Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIFITAS MEDIA PENUKAR ION SEBAGAI UPAYA

UNTUK MENURUNKAN KESADAHAN AIR

SUMUR GALI DI GUNUNGKIDUL

Disusun Oleh:

VERONICA DWI RATNASARI

NIM: P07133213076

PRODI D-IV

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2017

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal skripsi dengan judul “Efektivitas Media Penukar Ion Sebagai Upaya

untuk Menurunkan Kesadahan Air Sumur Gali di Gungkidul” telah mendapat

persetujuan pembimbing pada tanggal Februari 2017.

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Herman Santjoko, SKM, M.Si M. Mirza Fauzie, SST, M.Kes

NIP. 195909191984031002 NIP. 196707191991031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Yamtana, SKM, M.Kes

NIP. 196202051987031002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

“Efektivitas Media Penukar Ion Sebagai Upaya untuk Menurunkan Kesadahan

Air Sumur Gali di Gungkidul” tepat waktu.

Skripsi ini terwujud atas bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Abidillah Mursyid, SKM, MS; selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Yogyakarta.

2. Bapak Yamtana, SKM, M.Kes; selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Iswanto, S.Pd, M.Kes; selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan

Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Herman Santjoko, SKM, M.Si; selaku Pembimbing utama yang

telah berkenan memberikan bantuan dan pengarahan dalam penyusunan

Skripsi.

5. Bapak M. Mirza Fauzie, SST, M.Si; selaku Pembimbing kedua yang telah

berkenan membimbing dalam penyusunan Skripsi.

6. Bapak Narto, BE, STP, MP; selaku Penguji yang telah berkenan memberikan

masukan dan saran pada penyusunan Skripsi.

7. Bapak Suparman selaku pemilik sumur gali yang telah memberikan izin

kepada saya untuk melakukan penelitian untuk penyusunan Skripsi

iii
8. Kedua Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moril

maupun materiil selama penyusunan Skripsi; dan

9. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan dan semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,

sehingga penulis senantiasa menerima saran dan kritik yang membangun.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta, Februari 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
D. Ruang Lingkup ............................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
F. Keaslian Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 8
1. Air.......................................................................................... 8
2. Sumur Gali ............................................................................ 8
3. Pesyaratan Air Bersih ............................................................ 10
4. Kesadahan Air ....................................................................... 13
5. Pengolahan Air Sadah ........................................................... 15
6. Dampak Kesadahan ............................................................... 28
7. Efektivitas.............................................................................. 29
B. Kerangka Konsep ........................................................................ 31
C. Hipotesis ...................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 33
B. Rancangan Penelitian .................................................................. 34
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 35
D. Waktu dan Tempat ...................................................................... 35
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 35

v
F. Hubungan Antar Variabel ........................................................... 39
G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 40
H. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 40
I. Prosedur Penelitian ...................................................................... 41
J. Analisis Data ............................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 45

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian.................................................................................. 6


Tabel 2. Kadar Kesadahan Air Berdasarkan
Kandungan Kalsium Karbonat ........................................................... 14
Tabel 3. Komposisi Bentonit ....................................................................... 24

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 31


Gambar 2.Desain Penelitian ........................................................................... 33
Gambar 3.Desain Rancangan Penelitian ........................................................ 34
Gambar 4.Skema Hubungan Antar Variabel ................................................. 39

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahkluk hidup di

bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukan bahwa 65

– 75% dari berat badan manusia dewasa terdiri dari air. Menurut ilmu

kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 – 3 liter setiap

hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2

– 3 minggu tanpa makan, tapi hanya 2 – 3 hari tanpa air minum.(Suripin

2001). Kekurangan air dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit batu ginjal

dan kandung kemih karena terjadi kristalisasi unsur – unsur yang ada di

dalam tubuh. Kehilangan air 15% dari berat badan dapat mengakibatkan

kematian (Fakhrurroja 2010).

Mengingat pentingnya air dalam kehidupan manusia, maka perlu

dilakukan upaya untuk memperoleh air yang bersih dan memenuhi syarat –

syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Syarat kualitas air bersih sendiri

telah diatur dalam Permenkes RI No, 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat

– syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Salah satu parameter kimia

dalam persyaratan air bersih adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+

yang biasa disebut sebagai kesadahan air yaitu sebesar 500 mg/L.

Secara geografis Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu daerah

perbukitan batu gamping. Keadaan ini menyebabkan kondisi sumber air

bersih menjadi rendah. Rendahnya kualitas air akibat tanah yang mengandung

1
kapur dinyatakan dalam kadar kesadahan. Kesadahan ada dua, kesadahan

non-karbonat yang disebabkan oleh ion Kalsium dan Magnesium berasosiasi

dengan ion SO42+, Cl- dan NO3- dan kesadahan sementara atau kesadahan

karbonat yang disebabkan oleh ion kalsium dan magnesium berasosiasi

dengan ion CO32- dan HCO3- (Effendi 2007).

Berdasarka data Profil Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun 2012,

sebesar 39% keluarga di Kabupaten Gunungkidul masih menggunakan sumur

gali untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, terutama masyarakat yang

berada di daerah pedesaan. Dengan melihat pentingnya kebutuhan air bersih

bagi masyarakat maka secara alami air dengan kadar kesadahan tinggi

tersebut dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, khususnya kebutuhan

air minum. Sebelum dikonsumsi, masyarakat mengolah air sadah dengan

memasaknya terlebih dahulu. Namun apabila dilakukan terus – menerus maka

dapat menimbulkan gangguan teknis berupa pengerakan pada peralatan

masak (Sugiharto 1985). Selain itu mengkonsumsi air sadah secara terus-

menerus dapat menimbulkan gangguan kesehatan, ekonomis, estetika dan

teknis. Gangguan kesehatan berupa penyakit batu ginjal dan gangguan

ekonomi berupa pemborosan sabun, gangguan estetika berupa noda-noda

putih pada dinding bak kamar mandi (Sugiharto 1985)

Menurut Chandra (2006), kesadahan pada air dapat dihilangkan dengan

beberapa metode, antara lain pemasakan air, penambahan kapur, penambahan

natrium karbonat yang dapat menghilangkan kesadahan sementara atau

menetap, dan proses pertukaran basa (base exchange process). Sehubungan

2
dengan masalah tersebut, maka banyak peneliti yang tertarik untuk

menurunkan tingkat kesadahan air sumur gali di suatu daerah dengan

berbagai metode.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Muhammad

Khomsun (2011) menyatakan bahwa penurunan kesadahan menggunakan

media filter zeolit model tripikon yang diaplikasikan di Desa Nglipar

Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul sebesar 37,2%. Penelitian Eka

Sulistyaningsih (2016) menyatakan bahwa bentonit yang telah diaktivasi

mampu melunakan ion kalsium sebesar 94,38% dan ion magnesium sebesar

98,12%. Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Novi Astrini

(2015) dengan judul efektifitas berbagai dosis rekashet untuk menurunkan

kesadahan air sumur gali di Jimbung Kalikotes Klaten diperoleh hasil dosis

efektif rekashet 6 gr/L dengan penurunan kesadahan sebesar 30,47%.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan uji

perbandingan efektifitas berbagai media untuk menurunkan kadar kesadahan

air sumur gali di Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten

Gunungkidul dengan tiga perlakuan, perlakuan pertama media zeolit,

perlakuan kedua media resin kation dan perlakuan ketiga media bentonit yang

diaktivasi dimana ketiga media tersebut mempunyai sifat pertukaran ion.

