Anda di halaman 1dari 46

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

PADA PASIEN POST HERNIATOMY


DI RSUD KARDINAH

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

MU’ALIF
NIM : P.1337420318125

PRORAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN JURUSAN


KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2018-2019

i
PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN NYERI
PADA PASIEN POST HERNIATOMY
DI RSUD KARDINAH
.

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Pada Program Studi DIII Keperawatan Pekalongan

MU’ALIF
NIM : P.1337420318125

PRORAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN JURUSAN


KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2018-2019

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mu’alif
NIM : P.1337420318125

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah yang


saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri; bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah Ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pekalongan, 26 Februari 2019

Pembuat Pernyataan

Mu’alif

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Mu’alif Nim. P1337420318125 Dengan judul
Pengelolaan asuhan keperawatan nyeri pada pasien post herniatomy di
RSUD Kardinah.

Pekalongan, 26 Februari 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Supriyo,SST.M.Kes. NS. M.Projo Angkasa, S.Kp.M.Kes


NIP. 196209131984031001 NIP. 197004271998031001

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Mu’alif, NIM. P1337420318125 dengan Judul
Pengelolaan asuhan keperawatan nyeri pada pasien post herniatomy di
RSUD Kardinah ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
26 Februari 2019.

Dewan Penguji

Dr. Sudirman, BM.MN Ketua (…………………….)


NIP. 197312151998031003

Supriyo,SST.M.Kes. Anggota (…………………….)


NIP. 196209131984031001

NS. M.Projo Angkasa, S.Kp.M.Kes Anggota (…………………….)


NIP. 197004271998031001

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Pekalongan

Hartati, S.Km, M.Kes


Nip. 19681007 198803 2 001

v
PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
atas rahmat hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah tentang Pengelolaan asuhan keperawatan nyeri pada pasien post
herniatomy di RSUD Kardinah sesuai dengan waktu yang direncanakan. Penulis
menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Marsum, BE, SPd, MHP, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
2. Dr. Sandhi Fitriardi, Sp.S, selaku Direktur Rumah Sakit (RST) TK. IV
04.07.01 Tegal.
3. Suharto, S.Pd, MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.
4. Hartati, S.Km, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan
Pekalongan.
5. Dr. Sudirman, BM.MN, selaku Ketua Uji Proposal Karya Tulis Ilmiah
6. Supriyo,SST.M.Kes, selaku Pembimbing I dan Anggota Penguji Proposal
Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan bimbingan dalam
penyusunan Proposal.
7. NS. .Projo Angkasa, S.Kp.M.Kes , selaku Pembimbing II dan Anggota Penguji
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan bimbingan dalam
penyusunan Proposal.
8. Tri Anonim, SST, M.Kes, selaku pembimbing akademik yang telah memberi
sumbangsih penyusunan Propasal Karya Tulis Ilmiah.
9. Para Dosen dan Staf Poltekes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan
Pekalongan.

vi
10. Istri dan Anak tercinta yang telah memberi dukungan dan do’a.
11. Sahabat-sahabatku seangkatan yang telah memberikan motivasi. Terimakasih
atas keceriaan, dan dukunganya.
12. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

Harapan penulis semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat


khususnya untuk pengelolaan klien dengan masalah Pengelolaan asuhan
keperawatan nyeri pada pasien post herniatomy di RSUD Kardinah. Penulis
menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya masukan dan kritik untuk perbaikan penulisan karya ilmiah sangat
penulis harapan.

Pekalongan, 26 Februari 2019


Penulis

Mua’lif

vii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ...................................................................................................... i
COVER DALAM ....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................. 5
C. Manfaat Penulisan ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hernia ..................................................................... 7
1. Pengertian ....................................................................... 7
2. Klasifikasi ....................................................................... 7
3. Anatomi Fisiologi ........................................................... 9
4. Etiologi .......................................................................... 10
5. Patofisiologi .................................................................... 10
6. Pathway Keperawatan Hernia......................................... 12
7. Tanda Gejala ................................................................... 13
8. Penatalaksanaan umum ................................................... 13
9. Diagnosa keperawatan .................................................... 14
10. Rencana Keperawatan .................................................. 15
B. Konsep nyeri ........................................................................ 18

viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penulisan ................................................................ 25
B. Sampel ................................................................................. 25
C. Ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah ..................................... 26
D. Alat dan Tehnik Pengumpulan Data.................................... 27
E. Analisis ................................................................................ 27
Daftar Pustaka
Lampiran
1. Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Hernia
2. Lembar Bimbingan
3. Daftar Riwayat Hidup

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Pathways Keperawatan Hernia ..................................................................... 12
2.2 Numeric rating scale (NRS)......................................................................... 21
2.3 Visual analogue scale (VAS) ........................................................................ 22

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Hernia


Lampiran 2. Lembar Bimbingan
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penulisan


Hernia merupakan ancaman potensial atau aktual pada individu yang
dapat menyebabkan gangguan biologis maupun psikologis sehingga dapat
menimbulkan respon berupa nyeri (Herdman, 2013). Hernia lebih banyak
terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini disebabkan pada laki-laki
ketika perkembangan testis turun dari rongga perut. Bila saluran testis tidak
menutup dengan baik, maka akan terbentuk rongga yang menjadi jalan
lewatnya hernia (Oswari, 2011).

