Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KMB II

“Materi Tetanus”

OLEH :

Dilla Febriani Lukman (203110127)

Lisa Dilla Nurman Safitri (203110134)

Mutiara Jondesya (203110138)

Sintia Desta Ramadani (203110153)

TK 2. A

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Netti, S. Kep. M.Pd

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Materi Tetanus”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Pkl Kerinci, 10 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Masalah...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Tetanus.....................................................................................3
1. Pengertian Tetanus.......................................................................................3
2. Etiologi Tetanus...........................................................................................3
3. Gambaran Klinis Menurut Jenis Tetanus......................................................4
4. Patofisiologi Tetanus....................................................................................5
5. Klasifikasi Tetanus........................................................................................6
6. Komplikasi Tetanus......................................................................................7
7. Penatalaksanaan Umum Pada Tetanus..........................................................7
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tetanus..................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tetanus kebanyakan terdapat pada anak-anak yang belum pernah
mendapatkan imunisasi tetanus (DPT) dan pada umumnya terdapat pada anak dari
keluarga yang belum mengerti pentingnya imunisasi dan pemeliharaan kesehatan
seperti kebersihan lingkungan dan perorangan. Penyakit tetanus adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman Clostiridium tetani, yang bermanifestasi
dengan kejang otot secara paroksismal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan
tonus otot ini selalu tampak pada otot masester dan otot rangka
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.Tetanus adalah
penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan
kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.
Basil ini banyak ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda, dan tanah yang
dipupuk kotoran kuda. Penyakit tetanus banyak terdapat pada luka dalam, luka tusuk,
luka dengan jaringan mati (corpus alienum) karena merupakan kondisi yang baik
untuk proliferasi kuman anaerob . luka dengan infeksi piogenik dimana bakteri
piogenik mengonsumsi eksogen pada luka sehingga suasana menjadi anaerob yang
pening bagi tumbuhnya basil tetanus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Tetanus ?
2. Bagaimana Etiologi Tetanus ?
3. Bagaimana Gambaran Klinis Menurut Jenis Tetanus ?
4. Bagaimana Patofisiologi Tetanus ?
5. Bagaimana Klasifikasi Tetanus ?
6. Bagaimana Komplikasi Tetanus ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Umum Pada Tetanus ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tetanus ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui serta memahami apa Pengertian Tetanus
2. Untuk mengetahui serta memahami bagaimana Etiologi Tetanus
3. Untuk mengetahui serta memahami bagaimana Gambaran Klinis Menurut Jenis
Tetanus
4. Untuk mengetahui serta memahami bagaimana Patofisiologi Tetanus
5. Untuk mengetahui serta memahami bagaimana Klasifikasi Tetanus
6. Untuk mengetahui serta memahami bagaimana Komplikasi Tetanus
7. Untuk mengetahui serta memahami bagaimana Penatalaksanaan Umum Pada
Tetanus
8. Untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Tetanus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Tetanus


1) Pengertian Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang siakibarkan och roksin kaman
Clostridium retani, dimanifestasikan dengan kejang otot secara paroksismal
dan diikuti kekakuan otot selurub badan. Kekakuan nomus orot ini tampak
pada otor/masoter dan otur-otot rangka.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman
clostriidium tetani, dimanifestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan
diiikuti kekauan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini tampak pada otot
maseter dan otot- otot rangka (Batticaca, 2012).
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran.gejala ini bukan disebabkan kuman secara
langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan
oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang,
sambungan neuro muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonomy
(Nurarif & Kusuma, 2016).