B. Rumusan Masalah

Banyaknya penelitian tentang penurunan kesadahan pada sumur gali

menggunakan berbagai media pertukaran ion tanpa mengetahui media mana

3
yang paling efektif digunakan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut:

“Media penukar ion apakah yang paling efektif digunakan untuk menurunkan

kadar kesadahan air sumur gali?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui efektifitas media penukar ion untuk menurunkan kadar

kesadahan air sumur gali.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui efektifitas filter zeolit untuk menurunkan kadar kesadahan

total air sumur gali

b. Diketahui efektifitas filter resin kation untuk menurunkan kadar

kesadahan total air sumur gali

c. Diketahui efektifitas filter bentonit untuk menurunkan kadar

kesadahan total air sumur gali

d. Diketahui filter penukar ion yang paling efektif digunakan untuk

menurunkan kadar kesadahan air sumur gali.

D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu Kesehatan Lingkungan

khususnya dalam bidang Penyehatan Air Bersih.

4
2. Materi

Materi dalam penelitian ini adalah tentang efektifitas berbagai media

penukar ion untuk menurunkan kesadahan pada air sumur gali.

3. Obyek

Objek penelitian ini adalah air sadah dari sumur gali milik Bapak

Suparman di Dusun Candi RT 04 RW 06, Desa Tegalrejo, Kecamatan

Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul

4. Lokasi

a. Lokasi pengambilan sampel air adalah di sumur gali milik Bapak

Suparman Dusun Candi RT 04 RW 06, Desa Tegalrejo, Kecamatan

Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.

b. Pemeriksaan air bersih dilakukan di Balai Pengujian Informasi

Pembangunan Jasa Konstruksi

5. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – April 2017.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai bahan informasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan pengolahan air sadah serta dapat dijadikan dasar

untuk penelitian lanjutan.

5
2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang alternatif pengolahan air sadah dengan

menggunakan berbagai media penukar ion sehingga terjadi penurunan

kesadahan yang optimal.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan, serta

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam bidang

Penyediaan Air Bersih terutama tentang pengolahan air sadah.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang serupa dan pernah dilakukan di Poltekkes Kemenkes

Yogyakarta adalah:

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No. Peneliti Tahun Judul Perbedaan


1. Muhammad 2011 Pengaruh Media Filter Variabel bebas
Khomsun Zeolit Model Tripikon
dan lokasi
Terhadap Kualitas
penelitian.
Kesadahan Air Bersih
di Desa Nglipar
Kecamatan Nglipar
Kabupaten
Gunungkidul
2. Eka 2016 Efisiensi Pelunakan Variabel bebas
Sulistyaningsih Air Sadah
Menggunakan
Bentonit

6
3. Novi Astrini 2015 Efektifitas Berbagai Variabel bebas
Dosis Rekashet untuk
dan lokasi
Menurunkan
penelitian.
Kesadahan Air Sumur
Gali di Jimbung
Kalikotes Klaten

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Air

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah

udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan

tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum

air. Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat

badannya. Beberapa organ tubuh manusia yang banyak mengandung air

antara lain otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6% dan darah

83% (Chandra 2006).

Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan untuk keperluan

minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat,

dan pembawa bahan buangan industri. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan

masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi seluruh

kebutuhan masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per

hari berkisar antara 150 – 200 liter atau 35 – 40 galon. Kebutuhan tersebut

bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan

kebiasaan masyarakat (Chandra 2006).

2. Sumur Gali

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi

penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan di

8
Indonesia. Menururt Chandra (2006), secara teknis sumur dapat dibagi

menjadi 2 jenis:

a. Sumur dangkal (shallow well)

Sumur dangkal ini memiliki sumber air yang berasal dari

resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama didaerah dataran

rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah

sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-

cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu

sekali diperhatikan.

b. Sumur dalam (deep well)

Sumur dalam memiliki sumber air yang beral dari proses

purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah.

Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan

sanitasi.

Menurut Sutrisno (2006) , dalam pembuatan sumur gali perlu

memperhatikan hal – hal di bawah ini:

a. Sumur harus diberi tembok rapat air sedalam 3 meter dari muka

tanah, agar pengotoran oleh air permukaan dapat terhindarkan.

b. Sekeliling sumur harus diberi lantai yang kedap air selebar 1-1,5

meter untuk mencegah pengototran dari luar.

c. Pada lantai (sekelilingnya) harus diberi saluran pembuangan air

kotor, agar tidak mengotori sumur.

9
d. Pengambilan air sebaiknya menggunakan pipa kemudian air

dipompa keluar.

e. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1

meter.

3. Persyaratan Air Bersih

Ada beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem

penyediaan air bersih. Persyaratan tersebut meliputi hal-hal sebagai

berikut (Kusnaedi 2010):

c. Syarat kuantitas

Penyediaan air bersih harus memenui kebutuhan masyarakat karena

penyediaan air bersih yang terbatas memugahkan untuk timbulnya

penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap

individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon.

Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,

standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Chandra 2006).

d. Syarat Kontinuitas

Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat

hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku yang

ada di dalam. Arti kontinuitas disini adalah bahwa air baku untuk air

bersih tersebut dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit

yang relatif tetap, baik saat musim kemarau ataupun musim hujan.

Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau

dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat

10
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah

penduduk yang akan dilayani. Selain itu, jumlah air yang dibutuhkan

sangat tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan sosial

ekonomi masyarakat setempat.

e. Syarat Kualitas

Menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih.

Persyaratan ini meliputi syarat fisik, kimia, biologis dan radiologis.