Penanganan pada hernia biasanya melalui pembedahan diantaranya yang


pertama hernioplasti yaitu upaya pencegahan hernia muncul kembali dengan
cara menata kembali struktur jaringan dengan operasi. Masalah yang
ditimbulkan post operasi ini salah satunya adalah nyeri. Nyeri merupakan
salah satu keluhan tersering pada pasien setelah mengalami suatu tindakan
pembedahan, pembedahan sendiri yakni merupakan suatu peristiwa yang
bersifat bifasik terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolahan
nyeri pasca pembedahan (Anggraeni, 2012).

Nyeri pasca pembedahan sering dialami oleh pasien post operasi Hernia,
Nyeri timbul setelah pasien sadar dari pengaruh Anastesi, Nyeri ini terjadi
lebih dari satu hari pasca pembedahan (Andarmoyo, 2013). Apabila nyeri
pada pasien post operasi tidak segera ditangani akan mengakibatkan proses
rehabilitasi pasien akan tertunda, hospitalisasi pasien menjadi lebih lama,
tingkat komplikasi yang tinggi dan membutuhkan lebih banyak biaya karena
pasien hanya memfokuskan seluruh perhatiannya pada nyeri yang dirasakan,
sehingga nyeri post operasi perlu diamati dan diberi tindakan yang tepat
(Smeltzer & Bare, 2008).

1
2

Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap


tahunnya meningkat. Didapatkan data pada tahun 2015 sampai tahun 2016
penderita hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan
penyebaran yang paling banyak adalah daerah Negara-negara berkembang
seperti Negara-negara Afrika, Asia tenggara termasuk Indonesia, selain itu
negara Uni emirat arab adalah Negara dengan jumlah penderita hernia
terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2015.

Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di


Indonesia periode Januari 2015sampai dengan Februari 2016 penderita hernia
menunjukan jumlah 1.243 yang mengalami gangguan hernia inguinalis,
termasuk berjumlah 230 orang (5,59%) yang diantaranya didominasi oleh
para pekerja berat sebesar 70,9% (7.347) (Depkes RI, 2011). Di Indonesia
penyakit hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus
(Andarini, 2015).

Menurut data dari Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2018 di


Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari-Desember 2017
diperkirakan 425 penderita tingginya angka kejadian hernia di jawa tengah
diantaranya karena permasalahan manusia semakin kompleks salah satunya
kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia
untuk berusaha mencukupi kebutuhannya dengan usaha yang lebih keras,
tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat
menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan
kelemahan dari berbagai organ tubuh. Penyebab penyakit hernia yaitu
dengan bekerja berat untuk mengangkat beban yang teramat berat (Parmono,
2018).

Studi Pendahuluan menunjukan data yang didapatkan dari RSUD


Kardinah Pada tahun 2017 Jumlah pasca pembedahan pada kasus hernia
sebanyak 174 penderita, menurut data yang diperoleh dari rekam medik
3

terdapat 93 pasien dari 174 pasien (53,4%) pasca pembedahan mengalami


nyeri yang tidak tertahankan. Hal ini menunjukan masih tingginya pasien post
herniatomy dengan keluahan nyeri, kondisi demikian yang mengharuskan
para Tim medis dan perawat untuk memberikan pelayanan lebih dan
berkembang, untuk mengurangi stressor pada pasien nyeri poast operasi
hernia. Hasil wawancara pada tanggal 02 Desember 2018 menunjukan 7 dari
10 perawat yang dipilih secara acak di Rumah Sakit Kardinah menunjukan
masih belum mengerti terkait konsep dasar dan penatalaksanaan nyeri,
mereka juga mengutarakan terkait pengelolaan asuhan keperawatan dengan
diagnosa nyeri belum begitu paham dengan tindakan secara mandiri maupun
kolaboratif.

Konsep dasar nyeri dimana implus nyeri dapat diatur dan dihambat oleh
mekanisme pertahanan di sepanjang sistem syaraf pusat, dan dalam proses
pembedahan akan dilakukan insisi bedah yang akan mengakibatkan
terputusnya jaringan syaraf, kemudian rangsangan serat besar dapat langsung
merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini dikembalikan ke dalam
medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas
sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansia
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktifitas sel
sel yang selanjutnya akan menghantarkan rasa Nyeri, kondisi ini jika tidak
kunjung diatasi maka akan menyebabkan penurunan rentang perhatian,
frekuensi denyut jantung meningkat, peningkatan tekanan darah, pucat,
kelemahan, dan dapat membatasi mobilisasi pasien (Andarmoyo, 2013).

Melihat data diatas maka peran perawat diperlukan guna membantu


masalah yang dihadapi pasien. Tindakan pengelolaan asuhan keperawatan
nyeri baik secara mandiri maupun kolaboratif pada pasien post operasi hernia
sebagai upaya mencegah terjadinya keluhan nyeri yang berlebih pada pasien
post operasi hernia dan mengurangi resiko terjadinya stresor akibat nyeri yang
ditimbulkan. Tindakan kuratif pada pasien yang mengalami post operasi
4

hernia dengan masalah nyeri diantaranya memberikan tindakan farmakologi


dan non farmakologi.

