Anda di halaman 1dari 127

LAPORAN TUGAS AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. N


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANIA
KOTA AMBON

Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma III Kesehatan pada Program Studi Kebidanan Ambon
Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Oleh :

WA ODE DITHA ANINDYA


PO7124017107

PRODI D III KEBIDANAN AMBON


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Laporan Tugas Akhir pada Program Studi D-III Kebidanan Ambon Jurusan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku pada tanggal 16 Juni 2020 ,

dan dinyatakan telah diterima dan memenuhi syarat sesuai keputusan Tim

Penguji.

Susunan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir

Ketua

Chaterin Hatusupy, SST.,M.Kes

NIP 198204022005012001

Anggota

Widy Markosia Wabula, SST.,M.Kes Ismiyanti H. Achmad, S.ST.,M.Keb

NIP 198007272003122003 NIP 198208062008122001

Mengesahkan Mengetahui

Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Ketua Program Studi D-III Kebidanan


Maluku Ambon

Hairudin Rasako, S.KM., M.Kes Fasiha, S.SiT.,M.Kes

NIP 196412051989031002 NIP 19561211198203200

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

yang telah memberikan rahmat dan karunian-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan

Komperhensif Pada Ny. N di Wilayah Kerja Puskesmas Nania Kota Ambon

”.Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam upaya memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi D-III Kebidanan Ambon

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

Ucapan terima kasih dengan tulus dan penuh rasa hormat peneliti

sampaikan kepada Chaterin Hatusupy, S.ST., M. Kes selaku Pembimbing

Laporan Tugas Akhir, yang telah mengorbankan waktu, dan pikiran dalam

membantu serta membimbing peneliti sejak menyusun Laporan Pendahuluan

hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Pada kesempatan ini peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada :

1. Hairudin Rasako, SKM..M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

mengkui pendidikan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Prodi

Kebidanan.

2. Sitri Kaisupy SKM selaku Kepala Puskesmas Nania Kota Ambon yang telah

memberikan izin penelitian.

3. Imas Kurniawati, A.md.Keb selaku koordinator tingkat yang telah memberikan

bimbingan kepada peneliti dalam proses pembelajaran

ii
4. Widy Markosia Wabula, SST.,M.Kes dan Ismiyanti H. Achmad, SST.,M.Keb

selaku penguji yang telah memberikan saran, masukan dan arahan kepada

peneliti guna perbaikan Laporan Tugas Akhir

5. Staf dosen Program Studi D-III Kebidanan Ambon yang telah memberikan

pelajaran serta bimbingan kepada peneliti dalam proses perkuliahan.

6. Ny.N selaku subjek penelitian dan Keluarga yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk menjadi subjektif kepada peneliti.

7. Orang Tua Tercinta, adik, sepupu, ponakan, (Bapak Syamsuddin, Mama

Marfiati, Adik Dimas, Alfa, Fafal, Sepupu Ayiti, Aisha, Maya, Putri, Mia, Indah,

Daya, Ponakan Windi, Naura, Yovan, dan seluruh keluarga besar La Ode

Dongka) yang telah memberikan doa, dukungan, bantuan, semangat dan

segala sesuatu yang peneliti perlukan dalam penyusunan Laporan Tugas

Akhir.

8. Teman-teman mahasiswa Prodi Kebidanan Ambon angkatan 2017 khususnya

(Sabila, Nira, Yumni, Kakak Isda) yang membantu memberikan masukan dan

dorongan dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan

semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Ambon, 10 Juni 2020

Peneliti

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

SINOPSIS ....................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan ...................................................... 7


B. Standar Asuhan Kebidanan.................................................... 50
C. Kewenangan Bidan................................................................. 54
D. Manajemen Asuhan Kebidanan.............................................. 60
E. Kerangka Pikir........................................................................
106
F. Kerangka Konsep ................................................................. 107

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 108


B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................ 108
C. Subjek Penelitian ................................................................... 108
D. Sumber Data dan Tekhnik Pengumpulan Data ...................... 109
E. Triangulasi Data......................................................................... 111
F. Bahan/Instrumen Data

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

iv
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 115
B. Tinjauan Kasus ........................................................................ 116
C. Pembahasan ............................................................................ 150
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 157


B. Saran ........................................................................................ 159

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Yang Serupa......................................................................... 6


2. Imunisasi TT.......................................................................................... 24
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu……………………..108
4. Pola kebiasaan sehari – hari………………………………………………..109
5. Susunan keluarga yang tinggal serumah………………………………….110

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir …………………………………………………………… 62


2. Kerangka Konsep.............................................................................. 63
3. Triangulasi Data................................................................................. 67

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Ijin Pengambilan Data Awal


2. Surat Ijin penelitian
3. Lembaran Konsul
4. Format Pengkajian Ibu Hamil
5. Dokumentasi kegiatan

viii
SINOPSIS
Laporan Tugas Akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang di lakukan
pada Ny N, asuhan yang di berikan di Puskesmas Nania Kota Ambon mulai dari 27
Januari sampai 10 Februari 2020, pengambilan data dilakukan secara langsung dan
melihat data rekam medik. Pendokumentasian dilakukan dengan menggunakan SOAP.
Asuhan kehamilan dilakukan sebanyak 3 kali pada usia kehamilan 26,30,36, minggu
dengan HPHT 14-05-2019 dan TP 21-02-2020 selama kunjungan ibu mengatakan tidak
ada keluhan. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
82 x/menit, suhu 36,8oC, P 21 x/menit . Diagnosa yang didapatkan dari hasil pemeriksaan
Ny N GII PI A0 umur kehamilan 36 minggu trimester III ibu dan janin baik, Rencana
asuhan yang akan diberikan : KIE tentang gizi ibu hamil,KIE tentang makanan yang
mengandung zat besi,anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe yang telah didapatkan
dari puskesmas, istirahat yang cukup, KIE tentang personal hygiene, KIE tentang tanda
bahaya kehamilan, KIE tentang tanda mulainya persalinan, KIE tentang KB.
Penatalaksanaan asuhan pada Ny N meliputi KIE tentang gizi ibu hamil,KIE
tentang makanan yang mengandung zat besi,anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe
yang telah didapatkan dari puskesmas, istirahat yang cukup, KIE tentang personal
hygiene, KIE tentang tanda bahaya kehamilan, KIE tentang tanda mulainya persalinan.
Saat persalinan, ibu bersalin normal dengan APN 60 langkah. Pada bayi baru lahir,
dilakukan asuhan BBL, berikan motivasi untuk ber-KB dan telah dijelaskan macam-
macam KB, keuntungan dan keterbatasan KB, meyakinkan tentang KB yang digunakan,.
Berdasarkan asuhan kebidanan komprehensif yang telah dilakukan Ny.N telah
mengerti dan mau melaksanakan semua yang telah di jelaskan oleh peneliti kemudian
peneliti melihat bahwa dari hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan semua
berjalan dengan normal dan tidak ada masalah.
Berdasarkan hasil asuhan kebidanan kehamilan yang telah dilakukan peneliti
pada Ny N ditemukan beberapa ketidaknyamanan yang di kategorikan dalam
ketidaknyamanan fisiologis, maka diharapakan klien dapat menerapkan konseling yang
telah diberikan selama dilakukan asuhan kebidanan sehingga kondisi ibu tetap baik dan
dapat mencegah terjadinya komplikasi hingga kematian.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis.

Asuhan kehamilan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan

untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan,

disamping itu juga untuk pertumbuhan dan kesehatan janin. Perawatan

kehamilan yang perlu diperhatikan yaitu perawatan diri (kulit, gigi mulut,

perawatan kuku, payudara, imunisasi, senam hamil, pemeriksaan

kehamilan, serta gizi untuk perkembangan janin). Perawatan kehamilan

dipengaruhi oleh faktor pendukung dan faktor faktor penguat, seperti

pengetahuan yang diperoleh melalui pemahaman tentang perawatan

kehamilan. Beberapa faktor yang berpengaruhi antara lain usia,

pendidikan, pekerjaan, paritas, dukungan keluarga, ekonomi, dan

persiapan untuk persalinan (Muhimah dan Safe’i, 2015).

Berdasarkan data dariWorld Health Organization (WHO) tahun 2015

Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000

kelahiran hidup dan angka kematian neonatal turun 47% antara tahun

1990- 2015, yaitu dari 36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran

hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI )

tahun 2016-2017, Kementrian Kesehatan menunjukan angka kematian

bayi dan ibu saat melahirkan mengalami penurunan sejak 2015 hingga

semester pertama 2017. Jumlah kasus kematian bayi turun dari 33.278

kasus pada 2015 menjadi 32.007 kasus pada tahun 2016. Sementara

1
2

hingga pertengahan tahun 2017 tercatat sebanyak 10.294 kasus

kematian bayi. Demikian pula dengan angka kematian ibu saat melahirka

turun turun dari 4.999 kasus pada 2015 terjadi 4.912 kasus ditahun 2016.

Hingga tahun 2017 terjedi 1.712 kasus kematian ibu saat proses

persalinan. Kemenkes juga mencatat cakupan program Imunisasi Dasar

Lengkap (IDL) yang pada tahun 2015 4.139.072 bayi. Sedangkan capaian

hingga tahun 2017 sebanyak 1.773.440 bayi (Kemenkes RI,2017).

Menurut laporan rutin prograk kesehatan ibu di dinas kesehatan

provinsi Maluku tahun 2017 AKI 149 per 100.000 kelahiran hidup,

menjelaskan bahwa penyebab kematian ibu masih didominasi oleh

perdarahan (43,,28%), hipertensi dalam kehamilan (10,44%), infeksi

(11,49%), gangguan peredaran darah (5,97%), infeksi (11,94%), dan

selain itu juga kematian ibu disebabkan oleh penyebab lain-lain sebesar

(28,35%), sedangkan AKB 5 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Provisi

Maluku, 2017).

Sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian

Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood

initiative, sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan

perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama

kehamilan dan persalinannya. Upaya tersebut dilanjutkan dengan

program Gerakan Sayang Ibu tahun 1996 oleh Presiden Republik

Indonesia. Upaya lain juga telah dilakukan yaitu strategi Making

Pregnancy Safer yang dicanangkan tahun 2000. Pada tahun 2012

Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and

Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan AKB


3

sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu

dan angka kematian neonatal dengan cara meningkatkan kualitas

pelayanan emergensi obstetric dan bayibaru lahir minimal di 150 Rumah

Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Komprehensip (PONEK), 300

Puskesmas/Balkesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar

(PONED) dan memperkuat system rujukan yang efisien dan efektif antar

puskesmas dan rumah sakit. Dalam Rencana Strategis Kementrian

Kesehatan 2015-2019 salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah

meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat dengan

target salah satu indikatornya, yaitu AKI pada tahun 2019 turun menjadi

306/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin

agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang

berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan

kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan

khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta pelayanan keluarga

berencana (Kemenkes RI,2015).

Oleh karena itu untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI

salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau

Continuity of Care.Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai

ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan

bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga professional

kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal


4

kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6

minggu pertama postpartum (Pratami, 2015).

Implementasi model pembelajaran klinik Continuity of Care, dapat di

evaluasi bahwa tidak terjadi kematian (zero maternal mortality), dari 108

ibu hamil yang menjadi kasus dan 1 kematian neonates akibat persalinan

prematur (Yanti, 2015).

Menurut data yang penulis dapatkan di Puskesmas Nania Kecamatan

Baguala Kota Ambon mulai dari januari sampai desember 2018, jumlah

ibu hamil K1 354 orang, jumlah ibu hamil K4 338 orang, jumlah ibu

bersalin 324 orang, ibu nufas 318 orang, BBL 324 orang dan jumlah

aksepteor KB aktif 2129 yang menggunakan IUD 43 orang, implant 18

orang, suntuk 1343 orang, pil610 orang dan kondom 49 orang.

Sedangkan data januari sampai desember 2019, jumlah ibu hamil K1 298

orang, jumlah ibu hamil K4 276 orang, jumlah ibu bersalin 267 orang,

jumlah bayi baru lahir 269 orang, ibu nifas 263 orang, dan jumlah

akseptor KB aktif 2162 yang menggunakan IUD 42 orang MOW 154

orang, implant 25 orang, suntikan 1423 orang dan pil 604 orang

(Puskesmas Nania).

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyusun sebuah kasus untuk

dijadikan sebagai Laporan Tugas Akhir (LTA), dengan judul “Asuhan

Kebidanan Kehamilan Pada Ny. N Di Wilayah Kerja Puskesmas Nania

Kota Ambon”.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi perumusan

masalah adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan komprehensif pasa Ny.

“N” di wilayah kerja puskesmas Nania Ambon Kecamatan Baguala Kota

Ambon

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara

komperensif sesuai standar pelayanan kebdanan pada Ny “N sejak

masa hamil,nifas dan bayi baru lahir dengan menggunakan

manajemen pendokumentasian 7 langkah Varney dan SOAP

2. Tujuan khusus

Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan pada ibu hamil Ny.”N” di

Wilayah Kerja Puskesmas Nania Kecamatan Baguala Kota Ambon

dengan menggunakan pendokumentasian 7 langkah Varney dan

SOAP

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi

perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan

kebidanan komprehensif

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kesehatan


6

Untuk mempraktikan teori yang di dapat secara langsung di

lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

besalin, nifas dan bayi baru lahir

b. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak

pendidikan untuk menambah referensi yang dapat dijadikan

acuan bagi mahasiswa dalam melaksanakan asuhan kebidanan

pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB

c. Bagi Klien dan Masyarakat

Diharapkan klien memiliki pengetahuan dan mampu mengenal

tanda bahaya sehingga sedini mungkin dapat mengambil

keputusan untuk mendapatkan pertolongan dalam masalah

kegawat daruratan

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1

Penelitian yang serupa

No Peneliti/tahun Judul Desain Hasil


penelitian penelitian
1 Septini Asuhan Studi Asuhan Setelah melakukan
Karepesina Kebidanan Kebidanan asuhan kebidanan
( 2019 ) Komprehensif Komprehensif komprehensif pada
pada Ny. T di Ny S penulis dapat
Puskesman mengetahui
Perawatan pelaksanaan
Waai asuhan kebidanan
dengan
pelaksanaan
asuhan Kebidanan
7

Komprehensif
2 Irene Asuhan Studi Asuhan Setelah melakukan
Warawari kebidanan Kebidanan asuhan kebidanan
( 2019 ) komprehensif Komprehensif komprehensif pada
pada Ny.S Ny. T penulis dapat
diwilayah mengetahui
kerja pelaksanaan
Puskesmas asuhan kebidanan
Nania Ambon dengan
pelaksanaan
asuhan kebidanan
komprehensif pada
Ny.T tidak
titemukan
perbedaan
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

Menurut (Saifuddin, 2010). Masa kehamilan dimulai dari


konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya lahir normal adalah 280
hari (40 minggu atau sembilan bulan tujuh hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir dibagi dalam tiga trimester, trimester pertama
dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan, trimester kedua dari
bulan keempat sampai enam bulan, trimester ketiga dari bulan
ketujuh sampai sembilan bulan
Pengertian lain di kemukakan oleh muhimah (2018)
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang
tumbuh di dalam ra-him ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat
pertumbuhan dan besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada setiap
dilakukan pemeriksaan kehamilan.
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2016).
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan
bahwa kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi
(pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan.
2. Tanda-Tanda Kehamilan

Tanda hamil adalah perubahan fisiologis yang timbul selama


hamil. Terdapat tiga tanda kehamilan, yaitu persumtif (perubahan
yang dirasakan wanita), kemungkinan hamil (perubahan yang bisa
diobservasi pemeriksa), dan tanda pasti kehamilan
(Intan 2015).
1) Tanda-Tanda Persumtif Kehamilan

a) Amenorea (terlambat datang bulan)


9

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi


pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir menggunakan
perhitungan rumus Neagle, dapat ditentukan perkiraan
persalinan.
b) Mual dan Muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan


pengeluaran asam lambung yang berlebihan, mual dan
muntah terutama di pagi hari disebut morning sickness. Dalam
batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual
muntah, nafsu makan berkurang.
c) Ngidam

Wanita hamil sering makan makanan tertentu,


keinginan yang demikian disebut ngidam.
d) Sinkope atau Pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi di daerah kepala


(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat
menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu.
e) Payudara Tegang

Pengaruh estrogen-progesteron dan somatotropin


menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang, ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
f) Sering Miksi (berkemih)

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung


kemih terasa penuh dan sering miksi. Pada trimester kedua,
gejala ini sudah menghilang.
g) Konstipasi dan Obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic


usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h) Pigmentasi Kulit

Keluarnya Melanophore Stimulating Hormone (MSH)


dan mempengaruhi hipofisis anterior menyebabkan
pigmentasi kulit di sekitar pipi (cloasma garvidarum), pada
dinding perut (striae lividae, striae nigrae, linea alba makin
hitam), serta sekitar payudara (hyperpigmentasi areola
mammae), puting susu semakin meononjol.
10

i) Epulsi

Hipertrofi gusi yang disebut epulsi, dapat terjadi bila hamil.

j) varises atau penampakan pembuluh darah vena

Oleh karena pengaruh dari estrogen dan progesteron


terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi
mereka yang mempunayai bakat. Penampakan pembuluh
darah itu terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki, dan betis
serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat
menghilang setelah persalinan.
2) Tanda Tidak Pasti Kehamilan

a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan.

b) Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda

Chadwick, tanda piscasek, kontraksi Braxton hicks, teraba

ballottement.

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian

kemungkinan positif palsu.

3) Tanda Pasti Kehamilan

a) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Dapat didengar dengan stetoskop leanec pada umur


kehamilan 17 sampai 18 minggu. Pada orang gemuk lebih
lambat. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), denyut jantung
janin dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12.
Auskultasi pada janin dilakukan dengan mengidentifikasi
bunyi-bunyi yang lain seperti bising tali pusat, bising uterus,
dan nadi ibu.

b) Palpasi

Hal yang harus ditentukan adalah outline janin.


Biasanya menjadi jelas setelah minggu ke-22. Gerakan janin
dapat dirasakan dengan jelas minggu ke-24
(Manuaba, 2011).
3. Perubahan Fisiologi Dalam Kehamilan
11

Berikut beberapa perubahan fisiologi yang terjadi pada wanita


hamil :
1) Perubahan Pada Sistem Reproduksi

a) Vagina dan Vulva

Hormon estrogen memengaruhi sistem reproduksi


sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan hyperemia
pada vagina dan vulva. Peningkatan vaskularisasi
menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut
dengan tanda Chadwick. Perubahan pada dinding vagina
meliputi peningkatan ketebalan mukosa, pelunakan jaringan
penyambung, dan hipertrofi otot polos. Akibat peregangan otot
polos menyebabkan vagina menjadi lebih lunak. Perubahan
yang lain adalah peningkatan secret pada vagina dan mukosa
vagina metabolisme glikogen. Metabolisme ini terjadi akibat
peningkatan hormon estrogen. Peningkatan lactobacillus
menyebabkan metabolisme meningkat. Hasil metabolisme
(glikogen) menyebabkan pH menjadi lebih asam (5,2-6).
Keasaman vagina berguna untuk mengontrol pertumbuhan
bakteri pathogen.
b) Serviks

Perubahan serviks merupakan akibat pengaruh hormon


estrogen sehingga menyebabkan masa dan kandungan air
meningkat. Peningkatan vaskularisasi dan edema,
hyperplasia dan hipertrofi kelenjar serviks menyebabkan
serviks menjadi lunak (tanda Goodell) serta serviks berwarna
kebiruan (tanda Chadwick). Akibat pelunakan ismus maka
terjadi antefleksi uterus berlebihan pada tiga bulan pertama
kehamilan.

c) Uterus

Bentuk uterus yang seperti buah avokad kecil pada saat


sebelum hamil akan berubah bentuk menjadi globuler pada
awal kehamilan dan avoid (membulat) apabila kehamilan
memasuki trimester kedua. Setelah kehamilan tiga bulan,
volume uterus menjadi cepat bertambah sebagai akibat
pertumbuhan yang cepat pula dari konsepsi dan produk
ikutannya. Seiring dengan semakin membesarnya uterus,
korpus uteri dan fundus semakin keluar dari rongga pelvic
sehingga lebih sesuai untuk disebut sebagai organ abdomen.

