Anda di halaman 1dari 84

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN LATIHAN


KESEIMBANGAN DALAM MENURUNKAN RISIKO JATUH PADA
LANSIA DI BALAI SOSIAL LANJUT USIA (BSLU) MANDALIKA NTB

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan mata kuliah karya tulis ilmiah pada Program Studi Diploma III (D.III)
Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Mataram
Tahun Akademik 2019/2020

OLEH :

WIRANA ECY SEPTANA’IM


NIM.P07120117097

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III (D.III) KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh WIRANA ECY SEPTANA’IM NIM.

P07120117097 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Latihan

Keseimbangan Dalam Menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia di Balai Sosial Lanjut

Usia (BSLU) Mandalika NTB ” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal :

Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

H. MOH. ARIP, S.Kp.,M.Kes. MARDIATUN, S.Kep.Ns.M.Kep Drs. H. ZULKIFLI, S.Kep., MM.Kes


NIP.196706071989031003 NIP.198002052006042001 NIP.195906291981031005

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan,

RUSMINI, S.Kep.Ns., MM
NIP. 197010161989032001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh WIRANA ECY SEPTANA’IM NIM.

P07120117097 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Latihan

Keseimbangan Dalam menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia di Balai Sosial

Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB” telah diperiksa dan mendapatkan

persetujuan untuk diujikan di depan tim penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi D.III Keperawatan Mataram Tahun

Akademik 2019/2020.

Mataram,10Februari 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

MARDIATUN, S.Kep.Ns.M.Kep Drs. H. ZULKIFLI, S.Kep., MM.Kes


NIP.198002052006042001 NIP.195906291981031005

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Asuhan Keperawataan Dengan Pemberian Latihan Keseimbangan

Dalam Menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Balai Sosial Lanjut Usia

Mandalika NTB” dapat terselesaikan tepat pada waktunya

Penulisaan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M.Kes., selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Mataram.

2. Ibu Rusmini, S. Kep. Ns., MM, selaku Ketua Jurusan Keperawatan di

Politeknik Mataram.

3. Bapak H. Moh. Arip, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Mataram sekaligus sebagai penguji utama yang telah

memberikan kritik dan saran yang membantu mengarahkan penulis dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Mardiatun, M.Kep. selaku pembimbing utama atas waktu, kesabaran, yang

telah memberikan bimbingan serta motivasi, memberikan pengarahan serta

saran-saran yang bermanfaat dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini.

iv
5. Bapak Drs. H. Zulkifli, S.Kep., MM.Kes selaku pembimbing pendamping yang

telah banyak memberikan masukan terhadap penulisan proposal Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Bapak Eka Rudy Purwana, SST., M.Kes selaku pembimbing akademik saya

yang selalu memberikan saya motivasi.

7. Untuk orang tua, saudara-saudaraku, serta keluarga besarku atas segala do’a,

kasih sayang dan kesabaran selama ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya.

Akhirnya demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

guna kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Mataram, Februari 2020


Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan Studi Kasus................................................................ 4
D. Manfaat Studi Kasus.............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia................................................................. 6
2. Batasan-batasan Lansia.................................................... 7
3. Tipe Lansia...................................................................... 7
4. Masalah Fisik Sering Terjadi pada Lansia…………....... 8
B. Konsep Jatuh
1. Definisi Jatuh................................................................... 10
2. Etiologi Jatuh................................................................... 11
3. Patofisiologi..................................................................... 12
4. Pathway............................................................................ 13
5. Faktor Risiko Jatuh.......................................................... 14
6. Komplikasi Jatuh............................................................. 15
7. Pencegahan Jatuh............................................................. 16

vi
8. Penatalaksanaan Jatuh..................................................... 17
C. Konsep Askep Lansia Dengan Risiko Jatuh
1. Pengkajian Keperawatan................................................. 19
2. Diagnosa Keperawatan ................................................... 26
3. Intervensi Keperawatan .................................................. 27
4. Implementasi Keperawatan............................................. 35
5. Evaluasi Keperawatan .................................................... 35
D. Konsep Latihan Keseimbangan
1. Definisi............................................................................ 37
2. Tujuan.............................................................................. 38
3. Indikasi............................................................................ 38
4. Kontraindikasi.................................................................. 38
5. Tehnik Prosedur Latihan Keseimbangan......................... 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus......................................................... 45


B. Subjek Studi Kasus................................................................ 45
C. Fokus Studi............................................................................ 46
D. Definisi Operasional Fokus Studi.......................................... 46
E. Instrumen Studi Kasus........................................................... 46
F. Tempat dan Waktu................................................................. 47
G. Pengumpulan Data................................................................. 47
H. Penyajian Data....................................................................... 47
I. Etika Studi Kasus................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 49

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Plantar Flexion............................................................................. 40


Gambar 2.2 Hip Flexion................................................................................... 41
Gambar 2.3 Hip Extention................................................................................ 42
Gambar 2.4 Knee Flexion................................................................................. 43
Gambar 2.5 Side Leg Raise............................................................................... 44

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitisn


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 3 : Format Pengkajian Gerontik
Lampiran 4 : Screening Fall
Lampiran 6 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Latihan Keseimbangan

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan

kesehatan fisik yaitu rentan terhadap penyakit selain itu gangguan berjalan

dan jatuh yang diakibatkan kurangnya keseimbangan pada lansia (Bougie,

2001). Keseimbangan tubuh pada lansia tanpa disadari mulai menurun, hal ini

sering berakibat jatuh (Setiabudhi, 2013). Kemampuan keseimbangan tubuh

baik saat diam maupun bergerak akan mengalami penurunan seiring dengan

terjadinya proses penuaan. Dengan semakin meningkatnya usia pada

seseorang terjadi penurunan fungsi propioseptif, kekuatan otot, gangguan

pada sistem vestibular dan visual. Penurunan fungsi tersebut mengakibatkan

kurang stabilnya tubuh pada lansia. Berkurangnya kemampuan untuk

mempertahankan stabilitas dan keseimbangan tubuh pada lansia dapat

mengakibatkan peningkatan risiko jatuh yang lebih tinggi (Howe, 2008).

Jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera

pada populasi lansia. World Health Organization (WHO) tahun 2016

mencatat 424.000 orang meninggal karena jatuh dan 80% berumur 65 tahun

keatas. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, menunjukkan bahwa

kecenderungan prevalensi jatuh di Indonesia tahun 2013-2018 pada usia lebih

sama dengan 45 tahun terdapat 28,4% pada tahun 2013 dan mengalami

peningkatan pada tahun 2018 menjadi 32,1%. Sedangkan Di NTB terdapat

1
2

8,8% pada tahun 2013 dan mengalami penurunan pada tahun 2018 menjadi

8,7%.

Berdasarkan laporan tahunan di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika

NTB, didapatkan jumlah lansia sebanyak 83 orang pada bulan Desember

2019. Data penyakit yang didapatkan dari 83 lansia diketahui 36,1% berisiko

jatuh.

Semakin meningkatnya usia akan menimbulkan permasalahan yang

cukup kompleks dari masalah fisik maupun psikososial. Salah satunya

penurunan fisiologis sistem muskuloskeletal, yaitu penurunan jumlah dan

ukuran serabut otot (Pudjiastuti& Utomo, 2003) sehingga menurunnya

kekuatan otot ekstermitas bawah, ketahanan, serta terbatasnya range of

motion (ROM), selain gangguan sistem muskuluskeletal proses penuaan akan

menyebabkan gangguan sistem sensorik, sistem saraf pusat, dan gangguan

sistem motorik yang akan berdampak pada gangguan keseimbangan tubuh

(Achmanegara, 2012). Keseimbangan tubuh merupakan salah satu faktor

penting dalam melakukan aktivitas fungsional dan pencegahan risiko jatuh

Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya jatuh pada lansia.

Beberapa faktor tersebut diklasifikasikan menjadi 2, yaitu faktor intrinsik dan

ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari usia, perubahan fungsi kognitif dan

riwayat penyakit. Faktor ekstrinsik yaitu faktor dari lingkungan yang dapat

menyebabkan risiko jatuh pada lansia.

Jatuh pada lansia dapat dilihat secara nyata setelah lansia mengalami

jatuh. Jatuh pada lansia mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik
3

dan psikologi. Kerusakan fisik yang paling ditakuti adalah patah tulang hingga

terjadinya kematian. Sedangkan dampak dari psikologis, walaupun cidera

fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat

memiliki banyak akibat termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri,

gangguan mental dan emosional, dan pembatasan dalam aktifitas sehari-hari

(Stenley, 2007)

Walaupun jatuh berhubungan dengan banyak faktor,

ketidakseimbangan merupakan faktor utama (Changussu dkk, 2012). Hal

tersebut juga diperkuat oleh Kusnanto, (2007) yang menyatakan bahwa 31-

48% lansia jatuh karena gangguan keseimbangan.

