OLEH :
II.A
KELOMPOK 3:
1. ()
2. Annisa Khaira ( 203110122 )
3. Novitri Destiara (203110142)
Dosen Pembimbing:
Yosi Suryalinilsih ,M.Kep,Sp.Kep.MB
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang dicurahkan-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu yang berjudul “PEMBERIAL
COLLER BLANKET DAN WARMER BLANKET ”. Terima kasih kepada dosen pembimbing,
teman-teman, dan juga orang tua, atas dorongan yang telah diberikan kepada penyusun sehingga
makalah ini dapat terbentuk.
Makalah ini juga tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada penyusun, kepada dosen penyusun
mohon maaf. Kami menyadari sepenuhnya askep ini masih jauh dari sempurna, segala sumbang
saran, gagasan, pemikiran dan koreksi dari semua pihak yang dapat memperkaya, menambah
kelengkapan tulisan ini sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri, dan
dapat berguna dimasa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….23
B. Saran …………………………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...….24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur
dengan menggunakan termometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu
yaitu normal, hipotermi, hipertermi. Suhu tubuh seringkali berubah-ubah tanpa kita
tahu sebabnya dan mekanismenya, untuk itu perlu dilakukan penatalakasanaan yang
tepat untuk dapat mengembalikan suhu kembali ke keadaan normal.
Perawat dalam hal intervensi untuk penurunan atau peningkatan suhu sangat
berperan dapat berupa suatu tindakan kolaborasi atau mandiri. Saat pasien dalam
keadaan suhu tubuh yang tidak normal dapat dilakukan tindakan seperti pantau suhu
tubuh, anjurkan banyak minum serta kolaborasi pemberian antipiretik. Saat ini, ada
suatu metode atau cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu
pemasangan warmer dan cooler blanket.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
3. Gangguan Termoregulasi
a. Hipotermi
Hipotermi adalah penurunan suhu inti tubuh dibawah 350C (950C). hipotermia
dihasilkan saat tubuh tidak dapat memproduksi panas yang cukup untuk menggantikan
panas yang hilang ke lingkungan. Ini dapat terjadi pada suhu udara hingga 18,30C
(650F) atau pada suhu air hingga 22,20C (720F) (Wald, Peter H, 2002).
Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga
mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak mampu memproduksi panas untuk
menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat. Kehilangan panas karena
pengaruh dari luar seperti air, angin, dan pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik
(Lestari, 2010).
b. Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,50C yang berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Suhu tubuh lebih dari 400C dikatakan hiperpireksia. Hipertermi
terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu
tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 390C. Selain adanya tanda klinis,
penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter &
Perry, 2010).
2. Tujuan
1) Membantu menurunkan suhu tubuh
2) Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3) Membantu mengurangi perdarahan
4) Membatasi peradangan
3. Indikasi
1) Pasien yang suhunya tinggi
2) Pasien perdarahan hebat
3) Pasien yang kesakitan
4. Kontraindikasi
1) Luka bakar dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi aliran
keluka terbuka
2) Gangguan sirkulasi dingin dapat menggangggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan
menyebabkan kerusakan jaringan
3) Alergi atau hipersensivitas terhadap dingin, beberapa klien memiliki alergi terhadap
dingin yang dimanifestasikan dengan repon inflamasi (misalnya : eritema, bengkak,
nyeri sendi, dan kadang – kadang spasme otot), yang dapat membahayakan jika
orang tersebut hipersensitif.
5. Persiapan alat
1) Alat
a) Bengkok
b) Kantong es
c) Sarung pelindung
2) Bahan
a) Potongan es secukupnya dalam wadah
b) Kassa gulung
c) Plester
d) Larutan klorin 0,5 %
3) Perlengkapan
a) Baki dan alas
b) Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
c) Tempat cuci tangan
d) Sarung tangan
e) Alat tulis dan buku catatan
f) Tempat sampah basah tempat sampah kering baskom
6. Persiapan pasien
1) Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan
2) Menjaga privasi klien
A Tahap Prainteraksi 0 1 2
Kaji :
a) Kemampuan klien untuk mengenali kapan
rasa dapat menyebabkan cedera.