(Prawirohardjo, 2014)
12

Pertumbuhan uterus dimulai setelah implantasi dengan


proses hyperplasia dan hipertrofi sel. Hal ini terjadi akibat
pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Penyabab
pembesaran uterus antara lain sebagai berikut:
(1) peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
(2) hiperplasia dan hipertrofi, (3) perkembangan desidua.
Fundus uteri dan serviks mudah difleksikan disebut tanda
Mc Donal. Korpus uteri dan serviks melunak dan membesar
pasca umur kehamilan minggu kedelapan yang disebut tanda
hegar. Sementara posisi rahim pada awal kehamilan adalah
antefleksi atau retrofleksi, pada umur kehamilan 20 minggu
rahim berada dalam rongga pelvis dan setelahnya memasuki
rongga perut. (Intan Kumalasari, 2017)

Tabel 2.1

Tinggi Fundus Uteri Selama Kehamilan

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


12 minggu 3 jari di atas simfisis
16 minggu Pertengahan simfisis pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat-prosesusxifodeus
36 minggu 3 jari di bawah prosesusxifodeus
40 minggu Pertengahan pusat-prosesusxifodeus

dan kepala sudah masuk PAP


Sumber : Handbook for Health Student, 2015

Gambar 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Umur Kehamilanya.


13

d) Ovarium

Selama kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilan


masih terdapat korpus luteum graviditatum dengan diameter
sebesar 3cm. Setelah plasenta terbentuk korpus luteum
graviditatum mengecil dan korpus luteum mengeluarkan
hormon estrogen dan progeprsteron.
2) Perubahan Kardiovaskuler

a) Volume darah ibu meningkat sekitar 30-50% pada kehamilan

tunggal dan 50% pada kehamilan kembar, biasanya karena

adanya retensi garam dan air yang disebabkan sekresi

aldosteron dari adrena oleh estrogen. Cardiac output

meningkat kurang lebih 30%, pompa jantung meningkat 30%

setelah kehamilan 12 minggu dan kemudian melambat hingga

umur kehamilan 32 minggu. Setelah itu volume darah menjadi

relatif stabil.

b) Penekanan pada vena cava (aliran balik vena) dapat

menyebabkan hipotensi anterial dan wanita dapat menjadi

pingsan atau kehilangan kesadaran. Hal ini dapat diatasi

dengan berbaring miring atau duduk.

3) Perubahan Pada Sistem Pernafasan

a) Timbul keluhan sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan

karena usus yang tertekan ke arah diafragma akibat

pembesaran rahim.

b) Volume tidal (Volume udara yang diinspirasi/diekspirasi setiap

kali bernapas normal) meningkat. Hal ini dikarenakan


14

pernapasan cepat dan perubahan bentuk rongga toraks

sehingga oksigen dalam darah meningkat.

4) Perubahan Pada Ginjal

a) Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring

darah yang volumenya meningkat sampai 30-50% atau lebih,

yang puncaknya terjadi pada kehamilan 16-24 minggu sampai

sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke

ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).

b) Terjadi miksi (berkemih) sering pada awal kehamilan karena

kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini

akan menghilang pada trimester ketiga kehamilan dan di akhir

kehamilan gangguan ini muncul kembali karena turunnya

kepala janin ke rongga panggul yang menekan kandung

kemih.

5) Sistem Endokrin

Kehamilan mempengaruhi hampir semua hormon di dalam


tubuh (Intan Kumalasari, 2015).
a) Ovarium dan plasenta

Korpus luteum mulai menghasilkan estogen dan


progesteron dan setelah plasenta terbentuk menjadi sumber
utama kedua hormon tersebut. HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) adalah hormon utama yang dihasilkan oleh
plasenta yang berperan mencegah ovulasi dan merangsang
pembentukan estrogen serta progesteron oleh ovarium untuk
mempertahankan kehamilan. Selain itu plasenta juga
menghasilkan Human Placental Lactogen (HPL), atau Human
Chorionic Somatomammotropin (HCS), Human Chorionic
Thyrotropin (HCT), dan Melanocyte-stimulating hormone
yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap saat kehamilan.
b) Kelenjar Tiroid
15

Kelenjar tiroid menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang


lebih aktif menyebabkan denyut jantung yang cepat, jantung
berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebih, dan perubahan
suasana hati, selain itu juga bisa terjadi pembesaran kelenjar
tiroid akan tetapi hipertiroidisme (overaktivitas kelenjar tiroid)
hanya terjadi pada kurang dari 1% kehamilan.
c) Kelenjar Paratiroid

Ukurannya meningkat karena kebutuhan kalsium janin


meningkat sekitar umur kehamilan 15-16 minggu. Oleh karena
hormon ini untuk mempertahankan kecukupan kalsium dalam
darah maka tanpa hormon ini metabolisme tulang dan otot
terganggu.
d) Pankreas

Sel-sel tumbuh dan menghasilkan lebih banyak insulin


untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Oleh karena itu,
penderita diabetes yang sedang hamil bisa mengalami gejala
diabetes yang lebih buruk.
e) Kelenjar Pituitarin

Pada lobus anterior mengalami sedikit pembesaran


dan terus menghasilkan semua hormon tropik, tetapi dengan
jumlah yang sedikit berbeda. Folicel Stimulating Hormone
(FSH) ditekan oleh Hormone Chorion Gonadotropin (HCG).
Hormon pertumbuhan berkurang dan hormon melanotropik
meningkat. Pembentukan prolaktin meningkat selama
kehamilan dan persalinan. Oksitosin meningkat dan
menstimulasi kontrakssi otot uterus.
6) Perubahan Sistem Integumen

a) Payudara biasanya membesar disebabkan karena hipertrofi

alveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-

gambaran dari vena yang meluas. Puting susu biasanya

membesar dan berwarna lebih gelap serta sering

mengeluarkan kolostrum. Perubahan payudara ini disebabkan

karena pengaruh hormon.

b) Pigmentasi mengalami pengumpulan pigmen di tiga area yaitu

linea nigra (garis gelap mengikuti medline/garis tengah


16

abdomen), topeng kehamilan (cloasma) adalah bintik-bintik

pigmen kecolatan yang tampak di kulit kening dan pipi dan

peningkatan pigmentasi di sekitar puting susu (areola).

c) Spider angioma (pembuluh darah kecil yang memeberi

gambaran seperti laba-laba) bisa muncul di kulit, biasanya di

atas pinggang. Sementara itu, pelebaran pembuluh darah kecil

yang berdinding tipis sering kali tampak di tungkai bawah.

d) Strie gravidarum yaitu tanda regangan yang dibentuk akibat

serabut-serabut elastik dari lapisan kulit terdalam terpisah dan

putus. Hal ini mengakibatkan pruritus atau rasa gatal.

e) Perspirasi dan sekresi kelenjar lemak

Kelenjar sebasea atau kelenjar keringat menjadi lebih aktif


akibatnya ibu hamil mungkin mengalami gangguan bau badan,
banyak mengeluarkan keringat dan berminyak.
4. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Selama Kehamilan

1) Trimester Pertama

Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa


penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam
keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai
calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya.
Banyak wanita merasa butuh dicintai, libido sangat dipengaruhi
kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan,
kekhawatiran dan ini adalah normal dari preoses kehamilan
trimester pertama.
2) Trimester Kedua

Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran


kesehatan, saat ibu merasa sehat. Trimester ini umumnya wanita
sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan
kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang
lebih tinggi serta ibu sudah menerima kehamilanya dan mulai
dapat menggunakan energi serta pikirannya secara konstruktif.
3) Trimester Ketiga
17

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.


Trimester ketiga adalah waktu untuk memepersiapkan kelahiran
dan kedudukan sebagai orang tua (Intan Kumalasari, 2015).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan

1) Faktor Fisik

a) Status kesehatan : kondisi kesehatan sangat penting dalam

kehamilan, baik kondisi kesehatan sebelum atau selama

kehamilan. Serangan penyakit sebelum dan selama hamil

yang dapat membahayakan janin terbagi atas dua kategori

utama yaitu penyulit umum seperti diabetes, anemia berat,

penyakit ginjal kronik dan penyakit menular seperti rubella,

sifilis, dan HIV/AIDS.

b) Status Gizi : selama masa kehamilan ibu merupakan sumber

nutrisi bagi bayi yang dikandungnya. Apa yang ibu makan

akan mempengaruhi kondisi bayi. Apabila wanita hamil

memiliki status gizi yang kurang maka beresiko memiliki bayi

dengan kondisi kesehatan yang buruk dan wanita dengan

status gizi yang baik maka akan melahirkan bayi yang sehat.

c) Gaya Hidup : seperti perokok, mengonsumsi obat-obatan,

alkohol adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan

bayinya (Ai Yeyeh Rukiyah, 2009).

2) Faktor Psikologis

a) Stressor internal dan eksternal : faktor yang mempengaruhi

dari dalam diri ibu dapat berupa latar belakang kepribadian ibu

dan pengaruh perubahan hormonal sedangkang faktor yang

mempengaruhi dari luar diri ibu dapat berupa pengalaman ibu


18

misalnya mengalami masa anak-anak yang bahagia dan

mendapatkan cukup cinta kasih.

b) Dukungan keluarga : seperti memberikan dukungan pada ibu

untuk menerima kehamilanya, menerima dan mempersiapkan

peran sebagai ibu, memberi dukungan untuk menghilangkan

rasa takut dan cemas terhadap persalinan dan menciptakan

ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungnya.

c) Dukungan suami : wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh

pasanganya selama kehamilan akan menunjukkan lebih

sedikit gejala emosi dan fisik serta lebih mudah melakukan

penyesuaian diri selama kehamilan.

3) Faktor Lingkungan

a) Faktor lingkungan antara lain kemiskinan, kurangnya

pelayanan medis, kurang pendidikan dan pengetahuan,

termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang

membahayakan dan merugikan.

b) Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu

mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan

kehamilanya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman.

c) Sosial ekonomi berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan ibu selama kehamilan, persiapan kelahiran, obat-

obatan, tenaga kesehatan dan transportasi/sarana angkutan.

6. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

Kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat diperlukan yaitu meliputi


oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian, eliminasi seksual,
mobilisasi dan body mekanik, exercise/senam hamil, istirahat/tidur,
imunisasi, traveling, persiapan laktasi, persiapan kelahiran bayi,
19

memantau kesejahteraan bayi, ketidaknyamanan dan cara


mengatasinya, kunjungan ulang, pekerjaan dan tanda bahaya dalam
kehamilan.
1) Oksigen, kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada

manusia termasuk ibu hamil, berbagai gangguan pernafasan

biasa terjadi saat hamil sehingga akan menggangu pemenuhan

kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi

yang dikandung. Untuk mencegah hal tersebut di atas dan untuk

memenuhi kebutuhan oksigen pada ibu hamil perlu melakukan ;

a) latihan nafas melalui senam hamil, b) tidur dengan bantal yang

lebih tinggi, c) makan tidak terlalu banyak, d) kurangi atau

hentikan merokok, e) konsul ke dokter bila ada kelainan atau

gangguan pernafasan seperti asma dan lain-lain.

2) Nutrisi, pada waktu hamil ibu harus makan makanan yang

mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti

makanan yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan

hingga 300 kalori per hari, ibu hamil harusnya mengonsumsi

makanan yang mengandung protein, zat besi dan minum cukup

cairan (menu seimbang).

a) Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Trimester Pertama

(1) Minggu pertama sampai minggu keempat

Selama trimester pertama (hingga minggu ke-12)


ibu harus mengkonsumsi berbagai jenis makanan
berkalori tinggi untuk mecukupi kebutuhan kalori yang
bertambah 170 kalori (setara satu porsi nasi putih).
Tujuannya agar tubuh mengahsilkan cukup energi yang
diperlukan janin yang terbentuk pesat. Konsumsi minimal
2000 kilo kalori/hari. Penuhi melalui aneka sumber
karbohidrat (nasi, mie, roti, sereal dan pasta), dilengkapi
sayuran, buah, daging-dagingan atau ikan-ikanan, susu
dan produk olahannya.
20

(2) Minggu kelima

Agar asupan kalori terpenuhi meski dilanda mual


dan muntah makan dalam porsi kecil tapi sering,
Konsumsi makanan selagi segar atau panas. Contoh
porsi yang dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi perhari pada trimester pertama antara lain; roti,
sereal, nasi enam porsi, buah tiga sampai empat porsi,
sayuran empat porsi, daging dan sumber protein lainnya
dua sampai 3 tiga porsi, susu atau produk olahannya tiga
samapi 4 empat porsi, cemilan dua sampai tiga porsi.
(3) Minggu ketujuh

Konsumsi aneka jenis makanan sumber kalsium


untuk menunjang pembentukan tulang kerangka tubuh
janin yang berlangsung saat ini. Kebutuhan kalsium anda
1000mg/hari, didapat dari keju 2/4 cangkir, keju parmesan
atau romano satu ons, keju cheddar 1,5 ons, curstard
atau pudding susu satu cangkir, susu (full cream, skim)
8ons, yoghurt satu cangkir.

(4) Minggu kesembilan

Penuhi kebutuhan asam folat 0,6 mg/hari diperoleh


dari hati, kacang kering, telur, brokoli, aneka produk
whole grain, jeruk dan jus jeruk. Konsumsi juga Vitamin C
untuk pembentukan jaringan tubuh janin, penyerapan zat
besi dan mencegah preeklamsia. Sumbernya ; satu
cangkir stroberi (94 mg) ½ cangkir brokoli (58 mg).
(5) Minggu ke-10

Pada minggu ini protein dibutuhkan untuk


memperoleh asam amino bagi pembentukan otak janin
ditambah kolin dan DHA untuk membentuk sel otak baru.
Sumber kolin yaitu susu, telur, kacang-kacangan, daging
sapi dan roti gandum. Sumber DHA yaitu ikan, kuning
telur, produk unggas, daging.
(6) Minggu ke-12

Pada minggu ini Vitamin yang dibutuhkan adalah


vitamin A, B1, B2, B3, dan B6, semuanya untuk
membantu proses tumbuh kembang, vitamin B12 untuk
membentuk sel darah baru, vitamin C untuk penyerapan
zat besi, vitamin B untuk pembentukan tulang dan gigi,
vitamin E untuk metabolism dan perlu mengkonsumsi zat
21

besi karena volume darah pada minggu ini akan


meningkat 50%. Zat besi berguna untuk memproduksi
sel darah merah.

b) Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Trimester Kedua

Pada trimester kedua, ibu dan janin mengalami lebih


banyak lagi kemajuan dan perkembangan. Kebutuhan gizi
juga samakin meningkat seiring dengan semakin besarnya
kehamilan.
(1) Minggu ke-13

Kurangi atau hindari minum kopi sebab kafeinnya


(juga terdapat di teh, kola dan cokelat) beresiko
menggangu perkembangan sistem saraf pusat janin yang
mulai berkembang.
(2) Minggu ke-14

Pada minggu ini ibu perlu menambah asupan


300 kalori/hari untuk tambahan energi yang dibutuhkan
untuk tumbuh kembang janin. Penuhi antara lain dari dua
cangkir nasi atau penggantinnya. Juga perlu lebih banyak
ngemil tiga sampai empat kali sehari porsi sedang.
(3) Minggu ke-17

Makan sayur dan buah serta cairan untuk


mencegah sembelit. Penuhi kebutuhan cairan tubuh yang
meningkat, pastikan minum enam sampai delapan gelas
air setiap hari, selain itu konsumsi sumber zat besi (ayam,
daging, kuning telur, buah kering, bayam) dan vitamin C
untuk mengoptimalkan pembentukan sel darah merah
baru, karena jantung dan sistem peredaran darah janin
sedang berkembang.
(4) Minggu ke-24

Batasi garam karena memicu tekanan darah tinggi


dan mencetus kaki bengkak akibat menahan cairan
tubuh. Bila ingin jajan atau makan di luar pilih yang
bersih, tidak hanya kaya karbohidrat tapi bergizi lengkap,
tidak berkadar garam dan lemak tinggi (misalnya
gorengan dan junk food) bila mungkin pilih yang kaya
serat.
(5) Minggu ke-28

Konsumsi aneka jenis sea food untuk memenuhi


kebutuhan asam lemak omega3 bagi pembentukan otak
22

dan kecerdasan otak janin. Vitamin E sebagai anti


oksidan harus dipenuhi pula. Pilihannya adalah bayam
dan buah kering.
c) Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Trimester Ketiga

Pada trimester ini ibu hamil butuh bekal energi yang


memadai, selain untuk mengatasi beban yang kian berat juga
sebagai cadangan energi untuk persalinan kelak. Itulah
sebabnya pemenuhan gizi seimbang tidak boleh
dikesampingkan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pertumbuhan otak janin akan terjadi cepat sekali pada
dua bulan terakhir menjelang persalinan. Karena itu jangan
sampai kekurangan gizi.

3) Personal hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang


dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi
karena badan yang kotor yang banyak mengandung kuman-
kuman. Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang
wanita dimana, dengan adanya proses ini terjadi perubahan-
perubahan yang meliputi perubahan fisik, mental, psikologis dan
sosial.
4) Pakaian, pemakaian pakaian yang kurang tepat akan

mengakibatkan ketidaknyamanan. Adapun kriteria pakaian ibu

hamil yaitu : a) pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan

yang ketat pada daerah perut, b) bahan pakaian yang menyerap

keringat, c) memakai bra yang menyokong payudara, d) memakai

sepatu dengan hak rendah, e) pakaian dalam yang selalu bersih.

5) Eliminasi (BAK/BAB)

6) Seksual, hubungan seks selama hamil tidak dilarang selama tidak

ada riwayat penyakit seperti : a) sering abortus dan kelahiran

prematur, b) perdarahan pervaginam, c) koitus harus dilakukan

dengan hati-hati terutama minggu terakhir kehamilan, d) bila


23

ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan

infeksi janin intrauterin.

7) Mobilisasi

8) Senam hamil, bertujuan untuk mempersiapkan otot-otot sehingga

dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan normal serta

mengimbangi perubahan titik berat tubuh.

9) Istirahat/ tidur, posisi tidur yang yang dianjurkan pada ibu hamil

adalah miring kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan

diganjal dengan bantal.

10) Imunisasi, imunisasi yang diberikan adalah imunisasi TT (tetanus

toxoid).

11) Traveling, bertujuan untuk menyegarkan pikiran dan perasaan

misalnya dengan mengunjungi objek wisata atau keluar kota.

12) Persiapan laktasi

13) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi, misalnya seperti biaya

dan tempat serta penolong persalinan, baju ibu dan bayi serta

perlengkapan lainya, anggota keluarga yang dijadikan sebagai

pengambil keputusan.