Melihat fenomena diatas, maka diperlukan metode dalam

penatalaksanaan risiko jatuh pada lansia melalui pendekatan terapi non

farmakologis. Salah satu solusi mengatasi dan mencegah adanya gangguan

keseimbangan ini adalah upaya pemberian latihan, salah satunya balance

exercise. Nyman (2007), menyatakan bahwa balance exercise merupakan

suatu aktifitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kestabilan tubuh

dengan cara meningkatkan kekuatan otot anggota gerak bawah. Sedangkan

Madureira (2006), mengungkapkan bahwa latihan keseimbangan sangat

efektif untuk meningkatkan keseimbangan fungsional dan statis serta

mobilitas lansia.

Latihan keseimbangan ini dilakukan oleh usia lanjut untuk

meningkatkan kesehatannya. Melalui latihan keseimbangan ini diharapkan

dapat mempertahankan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-


4

hari dan meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia sehingga lansia

tidak mudah jatuh dan dapat mengurangi risiko jatuh atau cedera pada lansia

yang disebabkan oleh proses degenerasi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Latihan Keseimbangan

Dalam Menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Balai Sosial Lanjut Usia

Mandalika NTB“.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Latihan

Keseimbangan Dalam Menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Umum

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah peneliti mampu

menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa risiko jatuh

di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB.

2. Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah risiko

jatuh di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB.

b. Mampu merumuskan diagnosa pada klien risiko jatuh di Balai

Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada

klien dengan risiko jatuh di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika

NTB.
5

d. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada klien

dengan risiko jatuh di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB.

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien risiko

jatuh di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB.

D. Manfaat Studi Kasus

Hasil Penellitian diharapkan memberikan manfaat :

1. Bagi Pasien/Responden

Mendapatkan perawatan dan latihan yang optimal dalam menurunkan

risiko jatuh pada lansia

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasaan ilmu dan teknologi terapan keperawatan dalam

pemberian latihan keseimbangan dalam menurunkan risiko jatuh pada

lansia

3. Bagi Peneliti Lainnya

Dapat dijadikan sebagai dasar (refrensi) dilakukannya penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan latihan keseimbangan dalam

menurunkan risiko jatuh pada lansia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Menurut World Health Organitation (WHO), lansia adalah seseorang

yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok

umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi proses

yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan

tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai

dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit

yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler

dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain

sebagainya. Hal tersebut disebabkan sering meningkatkan usia sehingga

terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ. Perubahan tersebut pada umunya mengaruh pada kemunduran

kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada

activity of daily living [ CITATION Fat10 \l 1057 ].

6
7

2. Batasan-batasan Lansia

Menurut World Health Organitation (WHO) yang dikatakan usia lanjut

meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

3. Tipe Lansia

Dalam Nugroho (2000), banyak ditemukan bermacam-macam tipe lansia.

Beberapa yang menonjol diantaranya:

a. Tipe arif bijaksana

Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,

rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi

panutan.

b. Tipe mandiri

Lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,

serta memnuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses

penuaan yang menyebabkan lansia menjadi pemarah, tidak sabar,


8

mudah tersinggung, sulit dilayani, menuntut, sulit dilayani, dan

pengkritik.

d. Tipe pasrah

Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan agama, ringan kaki, dan melakukan berbagai pekerjaan.

e. Tipe bingung

Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

merasa minder, menyesal, pasif, dan acuh tidak acuh.

4. Masalah Fisik Yang Sering Terjadi pada Lansia

Menurut Azizah (2011) masalah yang sering terjadi pada lansia antara

lain:

a. Mudah jatuh

Disebabkan oleh:

1) Gangguan pada pengelihatan.

2) Kekakuan jaringan penghubung.

3) Berkurangnya masa otot.

4) Perlambatan konduksi saraf.

b. Mudah Lelah

Disebabkan oleh:

1) Faktor psikologis (perasaan bosan keletihan atau perasaan depresi).

2) Gangguan organis : anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada

tulang, gangguan pencernaan, kelainan metabolisme.


9

3) Pengaruh obat-obatan: obat penenang, obat jantung dan obat yang

melelahkan daya kerja otot.

c. Nyeri dada

Disebabkan oleh:

1) Penyakit jantung koroner.

2) Aneurisma aorta.

3) Radang selaput jantung.

4) Gangguan sistem pernafasan: pneumonia, emboli paru.

5) Gangguan sistem pencernaan.

d. Nyeri pinggang atau punggung

Disebabkan oleh

1) Gangguan sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang.

2) Gangguan pankreas.

3) Kelainan ginjal.

4) Gangguan pada rahim atau kelenjar prostat.

5) Gangguan pada otot badan.

e. Nyeri pada sendi panggul

Disebabkan oleh:

1) Gangguan sendi panggul: radang sendi dan sendi tulang yang

keropos.

2) Kelainan tulang-tulang sendi: patah tulang dan dislokasi.


10

3) Akibat kelainan pada saraf dari punggung bagian bawah yang

terjepit.

f. Sukar menahan BAB/BAK

Disebabkan oleh:

1) Obat-obatan.

2) Radang kandung kemih.

3) Kelainan kontrrol pada kandung kemih.

4) Keadaan diare.

5) Kelainan usus rektum.

g. Keluhan pusing

Disebabkan oleh :

1) Gangguan lokal : vaskuler.

2) Penyakit sistemik yang menimbulkan hipoglikemia

B. Konsep Jatuh

1. Definisi jatuh

Jatuh merupakan masalah keperawatan utama pada lansia, yang

menyebabkan cedera, hambatan mobilitas fisik dan kematian. Jatuh

ialah kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak berbaring

atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau

tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Penyebab tersering jatuh dari

jatuh adalah masalah dalam diri lansia sendiri dan didukung dengan
11

keadaan lingkungan rumah yang berbahaya (Darmojo, 2011). Jatuh

adalah kondisi medis serius yang mempengaruhi kesehatan lansia.

Jatuh merupakan salah satu sindrom geriatri yang paling umum yang

mengancam kemandirian lansia [ CITATION San09 \l 1033 ].

2. Etiologi

a. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat

mencetuskan fraktur.

b. Perubahan refleks baroreseptor

Perubahan refleks baroreseptor cenderung membuat lansia

mengalami hipotensi postural, menyebabkan pandangan

berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan, dan jatuh.

c. Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan

gelap dan penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi

kedalaman, dan persepsi warna dapat menyebabkan salah

interpretasi terhadap lingkungan, dan dapat mengakibatkan lansia

terpeleset dan jatuh.

d. Gaya berjalan dan keseimbangan

Gaya berjalan dan keseimbangan berubah akibat penurunan fungsi

sistem saraf, otot, rangka, sensori, sirkulasi dan pernapasan. Semua

perubahan ini mengubah pusat gravitasi, mengganggu

keseimbangan tubuh dan menyebabkan limbung, yang pada

akhirnya mengakibatkan jatuh. Perubahan keseimbangan dan

properosepsi membuat lansia sangat rentan terhadap perubahan


12

permukaan lantai (contoh lantai licin dan mengkilat). Akhirnya,

usia yang sangat tua atau penyakit parah dapat mengganggu fungsi

refleks perlindungan dan membuat individu yang bersangkutan

berisiko terhadap jatuh.

3. Patofisiologi

Pada Lansia terjadi penurunan input sensoris, perlambatan respon

motoris, serta adanya keterbatasan kondisi musculoskeletal.

Kurangnya aktifitas fisik akan semakin menurunkan kemampuan fisik

lansia. Buruknya kemampuan otot postural dalam menopang tubuh

akan menyebabkan keseimbangan statis pada lansia mengalami

penurunan. Dengan adanya perubahan tersebut tentunya akan

berpengaruh pada keadaan postural dan kemampuan lansia dalam

menjaga keseimbangan tubuhnya terhadap bidang tumpu. Kondisi

kemampuan visual, vestibular dan somatosensoris tentunya akan

memperburuk keseimbangan pada lansia. Tubuh akan mengalami

gangguan dalam mempersepsikan base of support atau landasan

tempat berpijak.

Kondisi musculoskeletal yang mengalami penurunan juga

berpengaruh pada kemampuan otot dan postural. Perubahan postur

tersebut berpengaruh pada perubahan Center Of Gravity (COG) tubuh

terhadap bidang tumpu. Otot-otot baik ekstremitas bawah maupun atas

akan mengalami penurunan kekuatan. Akibat dari keadaan tersebut


13

lansia sering mengalami ganggguan keseimbangan saat berdiri dan

rentan untuk jatuh.


14

4. Pathway

.
Lansia

↓sistem ↓sistem visual ↓sistem ↓sistem


somatosensory vestibular muskuloskeletal

↓ketajaman &
↓propioceptif contrast sensitivity ↓massa otot dan
jumlah serabut otot

↓kekuatan otot
↓Kontrol Postural

↓Kontrol
Keseimbangan

↑resiko Terjatuh

Latihan
Keseimbangan

↓resiko terjatuh
.
15

5. Faktor Risiko Jatuh

Ashar, (2016) menyatakan ada 2 faktor yang menyebabkan lansia

jatuh yaitu :

a. Faktor Intrinsik

1) Usia

Bertambahnya usia dapat meningkatkan risiko jatuh, karena

dengan bertanbahnya usia akan mengalami penurunan massa

dan kekuatan tulang yang menimbulkan kerapuhan pada tulang,

lansia yang memiliki usia lebih dari 75 tahun lebih sering

mengalami jatuh.