1) Syarat Fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak berasa (tawar). Warna dipersyaratkan dalam air bersih

untuk masyarakat karena pertimbangan estetika. Rasa asin, manis,

pahit, asam dan sebagainya tidak boleh terdapat dalam iar bersih

untuk masyarakat. Bau yang bisa terdapat dalam air adalah bau

busuk, amis dan sebagainya. Bau dan rasa biasanya terdapat

bersama-sama dalam air. Suhu air sebaiknya sama dengan suhu

udara atau kurang lebih 250C. Sedangkan untuk jernih atau

tidaknya air dikarenakan adanya butiran-butiran koloid dari bahan

tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin

keruh.

2) Syarat Bakteriologik

Air bersih tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan

parasitik seperti kuman-kuman typus, kolera, dysentri dan

gastroenteritis. Karena apabila bakteri patogen dijumpai pada air

11
minum maka akan mengganggu kesehatan atau timbul penyakit.

Untuk mengetahui adanya bakteri patogen dapat dilakukan dengan

pengamatan terhadap ada tidaknya bakteri E. Coli yang merupakan

bakteri indikator pencemaran air. Secara bakteriologis, total

Coliform yang diperbolehkan pada air bersih maksimak 50 koloni

per 100 ml air bersih. Air bersih yang mengandung golongan Coli

lebih dari kadar tersebut dianggap telah terkontaminasi oleh

kotoran manusia.

3) Radiologik

Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-

bahan yang mengandung radioaktif seperti sinar alfa, gamma, dan

beta.

4) Kimia

Syarat kimia air minum dibagi dalam lima bagian, yaitu (Sugiharto

1985):

a) Tidak diperbolehkan mengandung zat-zat yang beracun.

Misalnya: As, CN, NO2.

b) Tidak diperbolehkan mengandung zat-zat yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan. Misalnya: F, Y

c) Tidak diperbolehkan mengandung zat-zat dengan kadar

melebihi batas tertentu sehingga menimbulkan gangguan

physiologi. Misalnya: Cl, SO4

12
d) Tidak boleh mengandung zat-zat dengan kadar melebihi batas

tertentu sehingga menimbulkan gangguan tehnis (terutama

untuk sistim perpipaan). Misalnya: Fe, CO2 agressip, Mn.

e) Tidak diperbolehkan mengandung zat-zat dengan kadar

melebihi batas tertentu sehingga menimbulkan gangguan

ekonomis, misalnya kesadahan.

4. Kesadahan air

Kesadahan air adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion

(kation) logam valensi, misalnya Mg2+, Ca2+, Fe+ dan Mn+. Kesadahan

total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion Mg2+ dan Ca2+

secara bersama-sama (Marsidi, 2001). Sifat kesadahan seringkali

ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air bersih yang berasal dari

air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit garam mineral

dan kapur. Kesadahan dikatakan tinggi dan mulai berakibat pada alat-alat

masak adalah di atas 100 mg/L CaCO3 (Joko 2010). Kesadahan diatas 300

mg/L bila dikonsumsi terus menerus akan dapat merusak ginjal manusia.

Kesadahan berdasarkan sifat-sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Kesadahan Sementara (temporary)

Kesadahan air bersifat sementara karena adanya persenyawaan

dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat, sehingga biasa

disebut dengan kesadahan karbonat, misalnya Ca(HCO3)2 dan

MgCO3. Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan proses pemasakan,

13
akan tetapi akan membentuk endapan berwarna putih atau proses

pertukaran ion.

b. Kesadahan Tetap (permanent)

Kesadahan bersifat permanent terjadi karena adanya

persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan

klorida. Kesadahan tetap ini dapat dihilangkan dengan melakukan

pengolahan, seperti ion exchange menggunakan resin.

Tabel 2. Kadar Kesadahan Air Berdasarkan Kandungan Kalsium


Karbonat
Derajat Kesadahan CaCO3 (mEq/l) CaCO3(ppm)
Lunak <1 50
Agak Keras 1-3 50-150
Keras 3-6 150-300
Sangat Keras >6 >300
Sumber : (Chandra, 2006)

Menurut Chandra (2006), air untuk keperluan minum dan

masak hanya diperbolehkan dengan batasan kesadahan antara 1-3

mEq/l (50-150 ppm). Konsumsi air yang batas kesadahannya lebih

dari 3 mEq/L akan menimbulkan kerugian-kerugian sebagai berikut:

c. Pemakaian sabun yang meningkat karena sabun sulit larut dan

berbusa. Menurut Effendi (2003), kesadahan air berkaitan erat

dengan kemampuan air untuk mebentuk busa. Semakin besar

kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa.

d. Air sadah jika dididihkan akan membentuk endapan dan kerak

pada cerek (boiler).

14
e. Penggunaan bisa menjadi lebih meningkat, tidak efisien dan dapat

meledakkan boiler.

f. Biaya produksi meningkat (high cost production) pada industri

yang menggunakan air sadah.

5. Pengolahan air sadah

Air bersih yang mengandung kesadahan tinggi perlu dilakukan

proses pengolahan, agar kesadahan tidak melebihi kadar maksimal yang

dipersyaratkan. Proses pengolahan air sadah disebut pelunakan, yaitu suatu

proses untuk menghilangkan atau mengurangi kadar kandungan kation

Ca2+ dan Mg2+ dalam air.

Menurut Said (2008), penghilangan kesadahan air dilakukan untuk

menghilangkan atau mengurangi kation Ca2+ dan Mg2+. Kation penyebab

kesadahan dapat dihilangkan atau dikurangi dengan berbagai proses yaitu:

a. Pemanasan

Penghilangan kesadahan secara pemanasan hanya dapat

menghilangkan kesadahan sementara yakni garam Ca(HCO3)2 dan

Mg(HCO3)2. Jika air mengandung garam-garam tersebut lalu

dipanaskan maka akan menjadi senyawa CaCl2, atau MgCl2 yang

mempunyai sifat kelarutan yang kecil di dalam air sehingga dapat

mengendap.

Reaksi yang terjadi adalah:

Ca(HCO3)2 → CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g).

Mg(HCO3)2 → MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g).