7. Perawatan Selama Kehamilan (Ante Natal Care)

Perawatan kehamilan adalah perawatan yang ditunjukan


kepada ibu hamil, yang bukan hanya apabila ibu sakit dan
memerlukan perawatan melainkan juga pengawasan dan penjagaan
wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu
dan anak sehat (Intan Kumalasari, 2015).
Adapun tujuan ANC adalah sebagai berikut : 1) memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi, 2) meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, mental, dan sosial ibu serta bayi, 3) mengenali secara dini
adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
24

dan pembedahan, 4) mempersiapkan persalinan cukup bulan,


melahirkan dengan selamat, ibu dengan bayinya dengan trauma
seminimal mungkin, 5) mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal
dan pemberian ASI ekslusif, 6) mempersiapkan peran ibu dan
keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
Sesuai dengan evidence based praktik, pemerintah telah
menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut :
1) Kunjunga ANC minimal empat kali kunjungan, Ibu hamil

memerlukan paling sedikit empat kali kunjungan selama periode

antenatal, yaitu sebagai berikut : a) satu kali kunjungan selama

trimester satu (< 14 minggu), b) satu kali kunjungan selama

trimester dua (14-28 minggu ), c) dua kali kunjungan selama

trimester tiga (pada 28-36 minggu).

2) Pemberian suplemen mikronutrien, tablet yang mengandung

FeSO4, 320 mg (setara dengan zat besi 60 mg) dan asam folat

500 gr. Sebanyak satu tablet per hari dan pemberian selama

90 hari (3 bulan).

3) Imunisasi TT, imunisasi adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya untuk pencegahan terhadap infeksi

tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah

dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

Tabel 2.2
Imunisasi Tetanus Toksoid pada Ibu Hamil

TT Interval Lama %
25

perlindungan Perlindungan
Kunjungan ANC
TT 1 - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80 %
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95 %
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99 %
25 tahun/
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 %
seumur hidup
Sumber : Ina Kuswanti, 2014

4) 14 T dalam Pemeriksaan Kehamilan dan Empat Terlalu

Pada pemeriksaan kehamilan bidan memeriksa 14 T yaitu :


a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Tekanan darah, apabila tekanan darah melebihi 140/90 mmHg,

maka perlu diwaspadai adanya preeklamsia.

c) Tinggi Fundus Uteri bertujuan mengetahui umur kehamilan

berdasarkan minggu.

d) Tetanus Toksoid (suntik TT).

e) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.

f) Test terhadap penyakit menular seksual.

g) Temu wicara/konseling.

h) Pemeriksaan Hb, untuk mengetahui apakah ibu mengalami

anemia atau tidak, pemeriksaan dilakukan pada kunjungan

awal dan minggu ke 28 kehamilan.

i) Pemeriksaan protein urin, untuk mendeteksi gejala

preeklamsia.

j) Test reduksi urin, pada ibu dengan riwayat diabetes mellitus.

k) Perawatan payudara.

l) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil).


26

m) Terapi yodium kapsul, diberikan pada ibu hamil dengan

kekurangan yodium di daerah endemis.

n) Terapi obat malaria, diberikan pada ibu hamil pendatang dari

daerah malaria.

Standar minimal yang diberikan dalam asuhan kehamilan


meliputi “7T” yaitu : 1) Timbang Berat Badan, 2) Tinggi Fundus
Uteri, b) Tekanan Darah, 3) Tetanus Toksoid, 4) Tablet Fe, 5) Tes
Penyakit Menular Seksual, 6) Temu wicara/ konseling.

Konseling pada saat kehamilan tentang bahaya empat


Terlalu, yaitu : 1) Terlalu muda dimana ibu hamil dengan usia
kurang dari 20 tahun, 2) terlalu tua, dengan usia saat hamil lebih
dari 35 tahun, 3) Terlalu sering hamil, dengan jarak tiap anak
kurang dari 2 tahun, 4) terlalu banyak anak, lebih dari empat anak.

Pemeriksaan hemoglobin dalam kehamilan, anemia dalam


kehamilan ditetapkan dengan kadar Hb <11 g% pada trimester
pertama dan ketiga, atau Hb <10,5 g% pada trimester kedua.

5) Hipotensi pada saat berbaring terlentang, keadaan tersebut lebih

dikenal dengan supine hypotensif syndrome yang dapat

mengakibatkan Denyut Jantung Janin (DJJ) abnormal. Namun

apabila posisi terlentang dibutuhkan maka dianjurkan untuk

meletakkan bantal kecil di bawah sisi kiri punggung bawah.

8. Konsep Dasar Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah pngeluaran janin yang terjadi pada


kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa
komplikasi baik ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2014).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pelepasan dan pengeluaran plasenta serta selaput janin dari
tubuh ibu (Kumalasari, 2015).
27

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan


pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Yanti, 2009).
Pengertian persalinan dapat diartikan menjadi tiga bagian
menurut cara persalinan :
1) Persalinan normal atau disebut juga persalinan spontan, proses

kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri dan berlangsung tanpa

bantuan alat.

2) Persalinan abnormal/buatan, persalinan pervaginam dengan

bantuan alat.

3) Persalinan anjuran, persalinan yang berlangsung setelah

dilakukan rangsangan.

b. Penyebab Persalinan

Persalinan dapat terjadi karena beberapa faktor. Penurunan


fungsi plasenta ditandai dengan penurunan kadar progesteron dan
esterogen secara mendadak sehingga nutrisi janin dari plasenta
berkurang yang dapat menimbulkan persalinan. Selain itu, tekanan
pada ganglion servicale pleksus frankenhauser menjadi stimulator
bagi kontraksi otot polos uterus untuk terjadi persalinan. Faktor lain
adalah iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan
beban uterus yang semakin merangsang terjadinya kontraksi.
Peningkatan beban atau stress pada maternal maupun fetal dan
peningkatan estrogen yang mengakibatkan peningkatan aktivitas
kortison, prostaglandin, oksitosin menjadi pencetus rangsangan untuk
terjadinya persalinan (Nurul Jannah, 2015).
c. Tanda Persalinan

Persalinan yang sudah dekat ditandai dengan adanya


lightening atau settling atau dropping dan terjadi his palsu. Persalinan
ditandai dengan his persalinan yang mempunyai ciri seperti :
1) pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, 2) his bersifat
teratur, interval semakin pendek dan kekuatan semakin besar,
3) mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, 4) semakin
beraktivitas (jalan) semakin bertambah kekuatan kontraksinya. Selain
his, persalinan ditandai juga dengan pengeluaran lendir dari kanalis
servikalis karena terjadi pembukaan dan pengeluaran darah
dikarenakan pembuluh darah pecah.
28

Persalinan juga dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan


ketuban yang sebagian besar baru pecah menjelang pembukaan
lengkap dan tanda inpartu meliputi adanya his, bloody show,
peningkatan rasa sakit, perubahan bentuk serviks, pendataran
serviks, pembukaan serviks (dilatasi), pengeluaran cairan yang
banyak atau selaput ketuban yang pecah dengan sendirinya
(Nurul Jannah, 2015).
d. Tahapan Persalinan

Persalinan di bagi menjadi empat tahap yaitu sebagai berikut :


1) Kala I (Pembukaan)

Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan


meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase yaitu
sebagai berikut:
a) Fase Laten : dimulai sejak awal berkontraksi uterus yang

menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks hingga

kurang lebih 3 cm, pada umumnya fase laten berlangsung

dalam 7-8 jam.

b) Fase Aktif : berlangsung selama enam jam dan dibagi atas

tiga sub fase yaitu sebagai berikut : (1) Periode akselerasi :

berlangsung selama dua jam, pembukaan menjadi 4 cm,

(2) Periode dilatasi maksimal (steady) : berlangsung selama

dua jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm,

(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu dua

jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

2) Kala II (Kala Pengeluaran janin)

Kala II atau disebut juga kala “pengusiran” dimulai dengan


pembukaan lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir dengan
kelahiran bayi. Kala II ditandai dengan : a) his terkordinasi, kuat,
cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali, b) kepala janin
telah turun masuk rongga panggul sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan
29

rasa mengejan, c) tekanan pada rectum dan anus membuka serta


vulva membuka dan perineum meregang.

3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Periode yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada


saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Berlangsung selama
15-30 menit. Adapun tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu :
a) fundus yang berkontraksi kuat, b) perubahan bentuk uterus dari
bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta
bergerak kearah segmen bagian bawah, c) adanya semburan
darah tiba-tiba, d) tali pusat bertambah panjang dengan majunya
plasenta mendekati introitus vagina.

4) Kala IV (Kala Pengawasan)

Dimulai dari lahirnya plasenta sampai dua jam pertama


postpartum untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap
perdarahan postpartum. Adapun obsevasi yang dilakukan
meliputi : a) evaluasi uterus, b) pemeriksaan dan evaluasi serviks,
vagina dan perineum, c) pemeriksaan dan evaluasi plasenta,
selaput dan tali pusat, d) penjahitan kembali episiotomi dan
laserasi (jika ada), e) pemantauan dan evaluasi lanjut tanda vital,
kontraksi uterus, lochea, perdarahan, dan kandung kemih.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah: Power seperti:


HIS, Kontraksi otot dinding perut, Kontraksi diagfragma pelvis atau
kekuatan mengedan, ketegangan dan kontraksi ligamentum
retundum; Passenger : janin dan plasenta; Passage : jalan lahir lunak
dan jalan lahir tulang; Psikis ibu bersalin dan Penolong.

1) Tenaga (Power)

a) His/kontraksi

His/kontraksi uterus adalah kontaraksi otot-otot uterus


dalam persalinan. Kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot
polos uterus yaitu miometrium, di dalam persalinan his harus
selalu dipantau. Beberapa istilah yang perlu diperhatikan di
dalam menilai/memantau his antara lain yaitu: Frekuensi
adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya dihitung per
10 menit, durasi adalah lamanya setiap his berlansung diukur
30

dengan detik, interval adalah masa relaksasi, amplitudo atau


intensitas adalah kekutan his diukur dalam satuan mmHg.
dalam praktik kekuatan his hanya dapat diraba secara palpasi
apakah sudah kuat atau masih lemah, aktivitas his adalah
frekuensi x ampitudo. Contoh frekunsi suatu his 3x / 10 menit
dan amplitudonya 50 mmHg, maka aktivitas rahim
3 X 50 = 150 Unit Montavideo.

b) Sifat His dalam Persalinan

Kontraksi uterus tidak sama kuat, yang terkuat di


fundus dan terlemah di segmen bawah rahim atau disebut
fundus dominan. Uniknya, meskipun fisiologis otot-otot uterus
terasa sakit. Penyebab rasa nyeri tersebut tidak diketahui
dengan pasti tetapi beberapa hipotensi tentang penyebab
rasa nyeri dikemukakan sebagai berkut : (1) Hipoxia
miometrium yang berkontraksi menimbulkan anoxia sel-sel
otot dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut saraf,
(2) Kompresi ganglia saraf di serviks dan uterus bawah oleh
berkas-berkas otot yang saling mengunci, (3) Peregangan
serviks pada waktu dilatasi, (4) Peregangan peritoneum yang
membungkus uterus.
Perasan sakit pada waktu his amat subjektif, tidak
hanya tergantung pada intensitas his tetapi tergantung pula
pada keadaan mental orangnya. His persalinan menurut faal :
a) His pembukaan, adalah his yang menimbulkan pembukaan
dan serviks. His ini terjadi sampai pembukaan serviks, his ini
terjadi sampai pembukaan serviks lengkap 10 cm, his ini mulai
kuat, teratur dan sakit, b) His pengeluaran (his mengedan/his
Kala II), his sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan
lama. His pengeluaran berfungsi untuk mengeluarkan janin.
Terjadi koordinasi bersama antara his kontraksi otot perut,
kontraksi diafragma dan ligament, c) His pelepasan uri
(Kala III), kontraksi mulai turun, berfungsi untuk melepaskan
dan mengeluarkan plasenta, d) His pengiring (Kala IV),
kontraksi bersifat lemah, masih sedikit nyeri, menyebabkan
pengecilan rahim.
c) Perubahan - perubaha akibat his

Perubahan pada uterus dan serviks, uterus teraba


keras/ padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban
dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks
menjadi mendatar (affacement) dan dilatasi.
d) Periode istirahat antara kontraksi
31

Periode istirahat di antara dua kontraksi mempunyai


fungsi utama antar lain : memberikan kesempatan pada otot-
otot uterus untuk beristrahat. Sebab kontraksi terus menerus
dapat menyebabkan ruptur uteri.
e) Kekuatan mengedan ibu

Setelah serviks terbuka lengkap kekuatan yang sangat


penting pada ekspulsi janin adalah yang dihasilkan oleh
peningkatan tekanan intra-abdomen yang diciptakan oleh
kontraksi otot-otot abdomen.
2) Janin dan Plasenta (Passenger)

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah


kepala janin. Posisi dan besar kepala janin dapat mempengaruhi
jalanya persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan
kehidupan janin kelak; hidup sempurna, cacat atau akhirnya
meninggal. Saat persalinan rongga panggul secara perlahan akan
diisi oleh kepala janin yang mendistensi vagina; rektum tertekan,
sebagaimana pula kandung kemih yang berada di bawah tekanan
tambahan segmen bawah rahim yang teregang, tempat kandung
kemih melekat.
a) TulangTengkorak (Cranium)

Tengkorak janin aterm telah dilengkapi dengan struktur


yang amat lentur berupa sutura dan fontanela yang belum
berfusi.
b) Ukuran-ukuran kepala

Diameter occipito frontalis. Jarak antara tulang oksiput


dan frontal dengan ukuran ± 34cm; diameter mento
circumferensia dengan ukuran ± 13,5 cm; diameter
biparientalis dengan ukuran ± 9, 25 cm; diameter bitemporalis
dengan ukuran ± 8 cm.
c) Ukuran badan dan lahir

Bahu merupakan jaraknya ± 12 cm (jarak antara kedua


akromion), lingkaran bahu ± 34 cm, Bokong, lebar bokong
(diameter interterokanterika) ± 12 cm, lingkaran bokong
± 27 cm.
d) Postur janin dalam rahim

Sikap (Habitus) menunjukan hubungan antara bagian–


bagian janin dengan sumbu janin biasanya dengan tulang
punggungnya, janin umumnya dalam sikap fleksi dimana
kepala, tulang punggung dan kaki dalam keadaan fleksi serta
tangan bersilang di dada. Sikap janin yang bervariasi,
32

tergantung pada presentasinya. Letak janin adalah hubungan


antara sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu. Ada
kemungkinan pada letak janin yaitu letak memanjang, letak
membujur dan letak miring/oblique.
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin
yang ada di bagian bawah rahim yang dapat dijumpai dengan
palpasi atau pemeriksaan dalam.
3) Jalan lahir (Passage)

Tulang panggul dibentuk oleh dua tulang koksa (terbentuk


dari vusi tiga tulang: ospubis, osiskium, dan osilium) yang masing-
masing membatasi bagian samping rongga pangul. Tulang koksa
berkonvergensi ke anterior untuk menyatukan kedua sisi simpisis
pubis dan diposterior disatukan oleh sakrum melalui sendi
sakroiliaka. Ada empat tipe utama yang dikenali: ginekoid,
android, antropoid dan platiplloid. a) panggul ginekoid panggul
tipekal wanita ditemukan pada sekitar 40% wanita dan
memperlihatkan tampilan rongga yang secara keseluruhan
berbentuk bulat dengan sangkar tulang melengkung sempurna
serta tonjolan-tonjolan tulang yang tidak sejelas tonjolan tulang
pada varian panggul wanita yang lain yang dibahas di bawah ini,
b) pada panggul android yang dijumpai pada 30-35% wanita,
bidang pintu atas panggul memiliki identitas yang sangat dalam
akibat promontorium dan sisi-sisi sampingnya membentuk sudut
yang lebih tajam di bagian depan pangul sehingga bentuk pintu
atas panggul menjadi bidang berbentuk hati. Pada panggul
antropoid yang ditemukan pada sekitar 15-20% wanita, diameter
anteroposterior pintu atas panggul lebih besar daripada diameter
tranfersanya, menghasilkan suatu bentuk yang lonjong.
4) Psikis ibu bersalin

Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan


suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu
selama bersalin dan kelahiran. Anjurkan mereka berperan aktif
dalam mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang
mungkin akan sangat membantu kenyamana ibu, hargai keinginan
ibu untuk mendampingi dapat membantu kenyamanan ibu, hargai
keinginan ibu untuk didampingi.
5) Penolong

Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang


mempunyai legalitas dalam menolong persalinan antara lain
dokter, bidan serta mempunyai kompetensi dalam menolong
persalinan, menangani kegawatdaruratan serta melakukan
rujukan jika diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan
33

upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk di antaranya


cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkpan pelindung
pribadi serta pendekontaminasian alat bekas pakai.

Gambar 1. Posisi Melahirkan


9. Konsep Dasar Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan bayi, plasenta,


serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih enam
minggu (Intan Kumalasari, 2015).
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak satu jam setelah
lahirnya plasenta sampai enam minggu (42 hari) setelah itu
(Prawirohardjo, 2014).
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama enam minggu (Ambarwati, 2010).
b. Tahapan Masa Nifas

1) Puerperuim dini : kepulihan ketika ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan. Dalam Islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan


34

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa

berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan

(Intan Kumalasari, 2015).

c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Involusio uterus

Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu


proses yakni uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum
bisa dilihat pada tabel berikut.
Table 2.3
Perubahan Uterus Masa Nifas

No Waktu Tinggi Berat Diameter Palpasi

Involusio Fundus Uteri Uterus Uterus Serviks


1. Bayi lahir Setinggi 1.000 12,5 cm Lunak

pusat gram
2. Plasenta Dua jari 750 12,5 cm Lunak

lahir bawah pusat gram


3. Satu Pertengahan 500 7,5 cm 2 cm

minggu pusat-simfisis gam


4. Dua Tidak teraba 300 5 cm 1 cm

minggu di atas gram

simfisis
5. Enam Bertambah 60 2,5 cm Menyem

minggu kecil gram -pit

b) Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga


fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan
kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan biasanya
35

menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal


puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata
setelah ibu melahirkan dengan uterus terlalu teregang
(misalnya pada bayi besar dan kembar). Menyusui dan
oksitosin tambahan biasanya meningkatka nyeri ini karena
keduanya merangsang kontraksi uterus.
c) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa


nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus. Jenis lochea adalah sebagai
berikut: (1) Lochea rubra : lochea ini muncul pada hari
pertama sampai hari keempat masa nifas, berwarna merah
karena berisi darah segar jaringan sisa-sisa plasenta,
(2) Lochea sanguinolenta: cairan berwarna merah kecoklatan
dan berlendir. Berlangsung pada hari kelima sampai hari
ketujuh masa nifas, (3) Lochea serosa : berwarna kuning
kecoklatan, muncul hari ke 8-14, (4) Lochea alba :
mengandung leukosit, sel desisua, sel epitel, serabut jaringan
yang mati berlangsung selama dua sampai enam minggu.
d) Serviks

Serviks mengalami involusio bersama-sama dengan


uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena
pembuluh darah, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat laserasi/perlukaan kecil. Oleh karena robekan kecil
yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali
pada keadaan sebelum hamil.
e) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan dan


peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan
akan kembali secara bertahap dalam enam sampai delapan
minggu post partum. Penurunan hormon esterogen pada
masa post partum berperan dalam penipisan mukosa vagina
dan hilangnya rugae, rugae akan terlihat setelah minggu
keempat.
f) Payudara (Mammae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan, proses


laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis yaitu produksi susu dan sekresi susu
atau let down.
2) Perubahan Sistem Pencernaan
36

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal


ini karena alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong pada waktu melahirkan, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang
makan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Agar buang air besar
kembali teratur dapat diberikan makanan yang mengandung serat.
3) Perubahan Sistem Perkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri


secepatnya. Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang
air kecil karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga
oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama
persalinan.
4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang


meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotundum
mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang, mobilisasi sendi
berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan.
5) Perubahan Sistem Endokrin

a) Oksitosin : dikeluarkan oleh glandula pituitari posterior dan

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin

di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus

dan pada waktu yang sama membantu proses involusio

uterus.

b) Prolaktin : penurunan kadar estrogen menjadikan prolaktin

yang dikeluarkan oleh glandula pituitari anterior beraksi

terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi

produksi ASI. Pada ibu yang menyusui, kadar prolaktin tetap

tinggi dan merupakan permulan stimulasi folikel di dalam

ovarium ditekan.

c) HCG, HPL, estrogen dan progesteron : ketika plasenta lepas

dari dinding urterus dan lahir, tingkat hormone HCG, HPL,


37

estrogen dan progesteron di dalam darah ibu menurun dengan

cepat normalnya selama tujuh hari.

d) Pemulihan ovulasi dan menstruasi : pada ibu yang menyusui

bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi sebelum 20 minggu dan

tidak terjadi di atas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan

menyusui untuk enam bulan. Pada ibu yang tidak menyusui

ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 7-10 minggu.