Tindakan farmakologi yaitu melakukan tindakan kolaborasi dengan


dokter pemberian analgesik. Sedangkan tindakan non farmakologi yaitu
dengan teknik relaksasi dan distraksi, pencegahan infeksi, dan observasi
tanda- tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok,
hipertermia atau gangguan pernapasan (Tzanakis, 2010). Namun berdasarkan
beberapa penelitian menyebutkan bahwa dalam tindakan mengurangi nyeri,
sebagian besar perawat menggunakan tindakan kolaborasi pemberian
analgesik (Sandika et al, 2015).

Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Cartney (2014)


menyatakan bahwa penggunaan analgesik saja tidak cukup sehingga perawat
harus melakukan tindakan mandiri untuk membantu mengurangi nyeri pada
pasien post operasi, seperti teknik relaksasi distraksi. Kemudian hal penting
yang perlu diidentifikasi dalam mencegah infeksi setelah pembedahan
mencakup kondisi luka atau balutan, perdarahan, warna insisi dan jahitan,
tanda-tanda infeksi, tipe eksudat dan jumlah serta sumber - sumber lain yang
dapat menyebabkan risiko infeksi. Teknik aseptik yang tepat harus
diperhatikan pada saat mengganti balutan. Tindakan promotif dengan
memberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah
dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam dan gerakan
kaki) untuk digunakan dalam periode post operatif (Sugeng Jitowiyono &
Weni Kristiyanasari, 2010). Tindakan Rehabilitatif perawat berperan
memulihkan kondisi pasien dan menganjurkan pasien untuk kontrol kembali
bila ada keluhan (Nurarif, 2015).

Dari Latar Belakang di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan


studi kasus dengan judul: Pengelolaan asuhan keperawatan nyeri pada pasien
dengan post herniatomy di RSUD Kardinah.
5

2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Mampu mengolah asuhan keperawatan nyeri pada pasien dengan post
herniatomy di RSUD Kardinah.
B. Tujuan Khusus
1. Mengkaji keperawatan kondisi klien, Mendiagnosis keperawatan,
melakukan perencanaan dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri pada pasien dengan post herniatomy di RSUD Kardinah. serta
evaluasi masalah setelah dilakukan tindakan pemecahan masalah.
2. Mendapatkan gambarkan hasil pengkajian diagnosis keperawatan,
perencanaan dan tindakan yang ditekankan pada prosedur-prosedur
keperawatan (SOP) serta evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada
asuhan keperawatan nyeri pada pasien dengan post herniatomy di
RSUD Kardinah.

3. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini merupakan pengembangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pasien post herniatomy dengan
masalah nyeri di RSUD Kardinah.

2. Secara Praktis
1) Bagi Perawat
Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukkan untuk diaplikasikan
dirumah sakit dalam melakukan asuhan keperawatan pasien post
herniatomy dengan masalah nyeri di RSUD Kardinah.
2) Bagi Tempat Penelitian
Sebagai tambahan informasi keperawatan dan masukan dalam pembuatan
kebijakan-kebijakan baru dalam menerapkan asuhan keperawatan pasien
post operasi herniatomy dengan masalah nyeri di RSUD Kardinah.
6

3) Bagi Pasien
Sebagai tambahan pengetahuan pada pasien untuk mengurangi nyeri
setelah dilakukan post herniatomy yang dialaminya dengan mengajarkan
tehnik distraksi dan relaksasi dalam menerapkan asuhan keperawatan
pasien post hernia dengan masalah nyeri di RSUD Kardinah.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Hernia
A. Pengertian Hernia
Hernia merupakan suatu keadaan menonjolnya isi usus pada suatu rongga
melalui lubang (Oswari, 2013). Sedangkan menurut Mutakin (2014), hernia
adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal berisi bagian- bagian dari organ tersebut.

Menurut Mansoer (2015), hernia merupakan masuknya organ kedalam


rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi. Handayani
(2016) mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau benjolan
yang terjadi disalah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Secara umum
hernia merupaka tonjolan yang terjadi akibat protrusi abnormal jaringan, organ
atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi.

B. Klasifikasi Hernia
Klasifikasi hernia menurut Long (2012) adalah sebagai berikut ini :
1. Hernia berdasarkan letaknya
a. Hernia inguinal
Hernia inguinal terbagi menjadi:
1) Indirek/ lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria
dibanding wanita. Umumnya pasien mengeluh adanya benjolan pada
selangkangan dan bisa mengecil atau menghilang saat tidur.
2) Direk/ medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot. Hernia ini
disebut dierk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna

7
8

sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri


atau mengejan tetap akan timbul benjolan.

b. Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi
pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbatan lemak di
kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk
kedalam kantung.

c. Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal Ini biasanya terjadi pada klien
gemuk atau wanita multipara.

d. Insisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut lemah.

2. Berdasarkan terjadinya hernia


a. Hernia bawaan/ konginetal
Hernia bawaan bisa terjadi sejak bayi lahir akibat prosesus vaginalis yang
tidak menutup sempurna saat bayi dalam kandungan
b. Hernia dapatan/ akuisita
Merupakan hernia yang timbul akibat faktor pemicu

3. Berdasarkan sifatnya
a. Hernia reponibel/ reducibel
Yaitu bila isi hernia bisa keluar dan masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
9

b. Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.
Ini biasanya terjadi karena perlengketan isi kantong pada peritonium
kantung hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta.

c. Hernia strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
disertai akibatnya berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh darah terjepit.