2) Perubahan Fungsi Kognitif

Perubahan psikososial berhubungan dengan perubahan kognitif

dan efektif. Kemampuan kognitif pada lansia dipengaruhi oleh

lingkungan seperti tingkat Pendidikan, factor personal, status

kesehatan seperti depresi (Mauk, 2010).

3) Riwayat penyakit

Riwayat penyakit kronis pada lansia yang diderita selama

bertahun-tahun seperti penyekit stroke, hipertensi, hilagnya

fungsi penglihatan, dan dizziness biasanya menyebabkan lansia

lebih mudah jatuh (Darmojo, 2011).


16

b. Faktor Ekstrinsik

1) Alat bantu jalan

Penggunaan alat bantu berjalan seperti walker, tongkat, kursi

roda, dan kruk dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

jatuh karena mempengaruhi fungsi keseimbangan tubuh.

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan keadaan atau kondisi baik bersifat

mendukung atau bahaya yang dapat mempengaruhi jatuh pada

lansia. Lingkungan yang sering dihubungkan jatuh pada lansia,

seperti alat-alat atau perlengkapan yang berserakan di

bawah,tempat tidur yang tinggi, kamar mandi licin atau

menurun, keset yang tebal atau menekuk pinggirnya, dan

penerangan yang tidak baik (redup atau menyilaukan) (Ashar,

2016).

6. Komplikasi

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi – komplikasi seperti :

a. Perlukaan (injury)

1) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek

atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri atau vena.

2) Patah tulang (fraktur) : Pelvis, Femur (terutama kollum),

humerus, lengan bawah, tungkai bawah, kista.

3) Hematom subdural
17

b. Perawatan rumah sakit

1) Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi ).

2) Risiko penyakit – penyakit iatrogenic

c. Disabilitas

1) Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan

fisik.

2) Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri,

dan pembatasan gerak.

7. Pencegahan

Dewi (2014) menyatakan jatuh merupakan masalah yang

dikarenakan banyak penyebab dan faltor risiko, sehingga

menimbulkan komplikasi yang membutuhkan suatu pencegahan.

Pencegahan yang dilakukan antara lain:

a. Program latihan

Beberapa penelitian menyebutkan dengan latihan dapat

menurunkan risiko jatuh. Latihan dapat membantu memperbaiki

keseimbangan tubuh, kelemahan otot, dan gaya berjalan. Latihan

keseimbangan dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu.

b. Modifikasi lingkungan

Modifikasi lingkungan adalah salah satu cara untuk mencegah

lansia jatuh pada lansia. Tujuannya agar lansia tidak terganggu

dalam mobilitasnya atau kegiatan sehari-harinya. Penerangan


18

rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar,

tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat, kamar

mandi dibuat tidak licin dan diberi pegangan pada dindingnya.

Pintu yang mudah dibuka dan wc sebaiknya dengan kloset duduk

dan diberi pegangan.

8. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh

berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan

kepercayaan diri penderita.

a. Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau

meneliminasi faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani

komplikasinya. Penatalaksanaan ini harus terpadu dan

membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik,

neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik dan psikiatrik),

sosiomedik, arsitek dan keluarga penderita.

b. Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap

kasus karena perbedaan faktor – faktor yang bekerjasama

mengakibatkan jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit akut

penanganannya menjadi lebih mudah, sederhanma, dan langsung

bisa menghilangkan penyebab jatuh serta efektif. Tetapi lebih

banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga

diperlukan terapi gabungan antara obat rehabilitasi, perbaikan

lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu. Pada kasus lain


19

intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan,

misalnya pembatasan bepergian atau aktifitas fisik, penggunaan

alat bantu gerak.

c. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan

penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan

kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya.

Sayangnya sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi hanya

diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh, padahal

terapi ini diperlukan terus – menerus sampai terjadi peningkatan

kekuatan otot dan status fumgsional. Penelitian yang dilakukan

dalam waktu satu tahun di Amerika Serikat terhadap pasien jatuh

umur lebih dari 75 tahun, didapatkan peningkatan kekuatan otot

dan ketahanannya baru terlihat nyata setelah menjalani terapi

rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia melakukan latihan

semakin baik kekuatannya.

d. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan

difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau

faktor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program

gait training, latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan.

Biasanya program rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis.

Program ini sangat membantu penderita dengan stroke, fraktur

kolum femoris, arthritis, parkinsonisme.


20

e. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit

kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat – obat yang

menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik dan

anti depresan.

f. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan

rumah atau tempat kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Risiko Jatuh

1. Pengkajian

Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan

sistemis. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat profesional

harus menggunakan proses keperawatan. Tujuan dari melakukan pengkajian

adalah untuk menentukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri,

melengkapi data dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi

waktu pada klien untuk berkomunikasi.

Menurut Darmojo (2011) dalam Susanti (2018) Pengkajian lansia dengan

risiko jatuh meliputi : pengkajian risiko (Risk assessment tools) dan adanya

bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal).

a. Jatuh

1) Usia klien lebih dari 65 tahun

2) Riwayat jatuh di rumah atau RS

3) Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

4) Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas


21

5) Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dan lain-lain)

6) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)

7) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers,

analgesik, diuretik, atau laksatif)

b. Riwayat Jatuh

Mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung, berjalan,

perubahan posisi badan, saat buang air kecil atau besar dan atau saat

melakukan aktifitas.

c. Riwayat Kecelakaan

Beberapa lansia memilki kecenderungan mengalami kecelakaan

berulang, oleh karena itu riwayat kecelakaan sebelumnya perlu dikaji

untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan terulang kembali.

d. Gejala yang menyertai

Seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-tiba, vertigo,

pingsan, lemas, konfusio, inkontinensia dan sesak nafas.

e. Riwayat Penyakit

Pernah mengalami stroke, parkinsonism atau osteoporosis.

f. Pengkajian Lingkungan

Meliputi mengkaji keadaan lantai, kerapian peralatan rumah tangga,

kamar mandi, dapur dan penerangan. Apakah dalam keadaan aman atau

dapat mengakibatkan kecelakaan.

g. Pola fungsional
22

Pola fungsional meliputi persepsi kesehatan dan pola manajemen,

kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan misalnya merokok, minuman

keras, ketergantungan terhadap obat (jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai).

h. Nutrisi metabolik

Yang perlu diperhatikan yaitu frekuensi makan, nafsu makan, jenis

makanan, makanan yang tidak disukai, alergi terhadap makanan,

pantangan makanan dan keluhan yang berhubungan dengan makan.

i. Eliminasi

BAK :

1) Frekuensi & waktu, warna urine dan keluhan yang berhubungan

dengan BAK

BAB :

1) Frekuensi & waktu, konsistensi, keluhan yang berhubungan dengan

BAB, pengalaman memakai pencahar

j. Aktifitas pola latihan

Aktifitas pola latihan pada lansia yang perlu diperhatikan yaitu rutinitas

mandi, kebersihan sehari-hari, aktifitas sehari-hari, apakah ada masalah

dengan aktifitas dan kemampuan kemandirian.

k. Pola istirahat tidur

Yang perlu dikaji meliputi lama tidur malam, tidur siang, keluhan yang

berhubungan dengan tidur.

l. Pola kognitif persepsi


23

Pola kognitif persepsi yang perlu diperhatikan yaitu masalah dengan

penglihatan, masalah pendengaran dan kesulitan mengambil keputusan.

m. Persepsi diri-pola konsep diri

Yang perlu dikaji pada pola persepsi diri yaitu bagaimana lansia

memandang dirinya (persepsi diri terhadap lansia), bagaimana persepsi

diri tentang orang lain mengenai dirinya.

n. Psikologis

Psikologis yang perlu dikaji pada lansia meliputi apakah lansia

mengenal masalahnya, apakah optimis memandang sesuatu, sikap

terhadap proses penuaan, apakah merasa dibutuhkan, bagaimana cara

lansia mengatasi masalah, apakah lansia sering menjalani kegagalan.

o. Koping-toleransi stress

Yang perlu dikaji yaitu apa yang menyebabkan stres pada lansia,

bagaiamana penanganan terhadap masalah dan nilai pola keyakinan.

p. Spiritual

Pada pola spiritual hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana keteraturan

beribadah, apakah lansia terlibat pada kegiatan keagamaan, bagaimana

cara lansia menyelesaikan masalah.

q. Pemeriksaan fisik

1) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran meliputi kompos mentis, apatis, delirium,

somnolen, stupor, semi koma dan koma.


24

2) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, pernafasan dan

nadi.

3) Penilaian umum

Penilaian umum yang perlu dikaji meliputi kelelahan, perubahan

BB, perubahan nafsu makan, demam, keringat Malam, perubahan

nafsu makan, kesulitan tidur, sering pilek, kemampuan melakukan

ADL.

4) Hemopoetik

Terdapat perdarahan/memar abnormal, pembengkakan kelenjar

limfe, anemia, riwayat transfusi darah.