6) Perubahan Sistem Kardivaskuler

Cardiac output meningkat selama persalinan dan


peningkatan lebih lanjut setelah kala III, ketika besarnya volume
darah dari uterus terjepit di dalam sirkulasi. Penurunan terjadi
setelah hari pertama puerperium dan kembali normal pada akhir
minggu ketiga.
7) Perubahan Sistem Hematologi

Leukositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumlah


15.000 selama persalinan tetap meningkat pada beberapa hari
pertama postpartum. Jumlah sel darah putih dapat meningkat
lebih lanjut sampai 25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika
ibu mengalami partus lama.
8) Perubahan Tanda-tanda Vital

a) Suhu : suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 oC.

sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5oC dari keadaan

normal namun tidak melebihi 38oC. Sesudah dua jam pertama

suhu tubuh akan kembali normal.

b) Nadi dan pernapasan : nadi berkisar antara 60-80 denyutan

per menit setelah partus dan dapat terjadi bradikari. Pada

masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan

suhu tubuh sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat

setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.


38

c) Tekanan darah : pada kasus hipertensi post partum akan

menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit

yang menyertai dalam 2 minggu tanpa pengobatan.

9) Perubahan Berat Badan

Di saat melahirkan ibu mengalami kehilangan 5-6 kg berat


badan dan 3-5 kg selama minggu pertama masa nifas. Faktor
yang mempercepat penurunan berat badan di antaranya adalah
peningkatan berat badan selama kehamilan, primiparitas segera
kembali bekerja di luar rumah, dan merokok. Kehilangan cairan
melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa nifas.
10) Perubahan Kulit (Sistem Integumen)

Waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat


karena proses hormonal. Setelah persalinan hormonal berkurang
dan hiperpigmentasi pun menghilang.
d. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Ibu yang telah melahirkan perlu mendapat perawatan. Tujuan


perawatan post partum adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan,
mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan, 2) Memfasilitasi
ibu untuk merawat bayinya denga rasa aman, nyaman, dan penuh
percaya diri, 3) memastikan pola menyususi yang mampu
meningkatkan perkembangan bayi, 4) meyakinkan ibu dan
pasanganya untuk mengembangkan kemampuanya sebagai orang
tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua,
5) membantu keluarga mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
dan mengemban tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Adapun kebutuhan dasar ibu nifas diantaranya sebagai berikut :
1) Nutrisi dan cairan

Nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu


dan mempengaruhi susunan ASI. Nutrisi yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak
mengandung cairan dan serat untuk mencegah konstipasi. Obat
yang dikonsumsi sebatas yang dianjurkan dan tidak berlebih,
selain itu ibu memerlukan asupan sebagai berikut :
a) Tambahan 500 kalori tiap hari, untuk menghasilkan setiap

100 ml ASI, memerlukan asupan 85 kalori. ASI ekslusif yang

dihasilkan sebanyak 750 ml setiap harinya. Minggu kedua


39

dihasilkan sejumlah 600 ml, jadi kalori yang harus di konsumsi

adalah 510 kal.

b) Untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup

adalah 2-4 porsi/hari dengan menu dasar daging, buah,

sayuran, roti/biji-bijian.

c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi

setidaknya selam 40 hari pasca persalinan.

d) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

e) Minum seidikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum setelah setiap kali selesai menyusui).

f) Hindari makanan yang mengandung kafein/nikotin.

2) Ambulasi

Jika tidak ada kelainan lakukan sedini mungkin. Dengan


partus normal ambulasi dilakukan paling tidak 6-12 jam post
partum, sedangkan dengan sectio caesarea dilakukan paling tidak
setelah 12 jam postpartum setelah ibu sebelumnya istirahat (tidur).
Tahapan ambulasi yaitu miring kiri atau kanan terlebih dahulu,
kemudian duduk, jika sudah cukup kuat berdiri maka ibu
dianjurkan untuk berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih).
Manfaat ambulasi dini adalah : a) faal usus dan kandung kemih
lebih baik, b) menurunkan insiden tromboembolisme,
c) memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea), d) mempercepat mengembalikan tonus otot dan vena.
3) Eliminasi

a) Buang air kecil : dalam 6 jam ibu nifas sudah harus buang air

kecil spontan. Urin dalam jumlah yang banyak akan diproduksi

dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan. Ureter yang

berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.


40

b) Buang air besar : BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari,

karena diet cairan, obat-obatan analgetik dan perineum yang

sangat sakit. Ambulasi dini dan teratur akan membantu

regulasi BAB. Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi

serat sangat dianjurkan.

4) Personal hygiene/perawatan diri

Perawatan diri yang dianjurkan di antaranya sebagai berikut:


a) Perawatan perineum, menganjurkan ibu membersihkan

daerah kelamin dengan sabun dan air. Nasehatkan ibu untuk

membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau

buang air besar. Jika ada luka disarankan untuk tidak

menyentuh luka. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau

kain pembalut setidaknya 2 kali/hari. Sarankan ibu untuk

mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihka kelaminnya.

b) Pakaian, sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah

menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak.

Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga

payudara tidak tertekan dan kering. Demikian dengan pakaian

dalam agar tidak terjadi iritasi akibat lochea.

c) Kebersihan rambut, mencuci rambut dengan sampo yang

cukup lalu sisir menggunakan sisir yang lembut hindari

penggunaan pengering rambut.

d) Kebersihan kulit, dalam minggu-minggu pertama setelah

melahirkan ibu merasakan jumlah keringat yang lebih banyak


41

dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit

tetap kering.

e) Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi

darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga

memperlancar pengeluaran susu. Perawatan payudara dimulai

sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan

dilakukan 2 kali/hari.

5) Istirahat dan tidur

Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi


kebutuhan istirahat dan tidur adalah: a) anjurkan ibu agar istirahat
yang cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan, b) sarankan
ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,
yaitu : a) mengurangi jumlah ASI yang di produksi,
b) memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak
perdarahan, c) menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
6) Aktivitas seksual

Aman setelah darah merah berhenti dan ibu dapat


memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Ada kepercayaan/budaya yang memperbolehkan melakukan
hubungan seks setelah 60 hari atau 6 minggu. Oleh karena itu,
perlu dibicarakan antara suami dan istri.
7) Keluarga Berencana (KB)

Yang perlu diperhatikan ibu nifas antara lain:


a) Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun.

b) Ibu mengalami involusio selama menyususi ekslusif dan ibu

belum mendapatkan haid (metode amenorrhea laktasi).

c) Meskipun kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan

kontrasepsi jauh lebih aman.


42

d) Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang

diperbolehkan selama menyusui.

e) Jangan menganjurkan metode hormonal, khususnya

kombinasi oral (estrogen-progesteron) kurang dari 6 minggu

pasca persalinan.

8) Latihan Senam nifas

Setelah persalinan terjadi involusio uterus. Cara untuk


mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti
semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas.
9) Laktasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan ibu nifas yaitu :


a) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi

disusukan.

b) Ajarkan cara menyusui yang benar.

c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan

tambahan (ASI ekslusif).

d) Menyususi tanpa dijadwalkan, sesuka bayi (on demand).

e) Diluar menyusui jangan memberikan dot pada bayi akan tetapi

berikan ASI dengan sendok.

f) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan

menurunkan frekuensi pemberian ASI.

e. Asuhan Masa Nifas

1) Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan umum asuhan masa nifas adalah membantu ibu


dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
Sementara tujuan khusus asuhan masa nifas adalah : a) menjaga
kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis,
b) melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan
bayinya, c) memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
43

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian


imunisasi dan perawatan bayi sehat, d) memberikan pelayanan
keluarga berencaan.
2) Tahapan Asuhan Masa Nifas

Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas yang


dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk
mencegah, mendeteksi, serta mengurangi masalah yang terjadi
yaitu sebagai berikut :
a) Kunjungan pertama yaitu 6-8 jam postpartum

(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,


(2) Pemantauan keadaan umum ibu, (3) Melakukan hubungan
antara bayi dan ibu (bonding attachment), (4) ASI ekslusif
b) Kunjungan kedua yaitu enam hari postpartum

(1) Memastikan involusio berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda

perdarahan abnormal, (2) Menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi dan perdarahan abnormal, (3) Memastikan ibu

mendapat istirahat yang cukup, (4) Memastikan ibu mendapat

makanan yang bergizi, (5) Memastikan ibu menyusui dengan

baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit,

(6) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

c) Kunjungan ketiga yaitu 2 minggu postpartum

Asuhan yang diberikan sama dengan asuhan yang diberikan 6


hari postpartum.

d) Kunjungan keempat yaitu 6 minggu postpartum

(1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia

alami, (2) Memberikan konseling untuk keluarga berencana


44

secara dini, imunisasi, senam nifas dan tanda-tanda bahaya

yang dialami oleh ibu dan bayi.

Gambar 2. Posisi Menyusui

10. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi
berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan
berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).

Menurut DepKes RI (2005), bayi baru lahir normal adalah


bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram – 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim 2007, Neonatus atau bayi baru
lahir normal adalah bayi dengan berat lahir antara 2.500-4.000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan
kongenital (catatan bawaan) yang berat
(Intan Kumalasari, 2015).
b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir

Adapun ciri-ciri bayi baru lahir sebagai berikut ; berat badan


lahir 2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera
menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan
baik dan tidak ada cacat bawaan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm,
lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut
45

jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak


terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik
(rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki
testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora
dan mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama
berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010).
c. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir

1) Sistem pernapasan

Pada saat lahir, sistem pernapasan bayi masih belum


berkembang sempurna, membran mukosa halus dan lebih sensitif
terhadap trauma, daerah di bawah pita suara rentang terhadap
terjadinya edema. Bayi normal memiliki frekuensi pernafasan
30-60 kali per menit, pernapasan diafragma, dada dan perut naik
dan turun secara bersamaan. Pola pernapasan tidak teratur.
Pernapasan dangkal dan tidak teratur diselingi oleh periode apnea
singkat selama 10-15 hari (Myles, 2009).
2) Sistem kardiovaskuler dan darah

Frekuensi jantung bayi cepat sekitar 120-160 kali per


menit, serta fungsi pernapasan bayi, aktivitas atau dalam kondisi
tidur maupun istirahat. Terkanan darah berfluktuasi sesuai dengan
aktivitas, berkisar antara 50-55/25-30 mmHg hingga 80/50 mmHg
pada 10 hari pertama kelahiran (Myles,2009).
3) Pengaturan suhu

Pengaturan suhu pada neonatus masih belum baik pada


beberapa saat. Karena hipotalamus bayi masih belum matur,
pengaturan suhu belum efisien dan bayi masih rentang terhadap
hipotermia terutama jika terpajang dingin atau aliran udara dingin,
saat basah, saat sulit bergerak bebas atau saat kekurangan
nutrisi, suhu inti normal bayi sekitar 36-37oC.
Bayi aterm memakai baju dan sehat dapat
mempertahankan suhu tubuh dengan baik sehingga dapat
memelihara suhu lingkungan antara 18-21 o C, pemenuhuhan
kebutuhan nutrisi cukup dan pergerakan tidak terbatas karena
pembedongan yang terlalu kencang.
4) Sistem ginjal

Meskipun fungsi ginjal mulai bekerja sejak janin, beban


kerjanya masih minimal hingga setelah kelahiran. Ginjal masih
belum berfungsi sempurna. Bayi tidak dapat memekatkan atau
46

mengencerkan urine dengan sempurna sebagai respon terhadap


asupan cairan atau berkompensasi terhadap tinggi rendahnya
kadar zat terlarut dalam darah. Hal ini mengakibatkan batasan
yang sempit antara homeostatis keseimbangan cairan. Urine
pertama dikeluarkan saat lahir atau dalam 24 jam pertama dengan
frekuensi yang semakin sering seiring meningkatnya asupan
cairan. Urine encer, berwarna kuningdan tidak berbau. Warna
keruh yang disebabkan lendir dan garam asam urat dapat terjadi
pada mulanya hingga asupan meningkat. Garam asam urat dapat
menyebabkan warna merah muda yang tidak bermakna. Karena
pelvis neonatus berukuran kecil, kandung kemih dapat dirabah di
abdomen pada saat penuh.
5) Sistem pencernaan

Saluran pencernaan bayi baru lahir secara struktur telah


lengkap meskipun fungsinya masih belum sempurna jika
dibandingkan dengan saluran pencernaan dewasa. Lambung
memeiliki kapasitas kecil (15-30 ml) yang meningkat dengan cepat
pada beberapa minggu pertama kehidupan. Sfingter jantung
masih lemah yang menyebabkan terjadinya regurgitasi atau
pengumpulan keasaman lambung, sama dengan dewasa didalam
beberapa jam setelah persalinan yang akan menurun drastis pada
beberapa hari pertama dan pada hari ke 10.
d. Asuhan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah


untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali
pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi dan
pencegahan infeksi (Saifuddin, 2008). Asuhan bayi baru lahir
meliputi : 1) Pencegahan infeksi; 2) Penilaian awal untuk
memutuskan resusitasi pada bayi. Untuk menilai apakah bayi
mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah
seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan : apakah kehamilan
cukup bulan ?, apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-
megap, apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?;
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat. Setelah penilaian selintas
dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi
baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau
perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan
pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali
pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat
47

adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya, menjaga tali


pusat tetap kering dan terpapar udara, membersihkan dengan air,
menghindari alkohol karena menghambat pelepasan tali pusat dan
melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).
1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan


bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu
untuk melaksanakan proses IMD selama satu jam. Biarkan bayi
mencari, menemukan puting dan mulai menyusu. Sebagian besar
bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45-60
dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusui
dari satu payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,


posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi
masi belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian
vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal)
kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

2) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,

kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi

(Kemenkes RI, 2013).

3) Pemberian salap mata/tetes mata

Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi


mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotik lain). Pemberian
salep atau tetes mata harus tepat satu jam setelah kelahiran.
Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih
dari satu jam setelah kelahiran
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

4) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis

tunggal di paha kiri. Semua bayi baru lahir harus diberi

penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di


48

paha kiri untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi

vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan


hemorrhagic disease of the newborn dapat diberikan dalam
suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya atau
secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi
absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada
bayi. Vitamin K dapat diberikan dalam waktu enam jam setelah
lahir (Lissauer, 2013).

5) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha

kanan.

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan


setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah
penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati (Kemenkes RI 2010).

6) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini


mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas
kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama
24 jam karena resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24
jam pertama kehidupan. Saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu
satu kali pada umur 1-3 hari, satu kali pada umur 4-7 hari dan
satu kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

7) Pemberian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan


minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika
memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan
pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif
mempunyai dasar hokum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada
bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi
kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
Ekslusif dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi
baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

11. Konsep Dasar Keluarga Berencana


49

a. Pengertian kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau


melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

(sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinnya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma (Intan Kumalasari, 2015).

b. Cara kerja kontrasepsi

Cara kerja kontrasepsi adalah sebagai berikut :


1) Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, 2) Melumpuhkan sel
sperma, 3) Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma

c. Pembagian cara kerja kontrasepsi

Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi


menjadi sebagai berikut :

1) Metode sederhana

a) Tanpa alat atau tanpa obat, misalnnya senggama terputus dan


pantang berkala, b) Dengan alat atau dengan obat, misalnya
kondom, diafragma atau cup, cream, jellyl cairan berbusa dan
tablet berbusa (vagina tablet).
2) Metode Efektif

a) Susuk KB/implant (AKBK), b) AKDR (alat kotrasepsi dalam

rahim), c) Suntikan, d) Pil.

3) Metode kontrasepsi dengan cara operasi (kontrasepsi mantap)

a) Tubektomi (pada wanita) dan Vasektomi (pada pria).

d. Jenis – jenis Kontrasepsi

1) Kontrasepsi implan

a) Pengertian kontrasepsi implan


50

Kontrasepsi implan adalah metode kontrasepsi yang


diinsersikan pada bagian subdermal yang hanya mengandung
progestrin dengan masa kerja panjang, dosis rendah dan
reversiibel untuk wanita (Intan Kumalasari, 2015).

Kontrasepsi implan adalah sistem norplant dari implan


subdermal levonorgestrel yang terdiri atas enam skala kapsul
dimethylsiloxame yang dibuat dari bahan silastik, masing-
masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format
kristal dengan masa kerja lima tahun (Intan Kumalasari, 2015).

b) Cara kerja kontrasepsi implant

(1) Lendir serviks menjadi kental, (2) Mengganggu proses

pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,

(3) Mengurangi transportasi sperma, perubahan lendir serviks

menjadi lebih kental dan sedikit sehingga menghambat

pergerakan sperma, (4) Menekan ovulasi.

c) Jenis-jenis kontrasepsi implant

(1) Norplant

Terdiri atas enam batang silastik lembut berongga


dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 yang diisi
dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjannya lima
tahun.

(2) Implanon

Terdiri atas satu batang putih lentur yang berisi progestin


generasi ketiga yang dimasukan ke dalam inserter steril
dan sekali pakai (disposable) dengan panjang kira-kira
40 mm dan diameter 2 mm terdiri atas suatu inti Ethylene
Vinyl Acetat (EVA) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestel,
dan lama kerjanya tiga tahun.
(3) Jadena dan indoplant

Terdiri atas dua batang yang diisi dengan 75 mg


levonogestrel dengan lama kerja tiga tahun.
(4) Uniplant
51

Terdiri atas satu batang putih silastik dengan panjang


4 cm yang mengandung 38 cm nomegestrol asetat
dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 per hari dan
lama kerja satu tahun.
(5) Capronor

Terdiri atas satu kapsul biodegradable. Kapsul ini


mengandung levonorgestrel dan terdiri atas polimer
E-kaprolakton. Mempunnyai diameter 0,24 cm terdiri atas
dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg
levonogestrel dan kapsul dengan panjang 4 cm yang
mengandung 26 mg levonogestrel. Lama kerja
12-18 bulan. Kecepatan pelepasan levonogestrel dari
kaprolakton adalah sepuluh kali lebih cepat dibandingkan
silastik.
d) Waktu pemasangan

Kapsul implan (khususnya norplant) dapat dipasang


setiap saat selama siklus haid bila sudah dipastikan ibu tidak
hamil atau mempunnyai resiko hamil. Waktu yang optimal
untuk memasang implan norplant adalah : (1) Selama haid
(dalam waktu tujuh hari pertama siklus haid), (2) Pasca
persalinan (3-4 minggu) bila tidak menyusukan bayinya,
(3) Pasca keguguran (segera atau dalam tujuh hari pertama),
atau (4) Ibu yang dapat menyusukan bayinya secara eksklusif
(lebih dari enam minggu pasca persalinan dan sebelum enam
bulan pascapersalinan).
e) Indikasi dan kontraindikasi pemasangan implant

Indikasi pemasangan implan adalah sebagai berikut : (1) Usia


reproduksi Menghendaki kontrasepsi jangka panjang, (2) Ibu
menyussui, (3) Pasca keguguran / abortus, (4) Tidak
menginginkan anak lagi tetapi tidak mau menggunakan
metode kontrasepsi mantap (vasektomi/tubektomi), (5) Wanita
denhgan kontraindikasi harmon estrogen, (6) Sering lupa
mengonsumsi pil.