C. Anatomi Fisiologi
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis,
musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis.
Kanalis inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak
menembus dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan.
Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum
inguinalis, panjangnya : + 4 cm (Brunner & Suddarth, 2012).

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus


yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis
muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum.
Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus
ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi
tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil
kulit, tungkai atas bagian proksimedial (Martini, 2014).

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi


anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding
10

perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus


inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus
inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat
yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot
sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
hernia inguinalis.

D. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2016) dalam adalah:
1. Batuk
2. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
3. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
4. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut.
5. Kehamilan multi para dan obesitas.

E. Pathofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuat pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi pada proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu
saja melakukan perjalanan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
11

cukup lama sehingga terjadilan penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang


sangat parah sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
berbahaya dan dapat menyebabkan gangren (Oswari, 2016).

Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat


resiko tinggi akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti
peradangan, edema, dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum
setelah perbaikan hernia. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan
pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut
menyebabkan vasokontriksi vaskuler sehingga aliran darah menjadi berlebihan
dan menekan sistem syaraf (Long, 2012).

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila
otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi
karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2015).
12

F. Pathways Keperawatan Hernia

kongenital Di dapat

Sakus vaginalis terbuka

Isi perut turun

Melindngi dnding inguinalis


Di sebelah leteralvasa epigastrika postero medial terhadap vasa
inferior epigastrika inferior

Anulus inguinalis interna melebar Anulus inguinalis eksterna melebar

Hernia inguinalis lateralis hernia Hernia inguinalis medialis

Pre operasi Post operasi

Kondisi Prosedur Kurang informasi


hernia operasi
Efek pembedahan
Kurang anestesi
Nyeri ansietas
akut pengetahuan
Penurunan
peristaltik
Resiko
terhadap
Resiko terhadap konstipasi infeksi

Resiko perdarahan berlebih pasca operasi

Resiko kekurangan volume cairan Nyeri akut

Gambar 2.1. Patways. Mansoer (2015)


13

G. Tanda dan Gejala


Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul pada
pasien hernia adalah
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan
dilipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada komplikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi merah dan
panas serta terasa sakit yang bertambah hebat.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria.

Sedangkan menurut Long (2013), gejala klinis yang mungkin timbul setelah
dilakukan operasi :
1. Nyeri
2. Peradangan
3. Edema
4. Pendarahan
5. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
6. Retensi urin
7. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha.

H. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2016) dengan tindakan sebagai
berikut:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak
14

dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian bantalan penyangga hanya


bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini tidak
dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus
otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.

2. Definitif
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi. cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan untuk mengembalikan lagi organ dan
menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Menurut Hidayat (2016) Ada dua
prinsip pembedaahan yaitu:
a. Hernioraphy
Hernioraphy merupakan tindakan menjepit kantung hernia.
b. Herniotomi
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai lehernya,
kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan
kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kalau di
potong. Menurut Oswari penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah
operasi dengan jalan menutup lubang hernianya.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
3. Cemas berhubungan dengan prosedur pra operasi dan post operasi
4. Resiko terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tepaparnya informasi.
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluaran cairan
berlebih.
15

J. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri berkurang.
NOC :
- Pain level
- Pain kontrol
- Comfort level
Kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri)
- Frekuensi nyeri
- Tanda nyeri
- Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain Management
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas).
2. Monitor perubahan tanda vital
3. Observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.
4. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri.
5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik,
masase, dan lain-lain).
6. Berikan analgesik sesuai anjuran.
7. Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan tidak ada resiko infeksi.
NOC :
- Imune status
16

- Knowledge infection control


- Risk control
Kriteria hasil :
- Tanda dan gejala infeksi tidak ada
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
NIC:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap penyakit menular
3. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
4. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan cara menghindari infeksi

3. Cemas berhubungan dengan prosedur pra operasi dan post operasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 8 jam diharapkan cemas
berkurang.
NOC :
- Ansiety
- Tear level
- Sleep deprivation
- Comfort, readines for echanced Kriteria hasil:
- Mampu mengontrol kecemasan
- Status lingkungan yang nyaman
- Kualitas tidur meningkat
- Istirahat adekuat

NIC :
1. Jelaskan seluruh prosedur tidakan kepada klien dan perasaan yang
mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.
2. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
(takikardi, takipnea, ekspresi cemas non verbal).
17

3. Temani pasien untuk mendukung keaman dan menurunkan rasa takut.


4. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

4. Resiko terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan gangguan eliminasi berkurang.
NOC :
- Bowel konstipation Kriteria hasil:
- Pola eliminasi dalam batas normal
- Konstipasi tidak ada
- Kontrol perubahan eliminasi BAB
NIC :
1. Monitor tanda gejala dari konstipas
2. Catat data terakhir perubahan eliminasi BAB
3. Instruksikan pasien unuk makan makanan tinggi serat
4. Monitor perubahan BAB (frekuensi,konsisten,volume,warna).