5) Kepala

Yang perlu dikaji yaitu apakah lansia mengalami sakit

kepala/pusing, pernah mengalami trauma, gatal pada kulit kepala.

6) Mata

Hal yang perlu dikaji pada mata yaitu perubahan penglihatan, apakah

lansia memakai kacamata, apakah didaerah mata terasa nyeri, apakah

air mata keluar secara berlebihan, apakah terdapat bengkak disekitar,

apakah pandangan terasa buram/kabur.

7) Jantung dan paru

Pada organ jantung dan paru hal yang perlu diperhatikan yaitu

adanya nyeri, terasa berdebar-debar, kardiomegali, suara napas

tambahan, adanya sesak, terlihat menggunakan otot bantu napas.


25

8) Ekstremitas

Hal yang perlu diperhatikan yaitu apakah ekstremitas terasa kaku,

terdapat edema, terasa nyeri, terdapat ulkus.

9) Integumen

Hal yang perlu diperhatikan pada sistem integumen yaitu apakah

terdapat lesi/luka, terdapat pruritus, terjadi perubahan pigmentasi,

perubahan tekstur, sering memar, perubahan rambut, perubahan

kuku dan turgor kulit.

10) Genetalia

Hal yang perlu diperhatikan yaitu keadaan kulit genitalia, meataus

urethra (berdiri dengan kandung kemih penuh dan perhatikan apakah

terjadi kebocoran urine). Pada wanita perhatikan keadaan labia,

mukosa vagina, apakah terdapat protusi dari atau pada vagina,

apakah terdapat benda di dalam vagina, dapatkah lansia merasakan

jari anda di dalam vagina, dapatkah lansia menjepit jari tersebut

dengan vaginanya. Pada pria perhatikan apakah penis disirkumsisi,

apakah penis kecil atau retraksi, apakah skrotum membesar, apakah

terdapat nyeri tekan, apakah terdapat radang, apakah prostat

membesar.

r. Pengkajian Khusus Lansia

1) Pengkajian Status Fungsional (Indeks KATZ)


26

Pengkajian ini digunakan untuk menilai kemampuan lansia dalam

melakukan 6 kemampuan fungsi aktivitas sehari-hari secara

mandiri/Activity Daily Leaving. 6 kemampuan yang dinilai adalah :

Bathing, Dressing, Toileting, Transferring, Continence dan Feeding.

2) Pengkajian Status Kognitif dan Afektif (Short Portable Mental

Status Quistionnaire/SPMSQ)

Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat

kerusakan intelektual, terdiri dari 10 hal yang mengetes orientasi,

memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri,

kemampuan jauh, kemampuan matematis.

3) Pengkajian Aspek-Kognitif dari Fungsi Mental (Mini Mental State

Examination/ MMSE )

Selain menggunakan form Short Portable Mental Status

Quistionnaire/SPMSQ, untuk menguji aspek kognitif dan fungsi

mental : orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat

kembali dan bahasa, dapat menggunkan Mini Mental State

Examination/ MMSE. Nilai paling tinggi adalah 30, nilai 21 atau

kurang menunjukkan adanya kerusakan kognitif yang memerlukan

penyelidikan lebih lanjut.

4) Pengkajian Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yesavage)

Depresi lansia dapat diukur dengan Skala Depresi Geriatrik

Yesavage dengan penilaian jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi


27

dinilai poin 1 (nilai setiap respon yang cocok dengan jawaban “ya”

atau “tidak” setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat

menandakan depresi.

5) Pengkajian Status Sosial (APGAR Keluarga)

Pengkajian ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar

tingkat hubungan klien dengan keluarga atau teman-temannya dan

tingkat dukungan terhadap lansia dengan menilai 5 fungsi pokok

keluarga. Alat ukur ini juga dapat diaplikasikan untuk lansia dalam

konteks fungsi sosial di lansia panti.

6) Pengkajian Screening Fall

Pengkajian ini digunakan untuk mengetahui tingkat resiko jatuh

pada lansia. Apabila skor kurang dari 6 inchi maka lansia dikatakan

beresiko jatuh.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau

potensial, dimana berdasarkan pendidikn dan pengalamannya, perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi mencegah dan


28

merubah status kesehatan klien (Carpenito , 2000; Gordon, 1976 &

NANDA dalam Mas’adah & Zulkifli , 2016). Diagnosa keperawatan pada

lansia :

a. Resiko untuk jatuh berhubungan dengan umur > 65 tahun

b. Immobilisasi berhubungan dengan penurunan fungsi penurunan fungsi

sistem tubuh pada proses menua

c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau

mengabsorsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan proses menua

d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pergantingan tidur yang

berhubungan dengan usia

f. Resiko untuk kesepian berhubungan dengan isolasi fisik

3. Intervensi Keperawatan

a. Resiko untuk jatuh berhubungan dengan umur > 65 tahun

1) NOC :

a) TIU : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .…. klien

sudah mulai stabil

b) TIK : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. klien

dapat mengenal adanya resiko jatuh kembali dengan kriteria :

(1) Dapat menjelaskan perubahan fisik yang terjadi pada lanjut

usia

(2) Mampu menyebutkan akibat perubahan fisik tersebut


29

(3) Mampu menjelaskan cara pencegahan agar tidak jatuh

(4) Dapat mendemonstrasikan cara pencegahan

(5) Tampak adanya modifikasi terhadap lingkungan rumah

(6) Kejadian jatuh tidak terulang

2) NIC :

a) Kaji pengetahuan klien terhadap perubahan fisik pada lanjut usia

dan akibatnya

b) Berikan pujian atas pengetahuan positif yang disampaikan oleh

klien

c) Diskusikan dengan klien mengenai perubahan pada lanjut usia,

proses menua, batasan usia lanjut, perubahan pada sistem tubuh,

akibat perubahan

d) Minta klien untuk mengulangi hal-hal yang telah dijelaskan dan

diskusikan

e) Beri pujian atas hasil yang dicapai

f) Gali pengetahuan klien mengenai upaya pencegahan agar tidak

jatuh

g) Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dapat

digunakan seperti peralatan, biaya dan tenaga


30

h) Kaji faktor pendukung terjadinya jatuh ulangan seperti kondisi

rumah dan kondisi penderita

i) Diskusikan dan ajarkan cara-cara pencegahan jatuh pada klien

j) Evaluasi pelaksaan cara pencegahan sesuai dengan yang telah

diajarkan

k) Beri motivasi klien untuk mempraktekkan cara pencegahan

l) Beri pujian atas usaha yang dilakukan

m) Gali pengetahuan keluarga terhadap lingkungan aman

n) Diskusikan mengenai keadaan rumah yang sekarang dan

keterkaitannya dengan kesehatan klien

o) Diskusikan dan jelaskan lingkungan yang aman bagi usia lanjut

p) Minta klien menjelaskan ulang lingkungan yang aman

q) Berikan terapi non farmakologis seperti latihan keseimbangan

b. Immobilisasi berhubungan dengan penurunan fungsi sistem tubuh pada

proses menua

1) NOC :

a) TIU : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .…. klien

mampu melakukan mobilisasi sesuai kemampuan

b) TIK : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .…. klien

dan keluarga mampu melakukan perawatan pada lansia yang

imobilisasi dengan kriteria :

(1) Mampu menjelaskan pengertian, penyebab, akibat dan upaya

pencegahan imobilisasi
31

(2) Mampu meningkatkan aktivitas fisik

(3) melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri sesuai

kemampuan

2) NOC :

a) Kaji pengetahuan klien tentang imobilisasi tentang pengertian,

penyebab, akibat, dan upaya pencegahan

b) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang imobilisasi

c) Berikan contoh dan demonstrasi mobilisasi yang aman dan dapat

dilakukan oleh klien

d) Motivasi klien untuk melakukan mobilisasi sesuai kemampuan

e) Libatkan keluarga untuk membantu mobilisasi

f) Berikan reinforcement atas upaya pemahaman informasi dan

usaha mobilisasi yang dilakukan

c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau

mengabsorsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan proses menua

1) NOC

a) TIU : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. klien

memahami mengenai keseimbangan nutrisi dan pengetahuan

klien bertambah

b) TIK : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. klien

dapat melakukan perawatan dengan nutrisi kurang yang kurang

dengan kriteria :
32

(1) Klien dapat menjelaskan alasan mengapa ia berada pada

nurtisi kurang

(2) Klien dapat menyebutkan nutrisi seimbangan

2) NIC :

a) Diskusikan dengan klien tentang kondisi kurang nutrisi

b) Jelaskan pada klien cara pengaturan diet seimbang

c) Beri motivasi agar meningkatkan makan porsi kecil tapi sering

(ngemil)

d) Anjurkan klien untuk lebih mengkonsumsi sayur dan buah

e) Jelaskan komplikasi dari kurang nutrisi

f) Tingkatkan kesadaran klien tentang tindakan-tindakan yang

mendukung masukan makanan

g) Ajarkan Teknik-teknik modifikasi jenis makanan dan cara

penyajiam

h) Instruksikan kepada keluarga klien untuk menyajikan makanan

selagi hangat

i) Anjurkan keluarga klien untuk melakukan penimbangan berat

badan klien secara periodik

j) Beri inforcement atas pemahaman informasi dan partisipasi

keluarga klien dalam peningkatan nutrisi klien

d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motiltas traktus

gastrointestinal

1) NOC :
33

a) TIU : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. klien

tidak mengalami konstipasi

b) TIK : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. klien

dapat :