15
Garam MgCO3 mempunyai kelarutan yang lebih besar di dalam

air panas, namun semakin rendah temperatur air kelarutan MgCO3

semakin kecil, bahkan hingga menjadi tidak larut dan dapat

mengendap. Garam CaCO3 kelarutannya lebih kecil dari pada MgCO3

sehingga air panas sebagian CaCO3 mengendap (Said 2008).

b. Proses pengendapan kimia

Dalam proses penghilangan kesadahan dengan pengendapan

kimia tujuannya adalah membentuk garam-garam kalsium dan

magnesium menjadi garam-garam yang tidak larut, sehingga dapat

diendapkan dan dapat dipisahkan dari air. Bentuk garam kalsium dan

magnesium yang tidak larut dalam air adalah kalsium karbonat

(CaCO3) dan magnesium Hidroksida (Mg(OH)2). Penghilangan

kesadahan dengan pengendapan kimia dapat dilakukan dengan proses

soda kaustik. Penghilangan kesadahan secara sempurna tidak dapat

dilakukan dengan proses pengendapan kimia. Pada kondisi normal

penghilangan kesadahan dengan proses pengendapan kimia masih

mengandung CaCO3 sampai 40 mg/L dan Mg(OH)2 didalam air

olahan (Said 2008).

c. Pertukaran ion (ion exchange)

Pada proses pertukaran ion, ion kalsium dan magnesium ditukar

dengan ion sodium. Pertukaran ini berlangsung dengan cara

melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari

16
bahan yang mempunyai kemampuan menukarkan ion. Terdapat

beberapa bahan penukar ion yaitu :

1. Zeolit

Air sadah yang dialirkan melalui kolom zeolit akan

mengalami pertukaran ion, ion Ca dan ion Mg dalam air sadah

ditukar dengan ion Na dalam zeolit. Hal tersebut berlangsung

terus sampai suatu saat ion Na dalam zeolit sudah habis ditukar

dengan ion Ca dan Mg dari dalam air, pada keadaan ini zeolit

tersebut dinamakan telah jenuh yang berarti zeolit tidak mampu

lagi melakukan pertukaran ion (Marsidi 2011).

Agar dapat kembali aktif, zeolit yang telah jenuh harus di

regenerasi dengan cara mengalirkan larutan garam dapur (NaCl

10-25 %) ke dalam unggun zeolit yang telah jenuh tersebut. Pada

proses regenerasi ini akan terjadi pertukaran ion Na dari dalam

larutan air garam, masuk ke dalam zeolit untuk menggantikan ion

Ca dan Mg dari dalam zeolit. Adapun reaksi yang terjadi pada

saat proses pelunakan air sadah berlangsung adalah sebagai

berikut :

Na2Z + Ca2+  CaZ + 2 Na+

Na2Z + Mg2+  MgZ + 2 Na+

Sedangkan reaksi yang terjadi pada saat proses regenerasi

berlangsung adalah sebagai berikut :

CaZ + 2 NaCl  Na2Z + CaCl

17
MgZ + 2 NaCl  Na2Z + MgCl

Keunggulan menggunakan zeolit sebagai bahan untuk pelunakan

air sadah, antara lain:

a) Mempunyai sistem yang kompak sehingga mudah

dioperasikan

b) Dapat dibuat kontinu

c) Presentasi pengurangan kesadahan relatif besar

d) Harganya relatif murah dan mudah didapat

Namun demikian ada juga beberapa kekurangan dalam

menggunakan zeolit pada pelunakan air yaitu :

a) Tidak dapat digunakan pada air yang mengandung kekeruhan

air lebih dari 10mg/l

b) Efisiensi zeolit akan berkurang apabila air mengandung

unsur-unsur sebagai berikut : minyak, H2S, mengandung ion

Fe2+ atau Mn2+ lebih dari 2 mg/l dan mengandung sodium

yang tinggi.

c) Tidak dapat dioperasikan pada air yang mempunyai

kesadahan lebih dari 800 mg/l.

Sesuai dengan karakteristik tersebut diatas, maka proses

pelunakkan tidak bisa langsung diterapkan pada air keruh atau air

yang mengandung kadar besi tinggi. Oleh karena itu kualitas air

baku perlu diperhatikan. Untuk air baku yang tidak memenuhi

syarat harus dilakukan pre-treatment dahulu yaitu suatu proses

18
pengolahan yang dilakukan sebelum proses penukar ion. Sebagai

contoh untuk air baku yang keruh terlebih dahulu dilakukan

penyaringan dengan saringan pasir, sementara untuk air baku

yang banyak mengandung besi dilakukan penyaringan dengan

saringan mangan zeolit.

2. Resin penukar ion

Resin Penukar Ion dapat didefinisikan sebagai senyawa

hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan silang serta

gugus-gugus fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat

dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai

karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain

kemampuan menggelembung, kapasitas pertukaran dan

selektivitas penukaran. Pada saat dikontakkan dengan resin

penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan tersera ke resin

penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan

ekivalen. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Kapasitas total yang tinggi, resin memiiki kapasitas

pertukaran ion yang tinggi

b) Kelarutan yang rendah daam berbagai larutan sehingga dapat

digunakan berulang-ulang. Resin akan bekerja dalam cairan

yang mempunyai sifat melarutkan, karena itu resin harus

tahan terhadap air.

19
c) Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja

pada range pH yang luas serta tahan terhadap asam dan basa.

d) Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap

tekanan mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan

osmosis.

Proses pertukaran ion tersebut bersifat reversibel, artinya

media penukar ion atau resin dapat diaktifkan kembali atau

regenerasi resin. Resin akan jenuh apabila dipakai secara terus-

menerus dan dapat diaktifkan kembali dengan mereaksikan

dengan larutan garam dapur pekat (NaCl). Pada reaksi antara

resin dengan NaCl terjadi pertukaran ion dari dalam larutan NaCl

dengan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam resin.

Resin penukar ion dibedakan menjadi dua yaitu :

a) Resin penukar ion kation

Resin penukar ion positif (cation exchange resin)

umumnya dibuat dengan cara polimerisasi stirena dan divinil

benzena yang dilanjutkan dengan proses sulfonasi

membentuk suatu molekul polystirena yang saling menyilang

(cross linkage) yang secara umum disebut resin penukar ion.

Resin penukar ion positif (kation) yang digunakan

secara komersial umumnya dalam bentuk asam kuat atau

asam lemah. Resin kation asam kuat dapat menghilangkan

seluruh kation atau ion positif yang ada di dalam air,

20
sedangkan resin kation asam lemah umumnya dibatasi hanya

untuk menghilangkan kesadahan yang berhubungan dengan

karbonat.

Resin kation merupakan resin yang akan menukar atau

mengambil kation dari larutan. Resin ini mengandung gugus

fungsi seperti sulfonat (R-SO3H), fofonat (R-PO3H2), fenolat

(R-OH), atau karboksilat (R-COOH), dengan R menyatakan

resin. Resin penukar kation terdiri dari resin penukar kation

asam kuat dan resin penukar kation asam lemah. Resin

penukar kation memiliki ion positif yaitu Na+ yang terikat

pada gugus-gugus fungsional asam yaitu SO3-, sehingga saat

air sadah dikontakkan dengan resin kation, maka resin kation

akan melepaskan ion Na+ untuk menggantikan ion Ca2+ dan

Mg2+ dalam air sadah. Reaksi yang terjadi sebagai

berikut(Budiyono dan Sumardiono, 2013) :

2RSO3Na + Ca2+ → (RSO3)2Ca + 2Na+

2RSO3Na + Mg2+ → (RSO3)2Mg + 2Na+

Menurut Arifin (2008), mekanisme pertukaran ion

dalam resin meskipun non kristalisasi adalah sangat mirip

dengan pertukaran ion-ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan

resin ini terjadi pada keseluruhan struktur gel dari resin dan

tidak hanya terbatas pada efek permukaan.