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.


Tujuan: setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan
pengetahuan pasien meningkat.
NOC
- Knowledge: disease process
- Knowledge: healt behavior
Kriteria Hasil:
- Klien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan program pengobatan.
- Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
NIC
Teaching: disease process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien.
2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit dan kaitannya dengan anatomi
18

fisiologi dengan cara yang tepat dan mudah dipahami.


3. Gambarkan tanda dan gejala yang muncul dari penyakit
4. Sediakan informasi bagi pasien tentang kondisi.
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi.

6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluaran cairan


berlebih.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan cairan kembali terpenuhi.
NOC :
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional status: food and fluid intake
Kriteria hasil:
- Mempertahankan urin output sesuai dengan berat badan dan usia.
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Tanda vital dalam batas normal
NIC
Fluid Managemant
- Monitor status hidrasi
- Onitor tanda vital.
- Monitor intake dan output
- Atur kemungkinan untuk transfusi
- Kolaborasi pemberian makanan dan cairan
- Monitor status nutrisi
19

2. Konsep Nyeri
A. Pengertian nyeri
Nyeri adalah kondisi perasaan yang tidak nyaman disebabkan oleh
stimulus tertentu. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik,
maupun mental. Nyeri bersifat subjektif, sehingga respon setiap orang tidak
sama saat merasakan nyeri. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, misalnya
dengan menggunakan pemeriksaan darah. Orang yang merasakan nyeri yang
dapat mengukur tingkatan nyeri yang dialaminya (Potter & Perry, 2014). Nyeri
dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Alimul, dalam Dwi,
2012).

Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi


pada suatu bagian tubuh. Nyeri sering dijelaskan dalam istilah proses destruktif
jaringan (misalnya seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti
disobek-sobek, seperti diremas-remas dan suatu reaksi badan atau emosi yang
tidak stabil (misalnya perasaan takut, mual). Intensitas nyeri dari nyeri sedang
sampai berat dapat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk
melepaskan diri dan atau menghilangkan perasaan nyeri tersebut. Nyeri bersifat
akut, secara karakteristik berhubungan dengan perubahan tingkah laku dan
respon stres yang terdiri dari meningkatnya tekanan darah, denyut nadi,
diameter pupil, dan kadar kortisol plasma (Isselbcaher, dalam Dwi, 2012).

B. Klasifikasi nyeri
Menurut Potter & Perry (2014) klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua, yaitu
nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut nyeri yaitu yang berlangsung cepat dan
kurang dari enam bulan. Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dengan intensitas yang bervariasi dari nyeri ringan sampai
nyeri berat. Sedangkan nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung lama,
intensitas yang bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan.
20

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


Menurut Potter & Perry (2014) nyeri merupakan sesuatu yang kompleks,
banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu, antara lain:
1. Faktor Usia
Usia merupakan variabel yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-
anak dan lansia.
2. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi individu dalam mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima
oleh kebudayaan mereka.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan lebih mampu
mengatasinya dan menggunakan koping yang efektif serta konstruktif
daripada seseorang dengan pendidikan rendah.
4. Pengalaman Nyeri
Pada umumnya, orang yang sering mengalami nyeri dalam hidupnya,
cenderung mengantisipasi terjadinya nyeri yang lebih hebat.

D. Mekanisme nyeri
Seseorang mengalami dan merasakan nyeri dapat dijelaskan melalui alur
mekanisme impuls nyeri yang berasal dari nociceptor melalui dua jenis serat
afferent yaitu tipe myelinated nerve fiber (α delta fiber) atau jalur nyeri cepat
yang berukuran besar dengan jarak 30 meter perdetik, dan melalui jalur c fiber
yang menghantarkan rasa nyeri dari polimodal nociceptor dan memiliki
kecepatan yang lambat. Awal rangsangan nyeri dirasakan tiba-tiba dan
memberikan suatu sensasi ganda yaitu sensasi nyeri tertusuk yang cepat di ikuti
sensasi terbakar (Mas’ud, dalam Guyton, dalam Sherwood, dalam Sodikin,
2012). Struktur sistem saraf pusat sebagai penghubung antara nociseptor
21

perifer untuk persepsi nyeri juga sebagai faktor pressure terhadap nyeri, ketika
jalur-jalur saraf nyeri menekan sewaktu masuk korda spinalis (Sherwood,
dalam Lewis et al, dalam Sodikin, 2012). Perangsangan listrik terhadap
substansia grisea yang mengelilingi akuaduktus serebri akan menimbulkan
analgesia. Sistem analgesik ini dipengaruhi opiate endogen yaitu endofrin,
enekfalin, dan dinofrin. Opiate dianggap sebagai neurotransmitter analgesik,
yang menekan substansi P sehingga menghambat rasa nyeri, nyeri post operasi
yang dirasakan pasien dapat diatasi dengan obat yang sifatnya menekan
aktivasi zat perantara di sepanjang jalur nyeri atau melalui non farmakologi
dengan mengalihkan nyeri atau distraksi (Kyriakidis et al, dalam Ignatavicius
& Workman, dalam Sodikin, 2012).

