Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

OSTEOPOROSIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1.NADYA OKDILLA (203110140)

2.CARDILLA MAIDA PUTRI (

3.NOVITRI DESTIARA (

4. SUSAN NURUL NISA (

2A

DOSEN MATA KULIAH:

NETTI

PRODI DIII KEPERAWATAN PADANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-NYA kepada kita semua sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
ini yang allahamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul”OSTEOPOROSIS”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata,kami sampaikan terimakasih kepada pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.semoga allah swt
senantiasa meridhai segala usaha kita aamiin.

Padang,11 januari 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN

Konsep dasar keperawatan jiwa


a. Definisi sehat jiwa
b. Ciri-ciri sehat jiwa (mental)
c. Paradigm keperawatan jiwa
d. Falsafah keperawatan jiwa11
e. Model konseptual dalam keperawatan jiwa 1

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatrik, dalam
arti insiden dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup signifikan. Dengan bertambahnya usia
terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita
dibanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang pada
wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian
trabekula dibanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan
osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula < 14% (nilai
normal pada lansia 14 – 24%).Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan
oleh sel osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama-
sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya sesuai dengan pertumbuhan badan (proses
remodelling). Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini akan sangat
cepat pada usia remaja.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengrusakan oleh
kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) lebih besar dari
pembentukan (formasi) maka akan timbul osteoporosis. Kondisi ini tentu saja sangat
mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap
osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan
osteoporosis antara lain karena kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan,
faktor nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan.  Sehingga
diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan pasien.
Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi karena kurangnya
pengetahuan. Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah
mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi
peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam upaya pendidikan
dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala
osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien
serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah
peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan
kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari osteoporosis ?
2. Apakah etiologi osteoporosis ?
3. Bagaimana manifestasi klinis osteoporosis ?
4. Apakah patofisiologi dari osteoporosis ?
5. Bagaimanakah pathway osteoporosis ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik osteoporosis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis ?
8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan osteoporosis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan osteoporosis .
2. Mahasiswa mampu memahami pengertian osteoporosis .
3. Mahasiswa mampu memahami etiologi osteoporosis .
4. Mahasiswa mampu memahami manifestasi osteoporosis .
5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi osteoporosis .
6. Mahasiswa mampu memahami pathway osteoporosis .
7. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik osteoporosis .
8. Mahasiswa mampu mengetahui cara penatalaksanaan osteoporosis .
9. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan osteoporosis
BAB  II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium
dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Penurunan Massa tulang ini
sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan
(destruksi) atau kombinasi dari keduanya.
Osteoporosis dibedakan menjadi 2 yaitu osteoporosis lokal dan osteopororsis umum.
 Osteoporosis lokal dapat terjadi karena kelainan primer di tulang atau
sekunder seperti akibat imobilisasi anggota gerak dalam waktu lama, dll .
 Osteoporosis umum primer tipe I : pasca menopause, terjadi pada usia 50-75
tahun, wanita 6-8 kali beresiko dr pd laki-laki , penyebabnya adalah
menurunnya kadar hormon estrogen dan menurunnya penyerapan kalsium.
Osteoporosis umum primer tipe II terjadi pada usia 75-85 tahun, wanita  2 kali
lebih  banyak daripada pria, penyebabnya adalah proses penuaan dan
menurunnya penyerapan kalsium.
Osteoporosis umum sekunder dihubungkan dengan pelbagai penyakit yang
mengakibatkan kelainan pada tulang, akibat penggunaan obat tertentu dan
lain-lain.

