu WHO : 2017

Anda mungkin juga menyukai