E. Penilaian Klinis Nyeri


Menurut Potter & Perry (2014), ada beberapa penilaian klinis nyeri yaitu :
1. Numeric Rating Scale (NRS)
NRS digunakan untuk menilai intensitas atau derajat keparahan nyeri
dan memberi kesempatan kepada klien untuk mengidentifikasi keparahan
nyeri yang dirasakan. NRS merupakan skala nyeri yang paling sering dan
lebih banyak digunakan di klinik, khususnya pada kondisi akut, NRS
digunakan untuk mengukur intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi
terapeutik. NRS mudah digunakan dan didokumentasikan.

Gambar 2.2 Numeric rating scale (NRS)


Sumber : Potter & Perry (2014)

2. Verbal Rating Scale (VRS)


VRS adalah pengukuran nyeri dengan menanyakan respon klien
22

terhadap nyeri secara verbal dengan memberikan 5 pilihan yaitu tidak nyeri,
nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri luar biasa yang tidak
tertahankan. Skala pada VRS merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Skala ini diurutkan dari tidak terasa nyeri sampai dengan nyeri yang tidak
tertahankan pada penggunaannya, perawat akan menunjukan kepada klien
tentang skala tersebut dan meminta klien untuk memilih skala nyeri
berdasarkan intensitas nyeri yang dirasakannya. VRS akan membantu klien
untuk memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan rasa nyeri yang
dirasakannya.

3. Visual Analogue Scale (VAS)


VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang
terus menerus dan mewakili alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.
VAS merupakan alat ukur yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu
kata atau satu angka

Tidak Nyeri Nyeri yang tidak


tertahankan

Gambar 2.3 Visual analogue scale (VAS)


Sumber : Potter & Perry (2014)

F. Penatalaksanaan nyeri
Menurut Potter & Perry (2014) penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis
Menurut Potter & Perry (2014) penatalaksanaan nyeri secara
23

farmakologis efektif untuk menangani nyeri. Penanganan yang sering


digunakan untuk menurunkan nyeri biasanya menggunakan obat analgesik
yang terbagi menjadi dua golongan yaitu analgesik narkotik dan analgesik
non narkotik. Secara farmakologis, nyeri dapat diatasi dengan menggunakan
obat - obatan analgesik narkotik dan non narkotik, analgesik narkotik seperti
meperidin dan morfin sulfat, sedangkan analgetik non narkotik yang biasa
digunakan untuk mengatasi nyeri dengan anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
jenis obat ini umumnya menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang,
seperti prosedur bedah minor dan terapi nyeri pada pasien post operasi.
Pemberian farmakologis tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pasien sendiri untuk mengontrol nyerinya (Van Kooten, dalam Anggorowati
dkk, dalam Dwi, 2012).

2. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis


Penatalaksanaan nyeri farmakologis dapat di kombinasikan dengan
penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis tujuannya untuk mengontrol
nyeri agar sensasi nyeri dapat berkurang serta memberikan rasa
pengendalian yang besar (Potter & Perry, 2014). Metode non farmakologis
bukan pengganti obat-obatan, tindakan ini diperlukan untuk mempersingkat
rasa nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal ini,
terutama saat nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau berhari-
hari, mengkombinasikan metode non farmakologis dengan obat-obatan
merupakan cara paling efektif untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri
secara non farmakologis menjadi lebih murah, mudah, efektif dan tanpa efek
yang dapat merugikan (Potter &Perry, dalam Dwi, 2012). Salah satu terapi
non farmakologis untuk mengurangi sensasi nyeri yaitu menggunakan
aromaterapi (Brooker, dalam Nisa dan Isa, 2012). Selain itu penatalaksanaan
non farmakologi dapat berupa stimulasi dan masase kutaneus, terapi es dan
panas, stimulsi saraf elektrik transkutaneus (TENS), distraksi, dan hypnosis
(Potter & Perry 2014).
24

G. Batasan Karakteristik Nyeri


Batasan karakteristik menurut NANDA (2012) Nyeri yaitu perilaku
(penurunan produktifitas, gelisah, melihat sepintas, insomnia dan kontak mata
yang bur uk, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup, agitasi, mengintai dan tampak waspada), afektif (gelisah, kesediahan
yang mendalam, distres, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri
sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup dan senang berlebihan,
rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, peningkatan rasa
ketidakberdayaan yang konsisten, bingung, menyesal, ragu dan khawatir),
fisiologis (wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketengangan,
gemetar, tremor dan suara gemetar).

Batasaan karakteristik menurut Taylor dan Ralph (2015) yaitu afektif


seperti gugup, khawatir, berfokus pada diri sendiri, perasaan ketidakadekuatan,
rasa takut dan cemas perilaku, seperti penurunan produktifitas sangat berhati-
hati, kontak mata kurang, kegelisahan, pandangan sekilas, pergerakan yang
takreleven (seperti nyeri kaki, pergerakan lengan atau tangan), kognitif, seperti
konfusi dan preokupasi, objektif, seperti gemetar atau tremor pada tangan,
insomnia, psikologis, seperti suara bergetar, peningkatan respirasi dan nadi,
dilatas pupil, gangguan tidur, keringat berlebihan dan wajah kemerahan,
subjektif, sperti gemetar, khawatir dan sangat menyesal.
25

BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Metode Penulisan
Pengelolaan kasus ini menggunakan metode deskriptif untuk
menggambarkan hasil asuhan keperawatan dengan mengfokuskan pada salah
satu masalah penting dengan analisa sederhana. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui Pengelolaan asuhan keperawatan nyeri pada pasien dengan post
herniatomy di RSUD Kardinah.