(1) Menggambarkan aturan usus terapeutik

(2) Menjelaskan secara rasional untuk intervensi

(3) BAB secara lancar dan feses lembek

2) NIC :

a) Kaji faktor penyebab konstipasi

b) Tingkatkan tindakan korektif :

(1) Tinjau ulang diet seimbang

(2) Diskusikan pilihan diet

(3) Dorong penggunaan buah dan sayuran

(4) Dorong pemasukan cairan adekuat kira-kira 2 liter (8-10

gelas)

(5) Anjurkan untuk minum segelas air hangat sebelum sarapan

yang bisa menstimulus pengosongan usus

(6) Anjurkan waktu yang teratur untuk eliminasi

c) Libatkan keluarga dalam penyediaan diet

d) Jelaskan risiko bila konstipasi terjadi berkelanjutan

e) Anjurkan klien untuk meningkatkan aktifitas fisik sesuai

kemampuan

f) Beri inforcement atas upaya perawatan terhadap konstipasi


34

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pergantian tidur yang

berhubungan dengan usia

1) NOC :

a) TIU : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .…. klien

dapat memenuhi kebutuhan tidurnya (tidur 6-8 jam dalam sehari)

b) TIK : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .… klien

dapat :

(1) Menggambarkan pergantian pola tidur yang berhubungan

dengan usia

(2) Menjelaskan secara rasional untuk intervensi

(3) Memenuhi kebutuhan tidurnya setiap hari

2) NIC :

a) Kaji pengetahuan klien tentang pola tidur fisiologis dan patologis

b) Beri penjelasan tentang pergantian pola tidur yang berhubungan

dengan usia lanjut

c) Diskusikan dengan klien cara-cara efektif pengantar tidur

d) Anjurkan klien untuk memulai tidur pada saat klien sudah mulai

mengantuk

e) Anjurkan klien untuk memanfaatkan waktu dimana klien tidak

dapat tidur untuk melakukan aktifitas yang bermanfaat seperti

mengajak mengobrol anak atau cucunya

f) Anjurkan klien untuk menghindari stress atau banyak fikiran


35

g) Libatkan keluarga dalam aktifitas sehari-hari klien

h) Anjurkan keluarga meluangkan waktu untuk menemani klien

bercerita pada saat-saat klien tidak dapat tidur

i) Beri reinforcement atas upaya yang telah dilakukan oleh klien

dan keluarga

f. Resiko untuk kesepian berhubungan dengan isolasi fisik

1) NIC :

a) TIU : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .…. klien

tidak mengalami kesepian

b) TIK : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .…. klien

dapat :

(1) Menggambarkan kesepian karena isolasi fisik

(2) Menjelaskan secara rasional untuk intervensi

(3) Menyebukan upaya mengatasi kesepian

2) NIC :

a) Kaji persepsi klien tentang kesepian dan faktor-faktor

penyebab

b) Temani klien dan terima adanya

c) Motivasi klien unuk mengungkapkan perasaan kepada orang

lain

d) Dengarkan cerita-cerita klien dan bersikap empati

e) Tunjukan sikap interes terhadap perbincangan dengan klien


36

f) Berikan umpan balik setiap tindakan yang dilakukan klien

g) Berikan reinforcement untuk upaya perawatan diri yang

positif

h) Konfrontasi klien untuk keputusan ysng tidak tepat, jika perlu

i) Motivasi kesadaran klien untuk berhubungan dengan orang

lain

j) Fasilitasi klien untuk keinginan atau aktivitas yang positif

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap keempat proses keperawatan

yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Pada tahap

ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan

berdasarkan hasil pengkajian dan penegakan diagnosis keperawatan.

Implementasi dari rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis

yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil sesuai yang

diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehataan klien.

Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang memelihara kemampuan

fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan

ketidakmampuan (Sunaryo, 2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil tindakan yang

telah dilakukan dengan perencanaan sebelumnya sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan. Evaluasi bertujuan untuk melihat dan menilai


37

kemampuan klien dalam mencapai tujuan dan menentukan apakah tujuan

keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji penyebab jika tujuan

asuhan keperawatan belum tercapai. Kriteria hasil evaluasi pada setiap

diagnosa yaitu :

a. Resiko untuk jatuh berhubungan dengan umur > 65 tahun

1) Lansia dapat menjelaskan perubahan fisik yang terjadi pada

dirinya

2) Lansia mampu mnyebutkan akibat perubahan fisik yang terjadi

3) Lansia mampu menjelaskan cara pencegahan agar tidak jatuh

4) Lansia mendemonstrasikan cara pencegahan

5) Keluarga melakukan memodifikasi lingkungan sehingga lebih

aman

6) Tampak adanya modifikasi terhadap lingkungan rumah

7) Lansia mampu menjadi keseimbangan tubuhnya

b. Immobilisasi berhubungan dengan penurunan fungsi sistem tubuh

pada proses menua

1) Lansia mampu menjelaskan pengertian, penyebab, akibat dan

upaya pencegahan imobilisasi

2) Lansia termotivasi untuk melakukan mobilisasi sesuai kemampuan

c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna

makanan atau mengabsorsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan

proses menua
38

1) Lansia dapat menjelaskan alasan mengapa ia berada pada nutrisi

kurang

2) Lansia dapat menyebutkan nutrisi seimbangan

d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motiltas traktus

gastrointestinal

1) Lansia atau keluarga mampu menggambarkan aturan usus

terapeutik

2) Lansia mampu menjelaskan secara rasional untuk intervensi

3) BAB lansia lancar dan feses lembek

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pergantian tidur yang

berhubungan dengan usia

1) Lansia mampu menggambarkan pergantian pola tidur yang

berhubungan dengan usia

2) Lansia mampu menjelaskan secara rasional untuk intervensi

3) Lansia mampu memenuhi kebutuhan tidurnya setiap hari

f. Resiko untuk kesepian berhubungan dengan isolasi fisik

1) Lansia mampu menggambarkan kesepian karena isolasi fisik

2) Lansia mampu menjelaskan secara rasional untuk intervensi

3) Lansia mampu menyebukan upaya mengatasi kesepian

D. Konsep Terapi Latihan keseimbangan


39

1. Definisi

Latihan keseimbangan adalah latihan khusus yang ditujukan untuk

membantu meningkatkan kekuatan otot bagian bawah (kaki) dan untuk

meningkatkan sistem vestibular atau keseimbangan tubuh [ CITATION Eka18 \l

1033 ]. Latihan ini juga berguna untuk memandirikan para lansia agar

mengoptimalkan kemampuannya sehingga menghindari dari dampak yang

terjadi yang disebabkan karena ketidakmampuanya [CITATION Nur15 \l 1033 ].

Latihan keseimbangan ini sangat penting untuk lansia karena sangat

membantu mempertahankan tubuh agar tetap stabil, Latihan keseimbangan

dilakukan untuk mencegah jatuh pada lansia. Latihan kseimbangan

dilakukan setidaknya 3 hari dalam seminggu. Sebagian aktifitas dilakukan

pada intensitas rendah [ CITATION Dwi14 \l 1033 ].

2. Tujuan

Latihan keseimbangan bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan

statis, dinamis, dan aktivitas keseimbangan fungsional melalui peregangan

dan kekuatan. Selain itu, balance exercise juga menimbulkan kontraksi otot

pada lansia yang dapat mengakibatkan peningkatan serat otot sehingga

komponen sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan fosfokreatin

yang dapat meningkatkan kekuatan otot pada lansia sehingga terjadi

peningkatan keseimbangan.

3. Indikasi
40

Lansia berusia > 65 tahun yang mengalami gangguan keseimbangan atau

beresiko cedera/jatuh.

4. Kontraindikasi

Riwayat fraktur pada ekstermitas bawah, hipotensi ortostatik, atrofi di salah

satu atau kedua tungkai.

5. Tehnik Prosedur Latihan Keseimbangan

a. Persiapan alat

1) Kursi dengan atau tanpa pegangan lengan atau tempat tidur

2) Ruangan yang nyaman dan tenang

b. Tahap Pre interaksi

1) Persiapan klien

a) Beri salam dan perkenalkan diri

b) Bina hubungan saling percaya

c) Jelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuan tindakan yang

dilakukan

d) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

2) Persiapan Lingkungan

a) Lingkungan yang bersih dan nyaman

b) Suasana yang tenang

c) Sirkulasi udara yang lancar


41

c. Tahap orientasi

1) Memberi salam, panggil dengan panggilan yang disenangi

2) Memperkenalkan nama perawat

3) Jelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuan tindakan

d. Tahap kerja

Gerakan balance Exercise terdiri dari 5 macam, yaitu plantar flexion,

hip flexion, hip extention, knee flexion dan side leg raise.