Kotraindikasi pemasangan implan adalah sebagai berikut :


(1) Halil/diduga hamil, (2) Perdarahan pervaginam yang belum
jelas sebabnnya, (3) Kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, (4) Tidak dapat menerima perubahan pola
menstruasi yang terjadi, (5) Diabetes mellitus, (6) Penyakit
jantung / darah tinggi, (7) Varises.

f) Keuntungan dan kerugian kontrasepsi implan


52

(1) Daya guna tinggi, efekifitas 0,2-1 kehamilan per

100 perempuan, (2) Perlindunngan jangka panjang (sampai

lima tahun), (3) Pengembalian kesuburan yang setelah

pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan, (4) Tidak

memerlukan pemeriksaan dalam, (5) Bebas dari pengaruh

estrogen kontrasepsi implan mengandung hormon progestin

dosis rendah, (6) Tidak mengganggu kegiatan senggama,

(7) Tidak mengganggu ASI, tidak ada efek terhadap kualitas

dan kuantitas air susu ibu dan bayi tumbuh secara normal,

(8) Dapat di cabut setiap saat, (9) Mengurangi jumlah darah

menstruasi terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah

menstruasi yang hilang.

g) Kerugian kotrasepsi implan

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan


perubahan pola menstruasi berupa bercak darah (spotting),
hipermenorea atau meningkatkan jumlah darah menstruasi
serta amenorea. Selain itu juga menimbulkan keluhan-
keluhan, seperti sebagai berikut : (1) Nyeri kepala,
(2) Peningkatan berat badan, (3) Jerawat, (4) Perubahan
perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness),
(5) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan, (6) Tidak memberikan efek protektif terhadap
infeksi menular seksual termasuk AIDS, (7) Klien tidak dapat
menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, (8) Efektifitas
menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis
(rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat),
(9) Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.
2) Kontrasepsi Suntik

a) Pengertian

KB suntik adalah suatu cara kontrasepsi melalui


penyuntikan hormon baik hormon estrogen dan progesteron
maupun hormon progesteron saja sebagai suatu usaha
pencegahan kehamilan pada wanita usia subur. Ada dua
53

jenis kontrasepsi suntik, yaitu kontrasepsi suntik kombinasi


dan kontrasepsi suntik berisi hormon progesteron
(dr. Lucky Tufika Yuhedi, 2015).
KB suntik Kombinasi merupakan KB suntik yang berisi
hormon estrogen dan progesteron. Penggunaan KB suntik
memengaruhi hipotalamus dan hipofisis untuk meurunkan
kadar FSH dan LH sehingga tidak terjadi perkembangan dan
pematangan folikel de Graaf atau dengan kata lain menekan
ovulasi (dr. Lucky Tufika Yuhedi, 2015).
Ada dua jenis KB suntik yang ada di pasaran yaitu
25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol
sipionat (cyclofem) serta 50 mg noretindrom enatat. Kedua
jenis KB suntik tersebut diberikan melalui injeksi intramuscular
(IM) satu bulan sekali. Metode ini sangat efektif
(0,1-0,4 kehamilan pada setiap 100 wanita) selama setahun
pertama penggunaan.
Metode ini diindikasikan untuk wanita yang
menginginkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi dan
juga wanita yang sering lupa menggunakan kontrasepsi.
Metode ini juga dapat digunakan pada wanita anemia, nyeri
menstruasi hebat, menstruasi teratur dan juga wanita yang
memiliki riwayat kehamilan ektopik. Metode ini tidak boleh
digunakan oleh wanita perokok yang berusia lebih dari
35 tahun, wanita yang hamil atau diduga hamil dan juga
wanita yang pasca persalinan yang menyusui kurang dari
6 minggu. Selain itu, kontrasepsi ini juga tidak boleh
digunakan pada wanita yang memiliki penyakit akut (hepatitis).
Riwayat penyakit jantung, stroke atau hipertensi
(>180/110 mmHg), riwayat kelainan tromboemboli atau
DM>20 tahun, keganasan payudara dan memiliki kelainan
pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
(Lucky Tufika Yuhedi, 2015).
b) Keuntungan kontrasepsi

(1) Resiko terhadap kesehatan kecil, (2) Tidak berpengaruh

pada hubungan suami istri, (3) Tidak perlu di lakukan periksa

dalam, (4) Jangka panjang, (5) Efek samping kecil, (6) Klien

tidak perlu menyimpan obat.

c) Keuntungan non kontrasepsi


54

(1) Mengurangi jumlah perdarahan, (2) Mengurangi nyeri

menstruasi, (3) Mencegah anemia, (4) Khasiat pencegahat

terhadap kangker ovarium dan kangker endometrium,

(5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium,

(6) Mencegah kehamilan ektopik, (7) Melindungi klien dari

penyakit radang panggul jenis tertentu, (8) Pada keadaan

tertentu, KB suntik kombinasi dapat di berikan pada wanita

usia premenopause.

d) Kerugian

(1) Terjadi perubahan pola menstruasi; perdarahan

bercak/spotting atau perdarahan hingga 10 hari.

(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan

seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

(3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.

Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat

suntikan.

(4) Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan

obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberculosis (rifampisin).

(5) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan

jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan

kemungkinan timbulnya tumor hati.

(6) Penambahan berat badan.

(7) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV.


55

(8) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

peenghentian pemakaian.

e) Waktu penyuntikan kontrasepsi ini adalah sebagai berikut .

(1) Suntikan pertama pada 7 hari siklus menstruasi (tidak

diperlukan kontrasepsi tambahan).

(2) Bila suntikan pertama >7 hari siklus mentruasi, klien tidak

boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau

menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari.

(3) Bila klien tidak mentruasi, KB suntik dapat diberikan

setiap saat dengan syarat klien tidak hamil. Klien tidak

boleh senggama selama 7 hari dan menggunakan

kontrasepsi lain selama 7 hari.

(4) Bila enam bulan pasca persalinan, menyusui serta belum

menstruasi, dapat diberikan suntikan asal tidak hamil.

(5) Bila >6 bulan pasca persalinan, menyusui serta telah

menstruasi, suntik pada siklus hari 1-7.

(6) Bila <6 bulan pasca persalinan dan tidak menyusui,

jangan memberi KB suntik.

(7) Pasca keguguran, segera atau dalam waktu 7 hari.

3) Kontrasepsi Pil

Mekasnime kerja Estrogen: menghambat ovulasi,


menghambat implantasi blastocyst karena endometrium abnormal,
transportasi gamet atau ovum dipercepat karena efek hormonal
pada sekresi dan peristaltik tuba dan kontraktilitas uterus,
luteolysis (degenerasi dari korpus luteum sehingga yang
menyebabkan dilepaskannya jaringan endometrium dan
penurunan kadar progesteron serum yang selanjutnya mencegah
implantasi yang normal).
56

Mekanisme kerja Progesteron : menghambat ovulasi,


mencegah implantasi, memperlambat transportasi gamet atau
ovum dalam pemberian jangka panjang progesteron saja
mungkin menyebabkan fungsi korpus luteum tidak adekuat, lendir
serviks yang kental setelah 48 jam pemberian progesteron
menyebabkan mortilitas dan daya penetrasi spermatozoa
terhambat (Saroha Pinem, 2009).
Ada dua macam kontrasepsi oral yaitu pil oral kombinasi
dan pil mini (hanya berisi progestin). Pil Oral Kombinasi (POK)
adalah pil KB yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron yang diproduksi alami oleh wanita. Pil ini akan
menggantikan produksi normal esterogen dan progesteron yang
akan menekan produksi FSH dan LH sehingga menyebabkan
ovarium berada dalam kondisi istrahat sehingga menekan
releasing factor di otak dan mencegah ovulasi.
Ada tiga dosis estrogen di dalam POK yaitu POK dengan
estrogen 80-100 mcg, POK dengan ekstrogen <30 mcg dan POK
dengan estrogen 30`-50 mcg. POK dengan estrogen 80-100 mcg
diberikan pada kondisi dengan kontra pil spotting yang sulit tidak
terjadi withdrawl bleeding (perdarahan lecut), gejala menopause,
pemakaian rempafisin atau fenitoin. POK dengan estrogen
<30 mcg umumnya kurang disukai, jika pil lupa diminum resiko
ovulasi dan spotting akan meningkat. POK dengan estrogen
30-50 mcg merupakan kadar estrogen yang sering dipakai
(Lucky Taufika Yuhedi, 2015).
a) Keuntungan

(1) Efektifitas tinggi, 1 kehamilan per 1000 perempuan dalam

tahun pertama bila digunakan setiap hari (hampir

menyerupai efektivitas tubektomi).

(2) Resiko terhadap kesehatan kecil.

(3) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(4) Siklus haid menjadi teratur, mencegah anemia karna

banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi nyeri haid.

(5) Dapat digunakan dalam jangka panjang selama

perempuan masih ingin menggunakannya.

(6) Dapat digunakan dalam usia remaja hingga menopause.


57

(7) Dapat dihentikan setiap saat.

(8) Kesuburan segera kembali segera setelah penggunaan

pil dihentikan.

(9) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

(10) Dapat membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker

ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, kanker

radang panggul, kelainan jinak pada payudara dan

dismenorhe.

b) Keterbatasan

(1) Mual, terutama pada tiga bulan pertama

(2) Perdarahan bercak atau perdarahan lama, terutama tiga

bulan pertama

(3) Pusing

(4) Berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan tertentu

kenaikan berat badan memiliki dampak positif

(5) Nyeri pada payudara

(6) Berhenti haid (amenorhea) jarang terjadi pada pil

kombinasi

(7) Mengurangi produksi ASI

(8) Pada sebagian kecil perempuan, dapat menimbulkan

depresi dan perubahan suasana hati sehingga keinginan

untuk bersenggama berkurang

(9) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan

sehingga resiko stroke dan gangguan pembukaan darah


58

pada vena meningkatkan sedikit. Oleh karena itu, pelu

hati-hati pada perempuan usia>35 tahun dan merokok

(10) Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS),

HIV/AIDS

(11) Mahal dan membosankan karena harus

menggunakannya setiap hari

c) Yang tidak boleh menggunakan pil oral kombinasi

(1) Hamil dan dicurigai hamil,

(2) Memberi ASI Ekslusif

(3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya

(4) Penyakit hati akut (hepatitis)

(5) Usia >35 tahun dan perokok

(6) Riwayat penyakit jantung, stroke atau

tekanan darah >180/110 mmHg.

(7) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing

manis>20 tahun.

(8) Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

(9) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

d) Efek samping dan penanganannya

(1) Amenorhea (tidak ada perdarahan) atau spotting

(2) Mual, pusing atau muntah (akibat reaksi anafilatik)

(3) perdarahan pervaginam/spotting

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a) Pengertian
59

AKDR spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat


dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui
vagina serta mempunyai benang (Intan Kumalasari, 2015).
AKDR adalah suatu pencegahan kehamilan dengan
menggulungkan secarik kertas, diikat dengan benang lalu
dimasukan ke dalam rongga rahim (Intan Kumalasari, 2015).
b) Keuntungan penggunaan AKDR

(1) AKDR efektif segera setelah pemasangan

(2) Metode jangka panjang (sepuluh tahun proteksi dari

CuT – 308A dan tidak perlu diganti)

(3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

(4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

(5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu

takut hamil

(6) Tidak ada efek samping hormonal (CuT – 380A)

(7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI

(8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus (apabila tidak ada infeksi)

(9) Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun atau

lebih setelah haid terakhir)

(10) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

(11) Membantu mencegah kehamilan ektopik

c) Kerugian penggunaan AKDR

(1) Perubahan siklus haid (umumnnya pada tiga bulan

pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan).

(2) Haid lebih lama dan banyak

(3) Perdarahan (spotting) antara menstruasi


60

(4) Saat haid lebih sakit (dismenorhe).

B. Standar Asuhan Kebidanan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.938/Menkes/SK/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu kebidanan. Mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
1. Standar I : Pengkajian

a. Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informarsi yang akurat, relevan dan


lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria Pengkajian

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dari data subjektif

(hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik,


riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
3) Data Objektif

(hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang).


2. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

a. Pernyataan Standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,


menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

1) Diagnosa sesuai nomenkelatur kebidanan

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

3. Standar III : Perencanaan


61

a. Pernyataan Standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan


diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
b. Kriteria Perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

secara komprehensif.

2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

3) Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya

klien/keluarga.

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan

yang diberikan bermanfaat untuk klien.

5) Mempertimbangkan kebajikan dan peraturan yang berlaku,

sumber daya serta fasilitas yang ada.

4. Standar IV : Implementasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara


komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif, dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
b. Kriteria

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-

spiritual-kultural.

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

dan atau keluarganya (inform consent).

3) Melaksanakan tindakan sesuai evidence based.


62

4) Melibatkan klien/pasien setiap tindakan.

5) Menjaga privasi klien/pasien.

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

7) Mengkuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.

8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

9) Melakukan tindakan sesuai standar.

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan .

5. Standar V : Evaluasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan


berkesinambungan untuk melihat kefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria Evaluasi

1) Penialaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai kondisi klien.

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan

keluarga.

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

a. Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, singkat dan


jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan atau dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
63

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksankan asuhan pada

formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/Status Pasien/Buku

KIA).

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

3) S adalah Data Subjektif, mencatat hasil anamnesa.

4) O adalah Data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

5) A adalah Hasil Analisa, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan.

6) P adalah Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakuan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif ; penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, kolaborasi/follow up dan rujukan.

C. Kewenangan Bidan

Ijin dan penyelenggaraan Praktik Bidan (PerMenKes No. 28 Tahun


2017). dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai wewenang yang
tertuang dalam Pasal 9–Pasal 13 adalah sebagai berikut :
1. Pasal 9

a. Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak

berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat

(1) diterima dan dinyatakan lengkap Instansi Pemberi Izin harus

mengeluarkan SIPB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

b. Pernyataan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan

dengan surat tanda penerimaan kelengkapan berkas.

2. Pasal 10

SIPB dinyatakan tidak berlaku dalam hal :


a. Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB.
64

b. Masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang.

c. Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin, atau

d. Bidan meninggal dunia.

3. Pasal 11

a. Bidan Warga Negara Asing yang akan menjalankan praktik kebidanan

di Indonesia harus memiliki sertifikat kompetensi, STR sementara dan

SIPB.

b. Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh

bidan Warga Negara Asing setelah lulus evaluasi kompetensi.

c. Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh STR sementara.

d. Untuk memeperoleh SIPB, bidan Warga Negara Asing harus

melakukan permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1).

e. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bidan Warga

Negara Asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Pasal 12

STR sementara dan SIPB bagi bidan Warga Negara Asing sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

5. Pasal 13

a. Bidan Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan

melakukan Praktik Kebidanan di Indonesia harus memiliki STRB dan

SIPB.
65

b. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah

melakukan proses evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bidan

Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri harus melakukan

permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1).

D. Asuhan Kebidanan

Falsafah kebidanan adalah tentang kebidanan yang menjadi

pandangan hidup mereka. Keyakinan bidan tentang kebidanan tersebut

adalah bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik, keterbatasan

pengetahuan menuju kepada kemampuan melaksanakan penyembuhan,

pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan kepada upaya

pelayanan utama (primary care) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab

dan kode etik kebidanan. Sasaran kebidanan merupakan tujuan dari

kebidanan yang mana sasarannya lebih cenderung ke hal–hal yang spesifik

bila dibedakan dengan tujuan kebidanan yang hanya difokuskan pada

bidan–bidan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan

dan bersifat sederhana dan paling kompleks diberikan kepada individu,

kelompok dan masyarakat (Sinta , 2016).

Soepardan (2015) mengatakan manajemen asuhan kebidanan

adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematik dan logis

dalam memberikan asuhan kebidanan agar menguntungkan kedua belah

pihak baik klien maupun pemberi asuhan.


66

Manajemen asuhan kebidanan merupakan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran–

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan

dalam merangkai tahapan logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus kepada klien.

Varney (2008) menggambarkan proses manajemen asuhan

kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurutan secara sistematik

dan siklik. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dasar, 2. Menginterpretasikan/menganalisa data,

3. Merumuskan diagnosa/masalah potensial, 4. Mengidentifikasi kebutuhan

tindakan segera untuk kolaborasi dan rujukan, 5. Menyusun rencana asuhan

menyeluruh, 6. Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien

dan aman, 7. Melakukan evaluasi terhadap rencana asuhan yang telah

dilaksanakan.

Adapun asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir

dan nifas serta keluarga berencana adalah sebagai berikut :

1. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang


akurat dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
untuk memperoleh :

1) Anamnessa/ data subjektif

Anamnese adalah pertanyaan terarah yang diajukan pada


pasien untuk menggali informasi dari penyakit yang dimilikinya
yaitu : a) dentitas yang meliputi : nama, umur, agama, alamat
dan pekerjaan pasien; b) keluhan utama adalah ibu mengatakan
umur kehamilan di atas dua bulan, ibu mengatakan sering mual
dan muntah di waktu pagi hari dan kadang malam hari, merasa
khawatir dengan persalinannya nanti, nafsu makan berkurang;
67

c) riwayat menstruasi yang akurat diketahui untuk menentukan


tanggal perkiraan kelahiran, dengan demikian memungkinkan
bidan untuk memprediksi tanggal lahir dan selanjutnya
menghitung usia gestasi. Tanggal perkiraan kelahiran dihitung
dengan menambahkan 9 bulan kalender dan 7 hari pada hari
pertama menstruasi ibu; d) riwayat kesehatan dinyatakan karena
penyakit yang dialami bisa timbul kembali karena keadaan ibu
yang lemah pada waktu kehamilan atau setelah melahirkan;
e) riwayat kehamilan sekarang untuk mengalami apakah itu
termasuk hamil anak pertama atau anak berikutnya, tanyakan
haid terakhirnya untuk mengetahui besarnya uterus sesuai atau
tidak dengan umur kehamilan khususnya pada ibu primigravida;
f) riwayat psikososial: ibu mengatakan merasa tidak nyaman
dan aktifitasnya terganggu karena sering mual dan muntah;
g) pola nutrisi, yang dikaji adalah nafsu makan ibu, frekuensi
makan, jenis makanan, minuman dan ada makanan pantangan
selama kehamilan atau tidak; h) pola eliminasi, yang dikaji
adalah frekuensi buang air kecil dan besar, warna dan bau.

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan


pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu : a) keadaan umum : lemas;
b) kesadaran : composmentis; c) keadaan emosional : baik;
d) berat badan ibu menurun; e) tekanan darah perlu diukur untuk
mengetahui perbandingan nilai dasar selama masa kehamilan.
Tekanan darah normal adalah systole 120-140 dan diastolik
normal dari 100-80mmHg; f) nadi, nadi ibu lebih dari normal.
Nadi normal adalah 80x/ menit; g) suhu, suhu normal adalah
36,6-37 0C (Salmah, dkk, 2016).