B. Sample
Sampel merupakan bagian dari populasi. Dalam mengambil sampel
penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel
tersebut dapat mewakili populasi (Sugiyono, 2012). Sample yang digunakan
adalah pasien nyeri post herniatomy di RSUD Kardinah.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


convenience sampling method (non-probability sampling), yaitu cara penetapan
sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang dapat mempermudah
dalam proses penelitian (Nursalam, 2012).

Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel


yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan
dalam penelitian, dalam hal ini adalah berupa kriteria inklusi dan exlusi.
1. Kriteria inklusi
Merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhioleh subyek agar
dapat diikutsertakan ke dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010). Kriteria
inklusi dalam penelitian ini yaitu :
1) Pasien post herniatomy dengan hari rawat 2-4 di RSUD Kardinah.
26

2) Pasien diagnosa post herniatomy dengan masalah nyeri dengan skala


nyeri sedang (4-7).
3) Pasien diagnosa post herniatomy yang bersedia menjadi responden.
4) Pasien diagnosa post herniatomy yang dapat berkomunikasi dengan baik.
5) Pasien diagnosa post herniatomy dengan lama hari kelolaan rawat 3 hari.

2. Kriteria exlusi
Merupakan keadaan yang menyebabkan subyekyang memenuhi kriteria
inklusi tidak dapat diikut sertakan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Kriteria exlusi dalam penelitian ini yaitu:
1) Pasien diagnosa post herniatomy yang mengalami kegawat daruratan
atau kritis.
2) Pasien diagnosa post herniatomy yang mengalami komplikasi penyakit
lainnya.
3) Pasien diagnosa post herniatomy yang menderita penyakit kronis
berbahaya dan menular.

C. Ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah


Tempat dan waktu
1. Tempat
Karya tulis ilmiah dilakukan di RSUD Kardinah.
2. Waktu
Karya tulis ilmiah dilakukan pada bulan Februari 2019

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah data primer
dan sekunder. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari klien
dengan menggunakan pemeriksaan fisik secara keseluruhan dari rambut sampai
kaki dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan observasi serta
wawancara kepada pasien nyeri dengan post herniatomy di RSUD Kardinah.
27

Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, melalui
wawancara dengan keluarga/orang tua, tenaga kesehatan yang menangani
pasien, dan studi dokumentasi.

E. Analisis
Analisis diperoleh berdasarkan data dalam asuhan keperawatan yang
dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dengan data yang mendukung
masalah nyeri pada pasien post herniatomy di RSUD Kardinah adalah sebagai
berikut: mengungkapkan adanya rasa nyeri, perasaan gugup, khawatir,
berfokus pada diri sendiri, perasaan ketidakadekuatan, rasa takut dan cemas,
kontak mata kurang, kegelisahan, pandangan sekilas, pergerakan yang tidak
relevan (seperti nyeri kaki, pergerakan lengan atau tangan), kognitif, seperti
konfusi dan preokupasi, objektif, seperti gemetar atau tremor pada tangan,
insomnia, peningkatan respirasi dan nadi, dilatasi pupil, gangguan tidur,
keringat berlebihandan wajah kemerahan, subjektif, seperti gemetar, khawatir
dan sangat menyesal.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat melakukan


beberapa tindakan keperawatan pada pasien yang mana sudah terdapat pada
intervensi keperawatan. Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan
asuhan keperawatan nyeri pada pasien herniatomy di RSUD Kardinah yaitu
pasien mengungkapkan perasaan yang lebih nyaman, berkurangnya rasa nyeri,
tidak ada gelisah, pasien dapat istirahat dengan optimal, memiliki kualitas tidur
yang baik serta mengungkapkan perasaan lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz,


Yogyakarta.
Andarmoyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar- Ruzz,
Yogyakarta
Anggraeni, Adisty C. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta
Brunner dan suddart, (2012), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa, Yasmin Asih, EGC, Jakarta.
Cartney, M.M. (2014). Enzymes, Probiotics and Antioxidant. New York, USA:
Mediteranean Synergy TM Awarenness Corporation
Herdman, T Heather. (2012). Diagnose Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Dialihbahasakan oleh Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti.
Barrarah Bariid, Monica Ester, dan Wuri Praptiani (ed). Jakarta: EGC
Herdman,H.T. (2013). Diagnosis Keperawatan Defenisidan Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Hidayat,A.A.A. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Proses &
Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika (Oswari, 2016).
Isselbacher. (2012). Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 1.
Jakarta: EGC.
Long, Barbara C. (2012). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Long. 2012. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)
Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Mutakin (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Nettina. 2015. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehaian. Jakarta. Rineka Cipta.
Nurarif . (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Nursalam. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Oswari, (2011). Oswari, E. 2000. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta :
balai penerbit FKUI.
Potter & Perry. 2014. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,. Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012.
Smeltzer & Brenda G Bare. (2008). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sugeng, Jitowiyono dan Weni Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Post
Operasi, Yogyakarta: Nuha Medika.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Taylor & Sheila S Ralph. (2013). Diagnosis Keperawatan dengan Rencana
Asuhan edisi 10. Jakarta : EGC
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
A. Identitas Pasien
Nama Pasien :
Umur :
Agama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Suku/ Bangsa :
Tgl Masuk :
Tgl Pengkajian :
Alamat :