2) Etiologi Tetanus
Clostradium tetani merupakan hasil berbentuk batang yang bersifat
anaerob, membentuk spora membentuk spora ( tahan panas ), gram positif,
mengeluarkan eksotoksin yang bersifat neurotoksin ( yang efeknya
mengurangi aktivitas kendali SSP ), patogenesis bersimbiosis dengan
mikroorganisme piogenik ( pyogenic) (Batticaca, 2012).
Basil ini banyak ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda, dan tanah
yang dipupuk kotoran kuda. Penyakit tetanus banyak terdapat pada luka
dalam, luka tusuk, luka dengan jaringan mati ( corpus alienum) karena
merupakan kondisi yang baik untuk proliferasi kuman anaerob. Luka dengan
infeksi pogenik dimana bakteri piogenik mengonsumsieksogen pada luka
sehingga suasana menjadi anaerob yang penting bagi tumbuhnya basil tetanus
(Batticaca, 2012).
3) Gambaran Klinis Menurut Jenis Tetanus
1. Tetanus neonatorum (penyakit hari ke-7)
Setelah masa inkubasi 3-10 hari : irritable, sulit menyusu, trismus,
karper mouth, risus sardonikus, serangan-serangan kejang, opistotonus,
febris, pucat/sianosis.
Beratnya ditentukan atas dasar klasifikasi Patel & Joag, berdasarkan
adanya :
 Spasme/kejangInkubasi sama atau kurang dari 7 hari
 Periode onset singkat
 Suhu rektal sama atau lebih dari 37,2˚C
2. Tetanus umum (klasik)
Setelah masa inkubasi 7-21 hari (1-60 hari) timbul :
 Trismus
 Spasme otot wajah (risus sardonikus), leher (epistotonus), punggung
(opistotonus), dada (pleurostonus), abdomen, ekstremitas, laring.
 Serangan kejang
 Kesadaran intak
 Kadang-kadang disertai eksitasi simpatis: hipertermi, diaforesis,
tensi labil,takikardia hingga aritmia.
3. Tetanus lokal
Pada bentuk ini terjadi rigiditas muskuler yang terbatas pada otot-otot
sekitar luka yang dapat menetap bermingguminggu sampai berbulan-
bulan atau meluas menjadi tetanus umum yang klasik.
4. Tetanus sefalik
Masa inkubasi biasanya pendek (1-2 hari). Biasanya akibat trauma
pada kepala atau dari otitis media (otologic tetanus) dengan gejala
disfungsi syaraf motoris kranialis yang dapat tunggal(terutamadari
syaraffasialis) atau majemuk, disfagi, trismus, dan otot-otot mata. Gejala
ini dapat menetap sebagai tetanus lokal atau meluas menjadi tetanus
umum.
5. Tetanus kronik
Gejala biasanya fluktuatif dan persisten sampai berbulanbulan.
6. Tetanus rekuren
Gejala timbul kembali apabila terjadi luka lagi.

4) Patofisiologi Tetanus
Clostridium tetani harus bersimbiosis dengan organisme piogenik. Basil
tetanus tetap berada didaerah luka dan berkembang biak sedangkan
eksotoksinnya beredar mengikuti sirkulasi darah sehingga terjadi toksemia
(toksemia murni tanpa disertai bakterimia maupun sepsis).
Hipotesis cara kerja toksin, yaitu pertama toksin masuk dan diserap oleh
ujung saraf motorik dan mencapai sel-sel kornu anterior medula spinalis,
melalui axis silinder (kemudian menyebabkan kegiatan motorik seperti
kejang). Kedua toksin diangkut oleh alran darah ke SSP, hal ini dapat
dibuktikan dengan pemberian antitoksin tetanus yang bereaksi dengan baik,
ATS bereaksi pada toksin yang hanya ada didarah.
Tetanus biasanya terjadi setelah tubuh terluka dan kebanyakan luka
tusukan, luka yang terkontaminasi oleh clostridium tetani. Kerusakan jaringan
menyebabkan menurunnya potential oksidasi sehingga menyebabkan
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan clostridium tetani. Tetanus
disebabkan oleh neurotoksin Yang kuat yaitu tetanospasmin, yangdihasilkan
sebagai protein protoplasmik oleh bentuk vegetatif c. Tetani pada tempat
infeksi terutama ketika terjadi lisis bakteri . tetanospasmin dapat terikat secara
kuat pada gangliosida dan tempat masuknya yang terpenting kedalam syaraf.
Bila jumlah tetanospasmin cukup besar untuk menyebar melalui pembuluh
darah dan limfe diseluruh tubuh, yang terkena lebih dahulu adalah otot dengan
jalur saraf terpendek.
Suntikan tetanospasmin kedalam otak dapat menimbulkan kejang.
Tetanospasmin dapat pula memudahkan kontraksi otot spontan tanpa potensial
aksi pada saraf eferen. Aliran eferen yang tak terkendali akan menyebabkan
proses inflamasi dijaringan otak dan perubahan tingkat kesadaran. Terdapat
trias klinis berupa spasme otot, disfungsi otonomik, rigiditas. Rigiditas
menyebabkan epistotonus dan gangguan respirasi dengan menurunnya
kelenturan dinding dada serta menyebabkan penurunan reflek batuk sehingga
terjadi obstruksi jalan nafas (Batticaca, 2012).
5) Klasifikasi Tetanus
Klasifikasi beratnya tetanus adalah sebagai berikut :
1. Derajad 1 (ringan) : trismus (kekuatan otot mengunyah) ringan sampai
sedang, spastisitas general, tanpa gangguan pernapasan, tanpa spasme,
sedikit atau tanpa disfagia
2. Derajad II (sedang) : trismus sedang, ridigitas yang Nampak jelas,
spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang RR
>30x/menit, disfagia ringan
3. Derajad III (berat) : trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek
berkepanjangan, RR >40x/menit, serangan apnea, disfagia berat,
takikardia >120
4. Derajad IV (sangat berat) : derajad tiga dengan gangguan otomik berat
melibatkan system kardiovaskular. Hipotensi berat dan takikardia terjadi
berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat
menetap komplikasi-komplikasi tetanus (Nurarif & Kusuma, 2016).

