Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEBUTUHAN CINTA DAN KASIH SAYANG

DI RUANG PERAWATAN RUBI

Oleh:

Nur’ilmi

NPM. 1614901210722

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

BANJARMASIN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Cinta Dan Kasih Sayang


1.1 Definisi / diskripsi kebutuhan cinta dan kasih sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S
Poerwa daminta yaitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada
seseorang. Dalam berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih
sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak
dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian,
saling terbuka, sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang
remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu disebabkan karena
kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
Menurut Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra
antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika
salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.
Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan
cinta yang menerima.
Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam dan terjadi antara
manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan Sang Pencipta
dan manusia dengan dirinya sendiri.

1.2 Fisiologis sistem/ fungsi normal cinta dan kasih sayang


Cinta memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan
landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluaraga dan pememliharaan
anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab.
Demikian pula cinta merupakan pengikat yang kokoh antara manusia dengan tuhannya
sehingga manusia menyembah tudah dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya dan
berpegang teguh pada syariat-Nya.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan cinta dan kasih sayang


Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono terdapat 3 unsur yang mempengaruhi cinta dan kasih
sayang:
1.3.1 Keterikatan
Adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau
pergi dengan orang lain kecuali dengan dia.
1.3.2 Keintiman
Adanya kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa tidak ada jarak
lagi.
1.3.3 Kemesraan
Adanya rasa ingin membelai dan dibelai, rasa rindu, adanya ungkapan-ungkapan
yang menunjukan rasa sayang.

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada kebutuahan cinta dan kasih sayang

1.4.1 Dalam masalah intelektual


1.4.1.1 Mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami proses ‘sebab-
akibat’.
Ketidakstabilan atau ketidak konsistenan sikap orang tua, mempersulit
anak melihat hubungan sebab akibat dari perilakunya dengan sikap orang
tua yang diterimanya. Dampaknya akan meluas pada kemampuannya
dalam memahami kejadian atau peristiwa-peristiwa lain yang dialami
sehari-hari. Akibatnya, anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang pernah
dibuatnya.
1.4.1.2 Kesulitan belajar
Kurangnya kasih sayang dengan orang tua, membuat anak lamban dalam
memahami, baik itu instruksi maupun pola-pola yang seharusnya bisa
dipelajari dari perlakuan orang tua terhadapnya, atau kebiasaan yang
dilihat/dirasakannya.
1.4.1.3 Sulit mengendalikan dorongan
Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, membuat anak sulit
menemukan kepuasan atas situasi/perlakuan yang diterimanya, meski
bersifat positif. Ia akan terdorong untuk selalu mencari dan mendapatkan
perhatian orang lain. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga, dengan
caranya sendiri untuk mendapatkan jaminan bahwa dirinya bisa
mendapatkan apa yang diinginkan.
1.4.2 Dalam masalah emosional
1.4.2.1 Gangguan bicara
Menurut sebuah hasil penelitian, problem kasih sayang yang dialami
anak sejak usia dini, dapat mempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam
dunia, psikologi, hingga usia 2 tahun dikatakan sebagai masa oral. Pada
masa ini anak mendapatkan kepuasan melalui mulut (menghisap-
mengunyah makanan dan minuman). Oleh sebab itulah, proses menyusui
merupakan proses yang amat penting untuk membangun rasa aman yang
didapat dari pelukan dan kehangatan tubuh sang ibu.
1.4.2.2 Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan
kurang percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau
kurangnya kasih saying tersebut membuat anak berpikir bahwa orang tua
tidak mau memperhatikannya sehingga ia lebih banyak menahan diri.
Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa mengungkapkan diri, berbicara atau
mengekspresikan diri lewat kata-katanya. Perlu diketahui, melalui
komunikasi yang hangat seorang ibu terhadap bayinya, lebih memacu
perkembangan kemampuan bicara anak karena si anak terpacu untuk
merespon kata-kata ibunya.
1.4.2.3 Gangguan pola makan
Ada banyak orang tua yang kurang reponsif/ kurang tanggap terhadap
tangisan bayinya. Mereka takut jika terlalu menuruti tangisan bayinya,
kelak ia akan jadi anak manja dan menjajah orang tua. Padahal, tangisan
seorang bayi adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan adanya
kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau haus.
1.4.2.4 Perkembangan konsep diri yang negatif
Ketiadaan perhatian orang tua, sering mendorong anak membangun
image bahwa dirinya mandiri dan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun,
image itu berusaha keras ditampilkan untuk menutupi kenyataan yang
sebenarnya. Padahal, dalam dirinya tersimpan ketakutan, rasa kecewa,
marah, sakit hat terhadap orang tua, sementara ia juga menyimpan
presepsi yang buruk terhadap diri sendiri. Ia merasa tidak diperhatikan,
merasa disingkirkan, merasa tidak berharga sehingga orang tua tidak mau
mendekat padanya- dan, memang ia juga merasa tidak ingin didekati.
Tanpa sadar semua perasaan itu diekspresikan melalui tingkah laku yang
aneh-aneh, yang orang menyebutnya ‘nakal’, ‘liar’, ‘menyimpang’.
Mereka juga terlihat suka menuntut secara berlebihan, suka mencari
perhatian dengan cara-cara yang negatif.
1.4.2.5 Sulit membedakan sesuatu
Anak akan sulit melihat mana yang baik dan tidak, yang boleh dan tidak
boleh, yang penting dan kurang penting, dari keberadaan orang tua yang
juga tidak bisa menjamin ada tiadanya, yang tidak dapat memberikan
patokan moral dan norma karena mereka mengalami kesulitan dengan
dirinya sendiri.
Tidak jarang anak-anak tersebut memunculkan sikap dan tindakan
seperti: suka berbohong(yang sudah tidak wajar), mencuri(karena ingin
mendapatkan keinginannya), suka merusak dan menyakiti(baik diri
sendiri maupun orang lain), dan menurut sebuah penelitian, mereka
cenderung tertarik pada darah, api dan benda tajam
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Cinta Dan Kasih Sayang
2.1 Pengkajian
2.1.1 Faktor Predisposisi
2.1.1.1 Faktor genetik, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan
diteruskan melalui garis keturunan.
2.1.1.2 Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi
diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri.
Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara
perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan
diri sendiri.
2.1.1.3 Teori kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan
misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat
traumatis denagn orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya
mengatasi kehilangan.
2.1.1.4 Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat
gangguan perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif
terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu menjadi
pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan tidak berharga serta
hidup sebagai tidak harapan.
2.1.1.5 Model belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi
karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu
menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul
keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupannya sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang
adaptif.
2.1.1.6 Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.
2.1.1.7 Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hipersekresi kortisol.
2.2.1 Faktor Presipitasi
2.2.1.1 Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk
kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.
2.2.1.2 Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang
mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat
ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah
2.2.1.3 Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi
berkembangnya depresi, terutama pada wanita.
2.2.1.4 Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter
personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung
social, menambah stress individu.
2.2.1.5 Ketidak seimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam
perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat
adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai
depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai
kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul


Diagnosis 1: Ketidakefektifan koping (Buku saku diagnosa keperawatan, hal, 206)
2.2.1 Definisi
Ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stessor, pilihan yang
tidak adekuat terhadap respon untuk bertindak, ketidak mampuan menggunakan
sumber yang tersedia.
2.2.2 Batasan Karakteristik
2.2.2.1 Subjektif
a) Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
b) Kelelahan
c) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan secara verbal.
2.2.2.2 Objektif
a) Penggunaan zat-zat kimia
b) Penurunan penggunaan dukungan sosial
c) Perilaku merusak diri sendiri dan orang lain
d) Tingginya angka kesakitan
e) Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar
f) Ketidakmampuan dalam memnuhi harapan peran
g) Ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah
h) Kurangnya perilaku yang mengarah pada tujuan dan penyelesaian
masalah
i) Konsentrasi buruk
j) Berani mengambil resiko
k) Gangguan tidur
l) Mengggunakan koping yang menghambatperilaku adaptif
2.2.3 Faktor yang berhubungan
2.2.3.1 Gangguan dalam pola penilaian terhadap ancaman
2.2.3.2 Gangguan dalam pelepasan ketegangan
2.2.3.3 Perbedaan gender dalam strategi koping
2.2.3.4 Tinggianya derajat ancaman
2.2.3.5 Ketidakmampuan dalam menyimpan energi yang adaptif
2.2.3.6 Tidak adekuatnya tingkat kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk
melakukan koping
2.2.3.7 Tidak adekuatnya tingkat persepsi kendali diri
2.2.3.8 Tidak adekuatnya kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi
strssor
2.2.3.9 Tidak adekuatnya sumber-sumber yang tersedia
2.2.3.10 Tidak adekuatnya dukungan sosialyang dihasilkan oleh karakteristik
hubungan
2.2.3.11 Krisis situasional atau maturasi
2.2.3.12 Ketidak pastian.

Diagnosa 2: Kepedihan Kronis (Buku saku diaganosa keperawatan, hal 731)