2. Etiologi Osteoporosis
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai faktor antara
lain :
a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang .
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban
akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada
hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua
hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik
yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang
yang besar.

c. Faktor makanan dan hormon


Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup
(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetic yang bersangkutan
2. Determinan pengurangan massa tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia
lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama
seperti pada faktor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.
a. Faktor genetic
Faktor genetik berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko
fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
b. Faktor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang
tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Faktor lain
- Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang
rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan
kalsium yang negatif begitu sebaliknya.
- Protein
Protein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negative
- Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya
efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi
kalsium diginjal.
- Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap
penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
- Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan
kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.
Mekanisme yang pasti belum diketahui.
3. Manifestasi Klinis Osteoporosis
a.  Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
b. Nyeri timbul secara mendadadak
c. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
d. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari
atau karena pergerakan yang salah .
e. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
f. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur pada vertebra
g. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
h. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur
4. Patofisiologi Osteoporosis
Setelah menopause, kadar hormon estrogen semakin menipis dan kemudian
tidak diproduksi lagi. Akibatnya, osteoblas pun makin sedikit diproduksi.
Terjadilah ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan tulang.
Osteoklas menjadi lebih dominan, kerusakan tulang tidak lagi bisa diimbangi
dengan pembentukan tulang. Untuk diketahui, osteoklas merusak tulang selama
3 minggu, sedangkan pembentukan tulang membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan
demikian, seiring bertambahnya usia, tulang-tulang semakin keropos (dimulai
saat memasuki menopause) dan mudah diserang penyakit osteoporosis.