21
Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi

kontak langsung dengan resin penukar ion akan terjadi

pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion – ion yang

dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama akan

dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama pula

dengan jumlah yang sebanding.

b) Resin penukar ion anion

Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa

amina (Primer/R-NH2), sekunder/R-N2H, tersier/R-R’2N) dan

gugus kuartener (R-NR’3/tipe I, R-R’3N+OH)/tipe II), dengan

R’ menyatakan radikal organik seperti CH3. Resin penukar

anion terdiri dari resin penukar anion basa kuat dan resin

penukar anion basa lemah. Pada resin penukar anion,

pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika

penukar anion tersebut adalah poliamin, kandungan amina

resin tersebut adalah ukuran kapasitas total pertukaran.

3. Bentonit

Bentonit adalah clay yang 75% terdiri dari montmorillonit

dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars,

dan mineral lainnya. Rumus kimia montmorillonit adalah

(M+x·nH2O) (Al2-yMgx) Si4O10(OH)2, dimana M+ = Na+ , K+ ,

Mg2+, atau Ca2+ (WHO 2005).

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

22
a. Na-bentonit

Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali

apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi

beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna

putih atau kream, pada keadaan basah dan terkena sinar

matahari akan berwarna mengkilap. Suspensi koloidal

mempunyai pH: 8,5-9,8. Na-bentonit dimanfaatkan sebagai

bahan perekat, pengisi, lampur bor, sesuai sifatnya mampu

membentuk suspensi koloidal setelah bercampur dengan air

b. Ca-bentonit

Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke

dalam air, tetapi secara alami setelah diaktifkan mempunyai

sifat menghisap yang baik. Suspensi koloidal mempunyai pH:

4-7. Dalam keadaan kering berwarna abuabu, biru, kuning,

merah, coklat. Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan

penyerap. Dengan penambahan zat kimia pada kondisi

tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan

lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi

perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan menadi

peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral tersebut.

Struktur monmorillonit memiliki konfigurasi 2:1 yang

terdiri dari dua silikon oksida tetrahedral dan satu alumunium

oksida oktahedral. Pada tetrahedral, 4 atom oksigen berikatan

23
dengan atom silikon di ujung struktur. Empat ikatan silikon

terkadang disubtitusi oleh tiga ikatan alumunium. Pada oktahedral

atom alumunium berkoordinasi dengan enam atom oksigen atau

gugus-gugus hidroksil yang berlokasi pada ujung oktahedron.

Al3+ dapat digantikan oleh Mg2+ , Fe2+ , Zn2+ , Ni2+ , Li+ dan

kation lainnya. Subtitusi isomorphous dari Al3+ untuk Si4+ pada

tetrahedral dan Mg2+ atau Zn2+ untuk Al3+ pada oktahedral

menghasilkan muatan negatif pada permukaan clay, hal ini

diimbangi dengan adsorpsi kation di lapisan interlayer.

Adanya atom-atom yang terikat pada masing-masing

lapisan struktur montmorillonit memungkinkan air atau molekul

lain masuk di antara unit lapisan. Akibatnya kisi akan membesar

pada arah vertikal. Selain itu karena adanya pergantian atom Si

oleh Al menyebabkan terjadinya penyebaran muatan negatif pada

permukaan bentonit. Bagian inilah yang disebut sisi aktif (active

site) dari bentonit dimana bagian ini dapat menyerap kation dari

senyawa-senyawa organik atau dari ion-ion senyawa logam.

Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bentonit

diperlihatkan pada tabel berikut (Ramadani 2011):

Tabel 3. Komposisi Bentonit

Komposisi kimia Na-Bentonit (%) Ca-Bentonit (%)


SiO2 61,2 – 61,4 62,12
Al2O3 19,8 17,33
Fe2O3 3,9 5,30

24
CaO 0,6 3,68
MgO 1,3 3,30
Na2O 2,2 0,50
K2O 0,4 0,55
H2O 7,2 7,22

Sebelum digunakan dalam berbagai aplikasi, bentonit harus

diaktifkan dan diolah terlebih dahulu. Ada dua cara yang dapat

dilakukan untuk aktivasi bentonit, yaitu :

a. Secara Pemanasan

Pada proses ini, bentonit dipanaskan pada temperatur

300 – 3500C untuk memperluas permukaan butiran bentonit.

b. Secara Kontak Asam

Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar

kation Ca+ yang ada dalam Ca-bentonit menjadi ion H+ dan

melepaskan ion Al, Fe, dan Mg dan pengotor-pengotor

lainnya pada kisi-kisi struktur, sehingga secara fisik bentonit

tersebut menjadi aktif. Untuk keperluan tersebut asam sulfat

dan asam klorida adalah zat kimia yang umum digunakan.

Selama proses bleaching tersebut, Al, Fe, dan Mg larut dalam

larutan, kemudian terjadi penyerapan asam ke dalam struktur

bentonit, sehingga rangkaian struktur mempunyai area yang

lebih luas.

25
Menurut Thomas, Hickey, dan Stecker, atom-atom al

yang tersisa masih terkoordinasi dalam rangkaian tetrahedral

dengan empatt atom oksigen tersisa. Perubahan dari gugus

oktahedral menjadi tetrahedral membuat kisi kristal

bermuatan negatif pada permukaan kristal, sehingga dapat

dinetralisir oleh ion hidrogen (Ramadani 2011).