Pemeriksaan khusus terdiri dari : a) Inspeksi, melihat


ekspresi wajah ibu, ibu lemas dan murung; b) Palpasi,
pemeriksaan raba ialah umur kehamilan ibu, dan menentukan
kedudukan dan presentasi janin; c) Auskultasi, pemeriksaan
dengar atau auskultasi bertujuan untuk mendengar denyut
jantung janin. Denyut jantung janin yang normal adalah
100-160x/menit; d) Perkusi, pemeriksaan dengan cara mengetuk
tujuannya untuk mengetahui reflek patella penderita positif atau
negatif dengan menggunakan refleks hammer
(Salmah, dkk, 2016).

3) Pemeriksaan penunjang (laboratorium)


68

Pemeriksaan Hb digunakan untuk menentukan kadar


haemoglobin dan derajat anemia bila ada. Hb normal adalah
11-14 gr% (Prawirohardjo, 2002).
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosa


atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis masalah yang
spesifik.

Diagnosa : Ibu GIII PI A0 usia kehamilan 36 minggu janin hidup


tunggal, intra uterin.

Dasar : Hamil anak ketiga, usia 36 minggu

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : pemeriksaan kehamilan.

c. Langkah III : Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah ketiga kita mengidetifikasikan masalah potensial


atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila kemungkinan
membutuhkan pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap-
siap mencegah diagnosis atau masalah potensial yang akan terjadi.

Diagnosa potesial : tidak ada

Masalah : tidak ada

d. Langkah IV : Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara

efisien dan aman

Pada tahap ini bidan mengidentifikasikan perlunya bidan atau


dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama
anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses


penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergensi, berdasarkan
hasil analisa data bahwa klien membutuhkan tindakan segera untuk
menyelamatkan jiwa ibu dan bayinya.

e. Langkah V : Menyusun Rencana asuhan secara menyeluruh

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang


69

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana


asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Semua
keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang
berdasarkan pada pengetahuan teori terkini (up to date) dan sesuai
dengan asumsi tentang apa yang dilakukan klien. Pada hal ini
penulis dapat membuat rencana asuhan yang menyeluruh.

f. Langkah VI : Implementasi

Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan


dengan efisien dan aman, pelaksaan ini dapat dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk


menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang
menyeluruh.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara siklus dengan mengkaji ulang aspek


asuhan yang efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan. Model dokumentasi yang digunakan dalam manajemen
asuhan kebidanan adalah dalam bentuk catatan perkembangan,
karena asuhan yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan
proses terus menerus dalam bentuk SOAP yaitu :

S : Data subjektif, data yang didapat dari pasien

O : Objektif, data dari hasil pemeriksaan fisik serta dignostik, lain


juga pendukun catatan medis yang lain

A : Assasment, merupakan analisis dan interpretasi berdasarkan data


yang terkumpul dibuat kesimpulan yaitu ; 1). Dignosis 2). Antisipasi
diagnosa/masalah potensial 3). Perlunya tindakan segera.

P : Planing/perencanaan, merupakan gambaran pendokumentasian


dari tindakan, evaluasi rencana di dalamnya termasuk ;
1) Asuhan mandiri, 2) Kolaborasi, 3) Tes diagnostik/lab,
4) Konseling, 5) Follow up.

2. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bersalin Normal


70

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini, dilakukan pengumpulan semua data


yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap
yaitu :

1) Identitas

a) Nama yang jelas dan lengkap. Nama yang ditanyakan untuk

maksud mempermudah melacak arsip pasien. Dengan

diketahui nama stersebut dapat menghindari kesalahan akibat

adanya kesamaan nama.

b) Umur, untuk mengetahui keadaan ibu, terutama pada

kehamilan pertama kali atau primigravida. Apakah ibu termasuk

primigravida muda atau primigravida tua.

c) Alamat, ditanyakan agar untuk mempermudah hubungan bila

diperlukan atau dalam keadaan mendesak. Dengan diketahui

alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal

kliennya.

d) Pekerjaan, akan menggambarkan keadaan sosial ekonomi

sehingga ikut menentukan intervensi yang disesuaikan dengan

kemampuan klien secara ekonomi.

e) Agama, ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien, akan

memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam melakukan

asuhan kebidanan.

f) Pendidikan klien, ditanyakan untuk mengetahui tingkat

intelektualnya. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap

seseorang.
71

2) Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh ibu inpartu kala I rasa


nyeri dalam menghadapi persalinan.
3) Riwayat Menstruasi

Yang dikaji adalah riwayat menstruasi yang meliputi


menarche pada umur berapa tahun, lamanya menstruasi,
siklusnya, banyaknya, teratur atau tidak.
4) Pola Nutrisi

Yang dikaji adalah nafsu amakan ibu, frekuensi makan,


jenis makanan, minuman dan makanan pantangan selama
kehamilan ada atau tidak.
5) Pola Eliminasi

Yang dikaji adalah frekuensi buang air kecil dan besar,


warna dan bau.
6) Pemeriksaan Fisik

Meliputi pemeriksaan tanda- tanda vital yaitu tekanan


darah, nadi, suhu dan pernapasan. Pemeriksaan kandung
kemih agar tidak menghambat turunnya kepala, keadaan
umum ibu sadar atau tidak.
7) Pemeriksaan Khusus

Meliputi : a) inspeksi pada wajah untuk melihat apakah ada


odema atau tidak, pada leher apakah ada pembesaran kelenjar
tiroid atau tidak, pada payudara apakah simetris atau tidak, ada
pembesaran atau tidak, serta ada tidaknya pembesaran pada
areola mammae, inspeksi pada abdomen untuk melihat apakah
ada striae atau tidak; b) palpasi abdomen untuk mengetahui
umur kehamilan, posisi janin, presentasi janin, serta bagian-
bagian janin.
8) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang digunakan adalah


pemeriksaan Hb.

b. Langkah II : Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data dasar, dari data-


data yang telah dikumpulkan dengan benar sehingga diteruskan
diagnosa atau masalah yaitu :
Diagnosa : Ibu inpartu Kala I dengan nyeri
Dasar : Ibu tampak lemas
72

Masalah : Nyeri pada proses persalinan


Kebutuhan: 1) Pemberian cairan dan nutrisi, 2) Dukungan
emosional, 3) Mengatur posisi ibu, 4) Anjurkan ibu untuk
berkemih, 5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan
nyaman, 6) Memijat pinggang dan kaki ibu,
7) Pemeriksaan tanda- tanda vital : tekanan darah, nadi,
suhu, dan pernapasan, 8) Lakukan pemeriksaan dalam.

c. Langkah III : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa


potensial pada ibu inpartu primigravida kala I yaitu :
Diagnosa potensial : terjadi partus lama
Masalah: kecemasan
Kebutuhan : 1) Pemberian cairan dan nutrisi, 2) Dukungan
emosional, 3) Mengatur posisi ibu, 4) Anjurkan ibu
untuk berkemih, 5) Ciptakan suasana kekeluargaan
dan rasa aman, 6) Memijat pinggang dan kaki ibu,
7) Pemeriksaan tanda- tanda vital : tekanan darah,
nadi, suhu, dan pernapasan, 8) Lakukan
pemeriksaan dalam

d. Langkah IV : Mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau

dokter atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

lainnya.

Tindakan segera yang diperlukan adalah :

1) Memberikan dukungan dan support kepada ibu untuk


menghilangkan rasa nyeri.
2) Memberikan health education kepada ibu tentang apa yang
dijalaninya

e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh


berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang
dilakukan harus berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi
pengetahun, teori terbaru, evidence based care, serta divalidasi
dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan
oleh pasien (Sulistyawati dan Nugaraheny, 2010).

f. Langkah VI : Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara

efisien dan aman


73

Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh


dilakukan dengan efisien dan aman, pelaksaan ini dapat dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter


untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang
menyeluruh.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji


ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana
yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan. Model dokumentasi yang digunakan dalam manajemen
asuhan kebidanan adalah dalam bentuk catatan perkembangan,
karena asuhan yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan
proses terus menerus dalam bentuk SOAP yaitu :

S : Data subjektif, data yang didapat dari pasien

O : Objektif, data dari hasil pemeriksaan fisik serta dignostik, lain


juga pendukun catatn medis yang lain

A : Assasment, merupakan analisis dan interpretasi berdasarkan


data yang terkumpul dibuat kesimpulan yaitu ; 1) Dignosis,
2) Antisipasi didiagnosa/masalah potensial, 3) Perlunya tindakan
segera.

P : Planing/perencanaan, merupakan gambaran pendokumentasian


dari tindakan, evaluasi rencana didalamnya termasuk ;
1) Asuhan mandiri, 2) Kolaborasi, 3) Tes diagnostik/lab,
4) Konseling, 5) Follow up.

3. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun

informasi dari pasien yang meliputi Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual

yang komperhensif. Untuk mendapatkan data-data yang lengkap dan

relevan, bidan membutuhkan dasar yang kuat dari berbagai sumber.


74

Sumber data yang utama adalah pasien. Data-data yang

diperlukan berasal dari sumber lain misalnya keluarga, orang lain

yang mengenal pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Pengumpulan

data dasar ibu nifas dengan masalah pemberian ASI meliputi data

subjektif dan data objektif, yaitu: 1) Data Subjektif adalah data yang

diperoleh langsung dari pasien yang berupa identitas/biodata dan

keluhan-keluhan yang dirasakan pasien: payudara terasa penuh, ASI

belum keluar lancar, payudara keras, panas, bengkak dan terasa

nyeri (Prawirohardjo, 2005) a) identitas pasien, meliputi; (1). Nama

pasien dan suami (penanggung jawab) sangat diperlukan selain

untuk pengadministrasian juga untuk menghindari kesalahan dalam

pelaksanaan tindakan medis dan pengobatan serta dalam hal

pengdiagnosaan (Depkes, 1996); (2). Umur: dikelompokkan untuk

mengetahui ambang rangsang nyeri dan juga untuk memudahkan

dalam ketetapan pemberian dosis obat (Depkes, 1996). b). Keluhan

utama: menanyakan perasaan ibu, apa yang di keluhkan atau

rasakan; c) Jenis persalinan : spontan; d) Riwayat post partum:

(1) Keadaan Umum : biasanya pasien nifas dengan masalah

pemberian ASI disebabkan karena payudara bengkak, keadaan ini

membuat payudara odema, sakit, puting kencang, kulit mengkilat tapi

tidak merah dan bila diperiksa ASI tidak keluar dan badan biasanya

demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena produksi ASI meningkat,

terlambat menyusui dan bayi kurang disusui (PERINASIA, 2010).

(2) Ambulasi : Mochtar (1998) mengatakan bahwa pasien nifas harus

segera melakukan ambulasi sendiri untuk proses involusio.


75

(3) Napsu makan dan eliminasi : hal ini akan berhubungan. Pasien

tidak akan banyak makan atau tidak makan sama sekali dalam hari-

hari pertama masa nifasnya karena cemas makanan yang dimakan

akan menambah produksi ASI semakin meningkat.

(4) Ketidaknyamanan: menjelaskan lokasi ketidaknyamanan, sering

muncul pada hari pertama masa nifas yaitu payudara, perut bagian

bawah dan jahitan episiotomi atau ruptur; (5) Keluhan lain : keluhan

lain yang mungkin akan timbul pada masa nifas dengan masalah

pemberian ASI yaitu kesulitan dalam beraktivitas atau lebih dikenal

dengan mobilitas. 2) Data objektif adalah data yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap

pasien. Baik pemeriksaan fisik head to toe, pemeriksaan kebidanan

(inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan

penunjang. Data objektif berupa: a) tanda-tanda vital: berhubungan

dengan kejadian infeksi dan sekaligus untuk meninjau keadaan

umum ibu. Tanpa infeksi suhu tidak lebih dari 380C, bila lebih berarti

demam masa nifas, nadi takikardi, tekanan diastoli tinggi hingga

110 mmHg atau lebih, perlu dicurigai adanya preeklamsia dan

eklamsia. Disamping itu bila terjadi hipotensi perlu pantau lagi

adakah perdarahan dan jumlahnya (Ani, 2008); b) Payudara,

keadaan puting susu, kolostrum keluar pada hari pertama sampai

hari keempat post partum, bayi mengisap masih kurang; c) Fundus

uteri : menunjukkan berapa hari post partum. Bila uterus keras

berarti kontraksi baik, sebaliknya bila lembek perlu diberi tindakan

sebagai atonia uteri. Uterus berkontraksi dengan baik ibu akan


76

merasakan nyeri pada perut yang disebut after pain; d) Kandung

kemih, penuh atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, e) Lochea ,

menjelaskan pada hari pertama sampai hari ketiga akan keluar

lochea jenis rubra clan berwarna merah tua serta berbau amis;

f) Perineum : ada luka jahitan atau tidak, apakah ada odema atau

tidak, kaji tingkat nyeri, ada tanda-tanda infeksi yaitu warna,

pembengkakan, suhu, nanah dan nyeri. g) Vulva: lihat adakah

odema, warna dan kemungkinan juga tanda infeksi, serta kebersihan;

h) Anus : lihat adakah haemoroid atau tidak.

b. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa

atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah didapatkan. Data-data yang telah didapatkan kemudian

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah

yang spesifik pada ibu:

Diagnosa : Ibu nifas 2 jam

Data Dasar S : 1) Ibu mengatakan baru melahirkan 2 jam lalu

2) Ibu mengatakan nyeri pada jalan lahir

O : Ekspresi wajah meringis

Masalah : gangguan rasa nyaman.

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnose dan masalah


potensial yang dapat terjadi sehingga pada langkah ini
membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan dilakukan
pemecahan masalah sambil mengamati klien serta diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar
terjadi.

Diagnosa potensialnya : tidak ada


77

Masalah : tidak ada

d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau


dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien. Pada langkah ini
yang perlu dilakukan oleh anggota tim kesehatan lainnya adalah
memberikan konseling pada ibu tenteng manfaat pemberian ASI dini
pada bayi dan menganjurkan pada ibu untuk menetek bayinya sedini
mungkin.

e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, langkah


ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

f. Langkah IV : Melaksanakan perencanaan

Langkah ini dilakukan rencana asuhan yang menyeluruh


seperti telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara
efesien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakuakan seluruh oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan yang
lain. Pada langkah ini kita perlu melakukan tindakan yang sudah
direncanakn pada langkah kelima secara menyeluruh.

g. LangkahVII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir menejemen kebidanan


untuk menilai keberhasilan dari tindakan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Untuk itu hasil yang diharapakan setelah melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum.
Pendokumentasian asuhan kebidanan yang dilakukan dengan
menggunakan SOAP yaitu :

S : Data Subjektif, Data yang diperoleh melalui anamnese

O : Data Objektif, Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksan


diagnostik dan pendukung lainnya , data ini termasuk catatan
medik pasien yang lalu.

A : Assesment, Merupakan analisa atau intepretasi berdasarkan data


yang terkumpul, dibuat kesimpulan berdasarkan segala sesuatu
yang dapat diidentifikasi : Diagnosa , antisipasi diagnosa dan
masalah potensial perlunya tindakan segera.
78

P : Planning, Menerapkan gambaran pendokumentasian dari


tindakan (Implementasi) evaluasi rencana yang di dalamnya
termasuk : asuhan mandiri, kolaborasi atau konsultasi dengan
dokter, tes diagnostik atau laboratorium konseling atau
penyuluhan, follow up.(Varney 1997).

4. Manajemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar .

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan


mengumpulkan semau data yang diperlukan untuk menentukan
masalah serta kebutuhan dalam kebidanan yaitu ; riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, pemeriksaan
khusus dan pemeriksaan penunjang.

Pada langkah ini pengumpulan data yang dirangkai yaitu;

1) Data subjektif yang terdiri dari:

a) Nama, perlu ditanyakan untuk menghindari adanya dua


nama yang sama.

b) Usia, perlu untuk menghindari dalam masa pengobatan.

c) Pendidikan, perlu untuk mengetahui tingkat pengetahuan


ibu dan mempermudah dalam memahami penyakit yang
dijelaskan.

d) Pekerjaan perlu untuk mengetahui status ekonomi


pasien.

e) Suku atau kebangsaan perlu untuk mengetahui adanya


pengaruh terhadap kebiasaan pasien.

f) Alamat, perlu untuk mengetahui alamat jelas pasien.

g) Status pernikahan, perlu untuk mengetahui dengan


pasti status pernikahan pasien, lamanya pernikahan
perlu untuk mengetahui berapa lama pasien yang
mengandung setelah menikah.

h) Agama, untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap


kebiasaan pasien dan dengan mengetahui akan
mempermudah dalam melakukan pendekatan dalam
asuhan kebidanan (Depkes, 2005).

2) Data objektif terdiri dari :


79

a) Pemeriksaan umum, agar diketahui bayi dalam keadaan


baik atau tidak.

b) Pemeriksaan tanda – tanda vital : suhu kurang dari

360C, bayi biasa terjadi hipotermi.

c) Pemeriksaan fisik

d) Pemeriksaan penunjang.

b. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini menganalisa data dasar yang telah


dikumpulkan pada langkah I, menginterpretasikannya secara akurat
atas data – data yang telah dikumpulkan.

Diagnosa : Bayi Baru Lahir dengan berat badan lahir 3,2 kg

Kebutuhan : Keringkan tubuh bayi dan bungkus dengan selimut yang

kering dan bersih

c. Langkah III : Diagnosa dan masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengedentifikasi masalah atau


diagnosa potensial yang dapat terjadi pada bayi baru lahir
berdasakan diagnosa dan masalah yang sudah diidentifikasi.

d. Langkah IV : Melakukan tindakan menyeluruh atau kolaborasi .

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau


dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manejemen kebidanan
dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap pasien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi paling
tepat dalam Manajemen Asuhan Kebidanan.

e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh


ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya
segera atau rutin.

f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan


80

Langkah pelaksanaan di dalam proses manajeman


kebidanan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan,
pelaksanaan tindakan selalu diupayakan di dalam waktu yang
singkat, efektif, hemat dan berkualitas.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi di dalam


kebidanan yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
tindakan kebidanan yang dilakukan.

Setelah melakukan asuhan kebidanan setiap bidan dituntut


untuk mendokumentasikan dalam catatan pasien atau rekam medis,
model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah
dalam bentuk catatan perkembangan karena bentuk asuhan yang
diberikan berkesinambungan dan menggunakan proses yang terus
menerus dalam bentuk SOAP (Varrney, 1999).

Adapun isi SOAP antara lain :

S : Data informasi yang subjektif (mencatat hasil anamnese)

O : Data informasi yang objektif (hasil pemeriksaan dan observasi)

A : Mencatat hasil analisa (diagnosa dan masalah kebidanan)

P : Mencatat seluruh penatalaksanaan yang dilakukan (tindakan


antisipasi, tindakan segera, tindakan rutin, penyeluhan, sport,
kolaborasi, rujukan dan evaluasi).

5. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana (KB)

a. Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi


yang akurat dan lengap dan semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Data yang diperoleh adalah:
1). Wawancara (menanyakan atau tanya jawab berkaitan dengan
masalah dihadapi pasien yang disebut dengan anamnesa).
2). Pengamatan (mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan pasien).
3). Pemeriksaan fisik (melakukan pemeriksaan pada fisik pasien
untuk menentukan masalah pasien), data dikumpulkan dengan
cara inspeksi (melihat), palpasi (meraba), auskultasi
(mendengar) dan perkusi (mengetuk bagian tubuh).

Sumber data yang dibutuhkan terbagi atas tiga bagian yaitu:


81

1) Sumber data primer : data-data yang dikumpulkan dari pasien,

yang dapat memberikan informasi yang lengkap tentang masalah

kesehatan dan keperawatan (dalam hal ini kebidanan) yang

dihadapinya.