6) Komplikasi Tetanus
Komplikasi tetanus dapat terjadi akibat penyakitnya, seperti
laringospasme, atau sebagai konsekuensi dari terapi sederhana, seperti sedasi
yang mengarah pada koma, aspirasi atau apnea, atau konsekuensi dari
perawatan intensif, seperti pneumonia berkaitan dengan ventilator.
Salah satu komplikasi yang sulit ditangani adalah gangguan otonom
karena pelepasan katekolamin yang tidak terkontrol. Gangguan otonom ini
meliputi hipertensi dan takikardi yang kadang berubah menjadi hipotensi dan
bradikardi. Walaupun demikian, pemberian magnesium sulfat saat gejala
tersebut sangat bisa diandalkan. Magnesium sulfat dapat mengontrol gejala
spasme otot dan disfungsi otonom.

7) Penatalaksanaan Umum Pada Tetanus


Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan
perawatan harus segera diberikan:
 Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 in immunoglobulin tetanus
disekitar luka tidak boleh diberikan IV)
 Sedativa-terapi relaksan; Natrium thiopental (Natrium Penthotal) 0,4%
IV tetes: Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM. IV
atau PO tiap 3-6 jam. paraldehyde (panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-
0 jam.
 Agen anti cemas: Diazepam (valium) 0.2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4
jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24
jam untuk dewasa.
 Beta-adrenergik bolcker, propanolol (inderal) 0,2 mg aliquots, untuk
total dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik,
digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
 Penanggulangan kejang, isolasi penderita pada tempat yang tenang,
kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat
penenang.
 Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi) dapat diganti
dengan tetraciklin atau klindamisin untuk membunuh klostirida
vegetative
 Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi
klien. 10. Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine. 11. Terapi
fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi otot
danambulasi selama penyembuhan.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tetanus


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman
clostriidium tetani, dimanifestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diiikuti
kekauan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini tampak pada otot maseter dan
otot- otot rangka.
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran.gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung,
tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada
sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular
(neuro muscular jungtion) dan saraf autonomy.
 Jenis Tetanus
 Tetanus neonatorum (penyakit hari ke-7)
 Tetanus umum (klasik)
 Tetanus lokal
 Tetanus sefalik
 Tetanus kronik
 Tetanus rekuren

B. Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan, oleh itu kritik yang
sifatnya membangun akan sangat penulis harapkan. Serta sebagai seorang tenaga
kesehatan wajib dan mahasiswa kesehatan harus mengetahui bagaimana materi
tetanus, sehingga akan menambah wawasan yang lebih luas lagi serta terjamin
keselamatannya pasien dari segala aspek tindakan yang kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F.B. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Tursinawati, Yunuarti, dkk. 2017. Buku Ajar Sistem Syaraf. Semarang : Unimus Press
Wati, Ketut Dewi Kumara Wati, dkk. 2017. Buku Panduan Belajar Koas : Ilmu Kesehatan
Anak. Denpasar : Udayana University Press

Anda mungkin juga menyukai