Aplikasi bentonit (Ramadani 2011):

a. Bentonit sebagai Bahan penyerap (adsorben) atau Bahan

Pemucat pada Industri Minyak Kelapa Sawit

Proses penyerapan zat warna (pigmen) merupakan proses

yang sering digunakan, seperti penyerapan zat warna pada

minyak hewani, minyak nabati, minyak bumi, dan lain-lain.

b. Bentonit sebagai Katalis

Penggunaan lempung sebagai katalis telah lama

diperkenalkan, yaitu pada proses perengkahan minyak bumi

dengan menggunakan mineral monmorillonit yang telah

diasamkan. Namun, penggunaan lempung sebagai katalis

memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan terhadap suhu tinggi.

c. Bentonit sebagai Bahan Penukar Ion

Pemanfaatan bentonit sebagai penukar ion didasarkan pada

sifat permukaan bentonit yang bermuatan negatif, sehingga

ion-ion dapat terikat secara elektrostatik pada permukaan

bentonit. Proses pertukaran ion yang terjadi pada bentonit

26
yang diaktivasi dapat dilihat sebagai berikut (Sulistyaningsih

2016):

1) Proses aktivasi bentonit

Ca Bentonit + 2 NaOH  Na2 Bentonit + Ca(OH)2

Mg Bentonit + 2 NaOH  Na2 Bentonit + Mg(OH)2

2) Proses softening

Na2 Bentonit + CaCl2  Ca Bentonit + 2NaCl

Na2 Bentonit + Mg(SO)4  Mg Bentonit + Na2(SO)4

d. Bentonit sebagai lumpur Bor

Penggunaan uatama bentonit adalah pada industri lumpur bor,

yaitu sebagai lumpur terpilar dalam pengeboran minyak bumi,

gas bumi serta panas bumi.

e. Bentonit untuk Industri kosmetik

Untuk dapat digunakan dalam industri kosmetik, bentonit

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Mengandung mineral magnesium silikat (Ca-bentonit)

2) Mempunyai pH netral

3) Kandungan air dalam bentonit adalah < 5 %

4) Ukuran buturin adalah 325 mesh

f. Bentonit untuk pembuatan Tambahan Makanan Ternak

Untuk dapat digunakan dalam pembuatan tambahan makanan

ternak, bentonit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Kandungan bentonit < 30 %

27
2) Ukuran butiran bentonit adalah 200 mesh

3) Memiliki daya serap > 60 %

4) Memiliki kandungan mineral monmorilonit sebesar 70 %

6. Dampak Bagi Kehidupan

Mengkonsumsi air dengan kadar kesadahan tinggi akan menimbulkan

dampak negatif sebagai berikut (Sunartriasih 2014):

a. Dampak terhadap kesehatan

1) Dampak yang timbul dari penggunan air sadah tersebut terhadap

kesehatan berupa penyumbatan pembuluh darah jantung

(cardiovascular disease) dan batu ginjal (urolithiasis).

2) Dapat munyumbat pori-pori kulit sehingga terasa kasar dan tidak

nyaman.

b. Dampak terhadap lingkungan

1) Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga

karena tidak terbentuknya busa.

2) Banyak ibu rumah tangga mengeluh karena panci dan ketelnya

cepat berkerak dan kotor. Kalau dicuci dan digosok terlalu keras

bisa menyebabkan ketel bocor.

c. Dampak terhadap unit instalasi

1) Kalau tinggi kadar hardness di dalam air baku PDAM, maka

tinggi pula biaya operasi-rawat instalasi sehingga mengurangi

laba bersihnya.

28
2) Di pabrik yang menggunakan boiler atau pemanas air bisa

menyebabkan boiler meledak. Ledakan terjadi jika endapan di

dinding boiler tidak merata sehingga tekanannya terus membesar

dan tidak merata.

7. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1997), kata efektif mempunyai arti efeknya (akibatnya,

pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah

keadaan yang berpengaruh, keberhasilan, berdaya guna, adanya

kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan

sasaran yang dituju. Pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat dan

dikutip Mustika Rihadini dalam Skripsinya menjelaskan bahwa

:“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat

tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif

pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan

sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha

tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Maka efektivitas dapat

dilihat dari seberapa jauh tujuan itu tercapai, semakin banyak tujuan

tercapai, maka semakin efektif pula media pembelajaran tersebut.

29
Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak

tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang

diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Ukuran efektivitas menurut Strees dalam Tangkilisan yang dikutip

oleh Rihadini (2012) yaitu:

a. Produktivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) produktiivitas

adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya

produksi.

b. Kemampuan adaptasi kerja

Adaptasi merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri

terhadap lingkungan pekerjaan.

c. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan perasaan senang yang disebabkan

karena tujuann dalam bekerja sudah terpenuhi.

d. Kemampuan berlaba

Kemampuan untuk memperoleh keuntungan atau manfaat.

e. Pencarian sumber daya

Sumber daya yang digunakan mudah untuk dicari.

30
B. Kerangka Konsep

Air Sumur Gali

Persyaratan Kualitas Air Bersih:

1. Fisik
2. Kimia (Kesadahan)
3. Mikrobiologi
4. Radiologik

Tanpa Pengolahan Dengan Pengolahan:

1. Perebusan
Dampak Kesadahan: 2. Penambahan Zat
Kimia
1. Pemborosan Sabun 3. Pertukaran ion
2. Endapan dan kerak
pada panci
3. Biaya produksi
meningkat Media Pertukaran Ion:
4. Batu ginjal 1. Zeolit
2. Resin Kation
3. Bentonit

Penurunan
kesadahan

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

31
C. Hipotesis

1. Filter zeolit efektif untuk menurunkan kadar kesadahan total air sumur

gali

2. Filter resin kation efektif untuk menunrunkan kadar kesadahan total air

sumur gali

3. Filter bentonit efektif untuk menurunkan kadar kesadahan total air sumur

gali

4. Diketahui filter penukar ion yang paling efektif digunakan untuk

menurunkan kadar kesadahan air sumur gali.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan

rancangan penelitian yang digunakan adalah True Experiment dengan

pendekatan Pre-Post Test With Control Group Design, yang hasilnya

dianalisis secara deskriptif dan analitik.

Gambar desain penelitian yang akan digunakan :

Pre Eksperimen Post

Kel. Eks 1 O1 X1 O1’

Kel. Eks 2 O2 X2 O2’

Kel. Eks 3 O3 X3 O3’

Kel. Kontrol O4 - O4’

Gambar 2. Desain Penelitian

Keterangan :

O1 : Kadar kesadahan sampel sebelum perlakuan pada kelompok

eksperimen 1

O2 : Kadar kesadahan sampel sebelum perlakuan pada kelompok

eksperimen 2

O3 : Kadar kesadahan sampel sebelum perlakuan pada kelompok

eksperimen 3

O4 : Kadar kesadahan sampel pada kelompok kontrol tanpa perlakuan

X1 : Perlakuan terhadap sampel dengan media zeolit

33
X2 : Perlakuan terhadap sampel dengan media resin kation

X3 : Perlakuan terhadap sampel dengan dosis bentonit

O1’ : Kadar kesadahan sampel setelah perlakuan pada kelompok

eksperimen 1

O2’ : Kadar kesadahan sampel setelah perlakuan pada kelompok

eksperimen 2

O3’ : Kadar kesadahan sampel setelah perlakuan pada kelompok

eksperimen 3

O4’ : Kadar kesadahan sampel pada kelompok kontrol tanpa perlakuan

B. Rancangan penelitian

Berikut ini merupakan desain rancangan pengolahan air sadah sumur gali

menggunakan filter kran berisi media pertukaran ion

Bak
penampung filter kran
10 liter zeolit

Kran Air

filter kran
resin kation

filter kran
bentonit

Gambar 3. Desain Rancangan Penelitian

34
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah air sumur gali milik Bapak Suparman di

Dusun Candi Desa Tegalrejo Kecamatan Gedangsari Kabupaten

Gunungkidul yang mengandung kesadahan tinggi.