akibatnya
MENOPAUSE OSTEOBLAS MAKIN SEDIKIT DIPRODUKSI

terjadilah

KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA PEMBENTUKAN TULANG DAN KERUSAKAN TULANG

menyebabkan

OSTEOKLAS MENJADI LEBIH DOMINAN DAN KERUSAKAN TULANG TIDAK LAGI BISA
DIIMBANGI DENGAN KERUSAKAN TULANG

SEIRING BERTAMBAH USIA , TULANG – TULANG SEMAKIN KEROPOS ( DIMULAI SAAT


MEMASUKI MENOPAUSE

OSTEOPOROSIS
5. Pathway

Genetik, gaya hidup, alcohol,


penurunan produksi hormon

Kemunduran
struktural Penurunan massa
jaringan tulang

Osteoporosis ( gangguan
musukuloskeletal )
Kerapuhan
nyeri
tulang

Kiposis Keseimbangan
(gibbus) tubuh menurun
fraktur

Perubahan Resiko
Defisit perawatan bentuk tubuh, cidera
diri penurunan TB

Hambatan
mobilitas
fisik
6. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang
- X-ray
- Bone Mineral Density (BMD) : untuk mengukur densitas tulang
- Serum kalsium, posphor, alkalin fosfatase
 Quantitative ultrasound (QUS) : mebgukur densitas tulang dengan gelombang
suara Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah
terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusensi tulang. Ketika
vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis
menjadi bikonkaf. Pemeriksaan laboratorium (misalnya kalsium serum, fosfat,
serum, fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine,
hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis medis lain (misalnya ; osteomalasia, hiperparatiroidisme,
dll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang. Absorbsiometri foton-
tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal
pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray
absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi mengenai
massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk
mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi. .
Penatalaksanaan Osteoporosis :
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang
hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan,
dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Pada menopause, terapi
penggantian hormon dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk
memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang
diakibatkannya. Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menangani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi
subkutan atau intramuskular. Efek samping (misalnya : gangguan gastrointestinal
, aliran panas , frekuensi urin ) , biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan
tulang.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita osteoporosis terdiri atas:
a. Penyuluhan Penderita
Pada penderita osteoporosis, faktor resiko di luar tulang harus diperhatikan
program latihan kebugaran tubuh (fitness), melompat, dan lari tidak boleh
dilakukan karena resiko besar patah tulang. Berdirilah tegak kalau jalan, bekerja,
menyetrika, menyapu (gunakan sapu dengan tangkai panjang) dan masak.
Duduklah tegak kalau bekerja, masak, sikat gigi dan mencuci. Tidak boleh
mengepel lantai dengan berlutut dan membungkuk karena resiko patah tulang
pinggang cukup besar. Untuk memperkuat dan mempertahankan kekuatan
neuromuskuler memerlukan latihan tiap hari atau paling sedikit 3 hari sekali.
Berdansa santai dan jalan kaki cepat 20 — 30 menit sehari adalah sehat dan
aman untuk penderita osteoporosis.
Penderita perlu menyadari besarnya resiko jatuh. Setelah makan atau
tidur, duduk sebentar dulu sebelum berdiri dan pada permulaan berdiri
berpegangan dahulu pada tepi meja makan. Mereka yang sering kehilangan
keseimbangan bahan perlu memakai tongkat/walker.
b. Pencegahan
- Pencegahan primer bertujuan untuk membangun kepadatan tulang dan
neuromuskler yang maksimal. Ini dimulai dari balita, remaja dewasa umur
pertengahan sampai umur 36 tahun. Beberapa hal penting pada pencegahan
primer:
Pemberian kalsium yang cukup (1200 mg) sehari selama masa remaja
Kegiatan fisik yang cukup dalam keadaan berdiri. Minimal jalan kaki 30 menit
tiap hari.
Mengurangi faktor resiko rapuh tulang seperti merokok, alkohol dan
imobilisasi.
Menambah kalsium dalam diet sebanyak 800 mg sehari pada manula
Untuk wanita resiko tinggi penambahan estrogen, difosfonat atau kalsitonin
harus dipertimbangkan.
- Pencegahan sekunder yaitu pemberian hormon-hormon estrogen
progesterone. Hormon-hormon ini dilaporkan menghentikan setidak-tidaknya
mengurangi kehilangan tulang selama menopause.
- Pencegahan tersier dilakukan bila penderita mengalami patah tulang pada
osteoporosis atau pada orang yang masuk lanjut usia (lansia).

c. Pemberian Gizi Optimal


Pencegahan primer bertujuan agar kepadatan tulang yang maksimal tercapai
pada umur 36 tahun. Pencegahan sekunder bertujuan menghambat kehilangan
kepada tulang waktu menopause dengan pemberian hormon pengganti.
Selanjutnya kehilangan kepadatan tulang pada lansia dihambat dengan
pencegahan tersier. Pencegahan primer, sekunder dan tersier dilaksanakan
melalui pengaturan gizi yang optimal, dibarengi dengan aktivitas fisik dan
olahraga yang sesuai dengan umur dan stadium kerapuhan tulang penderita.
Kebutuhan kalsium sehari—hari untuk mencegah osteoporosis:
Sebelum menopause kebutuhan sehari 800 — 1000 mg Kalsium
Selama menopause kebutuhan sehari 1000— 1200 mg Kalsium
Selama menopause kebutuhan sehari 1200 — 1500 mg kalsium
d. Upaya Rehabilitasi Medik
Prinsip terapi fisik dan rehabilifasi dapat bermanfaat dalam penatalaksanaan
penderita osteoporosis
Latihan/exercise , latihan dapat mengurangi hilangnya massa tulang dan
menambah massa tulang dengan cara meningkatkan pembentukan tulang yang
lebih besar dari pada resorbsi tulang.
Pengobatan Pada Patah Tulang :
Pada orang tua dengan keluhan nyeri yang hebat pada lokalisasi tertentu seperti
pada punggung, pinggul, pergelangan tangan, disertai adanya riwayat jatuh,
maka perlu segera memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui adanya patah
tulang. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya didapatkan adanya patah tulang,
maka harus dipertimbangkan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1. Menghilangkan nyeri disertai pemberian obat-obatan untuk membangun
kekuatan tulang, yaitu kalsium dan obat-obat osteoporosis
2. Tindakan pemasangan gips pada patah tulang pergelangan tangan.
Tindakan menarik tulang pada panggul dan dilanjutkan dengan tindakan
operasi pada panggul dengan mengganti kepala panggul pada patah leher
paha.

Anda mungkin juga menyukai