1) Plantar Flexion

Gerakan ini melibatkan kerja otot-otot betis. Gerakannya sebagai

berikut :

a) Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi.

b) Perlahan angkat tumit keatas (berdiri dengan ujung kaki).

c) Pertahankan posisi.

d) Kembalikan kaki pada posisi semula.

e) Gerakan dilakukan sebanyak 8-10 x.

Keterangan :

1. Tangan berpegangan
pada kursi
2. Kedua tumit diangkat
42

Gambar 2.1 Plantar Flexion

2) Hip Flexion

Gerakan ini melibatkan otot pangkal paha, otot paha atas, otot

panggul. Gerakan sebagai berikut :

a) Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi.

b) Angkat lutut kanan keatas tanpa menggerakkan atau menekuk

pinggang.

c) Pertahankan posisi.

d) Perlahan turunkan lutut dan kembali keposisi semula.

e) Ulangi dengan menggunakan lutut kiri.

f) Gerakan dilakukan sebanyak 8-10 x.

Keterangan :

1. Tangan berpegangan
pada kursi
2. Lutut kanan diangkat
keatas
Gambar 2.2 Hip Flexion

3) Hip Extention
43

Gerakan ini melibatkan otot paha atas dan otot pinggul.

Gerakannya sebagai berikut :

a) Berdiri dengan jarak ± 30 cm dari kursi.

b) Perlahan gerakkan kaki kanan kearah belakang (sampai

pinggang dalam keadaan lurus).

c) Pertahankan posisi.

d) Perlahan kembalikan kaki pada posisi semula.

e) Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.

f) Gerakan dilakukan sebanyak 8-10 x.

Keterangan :

1. Tangan berpegangan
pada kursi
2. Kaki kanan kearah
belakang
Gambar 2.3 Hip Extention

4) Knee Flexion

Gerakan ini melibatkan otot paha, otot pinggul, otot betis bagian

permukaan dan otot pedis bagian dalam. Gerakan sebagai berikut :

a) Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi.


44

b) Perlahan tekuk lutut kanan kearah belakang sehingga kaki

kanan terangkat dibelakang tubuh.

c) Pertahankan posisi

d) Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi semula.

e) Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.

f) Gerakan di lakukan sebanyak 8-10 x.

Keterangan :

1. Tangan berpegangan
pada kursi
2. Tekuk lutut kearah
belakang
Gambar 2.4 Knee Flexion

5) Side leg raise

Gerakan side leg raise melibatkan otot paha dan otot dorsal

pinggul. Gerakan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi.

b) Perlahan angkat kaki kanan kearah samping (sampai pinggang

dalam keadaan lurus).

c) Pertahankan posisi.
45

d) Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi semula.

e) Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.

f) Gerakan dilakukan sebanyak 8-10 x.

Keterangan :

1. Tangan berpegangan
pada kursi
2. Kaki kanan kearah
samping
Gambar 2.5 Side Leg Raise

e. Tahap Terminasi

1) Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setalah dilakukan

tindakan

2) Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan

3) Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

4) Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

f. Tahap dokumentasi

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Karya tulis ini menggunakan studi kasus berupa prosedur tindakan

keperawatan desain studi kasus yang dilaksanakan adalah Asuhan

Keperawatan Dengan Pemberian Latihan Keseimbangan Dalam Menurunkan

Risiko Jatuh Pada Lansia

B. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian pada studi kasus yang akan dilakukan, peneliti akan

mengambil satu lansia yang berisiko jatuh di Balai Sosial Lanjut Usia

Mandalika NTB. Kemudian peneliti akan berfokus pada lansia sebagai objek

penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Keadaan umum baik.

2. Lanjut usia yang memiliki riwayat jatuh atau pernah jatuh.

3. Salah Satu lanjut usia dengan rentang usia 60 sampai 74 tahun.

4. Lanjut usia yang mampu berkomunikasi secara kooperatif.

5. Bersedia sebagai subjek studi kasus dari awal sampai akhir.

Kriteria Eksklusi penelitian ini adalah:

1. Lanjut usia yang tidak memiliki riwayat jatuh atau tidak pernah jatuh.

2. Lanjut usia dengan rentang usia 45 sampai 59 tahun.

3. Lanjut usia yang tidak mampu berkomunikasi secara kooperatif.

46
47

4. Tidak bersedia sebagai subjek studi kasus dari awal sampai akhir.

C. Fokus Studi

Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik

acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus studi adalah

penerapan pemberian latihan keseimbangan dalam menurunkan risiko jatuh

pada lansia.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Latihan keseimbangan merupakan serangkaian gerakan yang dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatkan keseimbangan tubuh dan membantu

meningkatkan kekuatan otot anggota gerak bawah. Latihan keseimbangan

ini dilakukan selama 3 kali seminggu.

2. Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas, pada

lansia terjadi penurunan fungsi propioseptif, kekuatan otot, gangguan pada

sistem vestibular dan visual. Penurunan fungsi tersebut mengakibatkan

gangguan keseimbangan tubuh pada lansia, gangguan keseimbangan

tersebut menyebabkan jatuh.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alat yang di gunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data [ CITATION Soe12 \l 1033 ]. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan

data yaitu:

1. Format asuhan keperawatan gerontik

2. Pengkajian khusus lansia (screening fall)

3. Morse Fall Scale (MFS)


48

4. Video latihan keseimbangan

F. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika NTB.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan

Maret 2020.

G. Pengumpulan Data

Dalam studi kasus ini peneliti mengambil kasus di BSLU Mandalika

NTB dengan responden yang sudah memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan

dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara dan observasi. Tehnik

wawancara dilakukan dengan menggunakan format asuhan keperawatan

gerontik dengan risiko jatuh. Observasi dilakukan dengan menggunakan

pengkajian khusus lansia berupa sceening fall yang terlampir.

H. Penyajian Data

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang

dipilih. Dalam studi kasus ini penyajian data disajikan dalam bentuk tekstural

yaitu penyajian data berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai untuk data

yang jumlahnya kecil dan hanya memerlukan kesimpulan yang sederhana

dapat juga disertai cuplikan ungkapan verbal dari subjek penelitian yang

merupakan data pendukung. Data yang disajikan secara narasi meliputi

biodata, kemampuan pasien dalam melakukan latihan keseimbangan.


49

I. Etika Studi Kasus

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden studi kasus

dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed Consent adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika studi kasus merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara memberikan atau

menempatkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil studi kasus yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikampulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti studi kasus.


DAFTAR PUSTAKA

Achmanagara. (2012). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan


Keseimbangan Lansia di Desa Pamijen Sokaraja Banyumas . Jakarta: UI.

Ashar. (2016). Gambaran Persepsi Faktor Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Jakarta: UIN
Syarif Hiyatullah.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bougie. (2001). Physical Activity And Exercise For The Older Adult, The Aging
Body. New York: Mc Graw-Hill.

Changussu. (2012). Evaluation Of Postural Balance In Postmenopausal Woman and


Its Relationship With Bone Mineral density a Cross Sectional Study
Musculoskeletal Disorder. Saolo Paulo: BMC.

Darmojo. (2011). Buku Ajar Geriatric (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) Edisi Ke-4.
Jakarta: FKUI.

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.

Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup
Lansia Konsep dan Berbagai Strategi Intervensi. Malang: Wineka Media.

Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Hidayat, A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Howe. (2008). Exercise For Improving in Older People. Retrieved from


http://www.exerciseforolder.co.id

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI.

Kusnanto. (2007). Peningkatan Stabilisasi Postural Pada Lansia Melalui Balance


Exercise. Surabaya: UNAIR.
87

Madureira, Takayama , Gallinaro , & Caparbo . (n.d.). Balance Training Program Is


Highly Effective In Improving Functional Status And Reducing The Risk Of
Falls In Elderly Women With Osteoporosis : A Randomize Controlled Trial.
San Paulo: International Osteoporosis Foundation And National Osteoporosis
Foundation.

Marliani, L., & S, T. (2007). 100 Questions & Answers. Jakarta: PT Gramedia

Jakarta.

Masadah, & Zulkifli. (2016). Modul Teori Keperawatan Gerontik. Mataram.

Mauk. (2010). Gerontological Nursing Competencies For Care(2nd ed). Sudbury:


Janes and Barlett Publisher.

Murtiyani, N., & Suidah, H. (2019). Pengaruh Pemberian Intervensi 12 Balance


Exercise Terhadap Keseimbangan Postural Pada Lansia. Jurnal Keperawatan,
12(1), 44.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontologi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc . Yogyakarta: Mediaction.

Nurkuncoro, I. D. (2015). Pengaruh Latihan Keseimbangan Terhadap Risiko Jatah


Pada Lansia. Yogyakarta: Stikes Aisyiyah .

Nyman. (2007). Why do I need to improve my balance? Retrieved from


www.balancetraining.org.uk

Pudjiastuti, & Utomo. (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.

Santoso, H., & Ismail, A. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.

Setiabudhi. (2013). Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek, Menjaga


Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia . Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
88

Stenley. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta: EGC.