b) Kaji apakah klien menyadari rasa dingin untuk
jaringan tubuh.
c) Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum
klien. Klien yang sangat muda, sangat tua,
tidak sadar, atau yang lemah dapat menoleransi
dingin dengan baik.
d) Area yang di berikan selimut dingin dengan
adanya udema, memar, kemerahan , lesi
terbuka, adanya rabas, dan perdarahan. Status
sirkulasi (warna,suhu,dan sensasi). Jaringan
yang terasa dingin, berwarna pucat atau
kebiruan, dan kurangnya sensasi atau mati rasa
mengidentifikasikan kerusakan sirkulasi.
e) Tingkat ke tidak nyamanan dan rentang
pergerakan sendi jika spasme otot atau nyeri
sedang di berikan selimut dingin.
f) Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
Faktor ini penting di kaji sebelum kompres di
berikan pada area tubuh yang luas.
B Tahap Orientasi
a) Mengucapakan salam, memperkenalkan diri
dan menjelaskan prosedur yang akan di
lakukan.
b) Berikan kesempatan pasien untuk bertanya.
c) Ajak pasien berdoa bersama sebelum
melakukan tindakan dengan membaca do’a
sesuai keyakinan dan agama klien masing-
masing.
C Tahap kerja
a) Meyiapkan alat dan bahan
1) Sebelum di masukkan kedalam kantong es,
potongan es di celupkan dulu ke dalam air
untuk menghilangkan ujung – ujungnya
yang runcing.
2) Kemudian isi alat dengan keping es
sebanyak stengah hingga dua pertiga
kantong.
3) Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat.
4) Pasang tutup kantongatau kolar es dengan
kuat, atau buat sebuah simpul pada sarung
tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kebocoran
cairan jika es meleleh.
5) Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung,
pengikat, atau handuk, fiksasi dengan
plester sesuai kebutuhan.
b) Mencuci tangan dibawah air mengalir
c) Memasang perlak dan alasnya
d) Mendekatkan alat dan bahan
e) Memakai sarung tangan
f) Memasang kompres pada bagian tubuh yang
memerlukan dan hanya pada jangka waktu
yang telah ditentukan guna menghindari efek
uang membahayakan daro kompres dingin
yang berkepanjangan
g) Membereskan alat – alat.
h) Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
i) Mencuci tangan
D Tahap Terminasi
a) Evaluasi :
1) Mengevaluasi respon klien terhadap
tindakan yang telah dilakukan
2) Mengevaluasi kenyamanan pasien setelah
dilakuka tindakan selimut dingin / cooler
blanket
b) Dokumentasi :
1) Mencatat respon klien terhadap pemindahan
yang telah dilakukan
2) Mencatat kenyamanan posisi pasiensetelah
dilakukan pemberian selimut pendingin /
cooler blanket.
3. Tujuan
1) Membantu mngembalikan suhu tubuh normal
2) Menghangatkan pasien
4. Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami penurunan suhu tubuh tubuh inti 28º c.
2) Kerentangan jantung untuk mengalami fibrilasi pada suhu
5. Kontaindikasi
1. Pasien < 18 tahun
2. Digunakan dalam operasi aeromedical (evakuasi di udara dalam dunia penerbangan)
7. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Cooler Blanket dan Warmer Blanket
a. Aplikasi pemasangan selimut panas/dingin dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan yang terlatih dengan baik
b. Jika pasien menggigil berlebihan selama pemakaian cooler blanket, hentikan
prosedur dan beritahu dokter segera
c. Jika ada kemungkinan kerusakan kulit akibat pemakaian pengontrol suhu, harus
dipantau secara ketat
d. Pantau adanya tanda–tanda klinis kerusakan kulit
e. Catat denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, tanda-tanda neurologis, asupan
pasien cairan dan output, kondisi kulit, dan perubahan posisi.
f. Catat suhu pasien dan selimut setiap 15 menit sementara selimut sedang
digunakan, juga mendokumentasikan jenis unit hipertermia-hipotermia
digunakan: pengaturan kontrol (manual atau otomatis dan pengaturan suhu);
8. Persiapan pasien
3. Buka dan lengkapi kembali selimut yang sudah terbuka atau yang sudah terbuka
segelnya.