2.2.1 Definisi
Pola siklik, berulang, dan kemungkinan progresif pada kepedihan mendalam yang
dialami oleh (Orang tua, pemberi asuhan, individu yang memiliki penyakit kronis
atau ketunadayaan) sebagai respon yang mengalami kehilangan yang kontinu,
melalui alur penyakit tau ketunadayaan.
2.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan perasaan yang menghambat kemampuan klien mencapai tingkat
tertinggi kesejahteraanpersonal atau sosial mereka.( intensitaas perasaan berbeda-
beda, periodik, dapat berkembang, dan semakinparah seiring waktu).
Mengungkapkan satu atau lebih perasaan negatif berikut: marah, salah faham,
konfusi, depresi, kekecewaan, hampa, takut, frustasi, rasa bersalah atau
menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian, harga diri
rendah, kehilangan yang berulang, kewalahan. Mengungkapkan perasaan
kesedihan yang periodik dan berulang.
2.2.3 Faktor yang berhubungan
2.2.3.1 Kematian orang yang dicintai
2.2.3.2 Penyakit jiwa atau penyakit fisik
2.2.3.3 Individu mengalami atau atau lebih kejadian pemicu (misalnyakrisis
dalam penanganan penyakit, krisiis yang berhubunngan dengan tahap
perkembangan dan kehilangan tau tahap penting) yang membawa
perbedaan pada perkembangan, sosial atau norma-norma pribadi.
2.2.3.4 Pemberian asuhan kontinu ( sebagai pengingat kehilangan)
Diagnosa 3 : Risiko Kesepian (buku saku diagnosa keperawatan,hal 460)
2.2.1 Definisi
Berisikomengaalami ketidaknyamanan yang berhubungan dengan keinginan atau
kebutuhan untuk kontak dengan orang lain
2.2.2 Faktor risiko
2.2.2.1 Deprivasi kasih sayang (misalnya kematian pasangan)
2.2.2.2 Deprivasi katerik (misalnya tidak ada teman bicara)
2.2.2.3 Isolasi fisik (misalnya, isolasi karena penyakit infeksius)
2.2.2.4 Isolasi sosial (misalnya ditolak oleh kelompok sebaya

2.3 Perencanaan

Diagnosa 1: ketidakefektifan koping (Buku saku diagnosis keperawatan, hal, 206 )

Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC

Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien akan:

2.3.1 Menunjukan koping yang efektif


2.3.2 Menunjuakan pengendalian diri terhapap implus dengan mempertahankan
pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten

Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC

a. Intervensi : Bimbingan antisipasi

Rasional : Mempersiapkan klien untuk mengantisipasi krisis perkembangan dan tau


situasional

b. Intervensi : Peningkatan Koping

Rasional : membantu pasien untuk beradaptasi denganpersepsi strsor, atau ancaman


yang mengganggu pemenuhan tuntutan dan peran hidup

c. Intervensi : Konseling menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada


kebutuhan,masalah atau perasaan klien dan orang terdekat

Rasional : Untuk meningkatkan atau mendukung koping, pengelesaian masalah, dan


hubungan intrapesonal

d. Intervensi : peningkatan harga diri

Rasional : membantu klien untuk meningkatkan penilaian personal terhadap dirinya


Diagnosa 2: Kepedihan kronis (Buku saku diagnosis keperawatan, hal 731)

Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC

Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien mampu:

2.3.1 Penerimaan
2.3.2 Kendali diri terhadap depresi
2.3.3 Resolusi dukacita
2.3.4 Harapan optimisme

Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC

a. Intervensi : peningkatan koping

Rasional : Membantu klien beradaptasi dengan persepsi stessor, perubahan,


atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntunan hidup dan peran

b. Intervensi : fasilistasi proses dukacita luangakan waktu bersama klien minimal


15 menit setaip tugas jaga.

Rasional : membantu mengatasi kehilangan yang bermakna, memfokuskan


pada pengungkapan perasaan.

c. Intervensi : Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara


terbuka .

Rasional : Dukacita yang maladaptif dapat mengakibatkan leleh


ketidakmampuan pengungkapkan perasaan secara bebas.

d. Intervensi : Manajemen alam perasaan

Rasional : menyediakan keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan


klien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun

e. Intervensi : Dukungan spiritual

Rasional : membantu kline merasa seimbang dan dekat dengan Tuhan.

Diagnosa 3 : Resiko Kesepian (buku saku diagnosa keperawatan,hal 460)

Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC

Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien mampu:

2.3.1 Memperlihatkan pencegahan kesepian


2.3.2 Memperlihatkan keterlibatan sosial
Intervensi keperawatan dan Rasional

a. Intrvensi : meluangkan waktu yang cukup bersama dengan klien

Rasional : memungkinkan klien mengungkapkan perasaaan tentang kesepiannya


untuk membina hubungan saling percaya.

b. Intervensi : Lakukan kerjasama dengan klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor


dan perilaku yang berkontribusi terhadap kesepian.

Rasional : Untuk memulai merubah perilaku yang dapat mengasingkan diri dnegan
orang lain.

c. Intervensi : Bantu klien mengidentifikasi perasaan-perasaan yang berhubungan


dengan kesepian.

Rasional : untuk mengurangi dampak perasan dan mobilisasi energi untuk


meniadakannya.

d. Intervensi : Berikan dorongan kepada klien untuk menyatakan kebutuhan asertif.

Rasional : Dengan menjadi asertif, klien dapat bertanggung jawab untuk memnuhi
kebutuhannya tanpa marah dan rasa bersalah.
III. Daftar Rujukan

Taylor, Cynthia, M (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta :


EGC

https://safuan.wordpress.com/2007/12/27/bila-kasih-sayang-kurang/ (Diakses 27 Maret


2017)

https://widayantibhayangkari.wordpress.com/2013/01/20/asuhan-keperawatan-pada-klien-
gangguan-alam-perasaan-depresi-dan-mania/ (Diakses 28 Maret 2017)

Banjarmasin, April 2017

Preseptor Akademik,

(…………………...)

Anda mungkin juga menyukai