Sunaryo. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV ANDI OFSET.

Supriyatno, H. (2017). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Pendidikan Diploma


III Keperawatan Indonesia. Jakarta: Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi
Keperawatan Indonesia.

Susanti. (2018). Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap


keluarga usia lanjut dalam pencegahan jatuh. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

World Health Organization. (2016). WHO Global Report on Falls Prevetion in Older
Age. Who Falls Fact sheets. Retrieved from
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
89

LAMPIRAN
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

Jurusan Keperawatan Program Studi D.III Keperawatan Mataram dengan ini

meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang

berjudul Asuhan keperawatan Dengan Pemberian Latihan Keseimbangan

Dalam Menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Balai Sosisal Lanjut

Usia (BSLU) Mandalika NTB.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah memberikan gambaran asuhan

keperawatan dengan pemberian latihan keseimbangan dalam menurunkan

risiko jatuh pada lansia, yang dapat memberikan manfaat berupa

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara menjaga

keseimbangan tubuh lansia dengan pemberian latihan keseimbangan,

menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan dibidang keperawatan dalam

meningkatkan kemandirian lansia dengan risiko jatuh melalui latihan

keseimbangan dan memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan

prosedur latihan keseimbangan pada asuhan keperawatan lansia risiko jatuh.

Penelitian ini akan berlangsung dalam 3 x 20 menit selama 7 hari.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15-


20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak

perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan

atau pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini

adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau tindakan

yang diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

silakan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 082339434653

PENELITI

(WIRANA ECY SEPTANA’IM)


92

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia

menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Wirana Ecy

Septana’im. Penelitian ini berjudul Asuhan Keperawatan Dalam Pemberian

Latihan Keseimbangan Dalam Menurunkan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Balai

Sosial Lanjut Usia (BSLU) Mandalika NTB.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara

sukarel tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan

diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu waktu tanpa sanksi apapun.

Mataram, Maret 2020


Saksi Responden

………………………… …………………………

Mataram, Maret 2020

Peneliti

…………………………

Lampiran 3
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
Hari/ Tgl :
Jam :
Nama Mhs :

1. Identitas

a. Nama :

b. Tempat /tgl lahir :

c. Jenis Kelamin :

d. Status Perkawinan :

e. Agama :

f. Suku :

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini :

b. Pekerjaan sebelumnya :

c. Sumber pendapatan :

d. Kecukupan pendapatan :

3. Riwayat Keluarga

a. Pasangan (apabila pasangan masih hidup)


Status Kesehatan :
Umur :
Pekerjaan :
Umur :
94

Pekerjaan :
Apabila pasangan telah meninggal :
Tahun meninggal :
Penyebab Kematian :

b. Anak-anak
Apabila anak-anak masih hidup
Nama dan alamat :
Apabila anak-anak sudah meninggal :
Tahun meninggal :
Penyebab Kematian :
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1). Keluhan Utama :

2). Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :

3). Gejala yang dirasakan :

4). Faktor pencetus :

5). Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ) Bertahap

6). Upaya mengatasi :

7). Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat :

8). Mengkomsumsi obat-obatan sendiri/obat tradisional :

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1). Penyakit yang pernah diderita :

2). Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) :

3). Riwayat kecelakaan :

4). Riwayat pernah dirawat di RS :

5). Riwayat pemakaian obat :


5. Lingkungan tempat tinggal
Kebersihan dan kerapihan ruangan :
Penerangan :
Sirkulasi udara :
Keadaan kamar mandi & WC :
Pembuangan air kotor :
Sumber air minum :
pembuangan sampah :
sumber pencemaran :
Privasi :
Risiko injuri :
6. Riwayat Rekreasi
a. Hobby/Minat :
b. Keanggotaan kelompok :
c. Liburan/Perjalanan :

7. Sumber/Sistem Pendukung yang digunakan


a. Dokter
b. Puskesmas
c. Rumah Sakit
d. Home care

8. Pola Fungsional

a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan misal merokok,

minuman keras, ketergantungan terhadap obat

( jenis/frekuensi/jumlah/ lama pakai ) :


96

b. Nutrisi metabolik
Frekuensi makan :
nafsu makan :
jenis makanan :
makanan yg tdk disukai :
alergi thdp makanan :
pantangan makanan :
keluhan yg berhubungan dengan makan :
c. Eliminasi
BAK : Frekuensi & waktu :
kebiasaan BAK pada malam hari :
keluhan yang berhubungan dengan BAK :
BAB : Frekuensi & waktu :
Konsistensi :
keluhan yang berhubungan dg BAB :
pengalaman memakai pencahar :
d. Aktifitas Pola Latihan
Rutinitas mandi :
kebersihan sehari-hari :
aktifitas seharihari :
apakah ada masalah dengan aktifitas :
kemampuan kemandirian :
e. Pola istirahat tidur
Lama tidur malam :
tidur siang :
keluhan yang berhubungan dengan tidur :

f. Pola Kognitif Persepsi


Masalah penglihatan (Normal?terganggu (ka/ki)? : ( ) Ya ( )Tidak
Kabur :( ) Ya ( )Tidak
Pakai kacamata :( ) Ya ( )Tidak
Masalah pendengaran normal :( ) Ya ( )Tidak
Terganggu (ka/ki) :( ) Ya ( )Tidak
Memakai alat bantu dengar :( ) Ya ( )Tidak
Tulii ( ka/ki ) :( ) Ya ( )Tidak
Kesulitan membuat keputusan :( ) Ya ( )Tidak

g. Persepsi diri-Pola konsep diri


Bagaimana klien memandang dirinya
(Persepsi diri sebagai lansia) :
Bagaimana persepsi klien tentang
orang lain mengenai dirinya :
h. Pola Peran-Hubungan
Peran ikatan :
Kepuasan :
pekerjaan/ sosial/hubungan perkawinan :
i. Sexualitas
Riwayat reproduksi, kepuasan sexual, masalah :
j. Koping-Pola Toleransi Stress
Apa yang menyebabkan stress pada lansia :
bagaimana penanganan terhadap masalah :
k. Nilai-Pola Keyakinan
Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya
Spirituality/menganut suatu agama :
Bagaimana manusia dengan penciptanya :
Keyakinan akan kesehatan :
Keyakinan agama :

8. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran :
2. Tanda-tanda vital :
TD : Nadi : Suhu : RR :
98

3. Penilaian Umum
- Kelelahan :( ) Ya ( )Tidak
- Perubahan BB satu tahun yang lalu : ( ) Ya ( ) Tidak
- Perubahan nafsu makan :( ) Ya ( ) Tidak
- Demam :( ) Ya ( ) Tidak
- Keringat Malam :( ) Ya ( ) Tidak
- Perubahan nafsu makan :( ) Ya ( ) Tidak
- Kesulitan tidur :( ) Ya ( ) Tidak
- Sering Pilek, infeksi :( ) Ya ( ) Tidak
- Kemampuan melakukan ADL :( ) Ya ( ) Tidak

4. Hemopoetik
- Perdarahan/memar abnormal :( ) Ya ( ) Tidak
- Pembengkakan kelenjar limfe :( ) Ya ( ) Tidak
- Anemia :( ) Ya ( ) Tidak
- Riwayat Transfusi Darah :( ) Ya ( ) Tidak

5. Kepala
- Sakit Kepala :( ) Ya ( ) Tidak
- Trauma :( ) Ya ( ) Tidak
- Pusing :( ) Ya ( ) Tidak
- Gatal pada kulit Kepala :( ) Ya ( ) Tidak
6. Mata
- Perubahan penglihatan :( ) Ya ( ) Tidak
- Kacamata :( ) Ya ( ) Tidak
- Nyeri :( ) Ya ( ) Tidak
- Air mata berlebihan :( ) Ya ( ) Tidak
- Bengkak Sekitar mata :( ) Ya ( ) Tidak
- Diplopia :( ) Ya ( ) Tidak
- Floater :( ) Ya ( ) Tidak
- Pandangan Kabur :( ) Ya ( ) Tidak
- Fotofobia :( ) Ya ( ) Tidak

7. Jantung & Paru


- Nyeri :( ) Ya ( ) Tidak
- Berdebar-debar :( ) Ya ( ) Tidak
- Kardiomegali :( ) Ya ( ) Tidak
- Suara napas tambahan :( ) Ya ( ) Tidak
- Sesak :( ) Ya ( ) Tidak
- Penggunaan otot bantu napas :( ) Ya ( ) Tidak
-
8. Ekstermitas
- Kaku :( ) Ya ( ) Tidak
- Edema :( ) Ya ( ) Tidak
- Nyeri :( ) Ya ( ) Tidak
- Ulkus :( ) Ya ( ) Tidak

9. Integumen
- Lesi/Luka :( ) Ya ( )Tidak
- Pruritus :( ) Ya ( )Tidak
- Perubahan pigmentasi :( ) Ya ( ) Tidak
- Perubahan tekstur :( ) Ya ( ) Tidak
- Sering memar :( ) Ya ( ) Tidak
- Perubahan rambut :( ) Ya ( ) Tidak
- Perubahan kuku :( ) Ya ( ) Tidak
- Turgor :( ) Ya ( ) Tidak