Cara Manual
a. persiapan alat
1) selimut 2 lembar
2) termometer
3) tempat tidur
4) tempat cuci tangan
5) sarung tangan
b. Persiapan Pasien
3) Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan
4) Menjaga privasi klien
A Tahap Prainteraksi 0 1 2
Kaji :
a. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat
menyebabkan cedera. Kaji apakah klien menyadari
rasa panas untuk jaringan tubuh.
b. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien.
Klien yang sangat muda, sangat tua, tidak sadar, atau
yang lemah dapat menoleransi dingin dengan baik.
c. Tingkat ke tidak nyamanan dan rentang pergerakan
sendi jika spasme otot atau nyeri
d. Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor
ini penting di kaji sebelum tindakan di berikan pada
area tubuh yang luas.
B Tahap Orientasi
a) Mengucapakan salam, memperkenalkan diri dan
menjelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b) Berikan kesempatan pasien untuk bertanya.
c) Ajak pasien berdoa bersama sebelum melakukan
tindakan dengan membaca do’a sesuai keyakinan dan
agama klien masing- masing.
C Tahap kerja
a) Cuci tangan
b) Menganjurkan pasien untuk berbaring
c) Memeriksa tanda- tanda vital
d) Kemudian Balik pasien kearah perawat
e) Kemudian letakkan selimut ditempat tidur lalu balik
kembali pasien dan ratakan selimut di tempat tidur.
f) Kemudian letakkan selimut diatas pasien.
g) Pantau asupan cairan untuk melihat perubahan pada
kulit dan bibir
h) Merubah posisi pasien setiap 30 menit
i) Pantau tanda-tanda vital dan aktivitas neurologis
setiap 5 menit sampai suhu tubuh yang di stabil /
normal.
D Tahap Terminasi
a) Evaluasi :
1) Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
yang telah dilakukan
2) Mengevaluasi kenyamanan pasien setelah
dilakukan tindakan selimut hangat / warmer
blanket
b) Dokumentasi :
3) Mencatat respon klien terhadap pemindahan yang
telah dilakukan
4) Mencatat kenyamanan posisi pasien setelah
dilakukan pemberian selimut hangat/ warmer
blanket.
C. LINK VIDEO
https://youtu.be/jfJn_isIR9M
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cooler blanket adalah salah satu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan suhu
tubuh bapa pasin dengan menggunakan es batu , sedangkan warmer blanket adalah salah
satu selimut yang digunakan untuk menghangatkan tubuh pasien ketika mengalami
hipotermi. Cara kerja slimut listrik ini adalah dengan menggunakan kawat terisolasi
/pemanas elemen yg dimasukkan kedalam kain yg akan menjadi hangat.
Perlu diperhatikan, selimut panas dapat menyebabkan kasus kebakaran ,dan luka
bakar pada pasien yang tidak dapat merasakan panas. Penggunaan jangka panjang dapat
mengurangi kesuburan.
Pemasangan prosedur ini bertujuan untuk mencegah peningkatan atau penurunan
suhu tubuh yang diindikasikan tentunya untuk pasien yang mengalami hipotermi atau
hipertermia. Pemasangan prosedur ini dilakukan dengan memberikan selimut hangat atau
dingin kepada pasien terggantung kondisi yang dialami oleh pasien. Perawat berperan
penting dalam hal ini, untuk itu sangat diperlukan bagi perawat untuk mengetahui dan
memahami cara pemasangan prosedur warmer dan cooler blanket, serta dapat
menerapkannya.
B. Saran
Penulis memiliki saran untuk pembaca agar perbanyak informasi dan pengetahuan
mengenai keperawatan, semoga perawat dapat menerapkan pemasangan warmer dan
cooler blanket dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Aisah Diana Sri, dkk. ( 2017). PROSEDUR PENGGUNAAN WARM BLANKET DAN
COOLER BLANKET. Pdf coffe. Com (https://pdfcoffee.com/cooler-dan-warmer-fixfix-3adocx-
pdf-free.html)