2) Sumber data sekunder : data-data yang dikumpulkan dari orang-

orang terdekat pasien seperti : keluarga pasien, ayah,ibu, paman,

bibi, atau orang lain yang dekat dengan pasien.

3) Sumber lain: yaitu catatan pasien apakah dari keperawatan atau

rekam medis yang merupakan riwayat penyakit dan perawatan

pasien di masa yang lalu.

a) Data subjektif

(1) Nama: diperlukan selain untuk melakukan administrasi

juga untuk menghindari keselahan dalam pelaksanaan

tindakan medis dan pengobatan, serta dalam hal

pendiagnosaan dan berhubungan dengan pribadi.

(2) Umur: ditanyakan untuk mengatahui sudah berapakah

usia pasien.

(3) Alamat : ditanyakan untuk memudahkan hubungan bila

diperlukan dalam keadaan mendadak. Dengan diketahui

alamat tersebut bidan dapat mengetahui tempat tinggal

pasien/klien dan lingkungannya.

(4) Pekerjaan: ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap masalah kesehatan klien.

(5) Agama: ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien,


82

dengan diketahui agama klien memudahkan bidan

dalam melakukan pendekatan di dalam melaksanakan

asuhan kebidanan

(6) Pendidikan : ditanyakan untuk mengetahui tingkat

intelektualnya, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap

dan perilaku seseorang.

(7) Riwayat kesehatan keluarga: ditanyakan untuk

mengetahui penyakit yang sering timbul pada keluarga

karena dapat mempengaruhi keadaan ibu sendiri.

(8) Riwayat KB: apakah ibu pernah menggunakan KB

senelumnya : keluhan utama, riwayat keluhan utama

(9) Aspek psikologi: ibu membutuhkan motivasi dari bidan

dan dukungan suami atau keluarga.

(10) Aspek sosial budaya : bagaimana hubungan ibu dengan

suami dan keluarga.

(11) Pola kebiasaan sehari-hari: meliputi kebutuhan nutrisi,

eliminasi dan pola istrahat.

b) Data objektif

Merupakan proses pemeriksaan yang dilakukan


meliputi pemeriksaan fisik mulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.

b. Langkah II : Identifikasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi data dasar yang benar


atas data-data yang telah dikaji. Data yang sudah dikumpulkan,
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
spesifik pada akseptor KB suntikan. Data yang diperoleh terdiri dari :

Diagnosa : Ibu calon akseptor KB


Dasar : Ibu masa nifas 2 minggu
83

Masalah : Ibu belum paham dengan alat kontasepsi


Kebutuhan : Berikan konseling pada ibu tentang macam-macam
kontrasepsi dan efek samping kontrasepsi tersebut.

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi diagnosa masalah potensial


yang dapat terjadi pada ibu calon akseptor KB berdasarkan diagnosa
dan masalah yang sudah diidentifikasi.
Masalah potensial : tidak ada
Dasar : tidak ada

d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan tindakan

segera.

Pada tahap ini bidan mengidentifikasi kesinambungan dan


proses penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergensi,
berdasarkan hasil analisa data bahwa klien membutuhkan tindakan
segera untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayinya. Pada langkah ini
diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga bidan mengetahui
penyebab langsung masalah yang ada, untuk itu diperlukan tindakan
segera yang bersifat observasi atau pengkajian kembali.

e. Langkah V : Rencana asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini informasi yang didapatkan harus lengkap.


Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
teridentifikasi dari kondisi pasien dan setiap masalah yang berkaitan,
apakah dibutuhkan penyuluhan dan konseling. Setiap rencana
disetujui oleh kedua belah pihak yaitu oleh bidan dan pasien dapat
dilaksanakan secara efektif.

f. Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk


melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
g. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh


yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Semua
keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan
84

menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang


berdasarkan pada pengetahuan, teori terkini (up to date) dan sesuai
dengan asumsi tentang apa yang dilakukan klien. Pada hal ini penulis
dapat membuat rencana asuhan yang menyeluruh

h. Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan

aman

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh


seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

i. Langkah VII: Evaluasi

Dilakukan evaluasi untuk menilai keefektifan dari asuhan


yang sudah diberikan. Merupakan tahap akhir dari manajemen
kebidanan untuk menilai hasil yang dicapai. Untuk pendokumentasian
atau pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP

S : Subjektif, data menurut klien. Data ini diperoleh menurut


anamesa

O : Objektif, data hasil pemeriksaan fisik klien dan pemeriksaan


diagnostik serta pendukung lain termasuk catatan medis klien
yang lalu

A : Assesment, interprestasi berdasarkan data yang terkumpul


dibuat berdasarkan kesimpulan yang diidentifikasi.

1. Diagnosa/masalah

2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

3. Tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi

atau kolaborasi dan rujukan

P : Planning/perencanaan merupakan gambaran pendokumentasian


dari tindakan (implementasi dan evaluasi).
85

E. Kerangka Pikir

Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care)

Ibu Hamil
UK 35-40 Minggu

Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan kebidanan pada Rujuk


kehamilan fisiologis
Kunjungan I (UK 35-36 Minggu)
Kunjungan II (UK 37-38 Minggu)
Kunjugan III (UK 38-40 Minggu)

Bersalin

Fisiologis Patologis
86

Pemantauan kemajuan persalinan kala Rujuk


I-IV dengan partograf

Bayi baru Lahir Nifas

Fisiologis Patologi
Fisiologis Patologis
Rujuk

Penerapan asuhan kebidanan pada Penerapan asuhan kebidanan pada ibu nifas Rujuk
ibu bayi baru lahir fisiologis fisiologis
Kunjungan I (6jam PP) Kunjungan I (6jam PP)
Kunjungan II( 6 Hari PP) Kunjungan II( 6 hari PP) KB
Kunjungan III( 14hari PP) Kunjungan III( 2 miggu PP)
Kunjungan IV (6 minggu PP) Kunjungan IV ( 6 minggu PP)

Kunjungan I (6 hari PP)=Konseling pelayanan KB


Kunjungan II (2 miggu PP)=Evaluasi konseling pelayanan KB

Gambar 1.
Kerangka Pikir

F. Kerangka Konsep

Komprehensif
1. Manajemen Asuhan
ANC
Kebidanan
a. Pengumpulan Data
INC b. Interpretasi Data
c. Diagnosa, Masalah dan
Ibu Hamil Kebutuhan
29 minggu PNC d. Kebutuhan danTindakan
Segera
e. Intervensi/Rencana Tindakan
BBL
f. Implementasi/Pelaksanaan
g. Evaluasi

KB
87

2. SOAP

a. S: Data Subjektif
b. O: Data Objektif
c. A: Asesmen
d. P: Plening

Ibu dan bayi sehat, asuhan telah


diberikan secara menyeluruh sesuai
kebutuhan ibu dan bayi.

Gambar 2

Kerangka Konsep
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam Laporan Tugas Akhir ini

adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian

yang memberikan gambaran tentang bagaimana melakukan asuhan

kebidanan kehamilan.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 27 Januari 2020 sampai

dengan 10 Februari 2020

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Nania dengan

alasan sebagai berikut :

a. Subjek penelitian berdomisili di desa waiheru yang merupakan wilayah

kerja Puskesmas Nania.

C. Subjek Penelitian

Ny.N umur kehamilan hamil 36 minggu di puskesmas Nania .

D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang di dapat langsung dari klien.

b. Data Sekunder
89

Data yang didapatkan dari orang lain yang berhubungan

dengan subjek dan lokasi penelitian

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data, menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi yaitu cara memperoleh data dengan melihat atau

mengamati secara langsung pada pasien dengan menggunakan indra

penglihatan kemudian menginterprestasikannya. Dari hasil observasi

dapat memperoleh gambaran perkembangan dan kemajuan masalah

yang ada pada ibu hamil.

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu bentuk komunikasi verbal dengan

menggunakan alat bantu format pengkajian yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data dari ibu hamil dan atau keluarga.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan secara sistematika Head

To Toe

d. Studi dokumentasi

Data yang didapat berupa pengumpulan data yang diperoleh

melalui catatan kebidanan dan status Ibu hamil di Puskesmas Nania.

berencana dengan pendekatan 7 langkah Varney dan SOAP.


90

E. Triangulasi Data

1. keadaan umum

2. TTV

Observasi 3. Antropometri

4. Pemeriksaan fsik

5. Pemeriksaan Lab

6. Implementasi

DATA 1. Buku KIA


Dokumentasi
2. Rekam medic

3. Lembar partograf

1. Identtas pasien

2. Keluhan utama
Wawancara
3. Riwayat
kehamilan

4. Riwayat
Kesehatan

5. Pola kebiasaan

Gambar 3

Trigulasi Data

F. Bahan / Instrumen Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format Asuhan

Kebidanan dalam melaksanakan pengkajian, asuhan, dan pendokumentasian

pada pasien agar mendapatkan data yang akurat tentang pasien. Dengan

menggunakan alat bantu sebagai berikut :


91

1) Kehamilan

a. Tensimeter dan stetoskop

b. Timbangan berat badan

c. Pengukur lila

d. Pita cm dan leanec

e. HB sahli

f. Handscoen.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Tempat tinggal klien berlokasi di Desa Waiheru Bip Kecamatan Teluk

Ambon, jarak kurang lebih 2 Km dengan menggunakan transportasi umum

menuju Puskesmas Nania. Rumah klien bersifat permanen.

Lokasi Puskesmas berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat

Desa Nania dan terletak di jalan utama serta lebih dikenal dengan Puskesmas

Nania. Wilayah kerja Puskesmas Nania mencakup tiga Desa yang terdiri dari

Desa Hunuth, Waiheru, dan Desa Nania. Puskesmas Nania Adalah Puskesmas

Rawat jalan, Dengan Akreditas Dasar, yang dipimpin oleh Ibu Sitri

Kaisuku,SKM.Pelayanan Yang ada di puskesmas nania Terdiri dari Pelayanan :

KIA/KB,GIGI dan Pemeriksaan Kesehatan/ UMUM, Dan jumlah pegawai yang

ada di puskesmas Nania ada 30 orang yang terdiri dari PNS 19 orang,Kontrak 6

orang dan suka rela 5 orang.


93

B. Tinjauan Kasus

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. N DENGAN

KEHAMILAN NORMAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

NANIA AMBON

Hari/Tanggal : 27 Januari 2020

Tempat : Puskesmas Nania Ambon

Pengkaji : Wa Ode Ditha Anindya

Waktu Pengkajian : 14.00 WIT

A. PENGKAJIAN

1. Data Subjektif

Nama Ibu : Ny.N. Nama Suami : Tn. R.

Umur : 25 tahun Umur : 35 tahun

Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Waiheru Alamat : Waiheru

Anamnesa pada tanggal 27-01-2020 pukul 14.00 wit oleh mahasiswa

a. Alasan kunjungan saat ini : kunjungan pertama

b. Keluhan utama

Tidak ada

Riwayat kehamilan ini

G : II P : I A : 0
94

1) Riwayat menstruasI

Hari pertama haid terakhir tanggal: 14-05-2019 pasti

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : 3 kali ganti pembalut

Siklus : 28 hari

Konsistensi : kental

Warna :merah sampai merah

bata

Dismnorhoe :tidak

2) Pergerakan fetus di rasakan :pada kehamilan 20

minggu

pertama kali

Pergerakan fetus dalam 24 Jam : lebih dari 10 kali

3) Keluhan dirasakan : Sering buang air kecil

Tabel 3.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu.

Anak Umur
Usia
Ke Kehamilan/ Penolong/ Penyulit JK anak BBL
Sekarang
Keluhan

1 Aterm/tidak ada Bidan/ tidak ada Laki-laki 4 tahun Hidup

c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita


95

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular

(Hepatitis, HIV/AIDS, TBC) menurun (Hipertensi, Dibetes

Melitus, Jantung)

2. Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suami

tidak ada yang menderita penyakit menular (Hepatitis,

HIV/AIDS, TBC) menurun (Hipertensi, Dibetes Melitus,

Jantung)

3. Perilaku kesehatan

Penggunaan alcohol / obat – obat sejenisnya: tidak

Obat – obat / jamu yang sering digunakan : tidak

Merokok, makan sirih : tidak

Iritasi vagina / ganti pakaian dalam (frekuensi) : tidak

d. Riwayat KB

Ibu pernah menjadi Akseptor KB suntik 3 bulan.

Tabel 4
Pola kebiasaan sehari – hari

Sebelum hamil Saat hamil

- Makan - Makan
Frekuensi: 3 porsi sedang Frekuensi: 4 porsi sedang
Jenis : nasi, sayur, lauk Jenis : nasi, sayur, lauk
Keluhan : tidak ada Keluhan : makan sedikit tapi
sering dan porsi tidak di habiskan
Pola Nutrisi
- Minum
- Minum
Frekuensi: 8-10 gelas/hari
Frekuensi : 8 gelas/hari
Jenis: air putih dan susu
Jenis : air putih.
Keluhan : tidak ada
Keluhan : tidak ada

Eliminasi - BAK -BAK


96

Frekuensi: 4-6 kali/haari Frekuensi: 5-7 kali/hari

Warna: kunig cerah Warna: kuning cereh

Bau: amnion Bau: amniom

- BAB -BAB

Frekuensi : 1 kali/kari Frekuensi: 1 kali/hari

Konsstensi lunak Konsistensi lunak

Keluhan : tidak ada Keluhan :tidak ada

Mandi : 2x sehari Mandi : 2x sehari


Pola personal Sikat Gigi: 3x sehari Sikat Gigi: 3x sehari
Hygiene Keramas: 2 hari sekali Keramas: 2 hari sekali
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

Tidur siang: ± 1 jam


Tidur siang: ± 2 jam
Tidur malam: ± 6 jam
Pola istirahat Tidur malam: ± 8 jam
Keluhan : sering terbangun
Keluhan : tidak ada
karena sering buang air kecil.

3 kali seminggu
Pola seksual Tidak pernah
Keluhan : tidak ada

e. Riwayat Sosial

1. Kehamilan ini direncanakan oleh pasangan

2. Status perkawinan : sah

3. Lamanya : 5 tahun

Tabel 5
Susunan keluarga yang tinggal serumah

No. Jenis Umur/tahun Hubungan pendidikan pekerjaan Ket.

kelamin Keluarga

1. Laki-laki 35 tahun Suami SMA Wiraswasta

2. Perempuan 25 tahun Istri SMA IRT

3. Laki-laki 4 tahun Anak TK Belum


97

bekerja

4. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan

dan nifas

a. Kehamilan

Pasien dan keluarga mempercayai bahwa ibu hamil harus

membawa gunting dan darinya untuk menghindari dari

makhluk ghaib dan ibu yang sedang hamil tidak dianjurkan

duduk didepan pintu karena akan memperhambat proses

persalinan atau kelahiran.

b. Persalinan

Pasien dan keluarga percaya bahwa ibu yang menjelang

proses persalinan disarankan untuk meminum air yang

telah diberi syarat oleh suami, orang tua atau para tokoh

agama agar persalinan berjalan dengan lancar.

c. Nifas

Ibu dan keluarga mempercayai bahwa selama ibu nifas

disarankan diukup dengan menggunakan dedaunan

kemudian ditambahkan dengan beberapa terapi tradisional

(diurut).

f. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga dari ibu maupun suami tidak ada yang pernah atau

sedang menderita penyakit keturunan atau menular seperti

hipertensi, diabetes mellitus, tuberculosis, dll.

2. Data Objektif

a. Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis
98

Keadaan emosional : stabil

b. HTP : 14-05-2020

c. Tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg denyut nadi : 82x/menit

Suhu tubuh : 36,8ºC pernapasan : 21x/menit

d. Tinggi badan : 149 cm

e. BB saat hamil : 64 kg

BB sebelum hamil : 56 kg

Kenaikan Berat Badan selama hamil 8 kg

f. LILA : 30 cm

g. Pemeriksaan fisik

1) Kepala

Inspeksi : rambut bersih, tidak ada ketombe, rambut tidak

rontok, penyebaran merata

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada odem

2) Wajah

Inspeksi : ada cloasma grafidurum

Palpasi : tidak ada odem

3) Mata

Inspeksi : simetris kiri kanan, konjungvita pucat, sclera putih,

kelopak mata tidak odema, tidak strabismus

4) Hidung
99

Inspeksi : hidung bersih, tidak ada polip, tidak ada

pengeluaran cairan, tidak ada secret, tidak ada radang, tidak

pernafasan cuping hidung

5) Mulut

Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak

ada sclera pada gigi, tidak bengkak dan berdarah pada gusi,

tidak ada pembesaran tongsil

6) Telinga

Ispeksi : simetris kiri kanan, kebersihan cukup, tidak ada

secret.

7) Leher

Inspeksi : tidak ada pembengkakan/benjolan pada leher.

Palpasi : tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid,

kelenjar limve, dan vena jugularis.

8) Payudara

Inspeksi : simetris kiri kanan, adanya hyperpigmentasi

areola mammae, putting susu menonjol

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa/benjolan,

tidak ada jaringan parut.

Pengeluaran : belum ada kolostrum

9) Ketiak

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

10) Dada

Tidak ada retraksi pernafasan dinding dada

11) Abdomen
100

Inspeksi : tidak ada luka bekas oprasi, adanya linea alba,

pembesaran sesuai usia kehamilan

Palpasi :

Leopold I : TFU setinggi PX, fundus teraba bulat, lunak dan

tidak melenting (bokong)

Leopold II : Teraba bagian memanjang seperti papan

disebelah kiri perut ibu (PUKI, dan teraba bagian-bagan kecil

janin disebelah kanan perut ibu (ekstremitas).

Leopold III : teraba bagian bulat, keras dan melenting pada

bagian bawah (kepala).

Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk pintu atas

panggul (konvergen).

Mc. Donald :TFU 31 cm (32-12x155= 2.945 gram)

TBJ : 2.945 gram

a. Auskultasi

DJJ : 142x/menit (teratur)

12) Genetalia

Tidak Luka parut, tidak ada varices, tidak ada pembengkakan

Kelenjar bartholini, tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak ada

haemoroid pada anus.

13) Ekstremitas

a) Tangan

Odema : tidak ada odema

Kebiruan : tidak ada kebiruan pada kuku

b) Kaki
101

Odema : tidak ada odema

Kebiruan : tidak ada kebiruan pada kuku

Varices : tidak ada varices

Reflex patella : (+/+)

h. Pemeriksaan Laboratorium

1) HB : 10 gr%

2) Urine reduksi : (-) negative

3) Protein urine : (-) negative

i. TT 1 : 03-10-2019

TT 2 : 10-12-2019

j. Terapi

Fe : 90 tablet 1x 60 mg B6 : 10 tablet 1x 1,7 mg

Calac : 40 tablet 1x 500 mg Vit .c : 40 tablet 2x 20 mg

B.com : 50 tablet 1x 2.6 mg

B. Interpretasi Data

Tanggal : 27-01-2019 pukul : 14.00 WIT

1. Diagnose Kebidanan

Ibu : Ny. N GIIPIA0 usia 25 tahun hamil 36 minggu dengan

anemia ringa.