B. Pengkajian Khusus pada lansia

1. Fungsi kognitif SPMSQ :


100

No Item Pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang?
Jawab : ……………..
2 Tahun berapa sekarang?
Jawab : ……………..
3 Kapan bapak/ibu lahir?
Jawab : …………….
4 Berapa umur bapak/ibu sekarang?
Jawab : …………….
5 Dimana alamat bapak/ibu sekarang?
Jawab : …………….
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal
bersama bapak/ibu?
Jawab : …………….
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal
bersama/ibu?
Jawab : …………….
8 Tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia?
Jawab : …………….
9 Siapa nama presiden Republik Indonesia
sekarang?
Jawab : …………….
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1?
Jawab : …………….
Jumlah

Analisa Hasil :

Skor salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh

Skor salah : 3-4 : Kerusakan intelektual ringan

Skor salah : 5-7 : Kerusakan intelektual sedang

Skor salah : 8-10 : Kerusakan intelektual berat

2. Pengkajian APGAR Keluarga :

Selalu Kadang- Tidak


No Item Penilaian (2) kadang Pernah
(1) (0)
A: Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat
1 kembali pada keluarga (teman-
teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
P: Partnership
Saya puas dengan cara
2 keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan
masalah saya
G : Growth
Saya puas bahwa keluarga
3 (teman-teman) saya menerima
dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktifitas
atau arah baru
A: Afek
Saya puas dengan cara
4 keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti
marah,sedih, atau mencintai
R : Resolve
Saya puas dengan cara teman-
5 teman dan saya menyediakan
waktu bersama-sama
mengekspresikan afek dan
berespon
Jumlah

Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
102

3. Pengkajian Status Fungsional Kemandirian Lansia


Indeks Katz

No Aktivitas Mandiri Tergantung


Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian
mandi (seperti punggung atau
1 ekstremitas yang tidak mampu) atau
mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri
Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
2 memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri
atau hanya sebagian
Ke kamar kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
3 kemudian membersihkan genetalia
sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan menggunakan
pispot
Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi
4 sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi. Tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan
104

Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
5 sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total,
penggunaan kateter, pispot, enema
dan pembalut (pampers)
Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
6 menyuapinya sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam hal mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali dan makan parenteral (NGT)

Analisa Hasil :
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen (bab/bak), berpindah, ke kamar
mandi, mandi dan berpakaian
Nilai B : Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar mandi
kecil dan satu fungsi tambahan
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
4. Pengkajian Kognitif dari Fungsi Mental Mini Mental State Exam
(MMSE) :

No Item Penilaian Benar Salah


(1) (0)
1 Orientasi
1. Tahun berapa sekarang?
2. Musim apa sekarang?
3. Tanggal berapa sekarang?
4. Hari apa sekarang?
5. Bulan apa sekarang ?
6. Di negara mana anda tinggal?
7. Di provinsi mana anda tinggal?
8. Di kabupaten mana anda tinggal?
9. Di kecamatan mana anda tinggal?
10. Di desa mana anda tinggal?
2 Registrasi
Minta klien mnyebutkan 3 obyek
11.
12.
13.
3 Perhatian dan Kalkulasi
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang
misal “BAPAK”
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 Minta klien untuk mengulang 3 obyek
diatas
19.
20.
21.
5 Bahasa
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan
22. Jam tangan
23. Pensil
b. Pengulangan
Minta klien mengulang 3 kalimat berikut
24. “Tidak ada, jika, dan, atau, tetapi”
c.Perintah 3 langkah
106

25. Ambil kertas!


26. Lipat dua!
27. Taruh di lantai!
d.Turuti hal berikut
28. Tutup mata
29. Tulis satu kalimat
30. Salin gambar
Jumlah

Analisis hasil :
Mengkaji Tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum :
Composmentis, apatis, somnolens, suporus, coma.
Nilai maksimal : 30 (Nilai 21 atau kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu
penyelidikan lanjut)
5. Skala Depresi :

No Pertanyaan Tidak Ya
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan
kehidupan anda? (tidak)
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak
kegiatan dan minat/kesenangan (ya)
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
4 Apakah anda merasa bosan? (ya)
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik
setiap saat? (tidak)
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan
terjadi pada anda? (ya)
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian
besar hidup anda? (tidak)
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? (ya)
9 Apakah anda lebih sering dirumah daripada
keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
(ya)
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak
masalah dengan daya ingat anda dibandingkan
kebanyakan orang? (tidak)
11 Apakah anda fikir bahwa kehidupan anda
sekrang menyenangkan? (tidak)
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti
perasaan anda saat ini? (tidak)
13 Apakah anda penuh semangat? (ya)
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak
ada harapan? (ya)

Analisa Hasil :

Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1 (nilai 1 poin setiap respon yang
cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat
menandakan depresi.
108

6. Screening Fall

No Langkah
1 Minta klien berdiri di sisi tembok dengan tangan direntangkan
kedepan
2 Beri tanda letak tangan 1
3 Minta klien condong kedepan tanpa melangkah selama 1-2 menit,
dengan tangan direntangkan kedepan
4 Beri tanda letak tangan ke 2 pada posisi condong
5 Ukur jarak antara tangan 1 dan ke 2
Sumber : NANDA dalam Mas’adah & Zulkifli, 2016

Interpretasi :
Usia lebih dari 70 tahun : kurang dari 6 inchi : resiko jatuh
Lampiran 4

Screening Fall
Fungtional Reach (Fr) Test

No Langkah
1 Minta klien berdiri di sisi tembok dengan tangan direntangkan kedepan
2 Beri tanda letak tangan 1
3 Minta klien condong kedepan tanpa melangkah selama 1-2 menit,
dengan tangan direntangkan kedepan
4 Beri tanda letak tangan ke 2 pada posisi condong
5 Ukur jarak antara tangan 1 dan ke 2
Sumber : NANDA dalam Mas’adah & Zulkifli, 2016

Interpretasi :
Usia lebih dari 70 tahun : kurang dari 6 inchi : resiko jatuh
110

Lampiran 5

SOP (Standar Operasional Prosedur)


Balance Exercise Untuk Meningkatkan Status Keseimbangan
Fungsional Pada Lansia

1. Pengertian Latihan keseimbangan adalah latihan khusus


untuk membantu meningkatkan kekuatan otot
pada anggota gerak bawah dan sistem
vestibular atau keseimbangan tubuh (Nyman,
2007)

2. Tujuan Latihan keseimbangan bertujuan untuk


meningkatkan keseimbangan statis, dinamis,
dan aktivitas keseimbangan fungsional melalui
peregangan dan kekuatan. Selain itu, latihan
keseimbangan juga menimbulkan kontraksi
otot pada lansia yang dapat mengakibatkan
peningkatan serat otot sehingga komponen
sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP
dan fosfokreatin yang dapat meningkatkan
kekuatan otot pada lansia sehingga terjadi
peningkatan keseimbangan

3. Indikasi Lansia berusia > 60 tahun yang mengalami


gangguan keseimbangan atau beresiko
cedera/jatuh

4 Kontraindikasi Riwayat fraktur pada ekstermitas bawah,


hipotensi ortostatik, atrofi di salah satu atau
kedua tungkai
5. Alat/bahan dan 1. Kursi dengan / tanpa pegangan lengan atau
ketentuan latihan tempat tidur
2. Latihan dilakukan setiap 2 hari sekali
3. Lama latihan dilakukan selama 20 menit

6. Persiapan lingkungan a) Lingkungan yang bersih dan nyaman


b) Suasana yang tenang
c) Sirkulasi udara yang lancar
7. Persiapan klien 1. Beri salam dan perkenalkan diri
2. Bina hubungan saling percaya
3. Jelaskan pada klien tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang dilakukan
4. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

8 Tahap Orientasi 1. Memberi salam, panggil dengan panggilan


yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelasakan pada klien tentang prosedur dan
tujuan tindakan
9 Tahap kerja Gerakan balance exercise terdiri dari 5
macam, yaitu plantar flexion, hip flexion, hip
extention, knee flexion dan side leg raise.
1. Lakukan gerakan fleksi tumit kaki atau
plantar flexion sebanyak 8-10 kali, lalu
istirahatkan sebentar
2. Lakukan gerakan fleksi panggul atau hip
flexion sebanyak 8-10 kali, lalu
istirahatkan sebentar
3. Lakukan gerakan ekstensi panggul atau hip
extention sebanyak 8-10 kali, lalu
istirahatkan sebentar
4. Lakukan gerakan fleksi lutut atau knee
flexion sebanyak 8-10 kali, lalu
istirahatkan sebentar
5. Lakukan gerakan angkat kaki ke samping
atau side leg raise sebanyak 8-10 kali, lalu
istirahatkan sebentar

8. Tahap terminasi dan


evaluasi 1. Menanyakan pada klien apa yang
dirasakan setalah dilakukan tindakan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang
dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan
selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien

Anda mungkin juga menyukai