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Hub. Dengan pasien :
Alamat :

2. Status Fungsi Kesehatan


A. Persepsi Kesehatan/ Manajemen Kesehatan
1. Alasan Masuk RS
2. Riwayat Perawatan / Kesehatan Sekarang
3. Keluhan Utama Saat Pengkajian
4. Riwayat Perawatan / Penyakit Masa Lampau
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Apakah Pernah Mendapatkan Transfusi Darah ?
7. Apakah Pernah Melakukan Pemeriksaan Laboratorium Atau Rontgen
Sebelumnya?
8. Apakah Pasien Merokok?
9. Apakah Pasien Mengkonsumsi Minuman Beralkohol ?
10. Apakah Pasien Menggunakan Obat-Obatan Tertentu ?

B. Nutrisi dan Metabolik


1. Apakah pasien menjalani diet tertentu
2. Kapan terakhir makan dan jenis makanan apa yang dimakan ? Porsi
makan yang dihabiskan ?
Sebelum sakit :
Setelah sakit :
3. Appetite
4. Apakah mempunyai kesulitan makan ?
5. Apakah pasien mengalami keluhan ?
6. Kebutuhan cairan tubuh ?
7. Kulit / mukosa

C. Eliminasi
1. Apakah pasien mempunyai masalah dengan BAK / BAB ?
Sebelum sakit :
Setelah sakit :
2. Perut / abdomen
3. Peristaltik usus
4. Kandung kemih

D. Pola Aktivitas dan Latihan


1. Keadaan umum pasien
2. Apakah pasien perlu bantuan berhubungan dengan kebutuhan ADL’s
3. Gangguan Mobilitas
4. Pola pernapasan
5. Pola Kardiovaskular

E. Pola Istirahat Tidur


1. Apakah pasien mempunyaik kesulitan berhubungan dengan kebiasaan
istirahat tidur ?
Sebelum sakit :
Setelah sakit :

F. Pola Persepsi / kognitif


1. Tingkat kesadaran :
2. Apakah pasien mempunyai masalah dengan memori / ingatannya ?
3. Apakah pasien mempunyai masalah dengan penglihatan / pendengaran /
bicara ?
4. Apakah pasien menyadari nyeri ?
5. Apakah pasien mengetahui tentang penyakit yang diderita ?

G. Persepsi diri / self perceptions


1. Pandangan pasien terhadap dirinya sendiri ?
a. Citra tubuh
b. Identitas diri
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
2. Apakah yang pasien harapkan dari perawatan ini ?
3. Apakah pasien cemas / takut ?

H. Hubungan sosial / relationship


1. Orang terdekat
2. Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan / masyarakat ?
3. Siapakah yang akan membantu / merawat pasien setelah pulang dari
rumah sakit ?
4. Hambatan yang berhubungan dengan orang lain

I. Pola Seksualitas / Reproduksi


Apakah pasien mempunyai pertanyaan tertentu efek dari kondisi fisik /
pengobatan yang dialami dengan aktivitas seks ?

J. Mekanisme Koping/ Toleransi Terhadap Stress

K. Spiritual
1. Bagaimana pasien dalam menjalankan ajaran agamanya ?
2. Apakah ajaran agamanya ada yang bertujuan dengan program perawatan
/ pengobatan di RS ?

3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
a. Tanda Vital
b. Riwayat alergi
c. Rambut
d. Leher
e. Wajah
f. Dada / thorax
g. Abdomen
h. Genetalia
i. Ekstermitas

B. Pemeriksaan Laboratorium / Rontgen


a. Data Laboratorium
b. Therapy
II. Analisa Data
Data Problem Etiologi
Ds :

Ds :

III. Diagnosa Keperawatan


IV. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan (Noc) Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standart Keperawatan (Nic)

V. Implementasi Keperawatan
VI. Evaluasi Keperawatan
Tanggal No Dx Implementasi Evaluasi Paraf
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
1. Nama lengkap : Mu’alif
2. NIM : P1337420318125
3. Tempat lahir : Banyumas, 20 Mei 1964
4. Alamat rumah :
a. Jalan : Pepedan
b. Kelurahan : Pepedan Rt 03 Rw 01
c. Kecamatan : Dukuhturi
d. Kabupaten : Tegal
e. Propinsi : Jawa Tengah
5. Telepon
a. HP : 081578360552
b. E-mail : mualif @gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan Purwokerto Depkes lulus tahun 1984
2. Pendidikan SLTP 1 Banyumas lulus Tahun 1980
3. Pendidikan SD Kaliori 01 –Banyumas lulus Tahun 1976

C. RIWAYAT ORGANISASI
Anggota PPNI

Tegal, 26 Februari 2019

Mengetahui

Mu’alif

Anda mungkin juga menyukai