Janin : Hidup, tunggal, intra uterin, punggung kiri, presentasi

kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul (konvergen)

Data Dasar :

Data Subjektif

a. Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dan belum pernah

keguguran.
102

b. Ibu mengatakan susah tidur karena sering buang air kecil

c. Ibu mengatkan makan dengan porsi tidak di habiskan sedikit tapi

sering

d. Ibu mengatakan HPHT tanggal 14-05-2019

Data Objektif

a. Keadaan umum: baik, Kesadaran: composmentis, Keadaan

emosional: stabil

b. Tanda vital

Tekanan darah: 110/70, denyut nadi : 82x/menit, Suhu tubuh:

36,8ºC, pernapasan: 21x/menit, LILA: 30 cm, BB: 64 Kg (kenaikan

berat badan ibu selama hamil 8 Kg), tinggi badan: 149 cm

c. Pemeriksaan head to toe pada mata konjungvita pucat

d. Leopold I : TFU sejajar PX, fundus teraba bulat, lunak dan

tidak melenting (bokong). Leopold II : Teraba bagian memanjang

seperti papan disebelah kiri perut ibu (PUKI, dan teraba bagian-

bagan kecil janin disebelah kanan perut ibu (ekstremitas).

Leopold III : teraba bagian bulat, keras dan melenting pada

bagian bawah (kepala). Leopold IV : bagian terendah janin belum

masuk pintu atas panggul (konvergen).

e. Pemeriksaan Labolatorium

HB: 10 gr%, Urine reduksi: (-) negative, Protein urine: (-)

negative .

2. Masalah

a. Gangguan pola istirahat/tidur yang tidak mencukupi.


103

b. Gangguan rasa nyaman karena ketidaknyaman trimester III yaitu

sering berkemih di malam hari.

3. Kebutuhan

KIE pola istirahat pada ibu hamil dan KIE tentang perubahan fisik pada

ibu hamil trimester III.

C. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Anemia berat.

D. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI

Tidak ada

E. INTERVENSI (RENCANA ASUHAN)

Tanggal : 27-01-2020 pukul : 14.30 WIT

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.

Rasional : Ibu perlu mengetahui kondisi kehamilannya.

2. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Rasional: wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang

teratur khususnya selama kehamilannya, jadwal istirahat dan tidur

perlu diperhatikan dengan baik karena istirahat yang teratur untuk

kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin.

3. Jelaskan tentang keadaan sering buang air kecil pada ibu hamil

Rasional : Setelah mendapatkan penjelasan diharapkan mampu

mengurangi masalah ibu

4. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi

seperti sayur kelor, katuk, bayam dan sebagainya.


104

Rasional : Asupan zat besi untuk mencegah ibu mengalami anemia

berat dan persiapan untuk persalinan dan laktasi.

5. Beri tahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan

Rasional : Kehamilan merupakan keadaan yang fisiologis akan tetapi

seringkali disertai dengan keadaan bahaya yang dapat mengancam

jiwa ibu, dengan mengetahui tanda bahaya kehamilan ibu dapat

segera ke fasilitas kesehatan terdekat.

6. Memberikan KIE tentang tanda-tanda persalinan.

Rasional : ibu dapat mengetahui dan tidak panik saat persalinan tiba.

7. Anjurkan ibu untuk segera ke fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda–

tanda persalinan.

Rasional : Pertolongan perslinan di fasilitas kesehatan lebih aman dan

cepat ditangani jika ada masalah yang menyertai.

8. Beritahu ibu tentang cara minum therapy yang di berikan bidan seperti

tablet Fe, calac,vit.c, b.com

Rasional : obat yang diminum oleh ibu hamil patut mendapatkan

perhatian, karena obat yang di minum dapat mempengaruhi janin yang

dikandungnya. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar obat

dapat melintasi plasenta.

9. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang satu minggu kemudian dan

sewaktu – waktu apabila terdapat keluhan

Rasional : Pemeriksaan kehamilan minimal empat kali dan lebih sering

kunjungan pada trimester III untuk antisipasi masalah dan atau

diagnosa potensial
105

F. IMPLEMENTASI (PERENCANAAN RENCANA ASUHAN)

Tanggal : 27-05-2020 pukul : 15.00 WIT

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaannya bahwa ibu dan janin

dalam keadaan baik, ibu mengerti.

2. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat, tidur siang ± 2 jam dan

tidur malam ± 8 jam.

3. Menjelaskan kepada ibu bahwa keadaan sering buang air kecil

pada saat hamil diakibatkan oleh penurunan kepala janin yang

menekan kandung kemih saat hamil tua dan hal tersebut masih

dalam keadaan yang normal.

4. Menganjurkan makan makanan yang mengandung zat besi seperti

sayur kelor, katuk, bayam, kacang-kacangan seperti kedelai dan

lain-lain.

5. Memberitahukan ibu tentang tanda bahaya trimester III antara lain

perdarahan pada jalan lahir dan pengeluarannya berbau busuk,

bengkak pada ekstremitas, pandangan kabur, nyeri kepala yang

hebat, nyeri perut bagian bawah serta memberitahukan ibu apabila

mengalaminya untuk segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat.

6. Memberikan KIE tentang tanda-tanda persalinan anatar lain: Rasa

nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat sering dan teratur,

Keluar lendir bercampur darah (show), dan ketuban pecah.

7. Menganjurkan ibu untuk segera ke fasilitas kesehatan jika sudah

ada tanda–tanda persalinan.

8. Menjelaskan tentang pemberian obat obatan seperti tablet Fe,

calac, vit.c, b.com. Cara mengkomsumsi therapy yang ibu dapatkan


106

dari bidan yaitu : tablet Fe 1x 60 mg , B6 : 1x 1,7 mg, Calac :1x 500

mg B.com 1 x 2,6 mg ,Vit.c 2x 20 mg.

9. Menganjurkan ibu untuk ibu kembali pada tanggal 10 Februari 2020

untuk kunjungan ulang atau kembali sewaktu–waktu apabila

terdapat keluhan meminta.

G. Evaluasi

Tanggal : 27-05-2020 pukul : 15.20 WIT

S : Subjektif

Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan kedua dan tidak pernah

keguguran, HPHT : 14-05-2020

O : Objektif

KU: baik, kesadaran composimentis, TD : 110 / 700 mmHg, N : 82 x /

menit, R : 21x/menit, S : 36,8°C, TFU: sejajar prosessus xifoideus, BB

: 64 kg, bagian fundus teraba lunak, tidak melenting yaitu bokong TFU

31 cm bagian kiri perut ibu teraba keras memanjang, mendatar yaitu

punggung, sedangkan bagian kanan perut ibu teraba bagian terkecil

yaitu ekstremitas, bagian terendah janin teraba bulat, keras, dan

melenting yaitu kepala, bagian terendah janin yaitu konvergen belum

masuk PAP, DJJ: 142X/menit, TBJ: 2.945 gram (31-12x155= 2.945

gram).

A : Analisa

Ny N GII PIA0 UK 36 minggu janin tunggal hidup intra uteri

P : Penatalaksanaan
107

Tgl: 27-01-2020 jam 15 : 20 wit

1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaannya .

2. Ibu sudah bersedia untuk istirahat yang cuckup

3. Ibu mengerti tentang ketidaknyaman yang dirasakan

4. Ibu bersedia mengonsumsi sayuran yang telah dianjurkan

5. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya kehamilan Trimester III

6. Ibu sudah mengerti tentang tanda-tanda mulainya persalinan.

7. Ibu bersedia persalinan ke faskes jika sudah ada tanda-tanda

persalinan

8. Ibu sudah mengerti tentang terapi yang diberikan bidan

9. Ibu bersedia untuk kembali kontrol sesuai tanggal kembali dan

jika ada keluhan.

Catatan Perkembangan II

Tangal 03-02- 2020 Jam 15 : 00 WIT

S : Subjektif

Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan Kkedua dan tidak pernah

keguguran, HPHT : 14-05-2019

O : Objektif

KU: baik, kesadaran composimentis, TD : 110 / 70 mmHg, N : 75 x /

menit, R : 21x/menit, S : 36,6°C, TFU: setinggi prosessus

xifoideus, , bagian fundus teraba lunak, tidak melenting yaitu

bokong TFU 32 cm bagian kanan perut ibu teraba keras

memanjang, mendatar yaitu punggung, sedangkan bagian kiri perut

ibu teraba bagian terkecil yaitu ekstremitas, bagian terendah janin


108

teraba bulat, keras, dan melenting yaitu kepala, bagian terendah

janin yaitu konvergen belum masuk PAP, DJJ: 140 x/menit, TBJ:

3.100 gram (32-12x155= 3.100 gram).

A : Analisa

Ny N GIIPIA0 UK 37 minggu janin tunggal hidup intra uteri

P : Penatalaksanaan

Tgl: 03-02-2020 jam 15 : 30 WIT

1. Menjelaskan kepada ibu tentang kehamilanya saat ini dalam

kondisi normal

2. Memberitahu ibu KIE tentang tanda tanda awal persalinan

3. Menganjurkan kepada ibu agar menyiapakan perlengkapan

persalinan seperti pakaian bayi, pralatan bayi dan lain-lain

4. Memeberitahukan ibu untuk melakukan kunjungan ke

puskesmas jika ada keluhan.

Catatan Perkembangan III

Tgl: 10-02-2020 jam 16 : 00 WIT

S : Subjektif

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya

Ibu mengatakan nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah

Ibu mengatakan sering kencing malam

O : Objektif

KU : baik, kesadaran composimentis, TD : 110 / 70 mmHg, N : 72 x /

menit, R : 24x/menit, S : 36,5°C, 3 jari di bawah prosessus xifoideus,


109

bagian fundus teraba lunak, tidak melenting yaitu bokong TFU 29 cm

bagian kiri perut ibu teraba keras memanjang, mendatar yaitu

punggung, sedangkan bagian kanan perut ibu teraba bagian terkecil

yaitu ekstremitas, bagian terendah janin teraba bulat, keras, dan

melenting yaitu kepala, bagian terendah janin sudah masuk PAP, DJJ

: 138X/menit, TBJ: 2.790 gram (29-11x155=2.790 gram)

A : Analisa

Ny N GII PI A0 UK 38 minggu janin tunggal hidup intra uteri

P : Penatalaksanaan

Tgl 10-02-2020 jam 16 : 30 WIT

1. Menjelaskan kepada ibu tentang kehamilanya saat ini dalam

kondisi normal

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada pinggang dan perut

bagian bawah itu hal yang normal.

3. Menjelaskan kepada ibu sering BAK pada malam hari adalah hal

yang normal

4. Mengajarkan pada ibu untuk melakukan perawatan payudara

5. Menjelaskan pada ibu tentang persiapan persalinan seperti

kebutuhan ibu dan bayi.

6. Memberitahu ibu KIE tentang tanda tanda awal persalinan.

7. Memberitahukan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dan jika da

keluhan.

C. Pembahasan

Dalam Laporan Tugas Akhir ini, peneliti akan membahas tentang

asuhan kebidanan kehamilan yang dilaksanakan dari tanggal 27 Januari


110

2020 sampai dengan 10 Februari 2020 di Puskesmas Nania serta

kunjungan rumah.

Pada bagian ini, peneliti akan membahas dengan

membandingkan antara teori dengan praktek di lapangan. Untuk lebih

sistematis maka peneliti membuat pembahasan dengan mengacu pada

pendekatan asuhan kebidanan, kesimpulan data, analisa data dan

melakukan penatalaksanaan sesuai dengan asuhan kebidanan.

1. Kehamilan

Pada tanggal 20 Januari, peneliti bertemu dengan Ny. N

sebagai subjek penelitian yang sedang berkunjung ke Puskesmas

Nania untuk memeriksakan kehamilannya dan tanggal 27 Januari

2020 peneliti melakukan pemeriksaan ANC pada Ny. N di

Puskesmas Nania.

Ibu melakukan pemeriksaan sebanyak 3 kali selama

kehamilan ini yang terdiri dari 2 kali pada trimester II dan 1 kali pada

trimester III. Pemeriksaan kehamilan pada Ny. N ini merupakan

kunjungan ulang ibu dan kunjungan pertama peneliti. Menurut

Kemenkes RI (2013) untuk menghindari resiko komplikasi pada

kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan

kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali,

yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada

trimester III. Hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara

kunjungan yang ibu lakukan dengan teori, dimana pada trimester I ibu

tidak melakukan kunjungan karena ibu merasa tidak ada keluhan dan
111

menganggap kehamilan berjalan dengan baik sehingga tidak

diperlukan pemeriksaan.

Pemeriksaan kehamilan pada Ny. N mengikuti standar 14T

yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi buruk

(Lila), ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian

tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan, Tes terhadap penyakit

menular seksual, tes laboratorium, temu wicara dalam rangka

persiapan rujukan. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo, 2009

kecuali tes terhadap penyakit menular seksual tidak dilakukan selama

kehamilan ini karena keterbatasan fasilitas dan dana.

Kenaikan berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg per minggu

atau 6,5 kg – 16 kg selama kehamilan (Prawirohardjo, 2009).

Kenaikan berat badan Ny. N selama kehamilan 8 kg, hal ini

menunjukan kenaikan berat badan Ny. N dalam batas yang normal

sehingga tidak ada kesenjangan dengan teori.

Tekanan darah ibu hamil harus dalam batas normal (antara

110/70 mmhg sampai 130/90 mmHg). Apabila terjadi kenaikan

tekanan darah (hipertensi) atau penurunan tekanan darah (hipotensi)

hal tersebut perlu diwaspadai karena dapat berdampak buruk bagi

ibu dan janin apabila tidak ditangani secara dini (Prawirohardjo,

2009). Setiap kali periksa kehamilan tekanan darah Ny. N adalah

110/70 mmHg, tekanan darah dalam batas normal, tidak ada

kesenjangan dengan teori.

Ukuran lila normal pada ibu hamil adalah ≥ 23, 5 cm

(Depkes, 2009). Hasil pengukuran LILA Ny. N adalah 30 cm, angka


112

tersebut masuk dalam kategori normal sehingga tidak ada

kesenjangan dengan teori.

Pada saat kunjungan ANC Ny. N umur kehamilan 36 minggu

didapatkan tinggi fundus uteri 31 cm, Menurut Mochtar (2000), tinggi

fundus uteri bertambah sesuai dengan pertambahan umur kehamilan.

Hal ini menunjukan bahwa tinggi fundus uteri Ny. N sesuai dengan

umur kehamilan, tidak ada kesenjangan dengan teori.

Nilai normal Denyut Jantung Janin adalah 120 – 160 x/m

(Bobak & Jensen, 2005). Pada Ny. N didapati DJJ setiap

pemeriksaan kehamilan berkisar antara 130 x/m. Hal ini sesuai

dengan teori dan tidak ada kesenjangan.

Jarak penyuntikan dari imunisasi TT1 ke TT2 yaitu 4 minggu

dengan lama perlindungan 4 tahun (Saifuddin, 2004). Ibu

mengatakan sudah mendapatkan penyuntikan TT sebanyak dua kali,

tidak ada kesenjangan dengan teori.

Tablet penambah darah dapat diberikan sesegera mungkin

setelah rasa mual hilang yaitu satu tablet sehari, Tablet Fe sebaiknya

tidak diminum bersamaan dengan teh atau kopi karena akan

menggangu penyerapan (Saifuddin, 2009). Pada trimester II dan III

Ny. N sudah mendapatkan tablet Fe 60 tablet, Ny. N mau meminum

tablet Fe sesuai anjuran yang diberikan, tidak ada kesenjangan

dengan teori.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) Ibu hamil dikatakan

anemia apabila kadar haemoglobin (HB) dalam darahnya kurang dari

11 gr%. Pada Ny. N didapati kadar HB 10 gr%, maka hal ini peneliti
113

menyarankan ibu untuk mengonsumsi makanan yang mengandung

zat besi seperti sayuran dan menganjurkan ibu untuk istirahat yang

cukup. Setelah satu minggu peneliti melakukan pemeriksaan

didapatkan Hb ibu 11,2 gr%, dan ini merupakan kaadar haemoglobin

normal.

Protein urine pada ibu hamil jika didapati positif 2 serta ada

oedem dan tensi darah tinggi, tanda – tanda tersebut menuju pada

preeklamsia, begitupun dengan glukosa urin jika positif menuju pada

Deabetes Mellitus (Prawirohardjo, 2009). Pada pemeriksaan urine

Ny. N hasilnya adalah negatif, tidak ada kesenjangan dengan teori.

Berdasarkan data–data yang terkumpul dari anamnesa,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan secara inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi tidak ditemukan adanya masalah,

dengan demikian kehamilan Ny. N adalah kehamilan normal.

Kehamilan normal adalah kehamilan dengan gambaran ibu yang

sehat, tidak ada riwayat obstetrik yang buruk serta pemeriksaan fisik

dan laboratorium normal (Saifuddin, 2009).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah peneliti melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada

Ny. N dengan menggunakan pendokumentasian 7 langkah Varney dan

pendokumentasian SOAP pada Ny. N usia kehamilan 36 minggu dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Peneliti mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

hamil Ny. N di Wilayah Kerja Puskesmas Nania dengan menggunakan

pendokumentasian 7 langkah Varney. Pemeriksaan Antenatal Care

sebanyak 3 kali dengar standar 10T, yang tidak dilakukan dalam 10T

yaitu pemeriksaan penyakit menular seksual, dari hasil pengkajian dan

pemeriksaan kehamilan tidak ditemukan kelainan atau komplikasi pada

ibu dan janin.

2. Peneliti mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

bersalin Ny. N.

3. Peneliti mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

nifas Ny. N (kunjungan rumah)

4. Peneliti mampu melaksanakan Asuhan bayi baru Lahir Ny. N

5. Peneliti mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif pelayanan

keluarga berencana Ny. N di puskesmas

B. SARAN

1. Bagi peneliti
115

Agar peneliti mendapatkan pengalaman dan mempelajari kasus-

kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta

menerapkan Asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah

ditetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan

kepada profesi bidan serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif terhadap klien.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan bagi

mahasiswa dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang

mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat

menghasilkan bidan yang berkualitas.

3. Bagi lahan praktik

Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik dan

hendaknya lebih meningkatkan mutu agar dapat memberikan asuhan

yang lebih baik sesuai standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuhan kesehatan agar dapat menerapkan

setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori dari mulai kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan keluarga berencana

4. Bagi Klien

Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan

keadaan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin

dan nyaman karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya

pengawasan pada saat hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dengan

melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, 2009, Buku Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, CV. Trans Info
Media, Jakarta
Ambarwati, 2010, Asuhan Kebidanan Nifas, Muha Medika, Jogjakarta,
Ariyani, Indah, 2013, Pelayanan Komprehensif Kebidanan, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Dewi, dkk. 2010, Asuhan Kebidanan Ibu Nifas, Salemba Medika, Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Ambon (Dinkes Kota Ambon), 2017, Profil kesehatan
Kota Ambon 2018
Djuantoro, Dwi. 2011, Care Files, Ilmu Bedah, KARISMA Publishing Group,
Tangerang
Kemenkes RI., 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017.www.depkes.go.id
(diakses 3 Januari 2019)
Kumalasari, 2015, Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan
Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi,
Salemba Medika, Jakarta

Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan , EGC, Jakarta


Marmi, dkk. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah, Pustaka
Belajar, Yogyakarta
Marmi. 2014, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Saifuddin, A.B. (dkk), 2008, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, EGC, Jakarta
Saifuddin, A.B., 2010, Buku Jakarta Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Bina Pustaka, Jakarta
Salama, dkk., 2006, Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta
Saleha, Sitti, 2013, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Salemba Medika,
Jakarta
Salmah, dkk., 2006, Asuhan Kebidanan Antenatal, EGC, Jakarta
Sarwono, P. 2002, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4.Vol. 1. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Sarwono, P. 2014, Ilmu Kebidanan, YBP.SP, Jakarta
Sulistiawati, Nugraheny, 2010, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin, Salemba
Madika, Jakarta
Varney, H. 2008, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4.Vol.1. EGC, Jakarta
Varney, H. 2018, Buku Ajar Asuhan Kebidan, EGC, Jakarta
World Health Organization, 2015, World Health Statistics

.
117

Anda mungkin juga menyukai