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah air bersih yang diambil dari sumur gali

milik Bapak Suparman di Dusun Candi Desa Tegalrejo Kecamatan

Gedangsari Kabupaten Gunungkidul sebanyak 200 liter untuk 5 kali

pengulangan dengan 3 perlakuan.

D. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Pengambilan air sampel dan pengolahan air sampel sumur gali

dilakukan di rumah Bapak Suparman Dusun Candi RT 04 RW 06, Desa

Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2017.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pertukaran ion yaitu

zeolit, resin kation dan bentonit

35
a. Zeolit

Definisi Operasional:

Zeolit merupakan media berbentuk butiran batu berwarna hijau

yang berfungsi untuk melunakan air sadah dengan cara pertukaran

ion.. Zeolit dimasukkan kedalam filter dengan ketebalan 6,5 cm dan

diameter 2,5 cm kemudian dipasang pada kran bak penampung sampel

yang nantinya akan dikontakan secara langsung dengan air sumur gali.

Zeolit yang kontak dengan air sadah akan melepas Ion Na untuk

menggantikan ion Ca dan ion Mg.

Skala: Nominal

b. Resin Kation

Definisi Operasional:

Resin kation merupakan senyawa hidrokarbon terpolimerisasi,

yang mengandung ikatan silang serta gugus-gugus fungsional yang

mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan dan berfungsi untuk

melunakan air sadah. Resin kation akan dimasukkan kedalam filter

dengan ketebalan 6,5 cm dan diameter 2,5 cm kemudian dipasang

pada kran bak penampung sampel yang nantinya akan dikontakan

secara langsung dengan air sumur gali. Resin kation yang kontak

dengan air sadah akan melepaskan ion Na+ untuk menggantikan ion

Ca2+ dan Mg2+.

Skala: Nominal

36
c. Bentonit

Definisi Operasional:

Bentonit adalah clay yang 75% terdiri dari montmorillonit

dengan mineral-mineral. Bentonit dapat dimanfaatkan sebagai

penukar ion apabila telah diaktivasi. Bentonit teraktivasi akan

dimasukkan kedalam filter dengan ketebalan 6,5 cm dan diameter 2,5

cm kemudian dipasang pada kran bak penampung sampel yang

nantinya akan dikontakan secara langsung dengan air sumur gali.

Bentonit teraktivasi yang kontak dengan air sadah akan melepaskan

ion Na2 untuk menggantikan ion Ca2+ dan Mg2+.

Skala : Nominal

2. Variabel Terikat

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah penurunan kesadahan

air sumur gali.

Definisi Operasional :

Angka dalam satuan mg/L yang menunjukkan selisih kandungan

kesadahan dalam air sumur gali sebelum dan setelah diberi perlakuan

dengan tiga media penukar ion (zeolit, resin kation dan bentonit). Angka

kesadahan dapat diketahui setelah dilakukan pemeriksaan di

Laboratorium Kimia Lingkungan Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta.

Skala : Ratio

37
3. Variabel Pengganggu

a. Ketebalan media

Ketebalan masing-masing media penukar ion pada filter kran

dikendalikan dengan ketebalan yang sama yaitu 6,5 cm.

b. Sampel air

Sampel air dibuat sama yaitu dari sumur gali milik Bapak Suparman

di Dusun Candi RT 04 RW 06, Desa Tegalrejo, Kecamatan

Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul agar hasil yang diperoleh

menunjukkan efektifitas yang sesungguhnya dari suatu masing-

masing media penukar ion yang digunakan dalam penelitian ini.

c. Volume sampel

Jumlah air sampel dengan satuan liter yang digunakan dalam

setiap perlakuan baik kontrol maupun eksperimen. Volume sampel

akan mempengaruhi waktu operasi penggunaan media, sehingga

untuk memaksimalkan hasil penelitian maka volume sampel

dikendalikan menggunakan volume yang sama pada setiap perlakuan

yaitu 10 liter air sampel dengan total air sampel 200 liter untuk 5 kali

pengulangan.

d. Debit aliran

Debit aliran yang tidak sama akan menyebabkan tekanan media saring

berbeda dan pada akhirnya akan mempengaruhi hasil pengukuran

kadar kesadahan. Sehingga untuk memaksimalkan hasil penelitian

maka debit aliran dikendalikan menggunakan 5,5 ml/detik.

38
e. Waktu kontak

Waktu kontak yang tidak sama akan berpengaruh pada hasil post

eksperimen dan post kontrol serta hasil pengulangan selanjutnya dan

pada akhirnya menyebabkan hasil tidak maksimal. Sehingga untuk

memaksimalkan hasil penelitian maka waktu kontak dikendalikan

dengan menentukan waktu kontak yang sama untuk masing-masing

perlakuan yaitu 30 menit. Hal ini didasarkan pada penelitian yang

pernah dilakukan oleh Anggresia Adylastri Manalu (2013).

F. Hubungan Antar Variabel

Variabel Bebas
1. Zeolit Variabel Terikat
2. Resin kation
Kesadahan Air Sumur
3. Bentonit Gali

Variabel Pengganggu

1. Ketebalan media
2. Sumber air
3. Volume sampel
4. Debit sampel
5. Waktu kontak

Gambar 4. Skema Hubungan Antar Variabel

39
G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data sekunder

Teknik pengumpulan data pada saat penyusunan rancangan penelitian

adalah dengan melihat KTI dan skripsi yang menggunakan media

penukar ion untuk menurunkan kesadahan air sumur gali di suatu daerah.

2. Data primer

Teknik pengumpulan data pada saat penelitian yaitu dengan melakukan

observasi eksperimental atau pengamatan terkendali, dimana semua

kondisi dan faktor-faktor dapat diatur dan dikendalikan (Notoatmojo

2010).

3. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat dan Bahan untuk merangkai alat filtrasi

a. Alat

1) Tripot

2) Bor listrik

3) Gelas ukur

4) Stopwatch

5) Botol sampel

b. Bahan

1) Zeolit

2) Resin kation

3) Bentonit

40
4) Kran air ½”

5) Pipa PVC ½”

6) TBA solasi pipa

7) Filter kran ukuran 2,5 x 6,5

8) Ember ukura 10 liter

2. Alat dan Bahan untuk pemeriksaan kesadahan di Laboratorium.

a. Alat

1) Pipet gondok 25 ml

2) Labu elenmeyer 250 ml

3) Sendok penyu

4) Buret basa 50 ml

b. Bahan

1) Air sampel 25 ml

2) Aquades

3) Buffer kesadahan

4) NaCN kristal

5) Indikator EBT

6) Larutan standar EDTA 0,01 M

4. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Mengumpulkan data dan referensi

b. Menentukan lokasi penelitian

41
Lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun Candi Desa Teglarejo

Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul.

c. Mengurus ijin penelitian

d. Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Tahap pelaksanaan

a. Pembuatan rangkaian alat

1) Disiapkan ember ukuran 10 liter sebanyak 4 buah kemudian

masing-masing ember dilubang menggunakan bor listrik 5 cm

dari dasar ember dengan diameter ½”

2) Memotong pipa PVC ½” sepanjang 10 cm kemudian dipasang

pada bagian lubang ember menggunakan lem TBA.

3) Kran air dipasang pada pipa PVC ½” menggunakan lem sarplas

4) Menyiapkan filter kran 3 buah kemudian masing-masing filter

diisi media zeolit, resin kation dan bentonit hingga penuh.

5) Filter kran dipasang pada kran air bak penampung.

b. Pengambilan sampel

3) Mengambil air sumur gali di rumah Bapak Suparman sebanyak

40 liter dengan debit aliran air 50 ml/detik kemudian dimasukkan

ke dalam bak penampung masing-masing 10 liter.

4) Memutar kran air pada bak penampung dengan debit aliran 50

ml/detik

5) Menampung air sampel yang telah melewati filter zeolit, filter

resin kation dan filter bentonit pada botol sampel hingga penuh.

42
6) Dilakukan pengulangan hingga 5 kali untuk setiap perlakuan.

c. Pemeriksaan kesadahan total

Pemeriksaan kesadahan air sumur gali dilakukan dengan metode

titrimetri EDTA adalah sebagai berikut:

1) Mengambil 25 ml sampel air sumur gali dengan gelas ukur dan

memasukkannya kedalam labu erlenmeyer 250 ml.

2) Menambahkan 25 ml aquades kedalam labu erlenmeyer 250 ml

yang telah berisi air sampel.

3) Menambahkan 2 ml buffer kesadahan, sepucuk sendok NaCN

kristal dan sepucuk sendok EBT kemudian digojok sampai

berwarna merah.

4) Mentitrasi dengan EDTA 0,01 M sampai warna merah berubah

menjadi biru. Kemudian mencatat volume (ml) titrasinya.

5) Melakukan perhitungan kadar kesadahan CaCO3 dengan rumus :

= ... mg CaCO3/liter

5. Analisis Data

1. Deskriptif

Data-data yang diperoleh disajikan dalam dummy tabel yang telah

disiapkan dan kemudian dibuat diagram batang untuk membandingkan

rata-rata hasil pengukuran pre dan post masing-masing media filter.

43
2. Analitik

Data-data yang diperoleh diuji terlebih dahulu uji normalitas

menggunakan Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui penyebaran data

yang didapat apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak normal.

Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai Sig > 0,05 dan sebaliknya

data dikatakan berdistribusi tidak normal jika nilai Sig < 0,05.

Data yang berdistribusi normal kemudian diuji menggunakan uji

One Way Analysis of Variance (ANAVA satu jalan) merupakan uji

statistik untuk mengetahui adanya perbedaan antara rata-rata antara lebih

dari dua grup sampel.

Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan akibat perbedaan

media pertukaran ion terhadap penurunan kesadahan air sumur

gali

H : Ada perbedaan yang signifikan akibat perbedaan media

pertukaran ion terhadap penurunan kesadahan.air sumur gali.

Dengan Interpretasi :

Jika signifikasi > = 0,05 maka Ho diterima dan H ditolak

Jika signifikasi < = 0,05 maka Ho ditolak dan H diterima

44
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan P. Widyastuti, ed., Jakarta: EGC.

Effendi, H., 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Peraiaran, Yogyakarta: Kanisius.

Fakhrurroja, H., 2010. Membuat Sumur Air di Berbagai Lahan Sarjan & A. R. Dixigraf,

eds., Jakarta: Griya Kreasi.

Joko, T., 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum 1st ed., Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Kebudayaan, D.P. dan, 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2nd ed., Balai Pustaka.

Kusnaedi, 2010. Mengolah AIr Kotor Menjadi Air Minum, Jakarta: Penebar Swadaya.

Marsidi, R., 2011. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. BPPT. Available at:

http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011/index.php/JTL/article/view/198 [Accessed

January 25, 2017].

Notoatmojo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Organization, W.H., 2005. Environmental Health Criteria 231 BENTONITE , KAOLIN , AND

SELECTED CLAY MINERALS. Available at:

http://www.who.int/ipcs/publications/ehc/ehc_231.pdf [Accessed January 31,

2017].

Ramadani, E., 2011. Pengaruh Konsentrasi H2SO4 dan Berat dari Bentonit Alam

Teraktivasi dan Komersil Terhadap Adsorpsi Logam Kadmium (Cd) dan Tembaga

(Cu) dalam Larutan Standar dalam Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Utara,

Universitas Sumatera. Available at:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29143/3/Chapter II.pdf

[Accessed January 31, 2017].

45
Rihadini, M., 2012. EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN PADA KELOMPOK SIMPAN PINJAM

PEREMPUAN (PNPM MP SPP) Di Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe

Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara Pada Periode 2010. Universitas Hasanuddin.

Available at:

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1672/BAB II.pdf

[Accessed February 1, 2017].

Said, N.I., 2008. Teknologi Pengolahan Air Minum. BPPT. Available at:

http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/ [Accessed January 25,

2017].

Sugiharto, 1985. Penyediaan Air Bersih Bagi Masyarakat, Tanjungkarang: Sekolah

Pembantu Penilik Hygiene.

Sulistyaningsih, E., 2016. EFISIENSI PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN BENTONIT.

Publikasi Imiah UMS, pp.240–245. Available at:

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/8143/F10_Eka

Sulistyaningsih.pdf?sequence=1&isAllowed=y [Accessed January 31, 2017].

Sunartriasih, 2014. Laporan Praktikum Kimia Lingkungan Kesadahan Total Kalsium dan

Magnesium. Available at: https://www.academia.edu/9394021/Kesadahan14

[Accessed January 25, 2017].

Suripin, 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Yogyakarta: ANDI.

46

Anda mungkin juga menyukai